• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Kejadian Anemia pada Ibu hamil

Persentase anemia ibu hamil di Kabupaten Dairi terlihat pada deskripsi penelitian adalah 55,7%. Angka ini adalah prevalensi anemia pada ibu hamil di Kabupaten Dairi. Keadaan ini menunjukkan angka yang lebih tinggi dari angka Kabupaten Dairi tahun 2005 sebesar 35,36%. Angka yang didapat pada penelitian ini juga lebih tinggi dari SKRT tahun 2001 di Indonesia (41%) dan SKRT tahun 2004 di Daerah Khusus Ibukota sebesar 43,5% yang masih berada di atas angka sasaran sebesar 40% pada tahun 2010.

Prevalensi anemia yang masih cukup tinggi di Kabupaten Dairi memerlukan penanggulangan dengan mengatasi faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia di samping program suplementasi zat besi yang sudah dilaksanakan seperti di daerah lain di Indonesia.

5.2. Program Suplementasi Zat Besi

Persentase ibu hamil yang tercakup suplementasi zat besi adalah 65,7%. Angka ini masih di bawah target pelayanan kesehatan pada tahun 2010 yaitu sebesar 90% yang berarti bahwa cakupan program suplementasi zat besi terhadap ibu hamil belum mencapai sasaran yang diharapkan. Untuk ini masih diperlukan lagi penelitian untuk menganalisis faktor yang menjadi penyebab terjadinya ibu hamil tidak tercakup suplementasi zat besi.

Persentase kejadian anemia pada ibu hamil yang tercakup suplementase zat besi adalah sebesar 52,2%, yang berarti suplementasi zat besi yang dilaksanakan di Kabupaten Dairi belum dapat sepenuhnya menanggulangangi kejadian anemia pada ibu hamil. Dapat disimpulkan bahwa penanggulangan anemia di Kabupaten Dairi harus diikuti cara lain di samping program suplementasi zat besi.

Ibu hamil yang cukup mengkonsumsi tablet besi dari yang tercakup suplementasi tablet besi adalah sebesar atau 56,5%. Cakupan ini adalah relatif kecil dan ibu hamil yang drop out mengkonsumsi tablet besi adalah sebesar 43,5%. Faktor yang menyebabkan tidak cukup mengkonsumsi tablet besi pada ibu hamil yang mendapat suplementasi zat besi belum diketahui, dalam hal ini masih diperlukan penelitian untuk mengetahui kejadian tersebut.

5.3. Hubungan Faktor yang Diteliti dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil di Kabupaten Dairi

5.3.1. Hubungan pendidikan dengan kejadian anemia ibu hamil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang mempunyai pendidikan rendah lebih banyak dibanding ibu hamil dengan pendidikan tingggi yaitu 41,4% Hasil analisis statistik diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara kejadian anemia pada ibu hamil dengan pendidikan. OR= 2,732 (95% CI OR = 1,024: 7,288) artinya bahwa pada populasi, estimasi risiko terjadinya anemia pada ibu hamil yang mempunyai pendidikan rendah adalah

antara 1,024 – 7,288 kali dibanding ibu hamil yang mempunyai pendidikan tinggi. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Badan Litbangkes di Kabupaten Magelang tahun 2003.

Pendidikan dapat menanggulangi anemia secara tidak langsung yaitu dengan pendidikan yang tinggi yang dimiliki ibu hamil maka akan mempermudah mengadopsi pengetahuan untuk menanggulangi anemia.

5.3.2. Hubungan pengetahuan dengan kejadian anemia ibu hamil

Penelitian yang dilakukan oleh Herlina dkk (2005) di wilayah kerja kota Bogor menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan kejadian anemia.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang mempunyai pengetahuan tidak baik sebanyak 38,5% lebih kecil dari yang mempunyai pengetahuan baik sebesar 61,5%. Pada penelitian ini hasil analisis statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian anemia ibu hamil. OR=4,386 ( 95% CI OR= 1,475: 13,045 ) artinya bahwa pada populasi estimasi risiko terjadinya anemia pada ibu hamil pengetahuan rendah adalah antara 1,475 ; 13,045 kali dibanding ibu hamil yang pengetahuan tinggi.

Hasil ini sejalan dengan teori Benyamin Bloom bahwa perilaku terdiri atas kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (tindakan) (Notoatmodjo, 2003) yang berarti bahwa perilaku sehat untuk tidak menderita anemia dipengaruhi oleh pengetahuan tentang pengertian, penyebab, akibat dan

penanggulangan anemia, oleh sebab itu pengetahuan sangat dibutuhkan untuk penanggulangan anemia ibu hamil, sehingga penyuluhan untuk menambah pengetahuan ibu sangat diperlukan.

5.3.3. Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia ibu hamil

Penelitian yang dilakukan oleh Herlina dkk (2005) di wilayah kerja kota Bogor menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil dengan jarak kehamilan <2 tahun sebesar 40% lebih kecil dibanding ibu hamil dengan jarak kehamilan ≥ 2 tahun yaitu sebesar 60%..

Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara kejadian anemia pada ibu hamil dengan jarak kehamilan. OR= 3,889 ( 95% CI OR=1,284: 11,782 ) artinya bahwa pada populasi estimasi risiko kejadian anemia pada ibu hamil yang mempunyai jarak kehamilan <2 tahun adalah antara 1,284: 11,782 kali dibanding ibu hamil yang mempunyai jarak kehamilan ≥2 tahun Hasil ini sesuai dengan penelitian Aminuddin dan Wahyudin (2007) di Baltimurung Sulawesi Selatan. Oleh sebab itu salah satu penanggulangan anemia ibu hamil di Kabupaten Dairi dapat dilakukan dengan memperpanjang jarak kehamilan dengan penggunaan alat alat kontrasepsi dan penyuluhan keluarga berencana.

5.3.4. Hubungan infestasi parasit dengan kejadian anemia ibu hamil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang terinfestasi parasit sebesar 35,7%, lebih kecil dari yang tidak terinfestasi parasit sebanyak 64,3%.

Dari hasil analisis diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara kejadian anemia pada ibu hamil dengan infestasi parasit. OR=12,078 ( 95% CI OR =3,136: 46,519) artinya pada populasi bahwa estimasi risiko kejadian anemia pada ibu hamil yang terinfestasi parasit adalah antara 2,563: 29,768 kali dibanding ibu hamil yang tidak terinfestasi parasit.

Kecacingan pada manusia baik oleh cacing gelang, cacing cambuk maupun cacing tambang dapat menyebabkan perdarahan yang menahun yang berakibat turunnya cadangan besi dalam tubuh dan akhirnya menyebabkan timbulnya anemia ( Rasmaliah,2004). Oleh karena itu dalam penanggulangan anemia ibu hamil diperlukan tindakan dengan mengatasi infestasi parasit pada kelompok sasaran dengan pemberian obat cacing secara berkala pada wanita usia subur di samping memperbaiki kesehatan lingkungan.

5.3.5. Hubungan kecukupan konsumsi kalori dengan kejadian anemia ibu hamil Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan konsumsi kalori tidak cukup adalah sebesar 74,3%, lebih besar dari persentase ibu hamil yang cukup mengkonsumsi kalori.

Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara kejadian anemia pada ibu hamil dengan kecukupan konsumsi kalori OR =

46,143 ( 95% CI OR= 5,606: 379,769) artinya pada populasi bahwa estimasi risiko relative untuk terjadinya anemia pada ibu hamil mengkonsumsi kalori tidak cukup pada sampel adalah antara 5,606: 379,769 kali dibanding ibu hamil yang mengkonsumsi kalori cukup.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa bila intake kalori tidak cukup maka lemak dan protein akan dipecah menjadi kalori (Ganong,1983), sedangkan untuk pembentukan hemoglobin membutuhkan protein (Karyadi,2007). Akibat dari pemecahan protein menjadi kalori pada ibu hamil maka protein yang dibutuhkan untuk sintesa hemoglobin akan berkurang sehingga dapat menimbulkan anemia. Oleh karena itu untuk menanggulangi anemia pada ibu hamil diperlukan penambahan kalori pada ibu hamil.

5.3.6. Hubungan kecukupan konsumsi tablet besi dengan kejadian anemia ibu hamil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang tidak cukup mengkonsumsi tablet besi masih tinggi yaitu sebesar 62,3%, sedangkan yang cukup adalah sebesar 37,1%. Hasil ini lebih rendah dari target pelayanan kesehatan seharusnya yang cukup adalah sebanyak 90% (Depkes RI, 1999).

Penelitian yang dilakukan oleh Herlina dkk (2005) di wilayah kerja kota Bogor menunjukkan adanya kecenderungan bahwa semakin kurang patuh mengkonsumsi tablet besi maka akan semakin tinggi kejadian anemia.

Landasan teori dalam Bab Pendahuluan yang menyebutkan bahwa penyebab anemia pada ibu hamil sebagian besar adalah disebabkan oleh defisiensi zat besi.

Analisis statistik pada penelitian ini bertentangan dengan hasil yang disebutkan di atas yaitu bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kejadian anemia pada ibu hamil dengan konsumsi tablet besi. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan anemia ibu hamil di Kabupaten Dairi tidak ada hubungannya dengan kecukupan konsumsi tablet besi.

Hal ini kemungkinan disebabkan konsumsi protein yang cukup yaitu 95,7% ibu hamil cukup mengkonsumsi protein dan sebagian besar berasal dari hewani (ikan kering) yang cukup mengandung heme iron yang dapat mencukupi kebutuhan zat besi pada ibu hamil dengan konsumsi tablet besi tidak cukup. 5.3.7. Hubungan umur dengan kejadian anemia ibu hamil

Analisis statistik menunjukkan bahwa umur tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian anemia. Hasil ini bertentangan dengan penelitian di daerah lain yang dilakukan oleh Amiruddin dkk (2007) di Baltimurung Sulawesi Selatan bahwa umur ibu hamil sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia ibu hamil, akan tetapi sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlina dkk (2005) di wilayah kerja kota Bogor menunjukkan tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian anemia. Hal ini kemungkinan disebabkab bahwa ibu hamil sebagian besar adalah berusia ≥20 tahun yaitu

95,7%, sehingga faktor umur tidak dapat menunjukkan hubungan dengan kejadian anemia.

5.3.8. Hubungan paritas dengan kejadian anemia ibu hamil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang mempunyai paritas > 4 orang adalah 18,6% dan paritas 0-4 orang adalah 81,4%.

Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kejadian anemia pada ibu hamil dengan paritas. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlina dkk (2005) di wilayah kerja kota Bogor menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian anemia, akan tetapi sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin dkk (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor lain yang mempengaruhi pada ibu hamil dengan paritas >4 seperti pendidikan, pengetahuan dan jarak kehamilan dan kecukupan konsumsi kalori.

5.3.9. Hubungan konsumsi protein dengan kejadian anemia ibu hamil

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu hamil mengkonsumsi protein cukup yaitu sebesar 95,7% dan sebagian besar konsumsi protin adalah dari hewani (ikan kering).

Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kejadian anemia pada ibu hamil dengan kecukupan konsumsi protein.

Karyadi (2007) menyatakan untuk membangun sel sel baru termasuk sel darah, kulit, rambut, kuku dan jaringan otot dibutuhkan protein, sehingga seharusnya ada hubungan yang bermakna antara kecukupan konsumsi protein dengan kejadian anemia.

Keadaan yang menyebabkan tidak ada hubungan yang signifikan kemungkinan disebabkan faktor lain yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil dengan konsumsi protein cukup yaitu kecukupan konsumsi kalori. Menurut Ganong (1983) bahwa bila intake kalori yang tidak cukup maka lemak dan protein akan dipecah sebagai sumber energi. Pada ibu hamil dengan kekurangan konsumsi kalori, protein yang cukup dikonsumsi akan dipecah sebagai energi sehingga tidak ada perbedaan antara yang cukup mengkonsumsi dan tidak cukup mengkonsumsi protein untuk menimbulkan anemia pada ibu hamil.

5.4. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini didapat beberapa keterbatasan dan kelemahan berupa bias dan keterbatasan peneliti.

5.4.1. Bias

Bias yang mungkin terjadi pada penelitian ini adalah bias seleksi dan bias informasi.

5.4.1.1. Bias seleksi yaitu kesalahan dalam memilih subjek.Tujuan penelitian adalah untuk, mengetahui persentase ibu hamil yang mendapat suplementasi tablet besi, mengetahui persentase kejadian anemi pada ibu hamil yang mendapat tablet besi, mengetahui persentase ibu hamil yang cukup mengkonsumsi tablet besi dan mengetahui Odds Ratio (OR) faktor yang berhubungan yang diteliti yaitu kecukupan konsumsi tablet besi, umur, pendidikan, pengetahuan, paritas, jarak kehamilan, penyakit kronis, infestasi parasit dan konsumsi kalori dan protein. Sesuai dengan judul penelitian adalah analisis faktor yang berhubungan dengan anemia ibu hamil maka subjek adalah berasal dari populasi ibu hamil, akan tetapi sesuai dengan salah satu tujuan penelitian adalah untuk mengetahui persentase ibu hamil yang mendapat suplementasi zat besi, sedangkan cakupan program suplementasi zat besi dapat dievaluasi pada bulan terahir kehamilan. Maka untuk mengurangi kemungkinan bias subjek yang diambil adalah ibu dengan usia kehamilan 36-40 minggu.

Pada penelitian ini untuk mendapatkan hasil yang lebih dipercaya sebaiknya subjek yang diteliti adalah total populasi. Akan tetapi oleh karena keterbatasan peneliti maka yang diteliti adalah sampel, dan untuk mengurangi

angka kesalahan maka pencuplikan sampel diambil sesuai dengan metode statistik untuk menentukan subjek dan jumlah sampel.

5.4.1.2. Bias informasi. Bias Informasi yaitu kesalahan dalam mengamati, memilih instrumen, mengukur, membuat klasifikasi, mencatat informasi dan membuat interpretasi tentang paparan maupun penyakit.

Pada penelitian ini instrumen yang dipakai sebagian dengan memakai quesioner dengan teknik wawancara. Bias yang mungkin timbul adalah dari pewawancara dan dari responden. Bias yang timbul dari pewawancara pada penelitian ini diperkecil dengan terlebih dulu memberikan pelatihan. Bias yang berasal dari responden terutama dari kuesioner dipergunakan untuk mengumpul data konsumsi gizi per hari. Untuk memperkecil bias yang berasal dari responden maka yang diwawancarai adalah konsumsi gizi dalam satu bulan terahir.

5.4.2. Keterbatasan peneliti

Keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan tentang anemia oleh peneliti sangat disadari, walaupun diusahakan memperkaya ilmu pengetahuan tentang anemia ibu hamil dengan membaca kepustakaan kepustakaan, sehingga penelitian ini masih mempunyai kekurangan kekurangan. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut peneliti berusaha sebanyak mungkin berkonsultasi kepada pembimmbing yang tentunya lebih berpengalaman dan mempunyai lebih banyak pengetahuan tentang penelitian. Di samping itu peneliti juga berusaha mengadakan diskusi

dengan teman teman mahasiswa untuk memecahkan permasalahan permasalahan dalam melakukan penelitian ini.

Dana, tenaga dan waktu yang dimiliki oleh peneliti juga mempunyai keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini, dan ini diatasi dengan mengambil sampel secukupnya namun tidak menyimpang dengan prosedur penelitian yaitu dengan mengambil sampel dengan tingkat presisi 10%.

Dokumen terkait