• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Hasil pengujian diatas menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara

kredit macet (Non Performing Loan) terhadap penyaluran kredit. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan

Sariasih pada tahun 2012 menunjukan adanya pengaruh antara kredit macet

terhadap penyaluran kredit pada LPD kabupaten Badung Bali.

Jika di lihat dari satu sudut pandang saja maka hasil penelitian ini

berlawanan dengan logika awam yang cenderung memiliki pola pikir bahwa

kredit macet memiliki pengaruh yang negatif terhadap penyaluran kredit.

Secara logika memang lebih mudah memahami pengaruh negatif kredit macet

terhadap penyaluran kredit. Jika di bahasakan secara sederhana maka di dapat

pola pemikiran bahwa jika kredit macet naik maka penyaluran kredit akan

menurun. Sebaliknya jika kredit macet menurun maka penyaluran kredit

meningkat. Jika merujuk pada peruturan yang ada terutama Surat Edaran dari

Bank Indonesia (Sentral) untuk penilaian kualitas aktivita mensyaratkan

bahwa angka kredit macet (lalai) di sarankan untuk selalu berada di bawa

angka 5%. Sehingga jika angka kredit macet berada di atas ketentuan tersebut

maka Bank Indonesia menyarankan untuk melakukan berbagai evaluasi

Penelitian-penelitian pada perbankan yang secara khusus meneliti

pengaruh kredit macet terhadap penyaluran kredit juga menunjukkan

kecenderungan hubungan yang negatif antara kredit macet dan penyaluran

kredit. Namun untuk penelitian pada Credit Union masih sangat minim

referensi terutama yang berhubungan dengan faktor kredit macet.

Pada penelitian yang penulis lakukan ternyata di peroleh hasil yang

positif antara kredit macet dan penyaluran kredit. Hasil ini menimbulkan

berbagai interpretasi tentang apakah sebetulnya kredit macet menjadi

pertimbangan atau tidak dalam pemberian kredit. Untuk memahami hal

tersebut kita harus melihat persoalan ini dari jati diri Credit Union itu sendiri.

Karakter yang berbeda antara Credit Union dan lembaga keuangan

lainnya berpengaruh pula terhadap pola penyaluran kreditnya. Pada Credit

Union terlihat bahwa kredit macet tidak menjadi pertimbangan utama dalam

penyaluran kredit. Hal ini di karenakan bahwa Credit Union setiap tahunnya

selalu memupuk dana cadangan sebesar 100% dari saldo kredit macet di

tahun sebelumnya. Sehingga jika kredit tersebut benar-benar tidak tertagih

maka Credit Union telah memiliki dana yang cukup untuk meng-cover kredit

macet. Pada Credit Union penyaluran kredit sudah menjadi kebijakan bukan

pertimbangan sehingga memiliki pola penyaluran yang sama setiap tahunnya.

Pada lembaga keuangan lainnya kredit macet menjadi dasar pertimbangan

untuk menyalurkan kredit pada tahun berikutnya utamanya pada lembaga

perbankan yang sangat di syaratkan angka kredit macet selalu berada di

Sebagai gambaran atas penyaluran kredit yang di terapkan oleh Credit

Union Bina Masyarakat (BIMA) Sintang, berikut penulis papar tabel kredit

macet dan penyaluran kredit :

Tabel 5.7

Presentase Kredit Macet dan Penyaluran Kredit

Nama Kan-

Cap Tahun

Persentase Kredit

Macet Jumlah penyaluran kredit (Rp) % Naik/Turun Jumlah Naik/Turun

MERAKAI 2011 2,05 9.947.441.034,00 2012 2,89 NAIK 12.907.934.950,00 NAIK 2013 8,61 NAIK 13.147.691.834,00 NAIK 2014 7.102.250.000,00 TURUN NANGA MAU 2011 20,37 7.121.877.066,00 2012 23,96 NAIK 17.692.693.382,00 NAIK 2013 22,49 TURUN 19.237.252.980,00 NAIK 2014 8.066.000.000,00 TURUN NANGA PINOH 2011 8,37 10.061.766.906,00 2012 8,02 TURUN 13.353.756.516,00 TURUN 2013 12,73 NAIK 15.651.474.600,00 NAIK 2014 11.575.400.000,00 TURUN SENANING 2011 8,48 8.578.396.600,00 2012 13,88 NAIK 10.781.088.200,00 NAIK 2013 12,59 TURUN 11.233.857.400,00 NAIK 2014 6.087.940.800,00 TURUN SEPAUK 2011 6,73 33.658.654.607,00 2012 13,2 NAIK 42.913.652.256,00 NAIK 2013 28,43 NAIK 51.219.667.538,00 NAIK 2014 31.697.990.000,00 TURUN SINTANG 2011 25,4 53.800.728.511,00 2012 11,41 TURUN 67.146.700.008,00 NAIK 2013 30,34 NAIK 75.734.769.583,00 NAIK 2014 56.080.392.300,00 TURUN

SUNGAI DURIAN 2011 13,92 25.848.432.750,00 2012 21,54 NAIK 31.422.390.000,00 NAIK 2013 24,31 NAIK 35.834.256.600,00 NAIK 2014 135.673.133.700,00 NAIK TEBIDAH 2011 10,43 15.175.796.893,00 2012 13,14 NAIK 12.041.557.850,00 TURUN 2013 15,97 NAIK 13.919.942.400,00 NAIK 2014 5.764.774.800,00 TURUN TEMPUNAK 2011 14,24 9.419.868.684,00 2012 13,41 TURUN 10.004.235.400,00 NAIK 2013 19,39 NAIK 10.804.557.300,00 NAIK 2014 6.262.100.000,00 TURUN SEKADAU 2011 26,56 6.893.941.305,00 2012 9,98 TURUN 8.789.543.233,00 NAIK 2013 22,41 NAIK 8.708.486.402,00 TURUN 2014 9.585.810.000,00 NAIK Keterangan :

= Turun dari periode sebelumnya

= Naik dari periode sebelumnya

Kan-Cap = Kantor Cabang

Catatan : Tabel dan animasi dibuat oleh penulis

Tabel di atas di maksudkan untuk memberikan gambaran tentang pola

penyaluran kredit yang di terapkan oleh CU. BIMA Sintang melalui 10 kantor

cabang dari tahun 2011 hingga 2014 dengan membuat pembagian tingkat

presentase kredit macet dan penyaluran kredit. Dari tabel tersebut kita dapat

melihat bahwa dari 10 kantor cabang yang ada rata-rata memiliki presentase

tidak mengikuti naik-turunnya presentase kredit macet. Sebagai contoh

penulis mengambil penyaluran kredit yang di terapkan oleh kantor cabang

Merakai, pada tahun 2011 didapati presentase kredit macet berada pada

2,05% dengan jumlah penyaluran kredit sebesar Rp 9.947.441.034,00-,.

Sedangkan pada tahun berikutnya yakni pada tahun 2012 terlihat bahwa

presentase kredit macet mengalami kenaikan menjadi sebesar 2,89% atau

naik sebesar 29,06% sementara angka penyaluran kredit juga menunjukkan

adanya kenaikan yakni sebesar Rp 12.907.934.950,00-, atau naik sebesar

22,93%. Pada tahun 2013 presentase kredit macet naik menjadi 8,61% atau

mengalami kenaikan secara signifikan sebesar 66,43%. Sementara angka

penyaluran kredit juga mengalami kenaikan menjadi Rp 13.147.691.834,00-,

atau mengalami kenaikan sebesar 1,82%.

Agar mendapatkan perbandingan penulis mengambil contoh dari kantor

cabang lain yakni kantor cabang Tebidah, pada tahun 2011 presentase kredit

macet adalah sebsar 10,43% dengan jumlah penyaluran kredit sebesar Rp

15.175.796.893,00-,. Pada tahun 2012 presentase kredit macet mengalami

kenaikan yakni menjadi 13,14% atau naik sebesar 20,62% dari tahun 2011.

Angka penyaluran kredit pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi Rp

12.041.557.850,00-, atau turun sebesar 20,65%. Pada tahun 2013 presentase

kredit macet juga mengalami kenaikan menjadi 15,75% atau naik sebesar

16,57% dari tahun sebelumnya. Angka penyaluran kredit juga mengalami

Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa naik atau turunnya kredit

macet tidak selalu berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit. Pada

contoh pertama dapat terlihat bahwa persentase kredit macet selalu

mengalami kenaikan sementara penyaluran kredit juga terus mengalami

kenaikan. Jika mengacu pada teori maka seharusnya angka penyaluran kredit

tetap bahkan turun dari periode sebelumnya. Pada contoh yang kedua terlihat

bahwa kredit macet selalu mengalami kenaikan tetapi angka penyaluran

kredit pada tahun tertentu mengalami penurunan sementara pada tahun

lainnya mengalami kenaikan meskipun jika di lihat dari kenaikan kredit

macet menunjukkan terjadinya kenaikkan yang signifikan. Dengan

menggunakan tabel tersebut kita dapat melihat bahwa kenaikan atau

penurunan kredit macet ada yang berbanding lurus tetapi ada juga yang

berbanding terbalik dengan penyaluran kredit. Jika kita melihat secara

keseluruhan terlihat lebih dominan angka penyaluran kredit berbanding lurus

terhadap kredit macet. Ini semakin menguatkan indikasi bahwa kredit macet

tidak cukup menjadi pertimbangan utama dalam penyaluran kredit.

Faktor lainnya adalah adalah perbedaan keanggotaan antara Credit

Union dengan lembaga keuangan lainnya. Pada Credit Union anggota adalah

pemilik dari Credit Union, sementara pada lembaga keuangan lainnya

anggota hanya bersifat sebagai pengguna (nasabah). Pada Credit Union

semua anggota berkedudukan sama. Anggota di ajak untuk menabung

(menyimpan) dana lalu di arahkan untuk meminjam dana tersebut untuk

Credit Union adalah milik bersama sehingga dana yang di pinjamkan tersebut

merupakan dana dari para anggota yang harus di kembalikan untuk di

pinjamkan kembali kepada anggota yang lain. Terkait dengan persoalan

kredit macet, faktor keanggotaan juga menjadi salah faktor yang

menyebabkan Credit Union memiliki kepercayaan diri menyalurkan kredit

sama atau bahkan lebih tinggi dari tahun sebelum karena anggota memiliki

simpanan saham serta agunan pada Credit Union yang jika di akumulasi

maka jumlahnya jauh lebih besar dari jumlah kredit macet pada tahun

sebelumnya. Pada Credit Union yang penulis teliti berdasarkan paparan

manajemen di sebutkan bahwa jumlah simpanan saham dan agunan anggota

yang mengalami kredit macet jauh di atas kredit macet pada tahun

sebelumnya.

Faktor ini terlihat sangat berbeda dengan lembaga keuangan lainnya

utamanya perbankan. Pada perbankan anggota yang meminjam tidak semua

memiliki simpanan saham (dana) sehingga jika terjadi kredit macet maka

dana para investor akan terganggu.

Pada kasus yang penulis teliti juga ditemukan Credit Union Bina

Masyarakat (BIMA) Sintang membagi setidak-tidaknya dua kategori dalam

penyaluran kredit, yakni kredit kesejahteraan (kredit konsumtif) dan kredit

produktif. Kredit konsumtif adalah pemberian kredit terhadap kepemilikan

perumahan, pembiayaan beasiswa, kredit kesehatan, kredit kepemilikan

kendaraan, dan lain-lain. Sementara kredit produktif adalah pemberian kredit

kerja, investasi perkebunan, dan kredit usaha kecil menengah lainnya.

Sehingga dalam pertimbangan penyaluran kredit Credit Union Bina

Masyarakat (BIMA) Sintang dapat mempertimbangkan bahwa selama kredit

produktif masih rendah mengalami kredit macet maka penyaluran masih tetap

berjalan normal.

Selain itu, para anggota Credit Union memiliki kedekatan secara

kewilayahan sehingga Credit Union bisa melihat secara langsung keadaan

ekonomi anggotanya yang menyebabkan terjadinya kesulitan bagi anggota

untuk memenuhi kewajibannya. Credit Union berusaha memahami keadaan

anggota yang mengalami kesulitan finansial. Ini berkaitan dengan faktor non-

keuangan yang ada di Credit Union yaitu asas solidaritas (kesetiakawanan).

Asas ini cukup berpengaruh pada kinerja keuangan Credit Union dimana

anggota yang mengalami kesulitan keuangan di bantu untuk mencari solusi.

Credit Union menghadirkan berbagai solusi lain agar keuangan anggota tetap

bisa berjalan meskipun anggota tersebut mengalami kredit macet (kesulitan

keuangan). Credit Union telah berupa menumbuhkan perekonomian anggota

dengan membentuk kelompok-kelompok usaha tani sehingga anggota yang

mengalami kesulitan tetap bisa memperoleh dana baru yang di harapkan

dapat menghidupkan kembali perekonomian anggotanya dan akhirnya dapat

memenuhi kembali kewajibannya yang sempat tertunda.

Penulis juga memberi sudut pandang yang lain bahwa hubungan yang

positif antara kredit macet dan penyaluran kredit dapat di sebabkan karena

peningkatan jumlah peminjam yang sehingga berbanding lurus dengan

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data maka dapat di tarik kesimpulan bahwa

kredit macet (Non Performing Loan) memiliki pengaruh terhadap penyaluran

kredit. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa kredit macet (Non

Performing Loan) memiliki pengaruh positif terhadap penyaluran kredit.

B. Keterbatasan

1. Keterbatasan informasi data pada Credit Union Bina Masyarakat (BIMA)

Sintang membuat penulis kesulitan untuk mengumpulkan data yang

berdampak pada minimnya data untuk di olah. Data yang tersedia dan

memadai untuk mendukung penelitian hanya tersedia dalam 3 tahun.

Dengan hanya menggunakan data sebanyak 3 tahun dan jumlah kantor

cabang 10 (total data 30) memiliki keterbatasan bahwa penelitian ini tidak

cukup kuat untuk menyatakan bahwa kredit macet berpengaruh atau tidak

pada penyaluran kredit.

2. Minimnya literatur seperti penelitian-penelitian terdahulu dan teori-teori

yang mendukung penelitian ini sehingga penulis mengalami kesulitan

C. Saran

1. Pada penelitian selanjutnya agar memperhatikan terlebih dahulu

ketersediaan data untuk di olah agar hasil penelitian cukup memiliki

kekuatan ilmiah dalam menyatakan suatu pengaruh faktor tertentu

terhadap faktor lainnya.

2. Mempertimbangkan ketersedian literatur yang memadai agar mendapatkan

dasar penelitian yang cukup kuat sehingga akan diperoleh hasil yang

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Ekonomi. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Program Studi Akuntansi. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro, Semarang

Hariyani, Iswi. 2010. Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Irnawan, Tonio, 2010. Quo Vadis Gerakan Koperasi Kredit Indonesia. INKOPDIT, Jakarta.

Khasmir. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kusumajati, Titus Odong. 2012. “Faktor Ekonomi dan Kelembagaan Dalam

Keberlanjutan Credit Union di Indonesia.” Disertasi Tidak Dipublikasikan. Universitas Gajah Madha, Yogyakarta.

Koperasi Kredit Bina Masyarakat Sintang (KOPDIT CU BIMA). 2015. Pola Kebijakan (POLJAK) Pengurus KOPDIT CU BIMA Tahun Buku 2015. Sintang.

Munaldus., Yuspita Karlena dan Herlina. 2014. Kiat Mengelola Credit Union “No Credit Union Succed Without Good System and Good People. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Munaldus., dkk. 2012. Credit Union : Kendaraan Menuju Kemakmuran. Praktik Bisnis Sosial Model Indonesia. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Muslim. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Macet (Kurang Lancar, Diragukan dan Macet). Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

Nachrowi, Nachrowi D., Usman, Hardius. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. LP-FEUI, Jakarta.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Surat Keputusan No: 20/Per/M.KUMKM/XI/2008 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi.

Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal. 2006. Credit Management Handbook (Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir, dan Nasabah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Rivai, Veitzal., Andria Permata Veithzal dan Ferry N. Idroes. 2007. Bank And Financial Institution Management Conventional dan Sharia System. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Saraisih, Ni Wayan., dan Made Rusmala Dewi. 2012. “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Non Performong Loan, dan Inflasi terhadap Kredit Yang Disalurkan Oleh LPD Kabupaten Badung Periode Tahun 2008-2012”. Jurnal. Universitas Udayana, Bali.

Santoso, Singgih. 2010. Statistik Paramterik : Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. PT. Gramedia, Jakarta.

Sanusi, Anwar. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Salemba Empat, Jakarta Selatan.

Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan

Perbankan”. Edisi pertama. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Sugiyono. 2001. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Ketiga. Alfabeta, Bandung.

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/11/DPNP Perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia.

Surat Edaran Bank Indonesia No.8/30/DPBPR/2006 Perilah Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Bank Perkreditan Rakyat.

Surat Edaran Bank Indonesia No.7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2005 Perihal Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

Tyas Firmani, Brigitta. 2008. Pengaruh Jangka Waktu, Suku Bunga, dan Jaminan Kredit Terhadap Besarnya Kredit Macet. Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan.

Warjiyo, P. 2004. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia, Buku Seri Kebansentralan. No.11. Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.

Website bkcu kalimantan, 2015, www.puskopditbkcukalimantan.org, di akses tgl 26 November 2015.

Website inkopdit indonesia, 2015, www.cucoindo.org, di akses tgl 26 November 2015.

DATA KREDIT MACET DAN PENYALURAN KREDIT PADA 10 KANTOR CABANG CU BIMA SINTANG

TAHUN 2011-2014

Sumber : Data keuangan CU. BIMA Sintang NOMINAL (Rp) PERSENTASE (%) 1 Merakai 203.826.000,00 2,05 12.907.934.950,00 2 Nanga Mau 1.450.943.808,00 20,37 17.692.693.382,00 3 Nanga Pinoh 842.009.969,00 8,37 13.353.756.516,00 4 Snenaning 727.252.500,00 8,48 10.781.088.200,00 5 Sepauk 2.264.537.639,00 6,73 42.913.652.256,00 6 Sintang 13.665.737.284,00 25,4 67.146.700.008,00 7 Sungai Durian 3.698.597.450,00 13,92 31.422.390.000,00 8 Tebidah 1.582.599.592,00 10,43 12.041.557.850,00 9 Tempunak 1.341.661.247,00 14,24 10.004.235.400,00 10 Sekadau 1.831.208.523,00 26,56 8.789.543.233,00 NOMINAL (Rp) PERSENTASE (%) 1 Merakai 373.542.300,00 2,89 13.147.691.834,00 2 Nanga Mau 4.239.134.750,00 23,96 19.237.252.980,00 3 Nanga Pinoh 1.070.892.600,00 8,02 15.651.474.600,00 4 Snenaning 1.497.283.200,00 13,88 11.233.857.400,00 5 Sepauk 5.666.611.975,00 13,2 51.219.667.538,00 6 Sintang 7.664.537.295,00 11,41 75.734.769.583,00 7 Sungai Durian 6.768.987.050,00 21,54 35.834.256.600,00 8 Tebidah 1.582.750.050,00 13,14 13.919.942.400,00 9 Tempunak 1.341.540.000,00 13,41 10.804.557.300,00 10 Sekadau 876.819.867,00 9,98 8.708.486.402,00 NOMINAL (Rp) PERSENTASE (%) 1 Merakai 1.132.355.600,00 8,61 7.102.250.000,00 2 Nanga Mau 4.327.031.750,00 22,49 8.066.000.000,00 3 Nanga Pinoh 1.992.483.900,00 12,73 11.575.400.000,00 4 Snenaning 1.414.887.600,00 12,59 6.087.940.800,00 5 Sepauk 14.559.536.132,00 28,43 31.697.990.000,00 6 Sintang 23.304.471.620,00 30,37 56.080.392.300,00 7 Sungai Durian 8.711.156.950,00 24,31 135.673.133.700,00 8 Tebidah 2.222.337.200,00 15,97 5.764.774.800,00 9 Tempunak 2.095.450.700,00 19,39 6.262.100.000,00 10 Sekadau 1.951.338.000,00 22,41 9.585.810.000,00

NO NAMA KANTOR CABANG DATA KREDIT LALAI TAHUN 2013 DATA PENYALURAN KREDIT TAHUN 2014 (Rp) DATA KREDIT LALAI TAHUN 2011

NO DATA PENYALURAN KREDIT

TAHUN 2012 (Rp) NAMA KANTOR CABANG

NO NAMA KANTOR CABANG DATA KREDIT LALAI TAHUN 2012 DATA PENYALURAN KREDIT TAHUN 2013 (Rp)

Dokumen terkait