• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil temuan dan analisis data yang telah penulis lakukan dalam subbab A, maka dalam subbab ini akan membahas permasalahan satu per satu.

1. Waktu yang dibutuhkan lulusan BLK untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus dari BLK

Di sini penulis mengambil batasan waktu selama 3 bulan, karena didasarkan pada kartu kuning yang masa berlakunya selama 3 bulan. Kartu kuning adalah kartu yang dikeluarkan oleh Depnakertrans yang diberikan pada orang-orang yang sedang mencari pekerjaan.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan pada sejumlah sampel dapat diketahui apakah para lulusan BLK langsung mendapatkan pekerjaan pada 3 bulan pertama. Jumlah lulusan BLK yang mendapatkan pekerjaan pada 3 bulan pertama ada sebanyak 28 orang atau 17,8%, jangka waktu 4 - 6 bulan ada 34 orang atau 21,7%, jangka waktu 7 – 12 bulan ada 46 orang atau 29,3%, dan lebih dari 1 tahun ada 49 orang atau 31,2%. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa lulusan BLK yang bekerja di sektor swasta ada 84 orang atau 53,5%, yang membuka lapangan usaha sendiri atau berwiraswasta ada 52 orang atau 33,1% dan sisanya sebanyak 21 orang atau 13,4% menganggur.

Lulusan BLK yang dapat kerja pada bulan-bulan pertama ada yang mendapatkan pekerjaan tersebut melalui jaringan kerjasama yang dibangun BLK dengan perusahaan-perusahaan, dan ada juga yang berhasil mendapatkan pekerjaan dengan usaha sendiri. Upaya BLK untuk mempertemukan para pencari pekerjaan dengan perusahaan sebagai pencari tenaga kerja dilakukan dengan cara kerjasama penempatan lulusan. Bentuk kerjasama BLK dengan perusahaan yaitu BLK menyalurkan tenaga kerja baik itu lulusan BLK ataupun juga para tenaga kerja dari luar ke perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dengan BLK. Kerjasama antara BLK dengan perusahaan biasanya berawal dari inisiatif perusahaan yang datang langsung ke BLK untuk melihat pelatihan, kemudian tertarik untuk merekrut karyawan. Setelah itu dibuatlah MoU kerjasama penempatan alumni BLK DIY dari tahun ke tahun sampai sekarang.

Bentuk kerjasama BLK dengan perusahaan bisa dengan cara BLK menerima iklan lowongan pekerjaan dari perusahaan yang bersangkutan dan serangkaian tes kemudian diadakan langsung oleh perusahaan tersebut. Bentuk lainnya yaitu pelatihan yang ditujukan untuk bekerja atau model titipan, jadi perusahaan menawarkan lapangan pekerjaan kepada BLK, kemudian BLK membuka pendaftaran dan mengadakan tes seleksi yang bisa diikuti oleh semua orang. Bagi yang lulus seleksi akan mendapatkan pelatihan di BLK selama beberapa bulan tergantung dari permintaan perusahaan, dan nantinya setelah pelatihan itu selesai mereka akan langsung bekerja di perusahaan tersebut. Lulusan BLK yang mendapatkan pekerjaan tidak melalui kerjasama yang dibangun BLK dengan perusahaan umumnya mencari pekerjaan dengan inisiatif sendiri. Sebagian dari mereka bekerja di sektor swasta dan sebagian lagi membuka usaha sendiri atau wiraswasta.

Faktor yang menyebabkan cepatnya lulusan BLK mendapatkan pekerjaan bisa berasal dari pribadi masing-masing individu dan lingkungan. Untuk lulusan BLK yang rajin mencari informasi kerja mereka akan cepat untuk mendapatkan pekerjaan, namun sebaliknya untuk orang-orang yang malas tentunya mereka tidak akan mendapatkan kerja dengan cepat. Lingkungan juga bisa menjadi salah satu sebab cepat atau tidaknya lulusan BLK mendapatkan pekerjaan, ini bisa berasal dari keluarga, teman, atau tempat tinggal. Keluarga biasanya mempunyai peran yang cukup besar dalam cepatnya perolehan pekerjaan, karena biasanya

keluargalah yang mendorong supaya mereka cepat-cepat mencari kerja. Kondisi ekonomi keluarga juga bisa menjadi sebab mereka harus cepat-cepat mencari kerja sehingga tidak peduli mau bekerja seperti apa atau di mana. Faktor teman-teman atau lingkungan tempat tinggal juga turut berpengaruh. Rasa malu dengan tetangga apabila tidak bekerja mengakibatkan mereka cepat-cepat untuk mencari pekerjaan.

Ada dua faktor yang mengakibatkan lulusan BLK menganggur cukup lama atau yang baru mendapatkan pekerjaan lebih dari 3 bulan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu dari pribadi masing-masing individu yaitu: Pertama, rasa malas untuk mencari informasi lowongan kerja yang ada sehingga kurang informasi kerja yang berakibat pada lamanya mendapatkan pekerjaan; Kedua, selektif dalam mencari pekerjaan. Idealnya mereka menginginkan pekerjaan yang memang sesuai dengan bidang mereka dengan beberapa syarat-syarat tertentu, seperti tempat kerja yang tidak jauh atau strategis, gaji yang sesuai, lingkungan yang nyaman dan lain-lain. Sehingga dalam mencari pekerjaan mereka memilih-milih pekerjaan yang sesuai dengan keinginan mereka dan mempertimbangkan banyak hal. Banyak alasan yang mengakibatkan mereka tidak memperoleh pekerjaan, seperti tidak ingin bekerja di tempat yang jauh karena alasan keluarga, yaitu tidak bisa jauh dari keluarga atau meninggalkan keluarga karena masih ada tanggungan keluarga yang perlu diurus, mempunyai anak, istri atau suami. Hal-hal seperti inilah yang mengakibatkan mereka selektif dalam mencari pekerjaan; Ketiga, adanya

anggapan kalau mereka mencari kerja melalui suatu instansi dalam hal ini BLK maka mereka nantinya akan terkena ongkos jasa yang akan dipotong dari gaji mereka. Sehingga mereka ada yang tidak mau menggunakan jasa BLK sewaktu mencari pekerjaan dan memilih untuk mencari pekerjaan di luar yang tentunya lebih sulit untuk didapatkan. Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar seperti tempat tinggal. Lulusan BLK yang bertempat tinggal jauh dari kota atau yang berasal dari luar daerah mengakibatkan informasi kerja sulit untuk didapatkan.

Sebagian dari lulusan BLK yang belum mendapatkan pekerjaan pada bulan-bulan pertama umumnya pernah mengikuti tes seleksi kerja yang diadakan oleh perusahaan, hanya saja mereka belum beruntung sehingga tidak mendapatkan pekerjaan tersebut. Seringnya mereka mengikuti tes dan mengirim lamaran kerja ke berbagai instansi atau lembaga atau perusahaan dan tidak ada hasilnya atau ditolak mengakibatkan munculnya rasa malas untuk mencari pekerjaan, hal inilah yang mengakibatkan mereka menganggur cukup lama. Sebagian lagi ada yang akhirnya mempunyai inisiatif sendiri untuk membuka lapangan usaha atau berwiraswasta. Hal ini sesuai dengan tujuan BLK yaitu menciptakan tenaga kerja yang mampu menciptakan lapangan kerja secara mandiri. Akan tetapi hal ini juga mengalami kendala, dan yang utama adalah dalam segi finansial karena mereka tidak mempunyai modal untuk membuka lapangan usaha sendiri. Sehingga mereka harus menunggu dulu untuk beberapa waktu sampai akhirnya bisa membuka usaha sendiri.

Untuk lulusan BLK yang menganggur, di sini mereka memang sedang tidak bekerja karena berbagai sebab. Ada lulusan BLK yang setelah lulus kemudian melanjutkan kembali sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, seperti masuk ke perguruan tinggi atau mengikuti kursus-kursus, ada juga lulusan BLK yang karena berkeluarga kemudian pada akhirnya tidak mencari pekerjaan karena sibuk mengurus keluarga.

Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi BLK dalam menempatkan para lulusannya adalah belum cukup efektif. Ini bisa dilihat dari persentase lulusan BLK yang mendapatkan pekerjaan pada 3 bulan pertama hanya sebesar 17,8%. Selain itu jaringan kerjasama yang di bangun BLK belum mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penempatan lulusan, karena sebagian besar lulusan BLK berhasil mendapatkan pekerjaan dengan usaha sendiri, dan bukan dari kerjasama yang dilakukan BLK dengan perusahaan-perusahaan. Ini terjadi karena BLK belum cukup efektif dalam membangun jaringan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang ada, sehingga hanya sedikit lulusan yang mampu disalurkan kepada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pegawai baru. Dalam hal ini pihak BLK belum cukup aktif dalam menarik perusahaan untuk mau bekerja sama dalam penempatan lulusan. Sehingga mengakibatkan banyak lulusan BLK yang harus menganggur setelah menyelesaikan pelatihan.

2. Kesesuaian pekerjaan dengan bidang yang mereka ambil selama mengikuti pelatihan.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan, maka didapatkan data yaitu sebesar 112 orang atau 71,3% lulusan BLK mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang yang mereka ambil selama mengikuti pelatihan, sedangkan sisanya 45 orang atau 28,7% mendapat pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang yang mereka ambil selama mengikuti pelatihan di BLK. Lulusan BLK yang mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang yang mereka ambil selama pelatihan mendapatkan pekerjaan melalui penyaluran, yaitu lewat kerjasama yang dibangun BLK, keinginan pribadi, serta tuntutan pasar.

Lulusan BLK yang mendapatkan pekerjaan sesuai dengan pelatihan yang mereka ambil sebanyak 68 orang bekerja pada sektor swasta, dan sisanya sebanyak 44 orang berwiraswasta. Lulusan BLK yang mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan pelatihan yang mereka ambil terdiri dari 8 orang yang bekerja di sektor swasta, 16 orang yang membuka lapangan usaha sendiri atau berwiraswasta, dan 21 orang menganggur.

Lulusan BLK bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang yang mereka ambil selama pelatihan karena: Pertama, mereka mendapatkan pekerjaan tersebut melalui kerjasama yang di bangun oleh BLK dengan perusahana-perusahaan; Kedua, keinginan pribadi individu untuk mencari pekerjaan sesuai dengan bidangnya; Ketiga, tuntutan pasar.

Pada awal-awal kelulusan biasanya jasa BLK lebih banyak digunakan untuk pertama kali karena lebih mudah untuk didapatkan informasinya dan juga lebih efektif, dan nantinya pekerjaan yang mereka dapatkan pun sudah pasti dan sesuai dengan bidang mereka. Di sini lulusan BLK dapat mengisi lowongan kerja yang ditawarkan oleh perusahaan yang bekerja sama dengan BLK sesuai dengan kemampuan atau keterampilan yang mereka miliki yang telah mereka dapatkan selama pelatihan. Dan karena mereka adalah lulusan BLK, maka mereka lebih banyak mendapatkan prioritas untuk mengisi lowongan di perusahan tersebut karena jelas-jelas memiliki keahlian sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Selain itu ada juga lulusan BLK yang mencari pekerjaan dengan inisiatif sendiri atau melamar kerja di tempat lain tanpa melalui jasa dari BLK. Namun mereka tetap mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang yang mereka kuasai karena beranggapan bahwa mereka mempunyai keahlian di bidang itu jadi harus bekerja sesuai dengan keahlian mereka dan tidak berani untuk mengambil resiko mencari pekerjaan lain. Tuntutan pasar juga berpengaruh terhadap perolehan pekerjaan para lulusan BLK. Dalam hal ini perusahaan mana pun tidak mau rugi dengan memperkerjakan orang-orang yang tidak memiliki keahlian atau keterampilan untuk bekerja di perusahaan mereka. Jadi secara otomatis perusahaan akan mencari orang-orang yang memiliki keahlian untuk bekerja di tempat mereka. Tuntutan pasar inilah yang mengakibatkan lulusan BLK tentunya juga akan mencari pekerjaan sesuai

dengan keahlian dan keterampilan yang mereka punya, karena itu sudah merupakan nilai plus yang mereka miliki untuk mencari pekerjaan.

Lulusan BLK yang mendapatkan pekerjaan tidak sesuai dengan bidang yang mereka ambil selama pelatihan umumnya karena mereka mencari pekerjan atas dasar inisiatif sendiri, dalam artian mencari kerja diluar BLK atau tidak menggunakan jasa penyaluran dari BLK. Karena mencari pekerjaan atas inisiatif sendiri maka mereka bisa mendapatkan pekerjaan apa saja bahkan yang tidak sesuai dengan keahlian yang mereka punya. Ini terjadi karena selama ini mereka mengikuti tes kerja di perusahaan yang bekerjasama dengan BLK namun tidak diterima, dan itu berlangsung terus menerus sehingga lama-lama bosan dan akhirnya mencari pekerjaan sendiri.

Ada dua faktor yang berpengaruh terhadap perolehan pekerjaan lulusan BLK yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah dari diri sendiri seperti rasa bosan atau jenuh dalam mencari pekerjaan. Pada mulanya lulusan BLK memang berniat untuk mencari pekerjaan sesuai dengan bidang yang mereka kuasai, namun karena seringnya ditolak oleh perusahaan akhirnya mereka menyerah dan mencari pekerjaan lain yang tidak sesuai dengan bidang yang mereka kuasai. Mereka benar-benar membutuhkan pekerjaan maka mereka mau bekerja apa saja meskipun tidak sesuai dengan bidang mereka karena tidak mempunyai pilihan lain. Faktor eksternal yaitu dari luar, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan seperti tempat kerja yang jauh. Lulusan BLK bisa mendapatkan

pekerjaan yang sesuai dengan bidang yang mereka kuasai namun pekerjaan tersebut mengharuskan mereka untuk meninggalkan keluarga. Karena tidak bisa melakukan hal itu maka mereka mencari pekerjaan di tempat yang dekat dari tempat tinggal meskipun tidak sesuai dengan keahlian yang mereka punya, kalaupun ingin berwiraswasta mereka terbentur pada biaya. Lulusan BLK yang tidak berhasil mendapatkan pekerjaan sebagian besar kemudian membuka usaha sendiri atau berwiraswasta. Namun ada juga lulusan BLK yang memang berniat berwiraswasta sendiri setelah lulus dari BLK. Keputusan masing-masing lulusan BLK dalam mencari pekerjaan berbeda-beda dan ini semuanya tergantung dari pribadi masing-masing individu.

Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pelatihan di BLK sudah cukup efektif dalam menempatkan lulusannya untuk bekerja sesuai dengan pelatihan yang mereka dapatkan. Hal ini bisa dilihat dari persentase lulusan BLK yang mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang yang mereka ambil selama pelatihan adalah sebesar 71,3%. Sebagian besar lulusan BLK mendapatkan pekerjaan atas usaha sendiri, kebanyakan bekerja di sektor swasta, dan sebagian lagi membuka usaha sendiri atau berwiraswasta

3. Kelayakan gaji yang didapatkan para lulusan BLK

Dari hasil wawancara diketahui jumlah lulusan BLK yang mendapatkan gaji di bawah UMP ada 67 orang atau 42,7%, yang mendapatkan gaji UMP ada 62 orang atau 39,5%, dan sisanya sebanyak

28 orang atau 17,8% mendapatkan gaji di atas UMP. Sebagian besar lulusan BLK bekerja di sektor swasta dan sebagian lagi membuka usaha sendiri atau wiraswasta karena sulit mendapatkan pekerjaan serta ingin mengembangkan keterampilan yang mereka punya. Untuk lulusan BLK yang menganggur, sebagian dari mereka memang belum mendapatkan pekerjaan dan kalaupun ingin berwiraswasta mereka terbentur pada biaya, sebagian lagi ada juga yang berkeluarga sehingga beranggapan tidak perlu mencari pekerjaan, dalam hal ini adalah para wanita. Ada juga lulusan BLK yang kemudian bersekolah lagi setelah mengikuti pelathan sehingga mereka tidak bekerja.

Lulusan BLK yang mendapatkan gaji di bawah UMP terdiri dari 15 orang yang bekerja di sektor swasta, 31 orang membuka usaha sendiri atau wiraswasta, dan 21 orang menganggur. Untuk lulusan BLK yang bekerja di sektor swasta, tempat mereka bekerja biasanya belum termasuk dalam suatu perusahaan atau tempat usaha yang berskala besar jadi gaji yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Selain di perusahaan mereka juga bekerja di suatu industri yang bersifat home industri contohnya industri kerajinan. Karena industri tersebut termasuk dalam insustri kecil maka di sana mereka belum bisa mendapatkan gaji yang layak. Selain bekerja di sektor swasta kebanyakan dari mereka juga membuka usaha sendiri atau wiraswasta. Usaha yang mereka lakukan biasanya hanya dalam skala kecil. Penghasilan yang mereka dapat juga tergantung dari order yang mereka dapatkan setiap

harinya atau tidak tentu. Kadang mereka bisa mendapatkan order yang banyak dalam sehari namun terkadang tidak ada sama sekali.

Di sini yang juga termasuk dalam mereka yang berpenghasilan di bawah UMP adalah mereka yang tidak bekerja atau menganggur. Para lulusan BLK ini tidak bekerja karena bermacam-macam hal, seperti mereka yang memang tidak mau bekerja karena malas untuk mencari pekerjaan. Ada juga yang beranggapan bahwa mereka tidak perlu untuk mencari pekerjaan karena sudah ada yang menafkahi mereka dan sibuk mengurus rumah tangga, dalam hal ini adalah para wanita yang sudah berkeluarga. Selain itu meskipun hanya sebagian kecil ada lulusan BLK yang setelah lulus dari BLK kemudian melanjutkan sekolahnya lagi ke jenjang yang lebih tinggi.

Lulusan BLK yang mendapatkan gaji UMP adalah sebagian besar dari mereka yang bekerja di sektor swasta yaitu sebanyak 41 orang dan sisanya 21 orang membuka usaha sendiri atau berwiraswasta. Untuk yang bekerja di sektor swasta, di sini mereka bekerja pada perusahaan yang memang terdaftar pada dinas perindustrian sehingga mereka mendapatkan gaji yang sesuai dengan standar yaitu UMP. Sedangkan yang membuka usaha sendiri atau berwiraswasta usaha yang mereka jalankan memang belum termasuk dalam usaha yang berskala besar, akan tetapi penghasilan yang mereka dapatkan cukup atau bahkan lebih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Lulusan BLK yang mendapatkan gaji di atas UMP adalah lulusan BLK yang mempunyai prestasi kerja di tempat mereka bekerja dan mereka bekerja pada sektor swasta. Mereka mendapatkan pekerjaan melalui penempatan yang dibangun oleh BLK, atau bisa juga atas inisiatif sendiri atau mencari pekerjaan ditempat lain tidak melalui BLK. Kebanyakan mereka bekerja di suatu instansi atau perusahaan yang cukup besar dan sudah mempunyai nama. Dalam suatu instansi untuk pegawai yang mempunyai prestasi kerja yang bagus, mereka akan mendapatkan suatu penghargaan seperti kenaikan pangkat yang berarti kenaikan pendapatan atau gaji yang mereka peroleh.

4. Pandangan pengusaha terhadap kompetensi lulusan BLK

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan para pemilik perusahaan diketahui bahwa 85,7% para pemilik perusahaan mengakui bahwa mereka merasa puas dengan lulusan BLK yang bekerja di tempat mereka. Para lulusan BLK mempunyai kinerja yang lebih memuaskan karena mereka mempunyai nilai plus pada bidang yang mereka kuasai, dalam artian mereka lebih terlatih dan mempunyai kemampuan yang memadai dan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan perusahaaan. Nilai plus tersebut antara lain: Pertama, lulusan BLK sudah terlatih dengan baik. Di BLK mereka sudah mengikuti pelatihan yang sudah disesuaikan dengan standar perusahaan. Selain itu pelatihan yang dilaksanakan juga sudah menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi; Kedua, lulusan BLK merupakan lulusan yang bersertifikasi. Dengan

adanya sertifikasi ini berarti lulusan BLK sudah mendapatkan jaminan dan pengakuan dari masyarakat akan keterampilan yang mereka punyai.

Pandangan para pengusaha terhadap kompetensi lulusan BLK juga sudah cukup baik. Mereka dianggap menguasai dan mempunyai keterampilan yang cukup karena sudah dilatih sesuai dengan standar perusahaan, sehingga dalam bekerja hasilnya lebih memuaskan. Penguasaan bidang pekerjaan yang mereka miliki juga baik sehingga adaptasi dalam pekerjaan otomatis lebih cepat, dan kalaupun masih membutuhkan penyesuaian tidak begitu jauh dari ketinggalan. Pengalaman bekerja juga lebih cepat karena sudah terlatih, maka dalam menangkap job description pun juga lebih cepat.

Lulusan BLK bisa memenuhi standar perusahaan karena kurikulum pengajaran dan pelatihan yang diajarkan di BLK memang sudah terlebih dahulu disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Untuk membuat kurikulum yang sesuai dengan standar perusahaan, pada mulanya pihak BLK melakukan survei ke perusahaan-perusahaan yang ada baru kemudian membuat kurikulum yang sesuai dengan standar dan kebutuhan perusaaan. Menurut perusahaan kualitas lulusan mampu bekerja dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, sebagai bukti tidak ada keluhan dari perusahaan tempat lulusan bekerja, kalaupun ada itu hanya mengenai masalah penyesuaian. Lulusan BLK meskipun butuh penyesuaian tapi tidak jauh dari ketinggalan dan tidak membutuhkan terlalu banyak penyesuaian.

Sedangkan 14,3% pemilik perusahaan mengatakan mereka kurang puas dengan lulusan BLK karena faktor sikap yang mereka miliki. Kerampilan yang dimiliki lulusan BLK memang sudah sesuai dengan standar perusahaan, tetapi pemilik perusahaan tidak hanya menilai lulusan BLK dari segi keterampilan yang mereka miliki, tetapi juga dari segi sikap seperti kedisiplinan, tanggung jawab, dan lain-lain. Perusahaan yang mengatakan kurang puas dengan luluan BLK mendapati bahwa ada lulusan BLK yang dalam bekerja di perusahaan mereka kurang disiplin dalam bekerja

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan para pemilik perusahaan diketahui bahwa perusahaan mendapatkan tenaga kerja dengan dua cara, pertama dengan membuka lowongan kerja melalui media yang ada, kedua dengan kerjasama yang dijalin perusahaan dengan BLK. Dari wawancara diketahui pula bahwa pengusaha menganggap bahwa merekrut tenaga kerja melalui BLK dianggap lebih efisien karena prosesnya lebih mudah dan membutuhkan biaya yang relatif lebih murah, lain halnya bila perusahaan merekrut tenaga kerja dengan membuka lowongan melalui media atau tidak melalui BLK.

Perekrutan tenaga kerja melalui BLK dianggap lebih efisien karena perusahaan tinggal mengajukan kerjasama dengan pihak BLK dan mengadakan tes seleksi yang bisa dilakukan dalam partai besar dan dalam waktu yang bersamaan sehingga tidak membutuhkan banyak waktu. Untuk selanjutnya perusahaan tinggal mengambil tenaga kerja sebanyak yang

dibutuhkan oleh perusahaan sesuai dengan hasil tes yang sudah dilakukan. Keuntungan lainnya adalah pelamar tentu menguasai bidang pekerjaan yang ditawarkan oleh perusahaan karena pelamar sebagian besar adalah lulusan dari BLK yang sudah dilatih dan memiliki keahlian sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Untuk perusahaan yang setiap tahunnya mengadakan kerjasama dengan BLK, perusahaan dapat memprediksi berapa tenaga kerja yang dibutuhkan ketika terjadi PHK. Ini biasanya terjadi setiap tahun ketika masa kontrak pekerja habis, karena

Dokumen terkait