• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Bab Jinayah dalam Kitab Majmu‟

BAB III JINAYAH DALAM KITAB MAJMU’

C. Pembahasan Bab Jinayah dalam Kitab Majmu‟

Adapun macam-macam jarimah sebagai berikut:

1. Murtad (keluar dari Islam)

Murtad atau riddah dalam bahasa arab adalah beralih daripada memeluk Islam kepada memeluk agama lain atau anutan lain, murtad merupakan jenis kufur

41Mohd Najib Mut‟I, Pengenalan ringkas kitab

yang paling keji dan membabitkan hukuman dan implikasi yang amat berat. Dalil ialah sebagai mana yang dinyatakan oleh firman Allah Taala;











































Artinya: Dan sesiapa di antara kamu Yang murtad (berpaling tadah) dari ugamanya (ugama Islam), lalu ia mati sedang ia tetap kafir, maka orang-orang Yang demikian, rosak binasalah amal usahanya (yang baik) di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah ahli neraka, kekal mereka di dalamnya (selama-lamanya).

Murtad boleh berlaku melalui tiga perkara adalah menolak hukum yang telah disepakati, melakukan sesuatu perbuatan yang hanya dilakukan oleh rang kafir, mengucapkan sesuatu yang bercanggah dengan pegangan Islam.42 Hukuman bagi kesalahan murtad yang dikenakan kepada laki-laki dan perempuan adalah sama, apabila seorang laki-laki dan perempuan yang telah baligh dan berakal melakukan sesuatu sehingga membawa kepada kemurtadan. Maka mereka tertakluk kepada hukum adalah pesalah murtad wajib diminta segera bertaubat, pesalah diberi amaran tentang akibat buruk jika dia masih kekal murtad dan tidak menerima pelawaan supaya bertaubat, pelasah wajib dibunuh jika masih mempertahankan kemurtadaannya dan tidak mahu bertaubat.43

42

Mustafa Al-Khin, Mustafa Al-Bugho, dkk, Kitab Fikah Mazhab Syafie, (Kuala Lumpur: Prospecta Printers), h. 2042.

43

2. Memberontak

Menurut para imam mazhab sepakat bahwa mengangkat pemimpin hukumnya adalah wajib. Oleh karena itu, sudah seharusnya kaum Muslim mempunyai pemimpin yang dapat menegakkan syiar-syiar agama Islam dan dapat menyelamatkan orang yang teraniaya dari orang-orang dzalim, tidak boleh bagi kaum Muslim di dunia ini dalam satu waktu mempunyai dua pemimpin. Dan pemimpin itu tidak boleh seorang perempuan, orang kafir, dan anak yang belum dewasa, dan orang gila.44 Pemimpin yang sah wajib ditaati perintahnya selama tidak bertentangan dengan syariat Islam, menghukum mati orang yang tidak taat kepada pemimpin yang baik hukumnya adalah wajib. Apabila sekelompok orang yang memberontak atau tidak taat kepada pemimpinnya, dan mereka tidak mempunyai alasan yang jelas, maka mereka boleh diperangi sehingga kembali kepada perintah Allah SWT. Jika mereka kembali ke dalam jamaah kaum Muslim maka dilarang memerangi mereka, seperti tidakan terorisme dll.45

3. Zina

Para imam mazhab sepakat bahwa zina merupakan perbuatan keji yang besar, yang wajibkan had atasnya. Orang-orang yang berzina dikategorikan dua golongan: muhshan dan ghairu muhshan, sanksi bagi pezina muhshan adalah rajam. Sedangkan hukuman bagi ghairu muhshan adalah seratus kali cambuk dan diasingkan selama

44

Musthafa Dib Al-Bugha, Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-Hukum Islam Madzhab Syafi‟i, (Jawa Tengah: Media Zikir), h. 430.

45

setahun sejauh jarak diperbolehkannya mengqashar shalat, hukuman bagi budak- laki-laki atau wanita adalah setengah hukuman bagi orang yang merdeka. Hukuman had itu berbeda-beda menurut macam perzinaan itu sendiri, karena perbuatan zina terkadang dilakukan oleh orang-orang yang belum menikah, seperti jejaka atau gadis, dan kadang-kadang dilakukan juga oleh muhshan, seperti orang yang sudah menikah, duda, atau janda.46

4. Qadzaf (tuduhan zina)

Para imam mazhab sepakat bahwa laki-laki yang berakal, merdeka, dewasa dan mempunyai hak melakukan pekerjaan berdasarkan kemauannya, apabila menuduh berzina kepada orang lain yang merdeka, dewasa, berakal, muslimah, terpelihara, bukan perempuan yang pernah melakukan li‟an, tidak pernah dikenai had zina dengan zina yang jelas. Bahwa ada lima syarat pada pihak yang dituduh adalah Islam, baligh, berakal, berakhlak yaitu tidak pernah disabitkan dengan kesalahan zina sebelum itu, tidak memberi keizinan kepada penuduh untuk menuduh.47 Dan keduanya tidak di dar al-harb, dan dituntut orang yang dituduh agar dijatuhi hukuman had, maka yang menuduhnya dikenai hukuman jilid (cambuk) sebanyak delapan puluh kali tidak boleh lebih. Menuduh dengan sindiran tidak mewajibkan had, walaupun diniatkan untuk menuduh zina. Menurut pendapat Imam Hanafi dan

46

Ibid, h. 445.

47

Mustofa Al-Khin, Mustofa Al-Bugho, Ali Asy-Syarbaji, Kitab fikih Mazhab Syafie, cet I, 1989.

Imam Maliki bahwa wajib had, menurut pendapat Imam Syafi‟i bahwa jika diniatkan menuduh zina dan diterangkan pengertiannya maka yang menyindir dikenai had.

5. Mencuri

Para imam mazhab sepakat bahwa pencuri yang wajib dipotong tangannya adalah pencurian pertama yang dilakukannya dan orang yang mempunyai anggota badan yang lengkap. Oleh karena itu, memotong tangannya dimulai dari tangan kiri pada persendian telapak tangan. Jika mencuri lagi maka dipotong kaki kirinya di persendian telapak kaki, sedangkan jika termasuk orang yang tidak mempunyai telapak tangan atau telapak kaki maka dipotong bagian atasnya. Demikian pula jika kedua anggota badan tersebut lumpuh. Menurut pendapat Abu Hanifah bahwa tetap

dipotong anggota badan yang lumpuh, menurut pendapat Syafi‟i bahwa pencuri yang tangan kanannya lumpuh dan menurut orang yang ahli bahwa jika tangan tersebut dipotong, maka tidak ada darahnya tetap dipotong. Sedangkan jika menurut keterangan orang ahli bahwa bagian tersebut tidak mengeluarkan darah dan dapat merusak maka yang dipotong adalah bagian atasnya.48

6. Penyamun

Para imam mazhab sepakat bahwa orang yang pernah membunuh dan merampas harta wajib dikenai hukuman had, walaupun wali korban memaafkan hal ini dapat membebaskan orang tersebut dari hukuman. Sedangkan orang yang mati

48

Musthafa Dib Al-Bugha, Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-Hukum Islam Madzhab Syafi‟i, (Jawa Tengah: Media Zikir), h. 457.

sebelum ditangkap tidak dikenai had, adalah hak Allah „Azza wa Jalla, dan yang dapat dituntut manusia adalah hak manusia saja, seperti jiwa, harta, dan pelukan, kecuali mereka memaafkannya. Apabila di antara para perampok tersebut terdapat seorang perempuan, yang ikut membunuh dan merampas harta, lalu tertangkap maka dikenai hukum bunuh sebagai had atasnya. Menurut pendapat Maliki, Hanifah,

Syafi‟i, Hambali bahwa dibunuh sebagai qishas dan dikenai pertanggungan. Apabila

di antara para perampok terdapat seorang kafir atau budak, atau anak kecil, maka dia tidak dibunuh. Demikian menurut pendapat Hanafi dan Hambali tidak dibunuh tetapi

menurut pendapat Maliki dan Syafi‟i bahwa dibunuh.49

7. Minum minuman keras (khamar).

Menurut para imam mazhab sepakat bahwa atas keharaman khamar, Orang yang menghalalkannya dihukumi kafir. Mereka sepakat bahwa apabila khamar berubah menjadi cuka dengan sendirinya, maka hukumnya menjadi suci. Menurut

pendapat Syafi‟i dan Hanbali bahwa jika khamar berubah menjadi cuka karena dicampuri dengan sesuatu adalah tidak suci, menurut pendapat Malik bahwa mengubah khamar menjadi cuka hukumnya adalah makruh. Namun, jika khamar menjadi cuka, maka cuka itu hukumnya adalah suci dan halal. Menurut pendapat Hanafi bahwa khamar boleh dibuat cuka, dan apabila telah menjadi cuka maka hukumnya adalah suci dan halal. Jarimah khamar dikenakan sanksi had sebanyak 80

49

kali pendapat ini dipegang oleh mazhab Hanafi, Maliki Hanbali. Menurut pendapat

Syafi‟i empat puluh kali cambuk.50

Dokumen terkait