• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum PT Sumber Kreasi Fumiko

PT. Sumber Kreasi Fumiko merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha penjualan sepatu dan sandal untuk kalangan dewasa dan anak-anak. Pada awalnya, perusahaan yang didirikan langsung oleh Bapak Yongki

15 Komaladi ini hanyalah sebuah home industry. Pada tahun 1989, Beliau mencoba membuat beberapa model sepatu dan ternyata mendapat respon positif dari masyarakat. Pada tahun 1992, dilakukan percobaan membuat sepatu khusus untuk

wedding (pernikahan) dan karena mendapat respon positif, bapak Yogki Komaladi memutuskan untuk bekerja sama dengan Bridal House dan para designer terkenal di Indonesia.

Saat ini, PT. Sumber Kreasi Fumiko tidaklah lagi memproduksi sendiri, melainkan memberikan kesempatan kepada para supplier yang terdiri dari para pengusaha pembuatan sepatu dan sandal. Umumnya para supplier ini berbentuk Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang masih banyak menggunakan sumber daya manusia yang cukup banyak. Dengan memberikan kesempatan kepada para UMKM untuk memproduksi sepatu dan sandal tersebut, maka PT. Sumber Kreasi Fumiko membantu pemerintah dalam membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak bagi masyarakat. PT. Sumber Kreasi Fumiko mewakili merk dagang perusahaan sepatu dan sandal Yongki Komaladi. Perusahaan ini menjual produk sepatu dan sandalnya dengan cara melakukan konsinyasi dengan toko-toko retail seperti Ramayana, Robinson, Matahari

Departement Store, Centro, Sogo, Galeria, Metro, Pasaraya, Borobudur, Yogya dan juga mempunyai showroom sendiri untuk menampilkan produk-produk sepatu dan sandal mereka. Outlet tersebut tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan kota-kota besar lainnya se-Indonesia.

PT. Sumber Kreasi Fumiko saat ini berlokasi di Jalan Sentani Raya Blok M No. 29, Kemayoran, Jakarta Pusat. PT. Kreasi Sumber Fumiko memperkerjakan sekitar 125 karyawan yang terdiri dari karyawan biasa, staf, kepala bagian, dan juga direktur. Segmen pasar yang diambil oleh PT. Sumber Kreasi Fumiko ini terdiri dari kelas menengah ke atas, para desainer, boutique, dan juga ikut berpartisipasi dalam berbagai show atau pertunjukan.

Uji Validitas dan Relibilitas Kuesioner Hasil Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menguji seberapa valid item – item pertanyaan kuesioner mengukur variabel yang diteliti. Pengujian ini dilakukan terhadap data yang didapat dari 30 responden atau sampel dengan tingkat signifikasi 0.05 maka diperoleh r tabel sebesar 0.361. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa setiap item pertanyaan dari kuesioner memiliki r hitung lebih besar dari 0.361. sehingga dapat dipastikan bahwa semua item pertanyaan sah (valid). Hasil uji validitas dapat dilihat pada lampiran 2.

Hasil Uji Reliabilitas

Teknik Alpha Cronbach yang digunakan dalam pengujian reliabilitas kuesioner, dikatakan reliabel jika item – item kuesioner memiliki nilai r alpha

hitung > 0.7. Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan, semua item dari kuesioner memiliki nilai r alpha hitung > 0.7, hal ini menunjukkan bahwa kuesioner telah andal (reliabel). Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 2.

16

Karakteristik Responden Alas Kaki Yongki Komaladi

Analisis karakteristik responden merupakan analisis yang berkaitan dengan bagaimana dan siapa konsumen alas kaki YK. Pada penelitian ini analisis dilakukan dengan mengelompokkan konsumen berdasarkan jenis kelamin, usia, pengeluaran dan penghasilan per bulan, domisili, pekerjaan dan jenis promosi yang diminati.

Tabel 3 Karakteristik responden alas kaki YK

Karakteristik Persentase (%) Jenis Kelamin : a. Perempuan b. Laki – laki 78 22 Total 100 Usia : a. 15 – 25 tahun b. 26 – 35 tahun c. 36 – 45 tahun d. > 45 tahun 52 32 8 8 Total 100 Domisili : a. Bogor b. Luar Bogor 68 32 Total 100 Pekerjaan : a. PNS b. Swasta c. Wiraswasta d. Mahasiswa e. IRT f. Lainnya 13 24 4 45 11 3 Total 100 Pengeluaran : a. < Rp 1.000.000 b. Rp 1.000.000 – 2.000.000 c. Rp 2.000.000 – 4.000.000 d. > Rp 4.000.000 18 52 28 2 Total 100 Penghasilan : a. < Rp 1.500.00 b. Rp 1.500.000 – 2.500.000 c. RP 2.5000.000 – 5.000.000 d. > Rp 5.000.000 Total 29 26 41 4 100 Sumber: Data diolah, Agustus 2013

17 Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebanyak 78% konsumen berjenis kelamin perempuan, dan sisanya sebanyak 22% berjenis kelamin laki – laki. Hal ini dapat dikarenakan konsumen yang berjenis kelamin laki – laki jarang memasuki toko dengan alasan hanya untuk melihat – lihat melainkan memang sudah ada niat untuk membeli alas kaki yang ada di outlet YK, tidak seperti konsumen berjenis kelamin perempuan yang seringkali memiliki banyak pertimbangan dalam membeli sehingga sering membandingkan dahulu sebelum akhirnya membeli alas kaki. Situasi dengan lebih banyaknya konsumen yang berjenis kelamin perempuan dapat dimanfaatkan oleh produsen alas kaki YK untuk lebih meningkatkan promosi di dalam toko karena biasanya emosi perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh faktor – faktor promosi seperti potongan harga.

Untuk karakteristik usia, sebanyak 52% responden berusia antara 15 – 25 tahun, 32% berusia antara 26 – 35 tahun, dan sebanyak 8% untuk usia 36 – 45 tahun dan > 45 tahun. Dapat dilihat bahwa rata – rata pengunjung outlet alas kaki YK berusia antara 15 – 25 tahun. Berdasarkan data tersebut produsen alas kaki YK dapat merancang bentuk – bentuk promosi yang lebih disesuaikan dengan usia 15 – 25 tahun. Usia 15 – 25 tahun merupakan usia remaja menginjak dewasa dimana pada usia tersebut seseorang masih berstatus pelajar. Hal ini dapat menjadi peluang bagi produsen alas kaki YK, karena biasanya pelajar lebih sering tertarik pada model – model alas kaki yang menarik dan sedang trend, tak jarang mereka rela menabung atau terpaksa meminjam uang temannya untuk membeli alas kaki yang menarik perhatian mereka.

Sebanyak 68% rsponden alas kaki YK Botani Square Bogor berdomisili atau berasal dari bogor dan sebanyak 32% berasal dari luar Bogor. Daerah luar Bogor cukup beragam diantaranya Jakarta, Depok, Bojong Gede, Surabaya, Sulawesi, Lampung, Sukabumi dan Pekan Baru. Dari 68% responden yang berdomisili di Bogor, ternyata banyak juga responden yang berasal dari lokasi yang cukup jauh dari outlet alas kaki YK Botani Square seperti Darmaga, Ciomas, Cibinong dan Cileungsi.

Menurut data yang di peroleh dari penelitian ini, sekitar 58% responden mendapatkan informasi dari sumber pribadi yaitu keluarga, teman, tetangga, rekan. 35% informasi diperoleh dari sumber komersial yaitu: iklan, wiraniaga, situs web, penyalur, kemasan dan penjualan, sedangkan sisanya informasi didapat dari sumber publik dan pengalaman dengan masing – masing persentasi 4% dan 3%. Mengingat pentingnya sumber informasi karena salah satu dari proses pengambilan keputusan adalah pencarian informasi, maka memaksimalkan penyebaran informasi kepada konsumen adalah hal yang wajib dilakukan oleh produsen alas kaki YK. Kotler (2005) merumuskan proses pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap yaitu: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. pengaruh dari sumber informasi ini sangat besar karena 71% responden pada penelitian ini mengaku bahwa sumber informasi dapat mempengaruhi keputusan pembelian, sisanya 29% menjawab sumber informasi yang diterima tidak mempengaruhi keputusan pembelian

Berdasarkan jumlah data ada sebanyak 13% responden yang bekerja sebagai PNS, 24% bekerja sebagai karyawan swasta, 4% responden yang bermata pencarian sebagai wirausaha, 11% ibu rumah tangga, mahasiswa sebanyak 45% dan 3% sisanya bekerja sebagai guru privat. Hal ini bisa disebabkan karena lokasi

18

outlet yang berada di dalam mall Botani Square ini tepat di samping kampus IPB Baranang Siang sehingga banyak mahasiswa yang menghabiskan waktu di mall

yang memang banyak menjadi tempat bagi mahasiswa yang penat dengan kegiatan belajar di kampus.

Berdasarkan data dari kuesioner, responden berpenghasilan Rp 2500000 –

5000000 merupakan persentase yang paling tinggi yaitu sebanyak 41%. Di tempat kedua responden berpenghasilan < Rp 1500000 yaitu sebesar 29%, responden dengan pengahasilan Rp 1500000 – 2500000 menempati urutan ketiga dengan persentase 26% dan sisanya sebanyak 4% adalah responden dengan penghasilan > Rp 5000000. Sedangkan pada data jumlah pengeluaran responden per bulan, sebanyak 52% dari responden melakukan pengeluaran berkisar antara Rp 1000000

– 2000000, 28% dengan pengeluaran sebesar Rp 2000000 – 4000000, 18% sebesar < Rp 1000000 dan sisanya 2% jumlah pengeluaran per bulannya adalah > Rp 4000000. Hasil data menunjukkan bahwa outlet alas kaki YK Bogor memiliki konsumen dari berbagai lapisan masyarakat yaitu bawah, menengah, dan atas. Meskipun produsen alas kaki YK menetapkan segmentasi produk adalah untuk konsumen menengah keatas, ternyata konsumen dengan penghasilan menengah pun tertarik untuk membeli alas kaki YK, karena alas kaki merupakan kategori produk shopping goods artinya jarang dibeli, sehingga konsumen memiliki kesempatan untuk menabung dulu sebelum membeli produk alas kaki yang diinginkan.

Tabulasi Silang

Dari analisis tabulasi silang dapat diketahui hubungan antar dua variabel. Karakteristik yang dianalisis menggunakan tabulasi silang ini diantaranya jenis kelamin dan usia, jenis kelamin dan perilaku belanja, jenis kelamin dan jenis promosi yang diminati, jenis kelamin dan barang yang dibeli tanpa perencanaan, usia dan perilaku belanja, usia dan barang yag dibeli tanpa perencanaan, usia dan jenis promosi yang diminati, serta perilaku belanja dan barang yang dibeli tanpa perencanaan sebelumnya.

Jenis Kelamin dan Usia

Berdasarkan pengolahan SPSS 16 diperoleh hasil bahwa 42% responden berjenis kelamin perempuan dengan usia 15 – 25 tahun, 22% berjenis kelamin perempuan dengan usia 26 – 35 tahun, 7% berjenis kelamin perempuan berusia 36

– 45 tahun dan 7% perempuan berusia lebih dari 45 tahun. 10% berjenis kelamin laki – laki berusia 15 – 25 tahun, 10% berjenis kelamin laki – laki berusia 26 – 35 tahun, dan masing – masing satu persen berjenis kelamin laki – laki untuk usia 35 -45 tahun dan lebih dari 45 tahun. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa responden alas kaki YK di dominasi oleh perempuan dengan rentang usia 15 – 35 tahun.

Dengan didominasi konsumen perempuan berusia 15 – 35 tahun, maka dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam menetapkan promosi di dalam toko yang tepat, contohnya dengan anggapan bahwa perempuan senang menghabiskan waktu untuk berbelanja dan membandingkan produk sebelum akhirnya benar – benar membeli, maka perusahaan dapat membuat promosi dalam toko dengan display toko yang menarik dan nyaman, sehingga konsumen akan betah berlama – lama di dalam toko. Untuk itu, produsen alas kaki YK harus mendesain lingkungan toko yang nyaman, diantaranya dengan diplay toko yang

19 menarik, bisa dengan mengatur posisi rak yang memudahkan konsumen dalam berbelanja.

Tabel 4 Distribusi jenis kelamin dan kelompok usia

No Kelompok Usia Jenis Kelamin (%)

Perempuan Laki – Laki Total

1 15 – 25 42 10 52

2 26 – 35 22 10 32

3 36 – 45 7 1 8

4 >45 7 1 8

Total (%) 78 22 100

Sumber: Data diolah, Agustus 2013

Jenis kelamin dan Perilaku Belanja

Melalui pengujian tabulasi silang yang diolah dengan menggunakan SPSS 16 diperoleh hasil 32% responden berjenis kelamin perempuan yang selalu merencanakan pembelian, 20% berjenis kelamin laki – laki yang selalu merencanakan pembelian, 40% perempuan yang tidak selalu merencanakan pembelian, dua persen laki – laki tidak selalu merencanakan pembelian, dan sebanyak 6 persen dari responden perempuan dan laki – laki yang tidak pernah merencanakan pembelian ketika berbelanja di outlet YK.

Tabel 5 Distribusi jenis kelamin dan perilaku belanja responden No Perilaku Belanja Responden Jenis Kelamin (%)

Perempuan Laki – Laki Total

1 Selalu Merencanakan 32 20 52

2 Tidak Selalu Merencanakan 40 2 42

3 Tidak Pernah Merencanakan 6 0 6

Total (%) 78 22 100

Sumber: Data diolah, Agustus 2013

Dapat dilihat sebanyak 52% responden melakukan pembelian dengan terencana, dan sisanya melakukan pembelian tidak terencana. Hal ini menunjukkan masih banyak responden yang mengunjungi outlet YK tanpa perencanaan akan membeli alas kaki. Dengan situasi yang seperti ini dapat menjadi peluang bagi produsen alas kaki YK untuk memberikan berbagai jenis promosi yang dapat menarik minat konsumen agar konsumen mau meluanngkan waktu dan membeli produk alas kaki YK. Salah satunya dengan memaksimalkan

in-store promotion , display toko yang menarik, potongan harga, pembelian dengan pembelian, dan tawaran yang menarik dari pramuniaga dapat menjadi dorongan bagi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

Jenis Kelamin dan Jenis Promosi yang Diminati

Hasil analisis tabulasi silang, sebanyak 49% responden berjenis kelamin perempuan dan 11 % berjenis kelamin laki – laki menyukai jenis promosi di dalam toko, 18% berjenis kelamin perempuan dan 4% laki – laki yang menyukai promosi online, 10% perempuan dan 4% laki – laki yang lebih menyukai , sisanya sebanyak 4% perempuan dan laki – laki yang tidak menyukai ketiga jenis promosi.

20

Tabel 6 Distribusi jenis kelamin dan jenis promosi yang diminati No Jenis Promosi yang

Diminati

Jenis Kelamin (%)

Perempuan Laki - Laki Total 1 In-store promotion 49 11 60 2 On-line 18 4 22 3 Word-of-Mouth 10 4 14 4 Tidak Menyukai Ketiganya 1 3 4 Total (%) 78 22 100

Sumber: Data diolah, Agustus 2013

60% responden menyukai in-store promotion untuk itu produsen harus dapat mempertimbangkan dengan baik bentuk promosi yang akan dilakukan dalam toko, karena Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Reveries.com 72% responden menyatakan bahwa in-store promotion merupakan salah satu media alternatif untuk menarik minat konsumen membeli suatu produk.

Jenis Kelamin dan Barang yang Dibeli Tanpa Perencanaan

Berdasarkan hasil dari analisis tabulasi silang jenis barang tambahan tertinggi yang paling banyak di beli tanpa perencanaan sebelumnya adalah makanan dan minuman ringan, ada 39% responden berjenis kelamin perempuan dan 10% berjenis kelamin laki – laki yang membeli barang tambahan ini. Bahan makanan pokok dibeli oleh responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 12% dan 2% responden berjenis kelamin laki – laki. Untuk responden berjenis kelamin perempuan yang membeli pakaian ada sebanyak 9%, responden laki – laki 3% dan sisanya merupakan konsumen laki – laki maupun perempuan yang membeli barang lain selain makanan, minuman, bahan pokok dan pakaian tanpa direncanakan.

Tabel 7 Distribusi Jenis Kelamin dan Barang yang Dibeli Tanpa Perencanaan

No Barang yang Dibeli Tanpa Perencanaan

Jenis Kelamin (%)

Perempuan Laki - Laki Total

1 Bahan pokok 12 2 14

2 Makanan & minuman 39 10 49

3 Pakaian 9 3 12

4 Toiletries 4 0 4

5 Buah & sayur 6 1 7

6 Mainan anak 3 1 4 7 Alat dapur 1 0 1 8 Obat – obatan 1 0 1 9 Alas kaki 3 0 3 10 Tidak membeli 0 5 5 Total (%) 78 22 100

21

Usia dan Perilaku Belanja

Dari analisis tabulasi silang antara usia dan perilaku belanja menunjukkan 29% responden berusia 15 – 25 tahun yang selalu merencanakan pembelian, untuk rentang usia 26 – 35 tahun ada sebanyak 16% yang merencanakan pembelian, selanjutnya 6% responden berusia 36 – 45 tahun yang merencanakan pembelian dan sisanya 1% responden berusia >45 tahun yang selalu merencanakan pembelian. Sehingga berdasarkan data dapat disimpulkan bahwa 52% responden mulai dari usia 15 – 25 tahun sampai > 45 tahun selalu merencanakan pembeliannya sebelum datang ke toko.

Tabel 8 Distribusi usia dan perilaku belanja

No Perilaku Belanja Kelompok Usia (%)

15 - 25 26 - 35 36 – 45 >45 Total 1 Selalu merencanakan

pemebelian

29 16 6 1 52

2 Tidak selalu merencanakan pembelian 20 14 2 6 42 3 Tidak pernah merencanakan pembelian 3 2 0 1 6 Total (%) 52 32 8 8 100

Sumber: Data diolah, Agustus 2013

Sebesar 48% responden datang ke toko dengan kadang atau tidak merencanakan pembelian sebelumnya, Dengan demikian outlet alas kaki YK mempunyai peluang terhadap 48% responden yang kadang atau tidak merencanakan pembelian. Dengan adanya impulse buying, 52% responden yang selalu merencanakan pembelian pun bisa terdorong untuk membeli barang tambahan, karena dengan adanya berbagai macam promosi yang dilakukan oleh perusahaan konsumen sering terjebak sehingga konsumen membeli barang tambahan yang dibeli tanpa merencanakan terlebih dulu.

Usia dan Jenis Promosi

In-store promotion mendominansi pilihan dari kelompok usia responden, dengan total pilihan sebesar 60%. Sedangkan 40% sisanya dari berbagai kelompok usia memilih jenis promosi on-line, word-of-mouth atau tidak menyukai ketiganya. Pada rentang usia 15 – 25 tahun sebanyak 29% responden memilih in-store promotion. Sesuai dengan definisi promosi yang diungkap oleh Kotler (2001) promosi adalah aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. Kegiatan promosi dilakukan untuk mencapai tujuan dari perusahaan seperti yang diungkap Tjiptono (2002) yaitu menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan (category need), memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu produk kepada konsumen (brand awareness), mendorong pemilihan terhadap suatu produk (brand attitude), membujuk pelanggan untuk membeli suatu produk (brand purchase intention), mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain (purchase facilitation) dan menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning). Sehingga dengan banyaknya perhatian responden terhadap in-store

22

promotion dapat menjadi peluang untuk produsen alas kaki sehingga dapat lebih memaksimalkan bentuk promosi tersebut agar tujuan dari promosi dapat tercapai. Tabel 9 Distribusi usia dan jenis promosi

No Kelompok Usia Jenis Promosi yang Diminati

In-store promotion On-line Word of mouth Tidak ketiganya Total 1 15 – 25 29 15 5 3 52 2 26 – 35 21 6 4 1 32 3 36 – 45 5 1 2 0 8 4 >45 5 0 3 0 8 Total (%) 60 22 14 4 100

Sumber: Data diolah, Agustus 2013

Usia dan Barang Tambahan yang Dibeli Tanpa Rencana

Dari tabel hasil analisis tabulasi silang diketahui bahwa pada rentang usia 15 – 25 tahun dan 26 – 35 tahun sama – sama memilih produk makanan dan minuman ringan yang sering dibeli tanpa merencanakan sebelumnya yaitu sebesar 34% untuk usia 15 -25 tahun dan 13% untuk usia 26 -25 tahun. Kebutuhan pokok memiliki total 14% dari barang yang dibeli tanpa direncanakan sebelumnya, pakaian 12%, 23% untuk produk lainya yaitu toiletris, buah dan sayur, mainan anak, obat- obatan dan alas kaki. Sedangkan hanya 5% responden dari semua rentang usia yang tidak membeli.

Tabel 10 Distribusi usia dan barang tambahan yang dibeli tanpa rencana No BarangTambahan yang

Sering Dibeli Tanpa Rencana

Kelompok Usia (%)

15 - 25 26 - 35 36 - 45 >45 total

1 Kebutuhan pokok 2 6 4 2 14

2 Makanan dan minuman 34 13 1 1 49

3 Pakaian 6 4 1 1 12

4 Toiletries 3 0 0 1 4

5 Buah dan sayur 3 2 0 2 7

6 Mainan anak 0 4 0 0 4 7 Alat dapur 0 1 0 0 1 8 Obat – obatan 0 0 1 0 1 9 Alas kaki 3 0 0 0 3 10 Tidak membeli 1 2 1 1 5 Total (%) 52 32 8 8 100

Sumber: Data diolah, Agustus 2013

Perilaku Belanja dan Barang Tambahan yang Dibeli Tanpa Perencanaan

Berdasarkan hasil analisis pengolahan SPSS 16 terhadap perilaku konsumen dan barang yang dibeli tanpa perencanaan sebelumnya menunjukkan,

23 dari total 52% responden yang selalu merencanakan pembeliannya, terdapat 25% responden yang membeli barang tambahan berupa makanan dan minuman sebagai barang yang dibeli tanpa tanpa perencanaan sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa meskipun konsumen selalu merencanakan pembelian tetapi selalu ada barang yang konsumen beli tanpa direncanakan sebelumnya.

Untuk perilaku pembelian alas kaki yang terjadi di dalam toko alas kaki YK, sebanyak 96% responden terlibat secara langsung dalam pembelian dan sisanya menganggap tidak perlu terlibat karena sudah memiliki kebiasaan membeli dan menggunakan alas kaki YK. Perilaku pembelian seperti ini tergolong dalam tipe perilaku pembelian pengurangan disonansi, artinya perilaku pembelian konsumen dalam situasi yang mempunyai karakter keterlibatan tinggi tetapi hanya ada sedikit anggapan perbedaan merek (Kotler dan Amstrong, 2001). Tabel 11 menunjukkan hubungan perilaku belanja dengan barang yang dibeli tanpa perencanaan sebelumnya.

Tabel 11 Perilaku belanja dan barang tambahan yang dibeli tanpa perencanaan No

Barang Tambahan yang Dibeli Tanpa Perencanaan Perilaku Belanja (%) Selalu Merencanaka n Tidak Selalu Merencanaka n Tidak Pernah Merencanaka n Total 1 Kebutuhan Pokok 8 5 1 14 2 Makanan & minuman 25 21 3 49 3 Pakaian 6 4 2 12 4 Toiletris 0 4 0 4

5 Buah dan Sayur 3 4 0 7

6 Mainan anak 2 2 0 4 7 Alat dapur 1 0 0 1 8 Obat – obatan 0 1 0 1 9 Alas kaki 2 1 0 3 10 Tidak membeli 5 0 0 5 Total (%) 52 42 6 100

Sumber: Data diolah, Agustus 2013

Perilaku Impulsif Responden YK

Variabel dependen dari penelitian ini adalah impulse buying atau pembelian impulsif konsumen terhadap alas kaki YK. Impulse buying adalah fenomena yang terjadi sehari-hari di lingkungan kita. Perilaku belanja impulsif adalah suatu perilaku konsumen yang mengambil keputusan pembelian tanpa direncanakan sebelumnya (Stern, 1962). Untuk melihat perilaku impulsif konsumen alas kaki YK dapat dilihat pada Tabel 12.

24

Tabel 12 Perilaku pembelian impulsif responden alas kaki YK

No Pernyataan Skor

1 Membeli dengan spontan ketika ada sepatu yang menarik 3.71 2 Membeli sepatu yang sebelumnya tidak niat dibeli 4.09 3 Merasa senang ketika membeli sepatu dengan spontan 3.15 4 Membeli sepatu yang menarik tanpa memikirkan akibatnya 3.15 5 Membeli sepatu ketika sepatu nyaman dipakai 3.89 6 Membeli sepatu ketika ada warna yang menarik 3.48 7 Membeli sepatu ketika menemukan ukuran yang pas 3.68

8 Membeli sepatu ketika modelnya menarik 3.91

Jumlah 29.06 Rata – rata 3.63 Sumber: Data diolah, Agustus 2013.

Keterangan:

1 – 1.8 = Sangat Tidak Baik 1.81 – 2.6 = Tidak Baik

2.61 – 3.4 = Kurang Baik 3.41 – 4.2 = Baik

4.21 – 5.0 = Sangat Baik

Dari data Tabel 12 diatas rata – rata skor perilaku pembelian impulsif konsumen alas kaki YK sebesar 3.63 (contoh perhitungan data dapat dilihat pada lampiran 3), skor ini menunjukkan bahwa responden alas kaki dalam melakukan pembelian sering menjadi impulse buyer. Ketertarikan terhadap model, warna, kenyamanan serta ukuran yang pas dari alas kaki YK, dapat mendorong responden untuk membeli alas kaki secara spontan. Hal ini sesuai dengan salah satu jenis pembelian dengan impulsif yang diungkap oleh Berman (2001) yaitu

completely unplanned dimana konsumen tidak berniat membeli kategori produk atau jasa sebelum datang ke toko. Berdasarkan penelitian Rook (1982) dalam Engle (1995), dorongan untuk membeli segera dan spontanitas menjadi karakteristik dari responden alas kaki YK.

Tabel 13 Persepsi responden terhadap alas kaki YK

No Pernyataan Persentase (%)

1 Alas kaki YK terbuat dari bahan berkualitas 83 % 2 Alas kaki YK dapat dipakai dalam jangka waktu lama 76 %

3 Alas kaki YK nyaman digunakan 81 %

4 Alas kaki YK tidak mudah rusak 58 %

5 Harga alas kaki YK berkesesuaian dengan manfaat yang dirasakan

88 %

6 Harga alas kaki dapat dijangkau 83 %

7 Harga alas kaki YK berkesesuaian dengan kualitas 86 %

8 Model alas kaki YK beragam 81 %

9 Alas kaki YK menyediakan berbagai macam ukuran 91 %

10 Merek alas kaki YK terkenal 66 %

25 Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat persepsi konsumen terhadap kualitas, kenyamanan, model, ukuran, harga serta persepsi terhadap merek YK yang dianggap terkenal juga baik. 86% responden setuju dengan kesesuaian harga dengan kualitas alas kaki YK, untuk kesesuaian harga dengan manfaat sekitar 88% responden yang setuju dengan pernyataan ini. Persepsi terhadap ketersediaan ukuran yang pas memiliki persentase yang paling tinggi yaitu 91% sejalan dengan perilaku pembelian impulsif responden yang membeli alas kaki ketika menemukan ukuran yang pas, kriteria penilaiannya baik dengan skor 3.61.

Uji Asumsi Klasik Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi antara residual dari pengamatan satu dengan pengamatan yang lain. Model regresi yang baik seharusnya tidak menunjukkan autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknnya autokorelasi, maka digunakan nilai Durbin-Watson yang merupakan nilai yang menunjukkan ada atau tidaknya autokorelasi dalam model regresi. Menurut

Dokumen terkait