• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASANNYA

C. Pembahasan

Menurut Lorie, Dodd, dan Kimpton (Novita,2003:5), ’’harga saham

adalah harga yang dibentuk dari interaksi antara para penjual dan pembeli

saham yang dilatar belakangi oleh harapan mereka terhadap profit

perusahaan.“

Ada dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai

sebenarnya di saham, yaitu:

1. Analisis sekuritas fundamental (fundamental securities analysis) atau analisis perusahaan (company analysis).

Analisa fundamental menggunakan data fundamental yaitu data yang

berasal dari keuangan perusahaan, misalnya laba, dividen yang dibayar,

penjualan, dan lain sebagainya untuk menentukan nilai dari saham.

Menurut Husnan (1993:258), model berdasarkan faktor fundamental

mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan:

a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi

harga saham di masa yang akan datang, dan

b. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga di peroleh

2. Analisis teknik (technical analysis)

Analisis teknik menggunakan data dari pasar saham (misalnya harga dan

volume transaksi saham) untuk menentukan nilai suatu saham.

Peneliti menggunakan variabel tingkat bunga deposito, earning per share, dividen payout ratio, dan return on assets sebagai faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham perusahaan manufaktur yang go publik

di Bursa Efek Jakarta.

Untuk menjawab hipotesis pertama, yaitu variabel tingkat bunga

deposito(X1), earning per share(X2), dividen payout ratio (X3), dan return on assets(X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Jakarta, yang

ditunjukkan dengan nilai F hitung sebesar 8,961 sedangkan nilai F tabel

adalah 2,622. Nilai F tabel < F hitung, sehingga Ho ditolak.

Hipotesis kedua dalam penelitian ini menggunakan uji t, untuk

mengetahui pengaruh negatif tingkat bunga(X1) terhadap perubahan harga

saham perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Jakarta.

Berdasarkan hasil uji t variabel tingkat bunga memiliki pengaruh negatif

secara signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur, yang

ditunjukkan dengan nilai t hitung < t tabel. Nilai t hitung untuk tingkat bunga deposito adalah sebesar -5,881. Secara teori bila tingkat bunga deposito lebih

investor cenderung untuk menyimpan uangnya dalam deposito di Bank.

Pemilik dana, lebih cenderung untuk menjual sahamnya dan mendepositokan

dananya tersebut. Akibatnya penawaran terhadap saham meningkat dan harga

saham menjadi rendah. Berdasarkan penelitian, investor memang cenderung

untuk menyimpan dana dalam bentuk deposito di Bank dari pada membeli

saham bila tingkat bunga deposito lebih tinggi dari tingkat keuntungan yang

akan diperoleh bila membeli saham.

Hipotesis ke tiga dalam penelitian ini menggunakan uji t, untuk

mengetahui pengaruh positif variabel earning per share(X2) terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek

Jakarta. Berdasarkan hasil uji t, variabel earning per share tidak menunjukkan pengaruh positif secara signifikan terhadap harga saham perusahaan

manufaktur, yang ditunjukkan dengan nilai t hitung < t tabel. Nilai t hitung untuk variabel earning per share adalah sebesar 0,665. Para investor sebagai pemegang saham tentunya sangat memperhatikan pendapatan dan

pertumbuhan perusahaannya. Dengan meningkatnya pendapatan dan semakin

baiknya pertumbuhan perusahaan akan meningkatkan pendapatan investor dan

meningkatkan kekayaan investor sebagai pemegang saham. Laba yang mampu

dihasilkan perusahaan akan mencerminkan seberapa jauh usaha perusahaan

dalam meningkatkan pertumbuhan dan keuntungan perusahaan. Semakin

meningkatnya keuntungan perusahaan semakin meningkat pula laba per

lembar saham yang akan diberikan perusahaan. Bila laba per lembar saham

sehingga harga saham perusahaan akan naik. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa investor kurang memperhatikan faktor earning per share dalam pengambilan keputusan investasinya.

Hipotesis ke empat dalam penelitian ini menggunakan uji t, untuk

mengetahui pengaruh negatif dividen payout ratio (X3) terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Jakarta.

Berdasarkan hasil uji t, variabel dividen payout ratio tidak menunjukkan pengaruh negatif secara signifikan terhadap harga saham perusahaan

manufaktur, yang ditunjukkan dengan nilai t hitung > t tabel. Nilai t hitung untuk variabel dividen payout ratio adalah sebesar -0,165. Menurut eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2001:66), ”Jika dividen tunai meningkat, maka

sedikit dana yang tersedia untuk investasi, sehingga tingkat pertumbuhan yang

diharapkan akan rendah untuk masa yang akan datang, dan hal ini akan

menekan harga saham.” Investor cenderung memilih perusahaan yang

memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, karena perusahaan yang memiliki

tingkat pertumbuhan tinggi akan menghasilkan laba yang tinggi, yang sesuai

dengan harapan investor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa investor

kurang memperhatikan faktor dividen payout ratio dalam pengambilan keputusan investasi.

Hipotesis ke lima dalam penelitian ini menggunakan uji t, untuk

mengetahui pengaruh positif variabel return on assets (X4) terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek

pengaruh positif secara signifikan terhadap harga saham perusahan

manufaktur, yang ditunjukkan dengan nilai t hitung < t tabel. Nilai t hitung untuk variabel return on assets adalah sebesar -0,567. Secara teori tinggi atau rendahnya return on assets mempengaruhi tingkat efisien perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva yang ada dalam perusahaan tersebut. Semakin tinggi

return on assets semakin efisien perusahaan tersebut, sehingga semakin tinggi

pula keuntungan perusahaan tersebut. Namun hasil penelitian menunjukkan

bahwa return on assets tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Hal ini mungkin disebabkan karena investor kurang memperhatikan variabel

return on assets sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan invetasinya.

Dalam pengambilan keputusan investasi investor seharusnya

melakukan analisa untuk menilai saham perusahaan yang paling baik untuk

dibeli agar investor tersebut bisa memperoleh tingkat pengembalian yang

tinggi.

Namun berdasarkan hasil penelitian investor ternyata tidak

memperhatikan faktor earning per share, dividen payout ratio, dan return on assets dalam pengambilan keputusan investasi. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pengetahuan investor, sehingga investor tidak melakukan analisa

terlebih dahulu. Investor juga kemungkinan tidak memiliki data perusahaan

secara lengkap. Dalam hal ini investor tidak memiliki data penjualan, dan

sebagainya untuk melakukan analisa fundamental. Selain itu, investor

data perusahaan, juga membutuhkan waktu untuk melakukan analisa.

Faktor lain mungkin investor menggunakan analisa teknikal. Analisa

teknikal menggunakan data dari pasar saham yang dipublikasikan seperti data

harga saham, volume perdagangan, dan sebagainya. Karena data ini

dipublikasikan, jadi data ini lebih mudah diperoleh. Analisa teknikal lebih

terfokus untuk jangka pendek, ini lebih dipilih investor karena mendukung

Dokumen terkait