• Tidak ada hasil yang ditemukan

Andaliman (Zanthoxylum acanthopodiumDC.) adalah tanaman rempah liar di Sumatera Utara. Buahnya biasa digunakan sebagai bumbu masakan ikan dan daging. Buah andaliman mengandung senyawa aromatik dengan rasa pedas dan getir yang khas serta hangat. Saat ini andaliman diperhitungkan menjadi sumber senyawa aromatik dan minyak esensial yang mempunyai aktivitas mikroba (antijamur, antibakteri) penolak dan membunuh serangga, antioksidan dan antitumor. Pemanfaatan andaliman dapat lebih ditingkatkan tidak lagi sekedar bumbu masakan tradisional.Hal ini memberi peluang bagi andaliman sebagai bahan baku senyawa antioksidan atau antimikroba bagi industri pangan dan industri farmasi (Siregar, 2012).

Buah andaliman mengandung senyawa polifenolat, monoterpen dan seskuiterpen sertakuinon.Selain itu juga terdapat minyak atsiri seperti geraniol, linalool, cineol dan citronella yang menimbulkan kombinasi bau mint dan lemon (Sinaga, 2009).Ekstrak andaliman diketahui juga mengandung flavonoid, alkaloid, terpenoid dan steroid (Nababan, 2012).

Zanthoxylum merupakan genus yang jarang diteliti. Beberapa spesiesutama dari genus ini adalah Zanthoxylum piperitum DC (Z. sansho) di Cina,Jepang, dan Korea, Z. simulans ( Z. bungei) di Cina dan Taiwan, Z. bungeanumMax. di Cina, Z. schinifolium Sieb. et Zucc. di Cina dan Korea, Z. nitidum Roxb(DC) di Cina dan Asia Tenggara, Z. limonella di India dan Asia Tenggara,Z.armatum DC (Z. alatum Roxb.) di Himalaya, Asia Timur, dan Asia Tenggara, Z.avicennae (Lamk) DC (Z. tidorense) di Cina, Asia Tenggara,

Indonesia danZ. acanthopodiumDC di bagian timur Himalaya, Cina, Asia Tenggara, danSumatera (Katzer, 2001).

Selain dijual di pasar tradisional, seperti pasar Senen Jakarta dengan harga Rp 50.000/kg, buah andaliman juga diekspor ke Amerika Serikat, dengan harga US$ 14,99/ons atau setara dengan Rp 140.990/ons (Miftakhurohmah dan Sintha, 2009).

Populasi andaliman masih sangat terbatas, kira-kira 1000 – 2000 pohon , dengan produksi 7 – 10 kg per pohon/tahun pada tanaman dewasa. Bibit yang diperoleh petani berasal dari hutan, karena benih andaliman tidak mau berkecambah walau pun kondisi tempat tumbuhnya sudah optimal.Dibudidayakan dengan sistem pekarangan.Rata-rata petani yang menanam andaliman 1 – 5 batang (Napitupulu, et al., 2004).

Perkecambahan andaliman sampai saat ini masih sangat rendah. Sirait (1991) memperoleh daya kecambah 0-3.6% dengan perlakuan kontrol dan

pembenaman benih andaliman dalam kompos; Tampubolon (1998) memperoleh daya kecambah dengan perlakuan kontrol 0%, pembenaman dalam kompos 0%,

perendaman dalam air 0%, perendaman dalam giberelin 6.9-14.4%; Samosir (2000) memperoleh daya kecambah dengan perlakuan kontrol 6%,

perendaman dalam larutan giberelin 0-3%, perendaman dalam larutan KNO3

6.5-24%, pembenaman dalam pupuk kandang ayam 3.5-9.5%, pemanasan dengan air panas dan oven 0%. Siregar (2013) memperoleh daya berkecambah dengan perlakuan benih disiram dengan air hangat 60oC dan dibiarkan hingga dingin selama 24 jam, dan air diganti berpotensi meningkatkan persentase

perkecambahan benih andaliman mencapai 36.25% pada 63.31 hari setelah pengecambahan.

Perkecambahan andaliman yang rendah dan umur berkecambah yang relatif lama disebabkan oleh struktur kulit biji yang keras. Struktur ini dapat menghalangi imbibisi air dan pertukaran gas dalam proses perkecambahan. Komponen volatil, berupa senyawa terpenoid yang terdapat pada andaliman (Siahaan 1991; Wijaya et al., 2001), diketahui merupakan senyawa penghambat perkecambahan.Tanaman yang tumbuh alami berasal dari biji yang disebarkan oleh burung (setelah memakan buah andaliman).Petani juga memperoleh bibit secara tidak sengaja dari lokasi bekas pembakaran gulma di daerah tanaman yang sudah tua (Siregar, 2003).

Penyebab laindaya perkecambahan rendah yaitu banyak diantara biji andaliman tidak mempunyai embrio. Embrio beberapa spesies tidak berkembang ( immature). Embrio immature dapat dijumpai pada biji berukuran kecil, bahkan pada beberapa species embrio tidak berkembang ( Bewley dan Black, 1983). Biji andaliman kecil diameter 1-2 mm. Siregar (2010) melakukan sortasi biji dengan merendam biji dalam air. Biji yang mengapung dalam air tidak mengandung embrio dan ini bisa mencapai 70 % bahkan 90 %. Perlakuan sortasi memberi daya berkecambah sebesar 15,83 % sedangkan tanpa sortasi sebesar 0.83 %. Sortasi dengan perendaman air dapat memisahkan benih yang di duga memiliki embrio, namun presentasinya masih renah.Dengan dasar inilah maka dilakukan

penelitian berbagai metode pemecahan dormansi biji andaliman (Zanthoxylum acanthopodiumDC.) untuk memperoleh cara yang efektif dan

efisien dalam meningkatkan jumlah benih berkecambah dan mempercepat perkecambahan benih

Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh perlakuan pematahan dormansi yang terbaik pada bijiandaliman (Zanthoxylum acanthopodiumDC.) dengan nberbagai metode pemecahan dormansi.

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan pematahan dormansi dari perlakuan yang diuji terhadap viabilitas benih andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.).

Kegunaan Penelitian

-Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program StudiAgroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. - Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

ABSTRAK

LILIS HABEAHAN: Berbagai Metode Pemecahan Dormansi Biji Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.). Dibimbing oleh Mbue Kata Bangun dan Eva

Sartini Bayu

Perbanyakan Andaliman secara generatif menghasilkan persentasi perkecambahan sangat rendah dan memerlukan waktu yang lama berkecambah, akibatadanya dormansi yang disebabkan kulit biji keras yang menghambat air dan pertukaran gas dalam proses perkecambahan. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas PertanianUSU (± 25 m dpl) pada Mei-Agustus 2016 menggunakan rancangan acak kelompokdengan 8 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari P0 (tanpa perlakuan), P1 (skarifikasi mekanik, perendaman hingga 24 jamdan air diganti), P2 (benih disiram air panas70oC dibiarkan hingga dingin selama 24 jam, dan air diganti.), P3 (benih disiram air panas 80oC dibiarkan hingga dingin selama 24 jam, dan air diganti), P4 (perendaman 0.6 g KNO3 L-l selama 24 jam dan giberelin 250 ppm selama5 jam), P5 (perendaman 0.6 g KNO3 L-l selama 24 jam dan giberelin 500 ppm selama5 jam), P6 (perendaman H2SO4 1% selama 10 menit), dan P7 (perendaman H2SO4 1% selama 15 menit). Peubah amatan yang diamati adalah umur berkecambah (hari), persentasi berkecambah (%), kecepatan perkecambahan (benih berkecambah/hari), laju perkecambahan (hari), kecambah normal (%), kecambah abnormal (%) dan benih yang belum tumbuh (%).

Hasil penelitian menunjukkan pematahan dormansi dengan skarifikasi mekanik, penyiraman air panas, perendamanKNO3dengan giberalin dan H2SO4 1% berbeda nyata terhadap semua parameter kecuali umur berkecambah (hari) dan kecambah abnormal (%). Perlakuan yang terbaik digunakan untuk mematahkan dormansi biji andaliman adalah perlakuan P5 (perendaman 0.6 g KNO3 L-l selama 24 jam dan giberelin 500 ppm selama5 jam).

ABSTRACT

LILIS HABEAHAN: Various methods of breaking seed dormancy Zanthoxylum acanthopodium DC., supervised by Mbue Kata Bangun and Eva

Sartini Bayu

Generative propagation of andaliman produces low germination percentageand requires a long time to germinate due to seed dormancy which is caused by hard skin that inhibits water and gas into the seed. Therefore, a study has been carried out at the Laboratory of Seed Technology Association at Agriculture Faculty of University of Sumatera Utara (USU) (± 25 m asl) in May-August 2016 using randomized block design with 8 treatments and 3 replications. Treatment consists of P0 (without treatment), P1 (mechanical scarification,water submersion for 24 hours and the water is replaced),P2 (seeds of hot water poured 700C allowed to cool for 24 hours and the water is replaced), P3 (seeds of hot water poured 800C allowed to cool for 24 hours and the water is replaced), P4 (submersion in 0.6 g of KNO3 for 24 hours and 250 ppm of giberelin for 5 hours ), P5 (Submersion in 0.6 g of KNO3 for 24 hours and 500 ppm of giberelin for 5 hours), P6(submersion in 1% of H2SO4 for 10 minutes), and P7 (submersion in 1% of H2SO4 for 15 minutes). The parameters measured were age germination (day),germination ability (%), seed growth rate (seeds germination/day), germination rate(day),normal seedling (%), abnormal seedling (%).

The results showed that dormancy breaking by mechanical scarification, watering hot water, submersion in KNO3 1%,GA3 and H2SO41% means significantly allparameters except the age germination(day) and abnormal seedling (%).The best treatment used tobreak seed dormancy of andaliman is the treatment of P5 (Submersion in 0.6 g of KNO3 for 24 hours and 500 ppm of giberelin for 5 hours).

BERBAGAI METODEPEMECAHAN DORMANSI BIJI

Dokumen terkait