• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Kota Tangerang Keadaan Geografis dan Administratif

Kota Tangerang merupakan salah satu dari 8 kabupaten/kota di Provinsi Banten dan secara geografis terletak antara 606’ – 6013’ Lintang Selatan dan 1060 36’ – 1060 42’ Bujur Timur. Kota Tangerang yang terbentuk pada tanggal 28 Februari 1993 berdasarkan Undang-undang No.2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang, merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang.

Luas wilayah Kota Tangerang sebesar 183,78 km2 (termasuk luas Bandara Soekarno-Hatta sebesar 19,69 km2). Kota Tangerang memiliki batas- batas wilayah, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Naga, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Curug, Kecamatan Serpong, dan Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Kota Tangerang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pasar Kemis dan Cikupa, Kabupaten Tangerang.

Sumber : Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang (2012a) Gambar 2 Peta Kota Tangerang

Kota Tangerang memiliki letak yang strategis, yaitu berbatasan langsung dengan ibukota Negara Republik Indonesia dan memiliki Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Kedua hal ini merupakan salah satu pendorong pertumbuhan dan perkembangan aktivitas industri, perdagangan serta jasa sebagai basis

perekonomian Kota Tangerang. Kota Tangerang secara adminsitratif terdiri dari 13 kecamatan,104 kelurahan yang terdiri dari 960 RW (Rukun Warga) dan 4.721 RT (Rukun Tetangga).

Tabel 4 Wilayah administratif dan jumlah penduduk Kota Tangerang

No Kecamatan Jumlah Kelurahan RW RT Penduduk 1 Ciledug 8 98 339 147.023 2 Larangan 8 89 401 163.901 3 Karangtengah 7 74 358 118.473 4 Cipondoh 10 95 571 216.346 5 Pinang 11 76 443 160.206 6 Tangerang 8 78 397 152.145 7 Karawaci 16 127 528 171.317 8 Jati Uwung 6 86 446 142.479 9 Cibodas 6 41 216 120.216 10 Periuk 5 60 373 129.384 11 Batu Ceper 7 50 213 103.504 12 Neglasari 7 44 241 90.590 13 Benda 5 42 195 83.017

Sumber : Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang (2012c)

Berdasarkan data Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang, jumlah penduduk Kota Tangerang pada tahun 2011 adalah 1.847.341 jiwa. Penduduk berjenis kelamin laki-laki (946.091 jiwa) lebih banyak dibandingkan dengan penduduk berjenis kelamin perempuan (901.250 jiwa) sedangkan untuk kelompok umur, umur 25-29 tahun lebih mendominasi baik jenis kelamin laki-laki (107.488 jiwa) maupun jenis kelamin perempuan (104.960 jiwa). Rasio beban ketergantungan sebesar 39.71 atau setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung 39.71 penduduk usia non produktif. Angka ini menurun dari tahun sebelumnya, hal ini dipengaruhi meningkatnya jumlah penduduk usia produktif yang mengisi lowongan kerja pada industri di Kota Tangerang (Kantor Litbang dan Statistik 2012a).

Jumlah kepala keluarga di Kota Tangerang tahun 2011 adalah 452.990 dan rata-rata setiap keluarga di Kota Tangerang terdiri dari 3.97 anggota keluarga. Menurut Kantor Litbang dan Statistik (2012c), suatu daerah dikategorikan padat penduduk bila suatu daerah dihuni oleh > 2000 jiwa per km2, sedang bila 1000 – 2000 jiwa per km2 dan rendah bila suatu daerah dihuni oleh >

1000 jiwa per km2. Kota Tangerang dapat dikatakan daerah cukup padat penduduk, dimana setiap kilometer persegi dihuni oleh 10.930 jiwa. Kecamatan Larangan memiliki kepadatan penduduk tertinggi dengan jumlah penduduk 17.436 jiwa untuk setiap kilometer perseginya, dan Kecamatan Neglasari

merupakan kecamatan yang paling tidak padat dengan penghuni sebanyak 6.437 jiwa untuk setiap kilometer perseginya (Kantor Litbang dan Statistik 2012c). Pembagian penduduk Kota Tangerang menurut kelompok umur tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang (2012a)

Gambar 3 Penyebaran penduduk Kota Tangerang menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2011

Kondisi Perekonomian

Kondisi perekonomian suatu wilayah dapat tercermin dari total produksi barang dan jasa yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi yang tergambar dalam besaran nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB dihitung dalam dua cara, yaitu Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tahun dasar 2000. Besarnya PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Tangerang tahun 2010 adalah sebesar 56.96 triliun rupiah, atau meningkat 15.47% dari tahun 2009. Pada tahun 2009 PDRB Kota Tangerang sebesar 49.33 triliun rupiah meningkat 10.39% dari tahun 2008. Sedangkan berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000, besarnya nilai tersebut pada tahun 2010 adalah 29,40 triliun rupiah (Kantor Litbang dan Statistik 2011).

Sektor pertanian bukanlah menjadi sektor unggulan di Kota Tangerang. Namun, sektor ini masih menjadi salah satu mata pencarian utama dari sebagian kecil penduduk Kota Tangerang pada tahun 2011, yaitu sekitar 1.2% dari total penduduk Kota Tangerang. Sektor pertanian meliputi pertanian tanaman pangan dan tanaman pertanian lainnya, peternakan, jasa pertanian, dan perikanan darat. Adapun lahan yang dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian, peternakan dan perikanan antara lain sawah (sawah irigasi teknis 656 Ha, sawah irigasi sederhana 131 Ha, dan sawah tadah hujan 314 Ha), lahan pekarangan (12947 Ha), lahan kosong yang belum dimanfaatkan (332 Ha).

0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 Tahun Laki-laki Perempuan

Pada tahun 2011, luas lahan pertanian di Kota Tangerang sebesar 832 hektar dan sekitar 65% menggunakan irigasi dalam pengairannya, baik irigasi teknis maupun setengah teknis. Dari 832 hektar lahan pertanian yang ada, petani di Kota Tangerang bisa memproduksi hingga 6 ton hasil panen untuk setiap hektar lahan pertanian yang digarap. Angka produksi ini semakin menurun dari tahun ke tahun seiring dengan menurunnya luas lahan sawah di Kota Tangerang (Kantor Litbang dan Statistik 2012c).

Lapangan usaha yang menjadi sumber penghasilan utama penduduk Kota Tangerang tahun 2011 adalah sektor industri pengolahan, jasa, dan perdagangan besar/eceran dan rumah makan. Dari 104 kelurahan yang ada di Kota Tangerang, terdapat 55 kelurahan (52.88% kelurahan) memiliki penduduk yang berpenghasilan utama di sektor industri pengolahan, 25 kelurahan di sektor jasa dan 20 kelurahan di sektor perdagangan besar/eceran dan rumah makan. Sektor-sektor lain yang tidak menjadi sektor unggulan yaitu sektor angkutan, pergudangan, komunikasi dan gas, listrik, perbankan, dll.

Bahan pangan di Kota Tangerang berasal dari hasil produksi Kota Tangerang dan didistribusikan dari daerah lain. Salah satu bahan pangan yang menjadi potensi Kota Tangerang adalah jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Pasokan bahan pangan Kota Tangerang diimpor dari berbagai daerah di sekitar Kota Tangerang, seperti Lampung dan beberapa daerah di Jawa Barat.

Analisis Situasi Ketahanan Pangan dan Gizi Ketersediaan dan Cadangan Pangan

Ketersediaan pangan dalam suatu wilayah berfungsi untuk menjamin pasokan pangan dalam memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga baik dari segi kuantitas, kualitas, keragaman maupun keamanannya. Ketersediaan pangan wilayah dapat terpenuhi dari tiga sumber yaitu: (1) produksi dalam negeri, (2) impor pangan, (3) pengelolaan cadangan pangan (Bappenas 2008a). Ketersediaan pangan dalam negeri harus dijaga kestabilannya. Ketersediaan pangan diperoleh dari kegiatan produksi antara lain pertanian, peternakan, perikanan, dan sebagainya. Ketersediaan pangan diukur menggunakan suatu acuan yaitu Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang direkomendasikan Widyakarya Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004, dalam satuan rata-rata per kapita per hari untuk energi sebesar 2.200 kkal dan protein 57 gram. Kota Tangerang sebagai kota industri dan perdagangan yang menyerap banyak tenaga kerja menyebabkan tingginya permintaan dan kebutuhan akan pangan. Oleh karena

itu, diperlukan pasokan bahan pangan yang baik dari dalam (produksi) maupun luar (impor) Kota Tangerang. Produksi Kota Tangerang diketahui berdasarkan hasil panen atau hasil mentah dikali dengan faktor konversi. Produksi pangan dapat digunakan untuk mengetahui swasembada pangan daerah tersebut. Produksi pangan merupakan salah satu faktor penentu dari ketahanan pangan suatu daerah. Produksi pangan Kota Tangeran tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Produksi pangan Kota Tangerang tahun 2011

No. Kelompok pangan Produksi (Ton)

1 Padi-padian 4.096 2 Umbi-umbian 132 3 Gula - 4 Buah/biji berminyak - 5 Sayur-sayuran 16.531 6 Buah-buahan 1.231 7 Daging 1.532 8 Telur 1.065 9 Susu - 10 Ikan-ikanan 433

11 Minyak dan lemak 40

Sumber : Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang (2011b)

Produksi tertinggi Kota Tangerang adalah sayur-sayuran dan padi-padian. Hal ini dikarenakan masih banyak masyarakat yang memanfaatkan lahan untuk berkebun dan bertani. Namun, Kota Tangerang tidak memiliki hasil produksi kelompok pangan gula, buah/biji berminyak dan susu. Hasil produksi pangan di Kota Tangerang mempengaruhi penyediaan pangan domestik di Kota Tangerang.

Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata-rata peluang individu untuk memperoleh bahan pangan. Neraca Bahan Makanan (NBM) digunakan untuk menyusun persediaan pangan untuk masing-masing komoditas pangan dan untuk membangdingkan persediaan pangan dengan kebutuhan pangan (Laura et al, 1986). Berdasarkan hasil analisis NBM, perkembangan ketersediaan pangan masing-masing komoditas per kapita dalam bentuk jumlah (ton), energi (Kkal) dan protein (gram) baik per tahun, per bulan maupun per hari dapat diketahui. Ketersediaan pangan per kapita berdasarkan NBM Kota Tangerang pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Ketersediaan pangan per kapita Kota Tangerang tahun 2011

No. Kelompok pangan Penyediaan Domestik (Ton)

Ketersediaan Per Kapita Kg/tahun Gram/ hari

1 Padi-padian 271.479 143,81 394,01 2 Umbi-umbian 7.830 4,02 11,01 3 Gula 11.380 6,11 16,73 4 Buah/biji berminyak 19.545 7,78 21,32 5 Sayur-sayuran 123.101 64,15 175,75 6 Buah-buahan 54.463 28,28 77,49 7 Daging 25.721 13,23 36,24 8 Telur 23.610 12,48 34,18 9 Susu 98.326 44,87 122,93 10 Ikan-ikanan 59.349 31,16 85,38

11 Minyak dan lemak 17.996 9,59 26,28

Sumber : Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang (2011b)

Penyediaan domestik adalah penyediaan pangan dalam negeri yang merupakan hasil dari produksi ditambah dengan impor lalu dikurangi dengan stok dan ekspor. Penyediaan domestik tertinggi di Kota Tangerang terdapat pada komoditas padi-padian sebesar 271.479 ton. Penyediaan domestik terendah di kota Tangerang adalah komoditas umbi-umbian sebesar 7.830 ton. Penyediaan domestik umbi-umbian rendah dapat disebabkan karena konsumsi umbi-umbian yang rendah sehingga produksi dan impor umbi-umbian di Kota Tangerang yang rendah bila dibandingkan dengan komoditas lainnya.

Ketersediaan domestik (gram/hari) kelompok pangan padi-padian Kota Tangerang sudah memenuhi anjuran konsumsi padi-padian yang disarankan dalam PUGS (350 gram). Selain kelompok padi-padian, ketersediaan domestik kelompok pangan hewani di Kota Tangerang sebanyak 155.8 gram dan telah memenuhi ketentuan konsumsi PUGS, yaitu 150 gram per hari. Selain padi – padian dan pangan hewani, ketersediaan sayur –sayuran telah mencukupi rekomendasi konsumsi PUGS. Berdasarkan PUGS, rekomendasi konsumsi buah – buahan per hari adalah 150 gram dan ketersediaan buah – buahan di Kota Tangerang belum mencukupi rekomendasi tersebut (77.49 gram).

Berdasarkan ketersediaan kelompok pangan perkapita, ketersediaan pangan tertinggi di Kota Tangerang adalah padi-padian dan sayuran. Ketersediaan pangan perkapita dari pangan hewani adalah 278.73 gram/kapita/hari. Bila dibandingkan dengan ketersediaan per kapita padi-padian, ketersediaan pangan hewani harus ditingkatkan. Hal ini dilakukan agar kualitas ketersediaan dan konsumsi pangan hewani masyarakat Kota Tangerang

meningkat. Tingkat ketersediaan energi dan protein Kota Tangerang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Tingkat ketersediaan energi dan protein Kota Tangerang tahun 2011

No Kelompok Pangan Gram/ Kap/ Hari Tingkat Ketersediaan Energi Tingkat Ketersediaan Protein

kkal/Kap/ Hari % AKE Gram/Kap/Hari %AKP

1 Padi-padian 394,01 1402 63,7 35,1 61,6 2 Umbi-umbian 11,01 18 0,8 0,08 0,1 3 Gula 16,73 61 2,8 0,01 0,0 4 Buah/biji berminyak 21,32 72 3,3 6,3 11,1 5 Sayur-sayuran 175,75 44 2,0 3,1 5,4 6 Buah-buahan 77,49 33 1,5 0,4 0,7 7 Daging 36.,24 102 4,6 6,4 11,2 8 Telur 34,18 47 2,1 3,8 6,7 9 Susu 122,93 75 3,4 3,9 6,8 10 Ikan-ikanan 85,38 59 2,7 10,8 18,9 11 Minyak dan lemak 26,28 237 10,8 0,02 0,0 Total 2150 97,7 69,91 122,6

Sumber : Neraca Bahan Makanan Kota Tangerang (2012b)

Keterangan:

– Angka Kecukupan Energi (AKE) WNPG VIII Tahun 2004 = 2.200 kkal/kapita/hari

– Angka Kecukupan Protein (AKP) WNPG VIII Tahun 2004 = 57 gram/kapita/hari

Secara kuantitas, tingkat ketersediaan energi dan protein Kota Tangerang pada tahun 2011 sudah mencukupi angka rekomendasi hasil WNPG. Tingkat ketersediaan energi Kota Tangerang pada tahun 2011 sebesar 2150 Kkal/kapita/hari dan telah memenuhi 97.7% dari angka kebutuhan energi (AKE) yang dianjurkan (2200 Kkal/kap/hari). Tingkat ketersediaan protein Kota Tangerang selama tahun 2011 sebesar 69.9 gr/kap/hari dan telah memenuhi 122.6% angka kebutuhan protein (AKP) yang dianjurkan (57 gr/kap/hari).

Selain kuantitas, kualitas dari kontribusi energi dan protein kelompok pangan dapat diketahui dari ketersediaan energi dan protein. Kualitas ketersediaan energi dan protein yang berasal dari padi-padian sudah baik karena telah mencukupi 50% dari angka kebutuhan energi dan protein. Kualitas sumbangan energi dan protein dari umbi-umbian terbilang rendah yaitu 0,8% AKE. Selain umbi – umbian, kualitas kontribusi energi dan protein dari sayuran dan buah tebilang rendah, yaitu 2.0% dan 1.5% AKE. Hal ini dapat dikarenakan produksi umbi-umbian sayur dan buah di Kota Tangerang masih rendah dan distribusi dari daerah lain mengalami kesulitan dan distibusi yang terhambat dikarenakan produksi umbi-umbian, sayuran, dan buah di daerah yang

merupakan sentra produksi mengalami gagal panen dan akses jalan yang terhambat. Umbi – umbian, sayuran, dan buah di Kota Tangerang berasal dari produksi Kota Tangerang dan daerah di sekitarnya (Lampung, Kabupaten Tangerang dan beberapa daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah).

Ketersediaan protein Kota Tangerang tahun 2011 sebesar 69.9 gram/kapita per hari dan sumbangan protein terbesar dari kelompok padi – padian. Sumbangan ketersediaan protein dari kelompok pangan hewani sebesar 24.9 gram/kapita/hari. dan pangan nabati sebesar 6.3 gram/kapita/hari. Menurut PUGS, konsumsi pangan hewani dan pangan nabati sebaiknya masing – masing sebanyak 2 – 3 porsi sehari (150 gram). Tingkat ketersediaan energi dan protein di Kota Tangerang belum mencukupi ketentuan konsumsi per hari sesuai PUGS. Tingkat ketersediaan protein dari kelompok pangan hewani dan nabati harus ditingkatkan dengan meningkatkan produksi atau jumlah impor pangan hewani dari daerah lain.

Indikator lain dalam ketersediaan dan cadangan pangan adalah penguatan cadangan pangan. Cadangan pangan adalah cadangan pangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah (pemerintah provinsi, kota/kabupaten). Cadangan pangan kota/kabupaten berdasarkan Permentan tahun 2010 adalah sebesar 100 ekuivalen cadangan pangan. Kota Tangerang belum memiliki cadangan pangan, namun Kota Tangerang memiliki stok beras yang dikelola oleh Perum Bulog Sub Divre Tangerang. Stok ini pada dasarnya bukan milik Pemerintah Kota Tangerang, namun milik Perum BULOG. Mobilisasi pada umumnya mengikuti standar operasional yang berlaku di Perum BULOG.

Stok beras yang dikelola Perum BULOG dimanfaatkan untuk tiga kebutuhan yaitu pada saat darurat, kerawanan pangan pasca bencana dan stabilisasi harga. Ketika daerah mengalami situasi darurat, Pemerintah Provinsi memiliki kewenangan untuk menyalurkan beras cadangan beras pemerintah atau stok beras sebanyak 200 ton setahun untuk menjaga ketahanan pangan rumah tangga korban bencana. Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan untuk menyalurkan maksimal 100 ton. Setelah situasi darurat, umumnya timbul ancaman kerawanan pangan pasca bencana karena belum pulihnya perekonomian. Pada situasi ini Gubernur atau Bupati/Walikota menyampaikan jumlah kebutuhan beras untuk menjaga ketahanan pangan rumah tangga korban bencana kepada Menteri Sosial dan berdasarkan instruksi, Perum BULOG menyalurkan beras sejumlah permintaaan yang dibutuhkan.

Manfaat ketiga dari cadangan bahan pangan (CBP) yang sudah digunakan saat ini adalah sebagai alat intervensi pemerintah saat harga beras bergejolak naik. Gejolak harga umumnya disebabkan oleh berkurangnya suplai beras saat musim paceklik. Pada saat ini, pemerintah mengintervensi pasar dengan menambah suplai ke pasar. Dengan memperhatikan perkembangan harga beras di pasar, Bupati/Walikota mengajukan permohonan OP (operasi pasar) tingkat provinsi dan akan meneruskan kepada Menteri Perdagangan. Dengan dasar surat permohonan tersebut, Menteri Perdagangan memerintahkan Perum BULOG untuk melaksanakan operasi pasar di lokasi yang ditetapkan, pada harga yang ditentukan dan pada periode yang dibutuhkan. Koordinasi dengan pemerintah provinsi atau kabupaten/kota diperlukan agar tidak terjadi keresahan masyarakat akibat kenaikan harga yang tinggi. (BULOG 2010).

Distribusi dan Akses Pangan

Distribusi dan akses pangan dikaji menggunakan dua indikator, yaitu ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan serta stabilitas harga dan pasokan pangan. Ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan dapat diketahui berdasarkan ketersediaan komoditas, lokasi dan waktu (Lampiran 2). Komoditas bahan pangan diketahui berdasarkan ketersediaan informasi baik harga maupun pasokannya adalah sembilan komoditas utama, yaitu padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah serta lain-lain. Informasi tentang harga dan pasokan dikumpulkan dari tiga pasar tradisional besar di Kota Tangerang (Pasar Anyar, Pasar Malabar dan Pasar Ciledug) yang diperoleh setiap minggunya (52 minggu).

Ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan di Kota Tangerang telah mencapai nilai 100%. Hal ini berarti ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan tersedia dengan lengkap sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi mengenai harga, pasokan dan akses pangan dengan mudah. Kemudahan ini berbanding lurus dengan kemudahan masyarakat untuk memperoleh bahan makanan karena Kota Tangerang memiliki pasar yang terdapat di setiap kecamatan dan mudah di akses oleh masyarakat. Harga bahan pokok di setiap pasar memiliki harga yang terjangkau dan tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Selain itu, hampir seluruh bahan makanan pokok yang dibutuhkan oleh masyarakat tersedia dengan lengkap di pasar setiap kecamatan, tidak hanya terdapat di pasar utama di Kota Tangerang.

Stabilitas harga dan pasokan pangan dapat diketahui per komoditas pangan berdasarkan inflasi harga dan pasokan pangan yang terdapat di Kota Tangerang. Harga bahan pangan di Kota Tangerang dapat diamati per hari, per bulan dan per tahun. Harga bahan pokok (beras, gula pasir dan minyak goreng) di Kota Tangerang cenderung stabil selama tahun 2011. Perkembangan harga beras, gula dan minyak goreng di Kota Tangerang selama tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber : Bappeda Kota Tangerang (2011)

Keterangan : - November dan Desember angka perkiraan

- Beras merupakan rataan harga beras IR I dan IR II

- Gula pasir merupakan rataan harga gula impor dan dalam negri

- Minyak goreng merupakan rataan harga minyak goreng curah dan bermerk

Gambar 4 Perkembangan harga beras, gula pasir dan minyak goreng di Kota Tangerang selama tahun 2011

Beras, gula pasir dan minyak goreng merupakan salah satu komoditas pangan yang dapat digunakan sebagai indikator ketahanan pangan rumah tangga dan daerah. Hal ini dikarenakan ketiga bahan ini adalah bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Harga beras di Kota Tangerang selama 2011 relatif stabil dengan koefisien variasi (CV) sebesar 4% dan standar deviasi Rp 295 dengan rata-rata laju pertumbuhan harga beras 0.4%. Harga rata- rata beras di Kota Tangerang selama tahun 2011 sebesar Rp 7.328/kg. Harga beras yang relatif stabil di Kota Tangerang memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat. Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sehingga bila harga beras stabil, masyarakat dapat dengan mudah untuk memperoleh beras. Selain itu, harga beras yang stabil dapat menguatkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.

Gula pasir dapat digunakan sebagai indikator ketahanan pangan karena gula pasir dibutuhkan oleh masyarakat sebagai bahan tambahan dalam kegiatan sehari-hari. Harga gula pasir selama tahun 2011 memiliki kecenderungan

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 beras gula pasir minyak goreng

menurun. Rata-rata laju penurunan per bulan mencapai 0.9%. Perkembangan harga gula pasir masih tergolong relatif stabil dengan koefisien variasi (CV) sebesar 3.2%. Minyak goreng digunakan oleh masyarakat dalam sebagian besar proses memasak. Perkembangan harga minyak goreng relatif stabil pada tahun 2011 dengan koefisien variasi (CV) harga minyak goreng sebesar 2,6%. Harga minyak goreng yang stabil memiliki dampak yang signifikan di masyarakat dikarenakan minyak goreng termasuk bahan pokok yang dibutuhkan dan digunakan hampir pada setiap olahan rumah tangga.

Selain bahan makanan pokok, perkembangan harga pangan hewani memiliki dampak yang cukup signifikan di masyarakat. Perkembangan harga bahan pangan hewani yang dipantau adalah daging sapi, daging ayam broiler, telur ayam dan ikan asin. Perkembangan bahan pangan hewani di Kota Tangerang selama tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber : Bappeda Kota Tangerang (2011)

Keterangan : - November dan Desember angka perkiraan

- Ikan asin merupakan rataan harga ikan asin sepat, gabus, dan bulu ayam

Gambar 5 Perkembangan harga bahan pangan hewani di Kota Tangerang selama tahun 2011

Daging sapi, daging ayam, telur ayam dan ikan asin merupakan bahan pangan hewani yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Kenaikan harga pangan hewani memiliki dampak yang cukup signifikan karena pangan hewani dikonsumsi oleh masyarakat pada setiap waktu makan. Daging sapi memiliki harga tertinggi diantara pangan hewani lainnya. Harga daging sapi secara umum cenderung meningkat selama tahun 2011 dengan rata-rata kenaikan harga 0.7% setiap bulannya dan koefisien variasi harga sebesar 3.6%.

Daging ayam broiler merupakan pangan hewani yang sering dikonsumsi oleh masyarakat karena harga daging ayam broiler tidak setinggi daging sapi sehingga relatif terjangkau oleh masyarakat. Harga daging ayam broiler cukup

0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 daging sapi daging ayam broiler telur ayam broiler ikan teri medan ikan asin

stabil dengan koefisien variasi harga 4% dan laju kenaikan harga 0.0%. Selain daging ayam broiler, konsusmi telur ayam broiler juga cukup tinggi. Telur ayam broiler lebih sering dikonsumsi oleh masyarakat dibandingkan dengan telur ayam kampong karena harga telur ayam broiler yang lebih murah bila dibandingkan dengan telur ayam kampung. Harga telur ayam broiler pada tahun 2011 cukup stabil dengan koefisien variasi sebesar 5.5% dengan rata-rata laju pertumbuhan harga adalah -0.02% per bulan.

Perkembangan harga ikan teri medan dan ikan asin (sepat, gabus, bulu ayam) di Kota Tangerang mengalami penurunan sepanjang tahun 2011. Secara umum, rata-rata penurunan harga ikan teri medan dan ikan asin (sepat, gabus, bulu ayam) masing-masing 1.5% dan 0.2% per bulan. Koefisien variasi harga ikan asin teri medan sebesar 6,6%, sedangkan koefisien variasi rataan harga ikan asin sepat, gabus, dan bulu ayam sebesar 1,8%.

Selain bahan pokok dan pangan hewani, perkembangan harga cabe merah dan kacang kedelai imut mempengaruhi akses pangan bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan cabe merah digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu dalam masakan dan kacang kedelai merupakan bahan baku pembuatan tahu serta tempe. Tahu dan tempe merupakan pangan nabati bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Perkembangan harga cabe merah dan kacang kedelai di Kota Tangerang dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber : Bappeda Kota Tangerang (2011)

Keterangan : - November dan Desember angka perkiraan

- Kacang kedelai merupakan rataan harga kacang kedelai lokal dan impor

Dokumen terkait