• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam penelitian menunjukkan bahwa pematahan dormansi dengan berbagai perlakuanberbeda nyata terhadap parameter yang diamati yaitu persentasi berkecambah (%), kecepatan perkecambahan (benih yang tumbuh/hari), laju perkecambahan (hari), uji daya kecambah kecambah normal (%), kecambah abnormal (%)tetapi untuk parameter umur berkecambah tidak uji lanjut kontras, karena tingginya persentasi kecambah yang tidak tumbuh, mempengaruhi dalam pengolahan data. Hasil pengamatan dan sidik ragam dapat di lihat pada Lampiran 1 sampai 16.

Umur Berkecambah ( Hari )

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pematahan dormansi dengan berbagai metode perlakuan menghasilkannilai rataan umur berkecambahyang berbeda. Hasil pengamatan umur berkecambah (hari) dapat dilihat pada lampiran 1.Rataan umur berkecambah (hari) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Rataan Umur Berkecambah benih (hari) andaliman pada 100 HST Perlakuan Rataan+ S P0 ~ P1 5.33+7.54 P2 ~ P3 12.66+ 8.92 P4 20.06+ 1.86 P5 18.17+ 0.82 P6 6+ 8.48 P7 18 + 0.81 Keterangan :~(benih tidak tumbuh)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa umur berkecambah tercepat terdapat pada perlakuanP7 yaitu perendaman H2SO4 1 % selama 15 menitdengan rataan18 hari. Sedangkan umur berkecambah terlamapada perlakuan P0 yaitu kontroldanP2

yaitu penyiraman air panas 700C karena tidak terjadi perkecambahan sehingga nilai yang diperoleh yaitu 0 hari. Sedangkan pada perlakuan P1 skarifikasi mekanik dengan kertas pasir, P3 yaitu benih disiram air panas 800 C, P6 yaitu perendaman H2SO4 menunjukkan nilai rataan umur berkecambah yang lama juga karena dalam 1 atau2 blok diperoleh rataan 0 hari, yaitu tidak terjadi perkecambahan.

Persentasi Perkecambahan (%)

Hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukkan bahwa pematahan dormansi dengan perbandingan antara perlakuan menunjukkanperbedaan terhadap persentasi perkecambahan(%). Hasil pengamatan dan sidik ragam presentasi perkecambahan (%) dapat dilihat pada Lampiran 2,3 dan 4. Rataan persentasi perkecambahan (%) dan hasil uji lanjut kontras dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.RataanPresentasi Perkecambahan (%) biji andaliman pada beberapa perlakuan Kontras Sumber Keragaman Rataan Persentasi Perkecambahan (%) Uji Taraf Nyata K1 P0 vs P1-P7 ~ - (~- 38.33) ** K2 P1 vs P2-P7 1.67 - (~ - 38.33) ** K3 P2-P3 vs P4-P7 (~ - 8.33) - (1.67 - 38.33) ** K4 P4-P5 vs P6-P7 (20-38.33) - (1.67- 38.33) ** K5 P2 vs P3 ~ - 8.33 * K6 P4 vs P5 20 - 38.33 * K7 P6 vs P7 1.67 - 8.33 *

Keterangan :~ (benih tidak tumbuh)

*(nyata pada taraf α 5%) **( sangat nyata pada taraf α 1%)

Tabel 2 dapat diketahui bahwa pengamataan parameter persentasi perkecambahan (%) pada uji kontras K1 (P0 vs P1-P2) yaitu tanpa perlakuan dibandingkan seluruh perlakuan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Kontras K2 (P1 vs P2-P7) yaitu perlakuan skarifikasi mekanik dibandingkan perlakuan penyiraman air panas dan skarifikasi kimiamenunjukkan perbedaan

yang sangat nyata. Kontras K3 (P2-P3 vs P4-P7) yaitu perlakuanpenyiraman air panas dibandingkan perlakuan skarifikasi kimiamenunjukkan perbedaan yang sangat nyata dan kontras K4 (P4-P5 vs P6-P7) yaitu perlakuan KNO3 dengan giberelin dibandingkan perlakuan H2SO4menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, sedangkan pada kontras K5 ( P2 vs P3) yaitu penyiraman air panas 700C dibandingkan air panas 800C, K6 (P4 VS P5) yaitu perlakuan KNO3 dengan giberelin 250 ppm dibandingkan perlakuan KNO3 dengan giberelin 500 ppm dan K7 (P6 vs P7) yaitu perlakuan H2SO4 1 % , 10 menit dibandingkan H2SO4 1 % , 15 menit ketiga kontras menunjukkan perbedaan yang nyata.

Kecepatan Perkecambahan /Indeks Vigor(Benih Berkecambah/Hari)

Hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukkan bahwa pematahan dormansi dengan perbandingan antara perlakuan menunjukkan perbedaan terhadap kecepatan perkecambahan /Indeks Vigor (benih berkecambah/hari).Hasil pengamatan dan sidik ragam kecepatan perkecambahan (benih berkecambah/hari) dapat dilihat pada lampiran 5,6 dan 7. Rataan kecepatan perkecambahan Indeks Vigor (benih berkecambah/hari)dan hasil uji lanjut kontras dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.RataanKecepatanPerkecambahan /Indeks Vigor(benih berkecambah /hari) biji andaliman pada beberapa perlakuan

Kontras Sumber Keragaman RataanKecepatan Perkecambahan (benih berkecambah/hari) Uji Taraf Nyata K1 P0 vs P1-P7 ~ - (~ - 0.42) * K2 P1 vs P2-P7 0.02 - (~ - 0.42) * K3 P2-P3 vsP4-P7 (~ - 0.09) - (0.01 - 0.42) ** K4 P4-P5 vsP6-P7 (0.20 - 0.42) - (0.01 - 0.11) ** K5 P2 vs P3 ~ - 0.09 tn K6 P4 vsP5 0.20 - 0.42 * K7 P6 vsP7 0.01 - 0.11 tn

Keterangan :~ (benih tidak tumbuh) *(nyata pada taraf α 5%)

**( sangat nyata pada taraf α 1%)

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa pengamataan parameter kecepatan perkecambahan Indeks Vigor (benih berkecambah/hari)pada uji kontras K1 (P0 vs P1-P7) yaitu tanpa perlakuan dibandingkan seluruh perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata.Kontras K2 (P1 vs P2-P7) yaitu perlakuan skarifikasi mekanik dibandingkan perlakuanpenyiraman air panas dan skarifikasi kimia menunjukkan perbedaan yang nyata. Kontras K3 (P2-P3 vs P4-P7) yaitu perlakuan penyiraman air panas dibandingkan perlakuan skarifikasi kimia menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Kontras K4 (P4-P5 vs P6-P7) yaitu perlakuan KNO3 dengan giberelin dibandingkan perlakuan H2SO4 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dan kontras K6 (P4 VS P5) yaitu perlakuanKNO3

dengan giberelin 250 ppm dibandingkan perlakuan KNO3 dengan giberelin 500 ppm menunjukkan perbedaan yang nyata.

Laju Perkecambahan /Germination Rate (Hari)

Hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukkan bahwa pematahan dormansi perbandingan antara perlakuan menunjukkan perbedaan terhadap laju perkecambahan (Germination Rate). Hasil pengamatan dan sidik ragam kecepatan perkecambahan (hari) dapat dilihat pada lampiran 8,9 dan 10. Rataan laju perkecambahan (hari) dan hasil uji lanjut kontras dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.Rataan LajuPerkecambahan /Germination Rate (hari) biji andaliman pada beberapa perlakuan.

Kontras Sumber Keragaman

Rataan Laju Perkecambahan (Hari) Uji Taraf Nyata K1 P0 vs P1-P7 ~ - (~ - 19.73) ** K2 P1 vs P2-P7 5.33 - (~ - 19.73) tn K3 P2-P3 vs P4-P7 (~ - 12.67) - (6 - 19.73) ** K4 P4-P5 vs P6-P7 (19.73 - 18.17) - (6 - 18) tn K5 P2 vs P3 ~ - 12.67 * K6 P4 vs P5 19.73 - 18.17 tn K7 P6 vs P7 6 - 18 *

Keterangan :~ (benih tidak tumbuh)

*(nyata pada taraf α 5%) **( sangat nyata pada taraf α 1%)

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa pengamataan parameter laju

perkecambahan /Germination Rate (hari) pada uji kontras K1 (P0 vs P1-P7) yaitu tanpa perlakuan dibandingkan semua perlakuan menunjukkan perbedaan

yang sangat nyata. Kontras K3 (P2-P3 vs P4-P7) yaituperlakuan penyiraman air panasdibandingkan perlakuan skarifikasi kimia menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Kontras K5(P2vs P3) yaitu perlakuan penyiraman air 70oC dibandingkan air 80oC menunjukkan perbedaan yang nyatadan kontras K7 (P6 vs P7) yaitu perlakuan H2SO4 1 % , 10 menit dibandingkan H2SO4 1 % , 15 menit menunjukkan perbedaan yang nyata.

Uji Daya Kecambah Kecambah Normal (%)

Kecambahnormal dikatakan jikapertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan tumbuh baik, di dalam atau muncul dari koleoptil atau pertumbuhanepikotil yang sempurna dengan kuncup yang normalSutopo (2012). Gambar tanaman kecambah normal dapat dilihat pada Gambar 1.

a. Kecambah perlakuan P3b. Kecambah perlakuan P5 Gambar 1. Kecambah Normal

Hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukkan bahwa pematahan

dormansi dengan perbandingan antara perlakuan menunjukkan perbedaanterhadap parameter kecambah normal (%). Hasil pengamatan dan sidik

ragam kecambah normal (%) dapat dilihat pada lampiran 11,12 dan 13. Rataan kecambah normal (%) dan hasil uji lanjut kontras dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Kecambah Normal (%) biji andaliman pada beberapa perlakuan

Kontras Sumber Keragaman

Rataan Kecambah Normal (%) Uji Taraf Nyata K1 P0 vs P1-P7 ~ - (~- 13.33) ** K2 P1 vs P2-P7 1.67 - (~ - 13.33) * K3 P2-P3 vs P4-P7 (0 - 3.33) - (1.67- 13.33) ** K4 P4-P5 vs P6-P7 (13.33 - 30) - (1.67 - 6.67) ** K5 P2 vs P3 ~ - 3.33 tn K6 P4 vs P5 13.33 - 30 * K7 P6 vs P7 1.67 - 6.67 tn Keterangan :~ (benih tidak tumbuh)

*(nyata pada taraf α 5%)

**( sangat nyata pada taraf α 1%)

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa pengamataan kecambah normal (%) pada uji kontras K1 (P0 vs P1-P7) yaitu tanpa perlakuan dibandingkansemua perlakuan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Kontras K2 (P1 vs P2-P7) yaitu perlakuanskarifikasi mekanik dengan kertas pasir dibandingkan perlakuan penyiraman air panas dan skarifikasi kimia menunjukkan perbedaan yang nyata. KontrasK3 (P2-P3 vs P4-P7) yaituperlakuan penyiraman air panas dibandingkanperlakuan skarifikasi kimia menunjukkan perbedaan yang sangat

nyata.Kontras K4 (P4-P5 vs P6-P7) yaitu perlakuan KNO3 dengan giberelin dibandingkan perlakuan H2SO4menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dan kontras K6 (P4 vs P5) yaitu perlakuan KNO3 dengan giberelin 250 ppm dibandingkan perlakuan KNO3 dengan giberelin 500 ppm menunjukkan perbedaan yang nyata.

Kecambah Abnormal (%)

Kecambah abnormal dikatakan jika kecambah yang bentuknya cacat, perkembangannya lemah atau kurang seimbang dari bagian-bagian yang penting.Plumula yang terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon yang membengkok, akar yang pendek, koleoptil yang pecah atau tidak mempunyai daun, dan kecambah yang kerdil.Gambar kecambah normal dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Perkecambahan abnormal

Hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukkan bahwa pematahan dormansi dengan perbandingan antara perlakuan menunjukkan perbedaan terhadap parameter kecambah abnormal (%). Hasil pengamatan dan sidik ragam kecambah abnormal (%) dapat dilihat pada lampiran 14,15 dan 16. Rataan kecambah abnormal (%) dan hasil uji lanjut kontras dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan KecambahAbnormal (%) biji andaliman ada beberapa perlakuan. a.Kecambah perlakuan P3 b.Kecambah perlakuanP5 c.Kecambah perlakuan P5

Kontras Sumber Keragaman

Rataan Kecambah Abnormal (%) Uji Taraf Nyata K1 P0 vs P1-P7 ~ - (~ -8.33) tn K2 P1 vs P2-P7 ~ - (~- 8.33) tn K3 P2-P3 vs P4-P7 (~ -5) - (~ -8.33) tn K4 P4-P5 vs P6-P7 (6.67 - 8.33) - (~ - 1.67) ** K5 P2 vs P3 ~ - 5 tn K6 P4 vs P5 6.66 - 8.33 tn K7 P6 vs P7 0 - 1.67 tn

Keterangan :~ (benih tidak tumbuh)

*(nyata pada taraf α 5%)

**( sangat nyata pada taraf α 1%)

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa pengamataan kecambah abnormal (%) pada uji kontras K4 (P4-P5 vs P6-P7) yaitu perlakuan KNO3 dengan giberelin dibandingkan perlakuan H2SO4menunjukkan perbedaan yang sangat nyata.

Pembahasan

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa pemberian perlakuan pematahan dormansi terhadap biji andaliman (Zanthoxylum acanthopodiumDC.) menunjukkanperbedaan yang nyata terhadap parameter yang diamati, yaitu persentasi perkecambahan, kecepatan perkecambahan, laju perkecambahan, kecambah normal.Sedangkan pada perlakuan P0 (kontrol) tidak terjadi perkecambahan.Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa berbagai perlakuan pematahan dormansi andaliman menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada perlakuan kontrol. Perkecambahan andaliman yang rendah dan umur berkecambah yang lama disebabkanoleh struktur kulit biji yang keras. Struktur ini dapat menghalangi imbibisi air dan pertukaran gas.Komponen volatile berupa senyawa terpenoid juga merupakan senyawa penghambat perkecambahan sehingga sangat diperlukan metode pematahan dormansi, baik secara skarifikasi mekanik dan kimia untuk meningkatkan vibialitas biji andaliman.Hal ini sesuai dengan Sutopo (2012) yang meyatakan bahwa beberapa cara pematahan

dormansi yang telah diketahui adalah perlakuan mekanis, perlakuan kimia, perlakuan perendaman dengan air, perlakuan pemberian temperatur tertentu dan perlakuan dengan cahaya.

Perbandingan perlakuan P1 yaitu skarifikasi mekanik dengan perlakuan P2-P7yaitu perendaman dengan air dan skarifikasi kimia menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap parameter persentasi, kecepatan perkecambahan. Pada parameter laju perkecambahandan kecambah normal menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Pada persentasi perkecambahan perlakuan P1 dengan rataan 1.6 % lebih rendah dibandingkan perlakuan P2-P7 dengan rataan12.7 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan P2-P7 yaitu penyiraman air panas dan skarifikasi kimialebih baik dibandingkan perlakuan P1 yaitu skarifikasimekanik dengan kertas pasir. Hal ini diduga karena struktur biji andaliman yang sangat kecil pada saat perlakuan skarifikasi mekanik dengan kertas pasir terjadi kerusakaan pada embrio sehingga tidak terjadi perkecambahan. Hal ini sesuai dengan Sutopo (2004) yang menyatakan bahwa pengikisan dengan kertas pasir merupakan salah satu cara untuk memecahkan dormansi benih yang disebabkan oleh struktur benih yaitu kulit benih yang keras. Oleh karena itu perlakuan skarifikasi ini tidak efektif dilakukan karena bji andaliman yang kecil, sangat sulit untuk diskarifikasi dan lebih mudah merusak bagian embrio biji terutama bagian titik tumbuh.

Perbandingan perlakuan P2-P3 yaitu perendaman air panas dibandingkan dengan perlakuan P4-P7 yaitu skarifikasi kimia menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap paremeter persentasi perkecambahan, perlakuan P2-P3 memiliki rataan sebesar4.1 % lebih rendah dibandingkan perlakuan P4-P7dengan

rataan 17.08 %. Pada parameter kecepatan perkecambahan dan uji kecambah normal menunjukkan perbedaan yang sangat nyata.Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perlakuan P4-P7skarifikasi kimia lebih baik dari perlakuan P2-P3penyiraman air panas. Perlakuan P2-P3penyiraman air panasbertujuan untuk meningkatkan permeabilitas kulit biji yang keras. Hal ini sesuai dengan Gardner dkk., (1991) yang menyatakan bahwa perendaman biji dalam air panas bertujuan untuk memperbaiki permeabilitas kulit benih sehingga dapat mempermudah masuknya air dan gas. Sehingga dapat meningkatkan persentasi benih berkecambah.Namun untuk biji andaliman dengan perlakuan penyiraman air panas dengan suhu 700C dan 800C masih menunjukkan persentasi perkecambahan yang rendah. Sedangkan pada perlakuan skarifikasi kimia membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah, karena perkecambahan biji sangat tergantung pada proses imbibisi.

Perlakuan P4-P5 yaituKNO3 dengan giberelin dibandingkan perlakuan P6-P7 yaitu H2SO4 1 % menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap persentasi perkecambahan, kecepatan perkecambahan, uji daya kecambah normal dan kecambah abnormal. Pada parameter persentasi perkecambahan perlakuan P4-P5 memiliki rataan sebesar 29.1% lebih tinggi dibandingkan perlakuan P6-P7 sebesar 5.8 %dan uji daya kecambah abnormal perlakuan P4-P5 memiliki nilai rataan 7.5 % lebih tinggi dibandingkan perlakuan P6-P7 dengan nilai rataan 0.8%.sehinggadapat disimpulkan bahwa perlakuan P4-P5 yaitu KNO3 dan giberelin lebih baik dari perlakuan P6-P7yaitu H2SO4 1 %. Dikarenakan KNO3

merupakan senyawa yang dapat mengaktifkan metabolisme sel dan mempercepat perkecambahan dan giberelin merupakan hormon yang mampu mempercepat

perkecambahan. Menurut Davies (2004) menyatakan bahwa cara kerja giberelin dalam perkecambahan biji diawali dengan terjadinya imbibisi air merangsang sintesis giberelin, lalu giberelin tersebut berdifusi ke lapisan aleuron dan merangsang sintesis enzim. Selanjutnya enzim memecahkan amilim dan gula yang kemudian ditransportasikan ke embrio yang sedang berkembang.Sedangkan perlakuan H2SO4dengan konsentrasi pekat membuat kulit bijimenjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui air dengan mudah.Namun perlakuan H2SO4 belum optimal dalam memecahkan dormansi biji andaliman.Diduga karena konsentrasi dan lamanya perendamansangat mempengaruhi proses perkecambahan, sifat zat ini sangat keras sehingga bisa mereduksi lapisan bahan dengan cepat. Hal ini sesuai dengan Fahmi (2012) yang menyatakan larutan asam kuat seperti H2SO4 sering digunakan dengan konsentrasi yang bervariasi sampai pekat tergantung jenis benih yang diperlakukan.

Perbandingan perlakuan P2 penyiraman air panas 700C dengan perlakuan P3 penyiraman air panas 800C menunjukkan perbedaan yang nyata pada parameter persentasi perkecambahan dan laju perkecambahandimana pada perlakuan P2 tidak terjadi perkecambahan. Pada perlakuan P3 memiliki persentasi perkecambahan 8.3 %, jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya Siregar (2013) memperoleh persentasi perkecambahan dengan perlakuan penyiraman air panas 600C sebesar 36.2 %. Hal ini diduga bahwa dengan naik nya suhu air dapat merusak embrio benih sehingga tidak optimal dalam meningkatkan persentasi perkecambahan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perlakuan P3 dengan penyiraman air panas 800C lebih baik dibandingkan perlakuan P2 dengan air 700C, tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang jauh.

Pemberian penyiraman air panas bertujuan untuk memperbaiki permeabilitas kulit benih sehingga dapat mempermudah masuknya air dan gas, sehingga dapat meningkatkan persentasi perkecambahan. Hal ini sesuai dengan Salisbury dan Ross ( 1995) yang menyatakan bahwa beberapa jenis perlu diberi perlakuan dalam air panas dengan tujuan meningkatkan permeabilitas.

Pada perlakuan P4 yaitu KNO3 dengan giberelin 250 ppm dibandingkan dengan P5 yaitu KNO3 dengan giberelin 500 ppm menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap parameter persentasi perkecambahan, kecepatan perkecambahan laju perkecambahan dan uji daya kecambah normal. Perlakuan P4 memiliki persentasi perkecambahan 20 % lebih rendah dibandingkan perlakuan P5 dengan rataan 38.3 %.Dengan demikian kombinasi perlakuan KNO3 dan giberelin lebih optimal meningkatkan perkecambahan pada pemberian giberelin 500 ppm. Hal ini dikarenakan senyawa KNO3 selain dapat mempercepat melunakkan kulit benih yang keras, KNO3 juga berfungsi sebagai pengganti fungsi suhu dan mempercepat penerimaan oksigen pada benih, sehingga terjadi proses imbibisi dan benih dapat lebih mudah berkembang dan berkecambah. Hal ini sesuaidengan Kartasapoetra (2003), bahwa penggunaan zat kimia KNO3 sebagai pengganti fungsi cahaya dan suhu serta untuk mempercepat penerimaan benih akan oksigen. Sedangkan giberelin merupakan hormon yang mampu mempercepat perkecambahan.Dan menurut Abidin (1983) yang menyatakan bahwa giberelin adalah hormon tanaman yang terlibat dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, perpanjangan batang, pembungaan dan perkecambahan biji.

Perlakuan P6 yaitu H2SO4 1% selama 10 menit dibandingkan perlakuan P7 yaitu H2SO4 1% selama 15 menit menunjukkan perbedaan yang nyata pada

parameter persentasi perkecambahan dan laju perkecambahan. Perlakuan P6 memiliki persentasi perkecambahan 1.6 % lebih rendah dibandingkan perlakuan P7 dengan rataan 8.3 % dan pada parameter laju perkecambahan menunjukkan perbedaan yang nyata yaitu P6 memiliki rataan 6 hari lebih rendah dibandingkan perlakuan P7 dengan rataan 18 hari. Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa perlakuan P7 yaitu H2SO4 1% selama 15 menit lebih baik dalam meningkatkan persentasi dan laju perkecambahan. Hal ini diduga karena larutan H2SO4 1% dapat menyebabkan kerusakan pada kulit biji, sehingga membantu dalam proses imbibisi dan lamanya waktu perendaman juga sangat mempengaruhi perkecambahanbenih. Hal ini sesuai dengan Menurut Sadjad et al. (1975) perlakuan kimia seperti H2SO4 pada prinsipnya adalah membuang lapisan lignin pada kulit biji yang keras dan tebal sehingga biji kehilangan lapisan yang permiabel terhadap gas dan air sehingga metabolisme dapat berjalan dengan baik.Akan tetapi apabila terlalu berlebihan dalam hal konsentrasi atau lama waktu perlakuan dapat menyebabkan kerusakan embrio,sehingga benih tidak berkecambah.

Pada pengamatan parameter umur berkecambah, diamati sampai 100 hari dari awal penanaman, jika lewat 100 hari benih dikatakan tidak berkecambah. Pada parameter umur berkecambah ini tercepat pada perlakuan P7 yaitu H2SO4 1% selama 15 menit dengan rataan 18 hari, tidak jauh berbeda dibandingkanperlakuan P5 yaitu KNO3 dengan giberelin 500 ppm dengan rataan 18.1 sedangkan umur berkecambah terlama terdapat pada perlakuan P0 yaitu kontrol dan P2 yaitu penyiraman air panas 700C karena tidak terjadi perkecambahan. Sedangkan pada perlakuan P1 skarifikasi mekanik, P3 yaitu benih disiram air panas, P6 yaitu perendaman H2SO4 menunjukkan nilai rataan umur berkecambah yang lama juga karena dalam 1 atau 2 blok tidak terjadi perkecambahan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa umur berkecambah terbaik pada perlakuan P7 yaitu H2SO4 1% selama 15 menit mampu mempercepat umur perkecambahan andaliman hingga 18 hari, jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya Siregar (2013) melaporkan dari 21 hari hingga 99 hari setelah semai. Sirait (1991) dari 27 hari hingga 42 hari.

Dokumen terkait