• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

Pada bagian ini akan dibahas mengenai hal apa saja yang sudah dianalisis sebelumnya. Pembahasan akan didasarkan pada rumusan masalah yang sudah ditentukan, terdapat 3 rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Proses Pengembangan Inovasi Batik

Berdasarkan analisis pada data tabel 5.7 dalam mengembangkan inovasi terdapat banyak alternatif yang dapat digunakan.Dari data menunjukkan alternatif yang paling banyak digunakan adalah menerapkan beberapa inovasi untuk tiap jenis produk. Inovasi yang telah dilakukan misalnya inovasi pada penggunaan pewarnaan yang berbeda dengan UMKM yang lain, yaitu pewarnaan alami. Seperti yang dilakukan oleh pemilik Batik Anugerah yang melakukan inovasi pada pewarnaan dengan menggunakan pewarnaan alami. Berbeda dengan inovasi yang dilakukan oleh pemilik Batik Banyu Sabrang yaitu Bapak Hanang yang mengatakan:

68

“Desain yang telah saya lakukan pada produk batik, saya jadikan strategi/identitas yaitu kontemporer/abstrak. Tapi saya juga buat batik tulis klasik, batik tulis kombinasi, batik cap dan batik modern-modern juga. Tetapi spesialis saya batik kontemporer. Biasanya saya melakukan inovasi pada desain itu setiap hari dan saya ubah-ubah terus, dari segi pewarnaan dan motif.”

Inovasi yang dilakukan selain dari segi pewarnaan dan desain inovasi pada produk terdapat inovasi jenis batik. Jenis batik biasanya hanya berupa batik tulis, batik lukis dan batik cap. Inovasi pada jenis batik dilakukan dengan mengkombinasikan antara batik tulis dan batik lukis. Inovasi ini telah dilakukan oleh Bapak Sugito selaku pemilik Batik Sekar Langit yaitu mengkombinasikan batik tulis dengan batik lukis. Biasanya untuk kombinasi kedua jenis batik ini dilakukan pada motif gambar tokoh-tokoh, dimana pada proses mendesain, pencantingannya dilakukan seperti pada batik tulis dan dari segi pewarnaan, bentuk, dan ukuran kain seperti batik lukis.

Salah satu pemilik usaha yang memiliki prinsip usaha berbeda jika dibandingkan dengan pemilik usaha lainnya yaitu Ibu Yumar pemilik Batik Thok Thil. Prinsip usaha terlihat pada latar belakang usaha dan desain produk-produk. Prinsip usaha yang di miliki yaitu One and Only Oneyang artinya bahwa satu dan hanya satu. Maksud dari prinsip tersebut ialah pemilik usaha Batik Thok Thil hanya mau memproduksi satu desain pada sekali proses produksi. Biasanya jika mendapat pesanan seragam dalam jumlah yang banyak dan untuk organisasi tertentu misalnya rumah sakit, beliau akan membuat desain dengan mengkombinasikan lambing rumah sakit dan

biasanya dengan memberikan corak atau ciri khas daerah dari rumah sakit tersebut. Tujuannya agar jika terjadi pemesanan yang sama terdapat perbedaan yaitu dari corak atau ciri khas daerahnya. Prinsip ini dilakukan karena pangsa pasar yang dituju oleh pemilik adalah pangsa pasar menengah, dimana banyak terdapat konsumen yang berkelas dan biasanya tidak mau memiliki produk batik dengan desain yang sama.

Berbeda halnya dengan Batik Kencono Progo yang memilih untuk tidak melakukan inovasi pada produk-produk batiknya. Hal ini dikarenakan terjadi suatu masalah yang membuat usaha Batik Kencono Progo sempat terhenti sampai 1 tahun. Karena sempat terhenti, sehingga proses produksi batik juga tidak dapat dilakukan membuat Bapak Nurudin memutuskan untuk menjual produk batik yang tersisa dan belum mau melakukan proses produksi bahkan berinovasi pada produk batiknya.

Selain melakukan inovasi pada produk batik, proses pengembangan juga dapat dilakukan dengan membuat desain, berdasarkan data pada tabel 5.7 sumber desain yang banyak digunakan adalah pada pemilik. Alasan mengapa desain lebih banyak dilakukan oleh pemilik karena mendesain itu tidak bisa sembarang orang bisa melakukannya. Karena desain yang dilakukan harus memiliki nilai tambah, sehingga dapat dikatakan inovasi pada desain. Untuk mengetahui apakah desain itu memiliki nilai tambah yaitu melihat pada pasar desain-desain apa yang sedang digemari oleh konsumen. Dalam hal ini memang pemilik dituntut untuk kreatif, tujuannya agar produk batik terus

70

dapat berkembang seiring berjalannya waktu dan perubahan desain. Tetapi memang tidak semua pemilik dapat kreatif dan dapat secara terus-menerus melakukan inovasi. Seperti pada Batik Sembung yang dimiliki oleh Ibu Martini, batik-batik yang diproduksi semua desainnya bersumber dari pemilik. Dengan alasan bahwa membuat desain tidak bisa sembarangan orang dapat melakukannya, karena batik meruapakan suatu seni, dan seni hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang kreatif saja.

Selain pendapat tersebut, Ibu Martini melakukan pembagian tugas dengan karyawan. Karyawan bertugas pada bagian proses produksi, sedangkan pemilik melakukan tugas pada pembuatan desain serta pemasaran.

Pada Batik Yoga juga melakukan hal yang sama, yaitu desain bersumber dari pemilik. Dikarenakan pada usaha batik ini tidak memiliki karyawan. Semua karyawan yaitu anggota keluarga dari Bapak Yoga, sehingga dari proses produksi sampai pemasaran yang mejalankannya adalah semua anggota keluarga Bapak Yoga. Tetapi khusus pada pembuatan desain, yang melakukannya hanya Bapak Yoga, karena yang memasarkan produk batik juga beliau, sehingga yang mengetahui secara langsung desain-desain apa saja yang memiliki daya tarik konsumen yaitu Bapak Yoga sendiri.

Di sisi lain juga terdapat UMKM yang membuat inovasi pada desain yang tidak bersumber dari pemilik, yaitu Batik Tamara yang melakukan desainnya hanya bersumber dari konsumen. Artinya pemilik Batik Tamara yaitu Ibu Tumirah melakukan inovasi pada desain, hanya saja lebih banyak

pada memenuhi permintaan konsumen. Pada saat tidak mendapat pesanan, Batik Tamara tetap memproduksi batik, hanya saja untuk desain Batik Tamara menggunakan desain lama yang pernah diproduksi. Sebenarnya Ibu Tumirah bisa membuat jensi desain, tetapi keterbatasan pemilik yang hanya lulusan SD, sehingga beliau merasa tidak mampu bahkan tidak kreatif dalam membuat desain-desain untuk produk batiknya. Karena memang tuntutan dalam membuat desain yaitu harus memiliki nilai tambah.

Untuk menghasilkan inovasi baru, dalam hal desain batik diperlukan pihak yang ahli. Meskipun tidak semua pemilik usaha memiliki kreativitas, namun inovasi harus tetap berjalan. Karena tanpa inovasi, produk batik tidak akan mengalami perkembangan yang nantinya dapat menimbulkan kejenuhan. Produk batik harus tetap berubah, karena para konsumen selalu tertarik pada produk yang baru terutama desain.

Munculnya berbagai sumber ide desain, akan menambahkan referensi pemilik untuk berinovasi. Tetapi hal ini dibutuhkan cara berfikir yang lebih analitis, agar tidak semua sumber diterima dan dituangkan dalam produk batik menjadi sebuah inovasi. Perlu dilakukan adanya seleksi terhadap berbagai sumber ide desain.

Inovasi dalam hal proses produksi juga termasuk dalam proses untuk mengembangkan produk batik. Proses produksi meliputi, pembuatan desain, pencantingan, penguncian warna. Pada pembuatan desain inovasi yang dapat dilakukan yaitu lebih pada desain apa yang akan dibuat dan bersumber dari

72

mana desain tersebut. Pencantingan adalah proses mengganti garis desain dengan menggunakan canting yang berisi lilin, dan penguncian warna. Batik Aricha pada hasil wawancara mengatakan bahwa:

“Saya memang jarang melakukan inovasi pada desain, tetapi desain yang saya buat memang sama tetapi tetap ada bedanya. Tetapi dalam mencantingnya terdapat perbedaan.”

Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa inovasi pada proses produksi untuk Batik Aricha pada bagian pencantingan. Tetapi berbeda pada UMKM Batik Sinar Abadi yang berinovasi pada produk batiknya yang difokuskan pada penguncian warna, seperti pada hasil wawancara berikut oleh Bapak Agus selaku pemilik usaha:

“Pada proses produksi selama ini kita menggunakan obat maupun teknik yang menurut kita sudah paling baik. Obat (naptol) proses produksi (ada resep atau formula khusus).”

Berdasarkan data pada tabel 5.7 Batik Sembung tidak melakukan inovasi pada proses produksi, hal ini dikarenakan pemilik sudah mepatenkan proses produksi dari awal, dari segi proses pembuatan desain, pencantingan maupun penguncian pewarnaan. Sehingga sejauh ini belum ada inovasi yang mereka lakukan. Karena jika dalam proses terjadi perubahan maka akan berpengaruh pada karyawan, sedangkan karyawan yang dimiliki oleh Batik Sembung termasuk yang paling banyak. Jadi, pemilik harus memberikan pelatihan ulang pada karyawan-karyawan yang dimiliki.

Inovasi pada desain yang bersumber dari pihak lain (seniman). Para pemilik, memang dituntut untuk kreatif dalam menghasilkan produk batik,

tetapi hal ini tidak dapat dipaksakan ketika memang pemilik tidak mampu untuk memproduksi batik, khususnya desain. Ada cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan meminta bantuan kepada pihak lain yang lebih ahli dalam mendesain batik. Misalnya seniman, penggunaan jasa seniman juga tidak hanya digunakan untuk mereka para pemilik yang tidak mampu membuat desain, tetapi dapat juga digunakan untuk pemilik yang sedang memperoleh pesanan dari konsumen dengan desain dari konsumen, dan pemilik tidak mampu memenuhinya dengan alasan motif yang diinginkan terlalu sulit. Contohnya adalah Batik Sembung yang sering menggunakan jasa seniman untuk membantu memenuhi permintaan konsumennya. Tidak semua pemilik usaha mau menggunakan jasa seniman ketika sedang mendapatkan pesanan dengan motif atau desain yang sulit. Misalnya saja pada Batik Raharjo, pemilik Batik Raharjo yaitu Ibu Paerah yang tidak mau menggunakan jasa seniman, dengan alasan

“jika konsumen meminta motif yang sulit akan saya tolak, yang saya terima konsumen yang motifnya tidak ribet, dan saya mampu melakukannya”

Inovasi pada bahan baku, pada dasarnya akan mempengaruhi pada proses produksi. Jika terjadi perubahan atau inovasi pada bahan baku, maka proses produksinya juga akan berpengaruh. Misalnya pada pemberian warna yang menggunakan indigosol dan naptol memiliki proses yang berbeda. Jika menggunakan indigosol maka kain batik yang sudah memasuki tahap

74

karena jenis pewarnaan sintetis ini dapat larut dalam air, sehingga aman jika terkena sinar matahari, dan prosesnya lebih cepat. Berbeda dengan jenis pewarnaan naptol yang digunakan pada produk batik harus berada pada tempat yang terhindar dari sinar matahari, karena sifatnya yang tidak dapat larut oleh air. Dan prosesnya membutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan indigosol.

Berbeda halnya dengan Batik Anugerah yang memproduksi batik dengan bahan pewarna alami, Batik Anugerah dalam pewarnaannya menggunakan tumbuh-tumbuhan yang di ekstrak. Bahan tersebut bisa berasal dari akar, batang, kulit, daun, bunga maupun buahnya. Dari bahan-bahan tersebut akan dihasilkan warna-warna yang beragam meski tidak selengkap bila menggunakan zat pewarna batik kimia. Sehingga pada umumnya untuk batik yang menggunakan bahan pewarna alami, warna dari batik tersebut tidak terlalu mencolok dan mayoritas warna yang dimiliki sama.

Tetapi biasanya inovasi pada bahan baku ini diterapkan jika sering terjadi kenaikan bahkan kelangkaan bahan baku. Hal ini seperti dengan hasil wawancara pada salah satu pemilik usaha Batik Sembung yaitu Bapak Sogirin yang mengatakan:

“Ya jika terjadi kelangkaan atau kenaikan bahan baku pernah, biasanya kain. Karena kain yang dipakai biasanya impor.Sempat dihentikan pengiriman barang tersebut sehingga harga kain menjadi mahal, yang akhirnya saya harus menggunakan jenis kain yang memiliki kualitas mirip”.

Terjadinya kelangkaan atau kenaikan bahan baku, dapat diatasi dengan berbagai cara , karena hal ini juga merupakan suatuinovasi. Menurut Griffin (2004:399-401) dalam Rofiaty (2012) salah satu bentuk inovasi yang mungkin terjadi pada pelaku UMKM adalah inovasi teknikal yang merupakan perubahan dalam penampilan fisik atau kinerja dari suatu produk atau jasa, atau proses fisik dimana suatu produk atau jasa dibuat.

Pada alternatif keterbatasan pengetahuan proses produksi oleh pekerja, sehingga berdampak pada biaya produksi yang tinggi ini termasuk pada inovasi dalam hal proses produksi. Seperti pada Batik Sembung yang tidak melakukan inovasi pada proses produksi, karena salah satu alasannya akan meningkatkan biaya produksi. Tetapi lain halnya dengan Batik Aricha yang melakukan inovasi pada proses produksi dan menurut pemilik itu tidak berpengaruh pada karyawan, karena karyawan yang dimiliki hanya sedikit dan jika harus melakukan pelatihan tidak memiliki dampak pada biaya produksi.

Inovasi produk berfokus pada desain. Dari 20 responden yang memilih hanya sebesar 3 UMKM saja. Salah satunya Batik Raharjo, dengan latar belakang dari Batik Raharjo yang membuat inovasi sesuai permintaan konsumen, maka yang lebih diutamakan yaitu pada desain. Karena sejauh ini konsumen jika membeli atau memesan produk batik hanya pada sisi desain saja. Dari hal tersebut yang membuat Batik Raharjo enggan untuk berinovasi, dan hanya menggandalkan pada desain yang diminta oleh konsumen.

76

2. Strategi Inovasi Berdampak Pada Keberlangsungan Usaha

Pada bagian strategi inovasi ini, tabel 5.12 menunjukkan beberapa kelompok berdasarkan jumlah strategi yang mereka pilih. Pada kelompok dengan ranking tertinggi dan jumlah yang dipilih sebesar 4 atau secara keseluruhan dipilih oleh responden sebanyak 2 UMKM, yaitu Batik Sembung dan Batik Sekar Langit. Strategi yang dipilih yaitu strategi inovasi pada produk batik hanya disesuaikan dengan permintaan konsumen, strategi inovasi baru memberikan dampak pada kenaikan omzet penjualan, omzet dalam hal ini adalah peningkatan pada jumlah unit batik yang diproduksi dan laku terjual. Inovasi baru yang telah dilakukan oleh Batik Sekar Langit adalah inovasi yang disesuaikan dengan permintaan konsumen, inovasi desain batik yang bersumber dari pemilik, inovasi desain batik yang bersumber dari pihak lain (seniman), dan terdapat beberapa inovasi untuk jenis produk.

Batik Sekar Langit sendiri melakukan inovasinya lebih pada mengkombinasikan jenis batik tulis dengan batik lukis. Biasanya hal tersebut diterapkan pada gambar-gambar tokoh, bukan jenis batik seperti pada umumnya. Khusus jenis batik yang bermotif wajah tokoh disesuaikan berdasarkan permintaan konsumen, dan tidak semua wajah tokoh dapat di desain sendiri, pemilik Batik Sekar Langit juga sering menggunakan jasa ahli desain atau seniman yang dipercaya untuk mendesain wajah tokoh yang diminta. Strategi pada desain produk atau kualitas akan meningkatkan laba, laba yang dimaksudkan adalah selisih harga dari komponen biaya produksi

dengan harga jual produk tersebut. Dan strategi inovasi baru memberikan dampak terhadap ketertarikan pembelian oleh pelanggan.

Untuk Batik Sembung memilih secara keseluruhan strategi karena pemilik merasa inovasi-inovasi baru yang telah dilakukan memiliki dampak bagi keberlangsungan usahanya. Inovasi-inovasi baru tersebut ialah Inovasi yang disesuaikan dengan permintaan konsumen, inovasi desain yang bersumber dari pemilik, inovasi yang bersumber dari pihak lain (seniman), dan terdapat beberapa inovasi untuk jenis produk. Inovasi baru tersebut merupakan inovasi yang dirasa memiliki dampak yang cukup signifikan bagi perkembangan usahanya, salah satu buktinya banyak konsumen yang tertarik pada model atau motif-motif baru yang diproduksi Batik Sembung. Meskipun pada dasarnya Batik Sembung sumber desainnya dari pemilik atau seniman, pemilik tidak menutup diri untuk menerima pesanan dengan motif yang diinginkan dari konsumen. Karena tetap saja menurut Bapak Sogirin dan Ibu Martini pembeli adalah raja, jadi segala permintaannya harus dipenuhi demi berlangsungnya usaha tersebut.

Pada kelompok dengan ranking yang memiliki jumlah strategi sebesar 3 terdapat 15 UMKM dengan pilihan jawaban yang sama yaitu pada strategi inovasi baru memberikan dampak pada kenaikan omzet penjualan, strategi pada desain produk atau kualitas akan meningkatkan laba, dan strategi inovasi baru memberikan dampak pada ketertarikan pembelian oleh pelanggan. inovasi-inovasi baru yang dilakukan oleh 15 UMKM tersebut bisa sama dan

78

juga berbeda. Dari 15 UMKM memilih alternatif jawaban yaitu strategi inovasi baru memberikan dampak pada kenaikan omzet penjualan. Rata-rata inovasi baru yang dilakukan adalah membuat desain yang bersumber dari pemilik dan membuat inovasi untuk jenis produk. Inovasi yang dilakukan berbeda-beda meskipun strategi yang digunakan sama. Seperti pada Batik Estin 2 yang melakukan inovasinya lebih pada pewarnaan. Dimana pewarnaan ini dengan cara pengoplosan, yaitu pencampuran warna sintesis. Inovasi ini digunakan sebagai salah satu cara pemberian identitas atau ciri khas batik yang dimiliki. Berbeda inovasi yang dilakukan oleh Batik Mandiri, yaitu inovasi lebih pada desain, desain yang dibuat dan dijadikan ciri khas yaitu motif flora dan fauna.

Pada Batik Senok dan Batik Thok Thil. Batik Senok inovasi baru yang dilakukan yaitu pada proses produksinya, dimana untuk Batik Senok lebih menggunakan bahan baku yang lebih bervariasi sehingga secara otomatis juga akan mempengaruhi proses produksinya, dan tentu perlakuan antara batik satu dengan batik yang lainnya akan berbeda. Pada Batik Thok Thil sendiri inovasi yang dilakukan pada desain, karena memang pada dasarnya pembuatan batik oleh Batik Thok Thil lebih fokus pada pembuatan desain yang berbasis seni. Meskipun keduanya memiliki inovasi baru yang berbeda untuk jadikan strategi hasil akhirnya tetap berpengaruh pada omzet penjualan dan laba, bahkan pada peningkatan jumlah pelanggan.

Ranking ke 3 dengan kelompok UMKM yang mejawab dengan jumlah strategi sebesar 2 diperoleh 3 UMKM yaitu Batik Estin1, Batik Yoga dan Batik Sembayung. Untuk Batik Estin 1 dan Batik Yoga memilih jawaban yang sama yaitu strategi inovasi baru memberikan dampak pada kenaikan omzet penjualan dan strategi pada desain produk atau kualitas akan meningkatkan laba. Batik Estin 1 inovasi baru yang dilakukan adalah pada desain yang bersumber dari pemilik dan terdapat beberapa inovasi pada jenis produk. Salah satu alasan mendasar yang membuat Batik Estin 1 hanya menggunakan 2 strategi dikarenakan pemilik sudah tidak mampu melakukan banyak hal terhadap batik yang diproduksi. Pemilik bergantung pada anaknya yang kebetulan juga memiliki usaha yang sama yaitu Batik Estin 2, sehingga dalam hal proses produksi, strategi yang digunakan hasilnya tidak jauh berbeda dengan Batik Estin 2.

Untuk Batik Yoga inovasi baru yang dilakukan yaitu pada sumber desain dari pemilik, proses produksi, bahan baku, dan terdapat beberapa inovasi pada jenis produk. Hal ini menunjukkan bahwa banyak inovasi yang dilakukan belum tentu memiliki dampak pada berbagai sisi keberlangsungan usaha. Pada Batik Yoga inovasi-inovasi baru yang dilakukan dampaknya hanya pada jumlah omzet penjualan dan laba yang diperoleh.

Pada Batik Sembayung juga memperoleh jumlah yang sama yaitu sebesar 2 dengan strategi yang dipilih yaitu strategi desain produk dapat meningkatkan laba, dan peningkatan pada jumlah pelanggan. Penyebab Batik

80

Sembayung memperoleh laba tetapi pada omzetnya tidak meningkat, sebab batik yang diproduksi memiliki nilai yang cukup tinggi. Sehingga dari penjualan satu produk batik saja sudah mampu memperoleh laba yang diharapkan meskipun untuk jumlah unitnya terhitung sedikit.

3. Penetapan Harga Sebagai Strategi Keberlangsungan Usaha

Pada bagian penetapan harga, terdapat 3 kelompok dengan jumlah yang berbeda, sehingga dibentuk adanya ranking. Untuk kelompok dengan ranking pertama dan jumlah penetapan harga yang dipilih sebesar 4 alternatif jawaban dan terdapat 4 UMKM yaitu Batik Banyu Sabrang, Batik Mandiri, Batik Anugerah dan Batik Satuhu.Penetapan harga yang dipilih yaitu harga yang diterapkan oleh UMKM sesuai dengan yang terbentuk di pasar, harga yang diterapkan UMKM berdaya saing terhadap kompetitornya, harga yang ditetapkan berdasarkan harga pasar ditambah laba yang diharapkan, dan harga tiap produk yang sama bervariasi. Meskipun penetapan harga yang dipilih, tetapi pada prakteknya berbeda. Seperti pada Batik Banyu Sabrang yang menetapkan harga untuk produk batik yang sama bisa berbeda. Hal ini dikarenakan nilai seni, bagaimana konsumen memahami arti seni berdasarkan nilai yang mereka berikan untuk produk batik tersebut. Meskipun jumlah unit yang terjual masih sedikit, tetapi untuk harga per lembar batik bisa mencapai 3 kali lipat dari harga batik pada umumnya. Sehingga laba yang diperoleh pun mampu membantu mengembangkan usaha, serta bertahan pada persaingan dengan produk batik yang sama.

Pada Batik Mandiri dan Batik Satuhu penetapan harganya sesuai dengan per lembar batik dan lebih pada mengikuti harga di pasar. Mereka menetapkan harga sesuai dengan pasaran, karena kebanyakan batik yang diproduksi dibawa ke pengepul untuk dijual ke toko-toko. Kedua Batik tersebut dapat menetapkan harganya sendiri, jika ada pelanggan yang datang untuk memesan secara langsung. Saat itulah mereka membuat penetapan harganya sesuai dengan harga pasar ditambah dengan laba yang diharapkan. Batik Anugerah penetapan harganya sama dengan jenis batik tulis lainnya, hanya saja pada Batik Anugerah ini lebih memperhitungkan pada nilai seninya.

Pada kelompok yang termasuk dalam ranking yang ke-2 dengan jumlah penetapan harga sebesar 3 dari 4 yang ditetapkan, terdapat 8 UMKM. Dari 8 UMKM dapat dikelompokkan yang menetapkan harganya sama, Batik Sembung, Batik Sekar Langit, Batik Tamara, dan Batik Kencono Progo dengan item yang dipilih harga yang diterapkan oleh UMKM sesuai dengan yang terbentuk di pasar, harga yang ditetapkan berdasarkan harga pasar ditambah laba yang diharapkan, dan harga tiap produk yang sama bervariasi.

Penetapan harga yang mereka pilih berbeda, tetapi salah satu alasan

Dokumen terkait