• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

3. Unsur-unsur Intrinsik Cerpen

cerpen. Unsur intrinsik cerpen siswa meliputi alur, latar, sudut pandang, penokohan, dan tema.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Cerpen

Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek. Cerpen merupakan salah satu karya sastra yang berisi rangkaian peristiwa. Oleh sebab itu, cerpen termasuk ke dalam jenis teks naratif. Wiyatmi (2009:28) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan teks-teks naratif ialah semua teks-teks yang tidak bersifat dialog dan yang isinya merupakan suatu kisah sejarah, sebuah deretan peristiwa. Menurut Wiyatmi (2009:28) dalam konteks sastra modern, ciri-ciri tersebut terdapat dalam teks roman, novel, novelet, prosa lirik, dan cerita pendek (cerpen).

Penyajian cerita yang pendek adalah ciri utama sebuah cerpen. Akan tetapi, dalam sebuah teks cerpen ukuran panjang pendek itu tidak ada aturan dan tidak ada kesepakatan di antara pengarang dan para ahli (Nurgiyantoro, 2013: 12). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Nursisto (2000: 163), yang menyatakan bahwa cerita pendek adalah cerita yang pendek, namun tidak setiap cerita yang pendek dapat digolongkan ke dalam cerpen. Ada beberapa ahli yang mengatakan bahwa sebuah cerita dikategorikan sebagai cerpen apabila dapat dibaca dengan sekali duduk. Jadi, panjang pendek sebuah cerpen tidak mempengaruhi kualitas cerpen tersebut.

Menurut Hastuti, dkk (1993:107) karangan dibedakan menjadi lima jenis, yaitu deskripsi, eksposisi, narasi, persuasi, dan argumentasi. Narasi adalah uraian

yang menceritakan sesuatu atau serangkaian kejadian, tindakan, keadaan secara berurutan dari permulaan sampai akhir sehingga terlihat rangkaian hubungan satu sama lain. Bahasanya berupa paparan yang gayanya bersifat naratif. Contoh jenis karangan ini adalah biografi, kisah, roman, novel, dan cerpen. Dengan demikian, cerpen merupakan salah jenis karangan narasi yang di dalamnya berisi serangkaian kejadian yang disusun secara utuh dan memiliki hubungan kausalitas. Berdasarkan jumlah kata, Tarigan (1985: 178) mengklasifikasikan cerita pendek menjadi 2 jenis, yaitu cerepn yang pendek (short-short story) dan cerpen yang panjang (long-short story). Cerpen yang pendek (short-short story) adalah cerita pendek yang jumlah kata-katanya pada umumnya di bawah 5000 kata, maksimum 5000 kata atau kira-kira 16 halaman kuarto spasi rangkap, yang dapat dibaca dalam waktu kira-kira seperempat jam. Cerpen yang panjang (long-short story) adalah cerita pendek yang jumlah kata-katanya di antara 5000 sampai

10000 kata, minimum 5000 kata dan maksimum 10000 kata, atau kira-kira 33 halaman kuarto spasi rangkap dan dapat dibaca kira-kira setengah jam. Nurgiyantoro (2013: 12) menyebutkan bahwa panjang cerpen itu bervariasi. Ada cerpen yang pendek (short short story), bahkan mungkin pendek sekali: berkisar 500-an kata; ada cerpen yang panjangnya cukupan (middle short story, serta ada cerpen yang panjang (long short story), yang terdiri dari puluhan (atau bahkan beberapa puluh) ribu kata.

Sebagai seorang siswa, menulis cerpen adalah langkah awal mereka untuk terjun di dunia menulis sastra. Siswa sebagai penulis pemula tentunya memerlukan latihan untuk memulai menulis sebuah cerpen. Penulisan dapat

dimulai dengan tidak membatasi isi atau tema cerpen yang akan dibuat. Kebebasan isi cerpen membuat siswa dapat berpikir lebih mudah dalam merangkai cerita yang utuh. Panjang pendek cerpen yang ditulis tidak dijadikan suatu masalah dalam menilai karya mereka. Seperti hal yang diungkapkan oleh Sumardjo (2007: 99) bahwa cerpen yang baik merupakan suatu kesatuan bentuk utuh, manunggal, tidak adanya bagian–bagian yang tak perlu. Namun, ada sesuatu yang terlalu banyak semaunya pas, integral, dan mengandung suatu arti.

Ketika menulis cerpen, siswa menulis sekaligus mengarang. Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunitas yang tidak langsung (Tarigan 2008: 22). Alat komunikasi di sini adalah sebagai media penghubung antara penulis dan pembaca yang tidak bertatap muka secara langsung. Tujuan menulis menurut Tarigan (2008: 24) adalah memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Menurut Hugo Hartig dalam Tarigan (1985: 24) menyebutkan tujuan mengarang yaitu tujuan penugasan, tujuan altruistic, tujuan persuasive, tujuan informasi, tujuan pernyataan diri, tujuan kreatif, dan tujuan pemecahan masalah. Dalam hal ini, siswa menulis cerpen bertujuan untuk penugasan. Penugasan tersebut sekaligus untuk melatih siswa dalam menulis sastra.

Dalam teks cerpen terdapat pergolakan jiwa pada diri pelakunya sehingga secara keseluruhan cerita bisa menyentuh nurani pembaca yang dapat dikatagorikan sebagai buah sastra cerpen itu. Dari segi isi, cerpen yang menggambarkan satu peristiwa penting dalam kehidupan seseorang atau beberapa

pelakunya memuat misi tertentu yang bersifat sugestif sehingga ketika cerpen selesai dibaca, pembaca akan merenung (Nursisto, 2000:166). Selain itu, Nursisto (2000: 166) juga mengatakan bahwa tujuan cerpen yaitu sebuah teks yang dapat menjadi sarana untuk mengekspresikan berbagai hal mengenai perasaan kita, curahan hati kita terhadap berbagai macam persoalan yang ada.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah salah satu jenis karya sastra yang dijadikan sebagai media mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaan seseorang dalam bentuk tulisan dan berisi serangkaian cerita utuh. Bagi siswa, cerpen dapat dijadikan sebagai sarana menyalurkan ide atau gagasan yang dapat bersifat realita ataupun imajinatif. Cerpen juga dapat dijadikan sebagai sarana belajar untuk menjadi penulis pemula.

2. Struktur Narasi Cerpen

Menurut Knapp and Watkins (2005: 220-228), aliran narasi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu recount,simple narrative, dan fables. Recount memiliki

struktur orientation dan sequence of events, simple narrative memiliki struktur

orientation, problem, solution, dan resolution, dan fables memiliki struktur

orientation,complication,resolution, danmoral(Knapp and Watkins, 2005:

223-228). Selain struktur-struktur tersebut, aliran narrative juga bisa memiliki bagian

evaluation (Knapp and Watkins, 2005: 234). Berdasarkan pendapat Knapp and

Watkins, pada dasarnya struktur narasi cerpen sama dengan struktur simple

narrative (cerpen singkat/pendek). Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas,

yaitu theme,orientation, complication,evaluation,resolution, dan moral (Knapp

and Watkins, 2005: 220-235).

Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi (Keraf, 1982: 136). Keraf (1982: 135) membedakan narasi menjadi dua jenis, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris adalah narasi yang sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi sugestif adalah narasi yang sasarannya makna peristiwa atau kejadian yang melibatkan daya khayal (imajinasi). Dengan kata lain, narasi ekspositoris menceritakan sesuatu yang nyata, sedangkan narasi sugestif menceritakan sesuatu yang imajinatif. Berdasarkan uraian di atas, cerpen tergolong ke dalam jenis narasi sugestif karena cerpen merupakan hasil karya imajinasi penulis, baik yang berupa kejadian nyata ataupun hanya sebatas daya khayal (imajinasi).

Menurut Knapp and Watkins (2005: 224-226), jenis simple narrative

memiliki struktur orientation, complication, dan resolution. Orientation berisi

karakter/tokoh, waktu, tempat, siapa, apa, di mana, kapan, dan lain sebagainya. Complicationberisi urutan-urutan kejadian/peristiwa cerita yang disampaikan dan

berisi sebuah solusi. Resolution berisi penyelesaian peristiwa dalam cerita yang

merupakan bagian akhir dalam mengikuti sebuah solusi.

Struktur teks cerpen yang terdapat di dalam kurikulum 2013 yaitu abstrak, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda. Struktur tersebut yang saling melengkapi dan saling berhubungan akan mendukung kekuatan cerita

(Maryanto dkk, 2014:13). Setiap bagian memiliki peran tersendiri dalam membentuk cerpen. Keenam struktur tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, ada beberapa struktur yang keberadaannya bersifat opsional, yaitu boleh ada atau boleh tidak. Struktur yang bersifat opsional yaitu abstrak, evaluasi, dan koda.

a. Abstrak

Abstrak merupakan ringkasan atau inti sari cerita. Intisari cerita tersebut akan dijadikan landasan dalam mengembangkan rangkaian-rangkaian peristiwa dalam cerpen. Abstrak juga bisa dikatakan sebagai gambaran awal cerita. Struktur abstrak ini memiliki kesamaan dengan struktur theme dalam aliran narrartive.

Persamaannya yaitu isi dari kedua struktur tersebut, yaitu berisi ide utama cerita yang disampaikan. Keberadaan abstrak di dalam cerpen bersifat opsional. Artinya boleh ada dan boleh tidak. Sebuah cerpen boleh tidak memiliki abstrak. Berikut ini adalah contoh abstrak dalam cerpen (terlampir).

Perhelatan bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu. Gulai Kambing akan terasa hambar lantaran racikan bumbu tak meresap ke dalam daging. Kuah Gulai Kentang dan Gulai Rebung bakal encer karena keliru menakar jumlah kelapa parut hingga setiap menu masakan kekurangan santan. Akibatnya, berseraklah gunjing dan cela yang mesti ditanggung tuan rumah, bukan karena kenduri kurang meriah, tidak pula karena pelaminan tempat bersandingnya pasanganpengantin tak sedap dipandang mata, tapi karena macam-macam hidangan yang tersuguh tak menggugah selera. Nasi banyak gulai melimpah, tapi helat tak bikin kenyang. Ini celakanya bila Makaji, juru masak handal itu tak dilibatkan. (Cerpen Juru Masak karya Damhuri Muhammad)

b. Orientasi

Orientasi merupakan struktur teks cerpen yang berisi pengenalan latar cerita berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam

cerpen. Bagian orientasi dapat disebut juga sebagai pendahuluan. Bagian pendahuluan yang menyajikan situasi dasar, memungkinkan pembaca memahami adegan-adegan selanjutnya dan merupakan bagian yang menjadi daya tarik selera bagi pembaca terhadap bagian-bagian berikutnya (Dalman, 2015: 115-116). Pada bagian inilah, pengenalan tokoh dan latar dikemukakan. Berikut ini adalah contoh orientasi dalam cerpen (terlampir).

Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tigabelas ekor kambing dan berlangsung selama tiga hari, tak berjalan mulus, bahkan hampir saja batal. Keluarga mempelai pria merasa dibohongi oleh keluarga mempelai wanita yang semula sudah berjanji bahwa semua urusan masak-memasak selama kenduri berlangsung akandipercayakan pada Makaji, juru masak nomor satu di Lareh Panjang ini. Tapi, di hari pertama perhelatan, ketika rombongan keluarga mempelai pria tiba, Gulai Kambing, Gulai Nangka, Gulai Kentang, Gulai Rebung dan aneka hidangan yang tersaji ternyata bukan masakan Makaji. Mana mungkin keluarga calon besan itu bisa dibohongi? Lidah mereka sudah sangat terbiasa dengan masakan Makaji.

“Kalau besok Gulai Nangka masih sehambar hari ini, kenduri tak usah dilanjutkan!” ancam Sutan Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji.

“Apa susahnya mendatangkan Makaji?”

“Percuma bikin helat besar-besaran bila menu yang terhidang hanya bikin malu.

”Begitulah pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya, kenduri terasa hambar, sehambar Gulai Kambing dan Gulai Rebung karena bumbu-bumbu tak diracik oleh tangan dingin lelaki itu. Sejak dulu, Makaji tak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya. Makaji tak pilih kasih, meski ia satu-satunya juru masak yang masih tersisa di Lareh Panjang. Di usia senja, ia masih tangguh menahan kantuk, tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga semalam suntuk. (Cerpen Juru Masak karya Damhuri Muhammad)

c. Komplikasi

Komplikasi berisi serangkaian kejadian yang saling berhubungan. Artinya, Peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Bagian ini mencakup adegan-adegan yang berusaha meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan komplikasi yang berkembang dari situasi awal (Dalman. 2015: 116). Pembaca dapat mengenali karakter dan watak tokoh melalui permasalahan-permasalahan yang dihadapinya pada bagian ini. Para tokoh mulai menghadapi masalah demi masalah hingga mencapai klimaks. Klimaks merupakan tahap puncak masalah yang dihadapi para tokoh. Berikut ini adalah contoh komplikasi dalam cerpen (terlampir).

“Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di kampung ini, bagaimana kalau tanggungjawab itu dibebankan pada yang lebih muda?” saran Azrial, putra sulung Makaji sewaktu ia pulang kampung enam bulan lalu.

“Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti,”

“Belum! Akan Ayah pikul beban ini hingga tangan Ayah tak lincah lagi meracik bumbu,” balas Makaji waktu itu.

“Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di salah satu Rumah Makan milik saya di Jakarta? Saya takingin lagi berjauhan dengan Ayah,

”Sejenak Makaji diam mendengar tawaran Azrial. Tabiat orangtua selalu begitu, walau terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu tidak pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang. Makaji memang sudah lama menunggu ajakan seperti itu. Orangtua mana yang tak ingin berkumpul dengan anaknya di hari tua? Dan kini, gayung telah bersambut, sekali saja ia mengangguk, Azrial segera memboyongnya ke rantau, Makaji tetap akan punya kesibukan di Jakarta, ia akan jadi juru masak di Rumah Makan milik anaknya sendiri. “Beri Ayah kesempatan satu kenduri lagi!”

“Kenduri siapa?” tanya Azrial.

“Mangkudun. Anak gadisnya baru saja dipinang orang. Sudah terlanjur Ayah sanggupi, malu kalau tiba-tiba dibatalkan,”

Merah padam muka Azrial mendengar nama itu. Siapa lagi anak gadis Mangkudun kalau bukan Renggogeni, perempuan masa lalunya. Musabab hengkangnya ia dari Lareh Panjang tidak lain adalah Renggogeni, anak

perempuan tunggal babeleng itu. Siapa pula yang tak kenal Mangkudun? Di Lareh Panjang, ia dijuluki tuan tanah, hampir sepertiga wilayah kampung ini miliknya. Sejak dulu, orang-orang Lareh Panjang yang kesulitan uang selalu beres di tangannya, mereka tinggal menyebutkan sawah, ladang atau tambak ikan sebagai agunan, dengan senang hati Mangkudun akan memegang gadaian itu.

Masih segar dalam ingatan Azrial, waktu itu Renggogeni hampir tamat dari akademi perawat dikota, tak banyak orang Lareh Panjang yang bisa bersekolah tinggi seperti Renggogeni. Perempuan kuning langsat pujaan Azrial itu benar-benar akan menjadi seorang juru rawat. Sementara Azrial bukan siapa-siapa, hanya tamatan madrasah aliyah yang sehari-hari bekerja honorer sebagai sekretaris di kantor kepala desa. Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka.

“Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!” bentak Mangkudun, dan tak lama berselang berita ini berdengung juga di kuping Azrial.

“Dia laki-laki taat, jujur, bertanggungjawab. Renggo yakin kami berjodoh,”

“Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akan saya carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”

“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”

“Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadisuamimu. Paham kau?”

(Cerpen Juru Masak karya Damhuri Muhammad)

d. Evaluasi

Evaluasi yaitu struktur cerpen yang berisi penurunan masalah atau anti klimaks yang dihadapi para tokoh. Masalah yang muncul sebelumnya mengalami penurunan. Masalah tidak lagi berada di puncak sehingga situasi atau keadaan mulai mereda. Pada tahap ini, konflik yang terjadi diarahkan pada pemecahannya sehingga mulai tampak penyelesaiannya. Menurut pendapat Knapp and Watkins (2005: 234), keberadaan tahap evaluasi bersifat ospsional, tetapi biasanya penulis memberikan pendapat dari apa yang telah terjadi di dalam cerita. Berikut ini adalah contoh evaluasi dalam cerpen (terlampir).

Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan. Tapi tidak patut

rasanyaMangkudun memandangnya dengan sebelah mata. Maka, dengan berat hati Azrial melupakan Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka hati.(Juru Masak karya Damhuri Muhammad)

e. Resolusi

Pada bagian ini, pengarang akan mengungkapkan solusi dari berbagai konflik yang dialami tokoh. Resolusi dapat dikatakan sebagai bagian penutup cerpen. Bagian ini berisi akhir suatu perbuatan yang hanya menjadi pertanda berakhirnya tindak-tanduk (Dalman, 2015: 116). Menurut keraf (dalam Dalman, 2015: 116) mengatakan bahwa akhir dari perbuatan atau tindakan itu merupakan titik di mana tenaga-tenaga atau kekuatan-kekuatan yang diemban dalam situasi yang tercipta sejak semula membesit ke luar dan menemukan pemecahannya. Pada bagian ini pengarang mengungkapkan solusi dari masalah yang dialami para tokoh. Berikut ini adalah contoh resolusi dalam cerpen (terlampir).

Awalnya ia hanya tukang cuci piring di Rumah Makan milik seorang perantau dariLareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang. Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam Rumah Makan dan duapuluh empat anak buah yang tiap hari sibuk melayani pelanggan. Barangkali, ada hikmahnya juga Azrial gagal mempersunting anak gadis Mangkudun. Kini, lelaki itu kerap disebut sebagai orang Lareh Panjang paling sukses di rantau. Itu sebabnya ia ingin membawa Makaji ke Jakarta. Lagi pula, sejak ibunya meninggal, ayahnya itu sendirian saja di rumah, tak ada yang merawat, adik-adiknya sudahterbang-hambur pula ke negeri orang.

Meski hidup Azrial sudah berada, tapi ia masih saja membujang.Banyak yang ingin mengambilnya jadi menantu, tapi tak seorang perempuan pun yang mampu luluhkan hatinya. Mungkin Azrial masih sulit melupakan Renggogeni, atau jangan-jangan ia tak sungguh-sungguh melupakan perempuan itu.

f. Koda

Koda merupakan pelajaran yang dapat dipetik oleh pembaca dari sebuah cerita. Pada bagian ini, pembaca mendapatkan nilai-nilai atau pelajaran yang terdapat di dalam cerpen. Koda dalam struktur teks cerpen memiliki kesamaan dengan moral dalam aliran narrative, yaitu berisi pelajaran atau pesan daam

cerita. Keberadaan koda dalam cerpen bersifat opsional. Artinya boleh ada dan boleh tidak ada di dalam sebuah cerpen. Berikut ini adalah contoh koda dalam cerpen (terlampir).

Dua hari sebelum kenduri berlangsung, Azrial, anaklaki-laki Makaji, datang dari Jakarta. Ia pulang untuk menjemput Makaji. Kini, juru masak itu sudah berada di Jakarta, mungkin tak akan kembali, sebab ia akan menghabiskan hari tua di dekat anaknya. Orang-orang Lareh Panjang telah kehilangan juru masak handal yang pernah ada di kampung itu. Kabar kepergian Makaji sampai juga ke telinga pengantin baru Renggogeni. Perempuan itu dapat membayangkan betapa terpiuh-piuhnya perasaan Azrial setelah mendengar kabar kekasih pujaannya telah dipersunting lelaki lain.

(Cerpen Juru Masak karya Damhuri Muhammad)

Berdasarkan uraian tentang struktur narartive yang dikemukakan oleh

Knapp and Watkins dan strukutur teks cerpen yang terdapat di dalam kurikulum 2013, terdapat kesamaan pengertian pada masing-masing struktur tersebut, seperti yang terlihat pada gambar berikut.

Gambar 1:Persamaan Struktur Narasi dan Struktur Teks Cerpen

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur teks cerpen terdiri dari 6 bagian, yaitu absktrak, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda. Dari keenam bagian tersebut, terdapat 2 bagian yang keberadaannya bersifat opsional (boleh ada dan boleh tidak), yaitu bagian abstrak

dan koda. Pemaparan di atas bersumber pada buku “Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik” tahun 2014 yang merupakan buku ajar yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan mengacu pada Kurikulum 2013. Buku tersebut merupakan buku ajar untuk siswa SMA/MA/SMK/MAK kelas XI Semester 1. theme complication orientation koda resolusi evaluasi komplikasi orientasi abstrak resolution evaluation moral Intisari Cerita Rangkaian peristiwa Pengenalan tokoh dan latar

Pesan moral cerita Solusi masalah

3. Unsur Intrinsik Cerpen

Cerpen memiliki dua unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur pembangun cerpen yang terlibat langsung di dalamnya dan unsur ekstrinsik adalah unsur pembangun cerpen yang tidak terlibat secara langsung di dalam cerpen, namun mempengaruhi isi cerpen. Unsur-unsur intrinsik cerpen meliputi alur/plot, latar/setting, penokohan, sudut pandang, dan tema.

a. Alur/Plot

Alur adalah rangkaian peristiwa-peristiwa yang membentuk sebuah cerita. Alur pada dasarnya merupakan deretan peristiwa dalam hubungan logik dan kronologik saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami oleh para pelaku (Luxemburg dalam Wiyatmi, 2009: 49). Alur merupakan salah satu bagian penting dalam cerita karena mengontrol jalannya peristiwa dari awal hingga akhir cerita.

Menurut Zulfahnur (1997: 26), alur atau plot adalah rangkaian peristiwa-peristiwa cerita yang disusun secara logis dan kausalitas. Alur disajikan untuk memahami bagaimana jalannya cerita dalam cerpen. Peristiwa-peristiwa yang dirangkai harus memiliki hubungan kausalitas agar jalannya cerita tidak keluar dari jalur penceritaan dan terarah. Hal ini dipertegas oleh pendapat Pujiharto (2012: 32) yang menyatakan bahwa alur adalah peristiwa-peristiwa yang terdapat di dalam cerita dan memiliki hubungan kausalitas antara satu dengan lainnya.

Secara umum, alur dibedakan menjadi tiga, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran (maju-mundur). Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang

disusun mulai dari awal kejadian dan disusun secara kronologis hingga ke akhir kejadian. Alur maju disusun berdasarkan waktu kejadian yang paling awal sampai dengan paling akhir. Alur mundur adalah kebalikan dari alur maju. Jika alur maju menyajikan mulai dari awal kejadian sampai dengan akhir kejadian, alur mundur menyajikan mulai dari akhir kejadian sampai dengan awal kejadian. Hal ini dikatakan sebagai flashback atau putar balik. Alur campuran (maju-mundur)

adalah alur yang menyajikan cerita secara tidak runtut atau acak. Cerita disajikan tidak berdasarkan urutan waktu kejadian, melainkan diacak sesuai dengan keinginan penulis atau pengarang.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa alur adalah

Dokumen terkait