• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

C. Teori Human Capital

Teori Human Capital dikembangkan pertama kali oleh Theodore W. Schultz pada awal tahun 60-an. (Sutrisno R, 1992) Teori ini memandang setiap usaha yang dilakukan seseorang dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas produktifnya dianggap sebagai usaha investasi dalam diri manusia. Alasannya adalah bahwa usaha tersebut membutuhkan biaya baik langsung maupun tidak langsung, dan setelah selesai akan menghasilkan manfaat yang sifatnya ekonomis maupun nonekonomis di masa mendatang.

1. Pengertian Human Capital

Pembentukan modal manusia adalah proses memperoleh dan meningkatkan jumlah orang yang mempunyai keahlian, pendidikan, dan pengalaman yang menentukan bagi pembangunan ekonomi dan politik suatu negara. Pembentukan modal manusia karenanya dihubungkan pada investasi pada manusia dan pengembangannya sebagai suatu sumber kreatif dan produktif. Menurut Schultz terdapat lima pengembangan sumber daya manusia yakni: (a)Fasilitas dan pelayanan kesehatan, pada umumnya diartikan mencakup semua pengeluaran yang mempengaruhi harapan hidup, kekuatan dan stamina, tenaga serta vitalitas rakyat; (b)Latihan jabatan, termasuk magang model yang diorganisasikan oleh perusahaan; (c)Pendidikan yang diorganisasikan secara formal pada tingkat dasar, menengah dan tinggi; (d)Program studi bagi orang dewasa yang tidak diorganisasikan oleh perusahan, termasuk program extension khususnya pada pertanian; (e)Migrasi perorangan dan keluarga untuk

menyesuaikan diri dengan kesempatan kerja yang selalu berubah. (Jinghan, 2004:414).

Dalam pengertian luas, investasi human capital berarti pengeluaran di bidang pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sosial pada umumnya; dan dalam pengertian sempit; investasi human capital berarti berarti pengeluaran di bidang pendidikan dan latihan (Jinghan, 2004:414). Investasi human capital memiliki sejumlah pengaruh antara lain perbaikan kualitas pekerjaan dan perbaikan fungsi institusi-institusi. Karena itu, investasi pendidikan pada umumnya dihubungkan dengan efisiensi pasar (Evenson, 1993:273).

2. Pentingnya Modal Manusia

Dalam proses pertumbuhan ekonomi, orang lebih menekankan pada akumulasi modal fisik, namun sekarang makin disadari bahwa pertumbuhan persediaan modal nyata sampai batas-batas tertentu tergantung pada pembentukan modal manusia, yaitu “proses peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan seluruh rakyat suatu negara“. Para ekonom berpendapat, langkanya investasi pada modal manusia merupakan penyebab lambannya pertumbuhan negara terbelakang. Tanpa mengembangkan pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dan menaikkan tingkat ketrampilan dan efisiensi fisik rakyat, maka produktivitas modal fisik akan merosot.

Modal fisik menjadi lebih produktif jika negara mempunyai modal manusia yang memadai. Pertumbuhan modal manusia yang tidak sejalan

dengan tingkat modal fisik merupakan penyebab rendahnya daya serap (absorbsi) modal fisik, oleh karena itu kebutuhan investasi pada modal manusia menjadi amat penting. Prof. Ajit Dasgupta mengatakan “teori investasi optimum berkenaan dengan alokasi sumber daya dari waktu ke waktu: sumber yang dialokasikan pada pendidikan membantu meningkatkan kapasitas produktif sehingga menaikkan output dan konsumsi di masa datang, karena itu pilihan yang berkaitan dengan pendidikan atau jenis prasarana sosial lainnya merupakan bagian dari teori investasi.” (Jinghan, 2004:417).

3. Pembentukan Modal Manusia

Komponen utama dari human capital ialah tubuh pengetahuan

(body of knowledge) penduduk dan kapasitas penduduk untuk

menggunakan body of knowledge tersebut secara efektif. Investasi human capital termasuk meliputi pengerahan sumber daya untuk pendidikan (baik formal maupun nonformal, pelatihan dan perluasan jasa-jasa) dan kesehatan (meningkatkan kekuatan, stamina, vitalitas dan usia panjang) dari angkatan tenaga kerja.

a. Pendidikan

Human capital yang dibentuk melalui pendidikan formal (dasar, menengah dan tinggi) maupun nonformal (pelatihan dan magang) dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan. Tanpa mengembangkan pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dan

menaikkan tingkat ketrampilan dan efisiensi fisik rakyat maka produktivitas modal kapital akan merosot.

Perluasan kesempatan pendidikan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui:

1) Terciptanya angkatan kerja yang lebih produktif karena bekal pengetahuan dan ketrampilan yang lebih baik.

2) Tersedianya kesempatan kerja yang lebih luas.

3) Terciptanya suatu kelompok pemimpin yang terdidik untuk mengisi berbagai lowongan.

4) Tersedianya berbagai program pendidikan dan pelatihan, mulai dari yang bertujuan untuk memberantas buta huruf, memberi ketrampilan dasar, dan membina sikap-sikap modern.

b. Kesehatan dan Gizi

Peningkatan kesehatan dan gizi merupakan bagian dari investasi human capital karena kesehatan dan gizi memberikan sumbangan yang tinggi bagi produktivitas buruh, juga kualitas hidup buruh dan warga negara umumnya. Oleh karena itu peningkatan kesehatan suatu masyarakat memegang peran penting dalam upaya meningkatkan produktivitas, pendapatan dan pertumbuhan ekonomi.

4. Problem Pembentukan Modal Manusia

Problem utama pembentukan modal di negara terbelakang adalah: a. Penduduk yang tumbuh dengan pesat

b. Pengangguran yang meningkat di sektor perekonomian modern dan meluasnya pengangguran pada pertanian tradisional

c. Langkanya tenaga manusia dengan ketrampilan dan pengetahuan kritis yang diperlukan bagi pembangunan nasional yang efektif

d. Organisasi dan lembaga yang tidak memadai dan terbelakang untuk memobilisasi usaha manusia

e. Kurangnya rangsangan bagi orang untuk melibatkan diri pada kegiatan tertentu yang amat penting bagi pembangunan nasional

5. Kriteria Investasi Pada Modal Manusia

Salah satu problem yang paling menggelitik adalah masalah perkiraan produktivitas investasi di bidang pembentukan modal manusia, khususnya pendidikan. Para ahli ekonomi menyarankan kriteria berikut: a. Kriteria Tingkat Pengembalian

Asumsi dasar teori human capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah di satu pihak meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang, akan tetapi di pihak lain menunda penerimaan penghasilan selama satu tahun sekolah. Selain itu seseorang yang melanjutkan sekolah harus membayar biaya secara langsung seperti uang sekolah, pembelian buku-buku dan alat-alat sekolah, tambahan uang transport dan lain-lain.

Teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan memutuskan meneruskan sekolah bila pada satu tingkat discount tertentu, nilai

sekarang dari arus penghasilan seumur hidup apabila ia melanjutkan sekolah dikurangi biaya selama sekolah lebih besar dari nilai sekarang dari arus penghasilan seumur hidup bila ia tidak melanjutkan sekolah. Biaya sekolah yang dikeluarkan secara langsung dinamakan biaya langsung, sedangkan penghasilan yang dikorbankan untuk melanjutkan sekolah dinamakan opportunity cost atau biaya tidak langsung dari melanjutkan sekolah.

b. Kriteria Sumbangan Pendidikan Pada Pendapatan Nasional Bruto Menurut kriteria ini, investasi di bidang pendidikan ditentukan oleh sumbangannya dalam menaikkan pendapatan nasional bruto atau pembentukan modal fisik dalam satu periode. Investasi di bidang pendidikan menyumbang 3,5 kali lebih banyak pada kenaikan pendapatan nasional bruto daripada investasi di bidang modal fisik. Perkiraan ini mengukur dampak investasi pendidikan pada perekonomian yang didasarkan pada biaya alternatif pendidikan yaitu pendapatan yang hilang selama di sekolah, akademi dan universitas dan biaya yang dikeluarkan pada pendidikan formal setelah memperhitungkan biaya penyusutan

c. Kriteria Faktor Residual

Solow, Kendrick, Denison, Jorgenson, dan Griliches, Kuznets, dan ahli ekonomi lainnya telah mencoba ” mengukur seberapa besar proporsi kenaikan Produk Nasional Bruto, dalam satu periode, dapat dihubungkan dengan input modal dan buruh yang dapat diukur, dan

seberapa proporsi kenaikan Pendapatan Nasional Bruto dapat dianggap berasal dari faktor lain, yang seringkali dikelompokkan sebagai “residual”. Yang terpenting dari faktor residual ini adalah pendidikan, penelitian, latihan, skala ekonomi dan faktor lain yang mempengaruhi produktivitas manusia.” (Jinghan, 2004:423).

D. Peran Balai Latihan Kerja Dalam Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan

Dokumen terkait