BAB II DASAR TEORI
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis deskriptif data yang diperoleh diketahui
bahwa nilai mean empirik (164) lebih besar daripada nilai mean teoritik
(150) dan uji t yang telah dilakukan menunjukkan nilai t hitung sebesar
11,960 (> t tabel 1,960 dengan taraf signifikansi 0,05). Hal ini berarti bahwa
subjek penelitian secara umum memiliki tingkat motivasi yang tergolong
tinggi dalam menggunakan facebook. Penggunaan facebook oleh remaja
disebabkan karena adanya kebutuhan dalam diri sehingga mereka terdorong
untuk menggunakan facebook, sebagai contoh untuk menjalin relasi dengan
orang lain, menawarkan produk lebih mudah (kepentingan bisnis), dan
mencari berbagai informasi.
Peneltitian ini mengacu pada aspek motivasi Clayton Alderfer, yaitu
aspek eksistensi (existence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan
(growth). Analisis data statistik pada masing-masing aspek menunjukkan
bahwa ketiga aspek tersebut berperan dalam memotivasi subjek untuk
menggunakan facebook. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan mean, di
mana skor mean empirik masing-masing aspek lebih besar daripada skor
mean teoritik masing-masing aspek.
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan hal yang serupa
yang paling dominan dalam memotivasi remaja menggunakan twitter adalah
aspek hubungan. Subjek penelitian tersebut adalah para siswa SMA Pangudi
Luhur Yogyakarta. Twitter maupun facebook sama-sama merupakan jejaring
sosial internet yang bermanfaat untuk menjaga komunikasi antar teman,
menambah teman, upload foto, berbagai link serta video.
Motivasi subjek dalam menggunakan facebook pada penelitian ini
dibangun oleh aspek eksistensi, hubungan, serta pertumbuhan. Perbandingan
mean empirik pada ketiga aspek motivasi tersebut menunjukkan bahwa aspek
hubungan yang dimiliki para siswa dalam menggunakan facebook memiliki
skor empirik yang paling tinggi yaitu sebesar 69,321. Hal ini menunjukkan
bahwa subjek cenderung memiliki motivasi untuk menjalin hubungan dengan
individu lain. Robbins (2004) menjelaskan bahwa keinginan individu untuk
menjalin hubungan yang tinggi dapat disebabkan adanya harapan untuk
mendapatkan kasih sayang, rasa memiliki, dan persahabatan.
Santrock (2002) menjelaskan bahwa pada masa remaja, individu
memiliki kecenderungan untuk dekat dengan teman sebaya. Remaja merasa
keberadaan teman sebaya sebagai suatu yang penting dan mulai mengabaikan
keberadaan keluarganya. Hal ini disebabkan karena remaja ingin diterima
didalam kelompoknya.
Monks (2001) menguraikan bahwa remaja juga berusaha mencari
identitas dirinya. Hal tersebut membuat remaja berusaha untuk mengetahui
lebih banyak tentang dirinya. Cara mudah untuk mengetahui lebih banyak
komunikasi melalui facebook dapat membantu remaja mengetahui kelebihan
dan kekurangan diri dengan bantuan informasi dari teman yang remaja ajak
diskusi melalui facebook. Remaja cenderung mulai memiliki rasa
ingin dekat dengan teman sebayanya. Facebook memberikan jalan bagi
remaja untuk lebih dekat dengan teman sebaya. Remaja dapat berkomunikasi
dengan teman sebayanya dan membahas tentang hal-hal yang sedang inn
dikalangan remaja. Kondisi ini membuat kesenangan tersendiri pada diri
remaja.
Aspek yang dominan kedua dalam membangun motivasi remaja
dalam menggunakan facebook adalah aspek eksistensi. Hal ini ditunjukkan
dengan perolehan skor mean empirik untuk aspek eksistensi sebesar 50,171.
Santrock (2002) menjelaskan bahwa pubertas (puberty) terjadi pada awal
masa remaja. Adanya perkembangan fisik seorang remaja juga menyebabkan
perubahan psikologis. Remaja disibukkan dengan perubahan tubuhnya dan
mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh. Pada saat
menggunakan facebook aspek fisik ini menjadi salah satu hal yang penting
bagi remaja. Hal tersebut disebabkan karena remaja ingin menampilkan
dirinya semenarik mungkin yang terlihat melalui foto yang dipasang di
facebook.
Oleh karena itu, terkadang sebagian besar remaja rela menghabiskan
materi (uang) yang dimiliki untuk mendukung penampilannya, salah satu
contohnya membeli baju, supaya dirinya terlihat menarik. Selain
satu alternatif lain untuk mendapat tambahan uang. Namun kebutuhan untuk
mendapatkan penghasilan sendiri ini cenderung tidak terlalu tinggi dalam diri
remaja dibandingkan dengan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang
lain. Hal tersebut disebabkan karena remaja cenderung masih ingin
bersenang-senang dan menggantungkan hidupnya kepada orang tua.
Aspek pertumbuhan dengan skor mean empirik sebesar 44,893
menjadi aspek yang paling minim dibandingkan aspek hubungan maupun
aspek eksistensi. Wijono (2010) menjelaskan bahwa kebutuhan pertumbuhan
ini mengacu pada bentuk kebutuhan yang mendorong individu untuk menjadi
orang yang kreatif dan produktif serta berusaha untuk memberikan yang
terbaik bagi dirinya maupun lingkungan. Rendahnya aspek pertumbuhan
pada motivasi remaja dalam menggunakan facebook dapat disebabkan karena
pada masa remaja, individu lebih banyak yang bersenang-senang dan
berkumpul dengan teman sebayanya dibandingkan melakukan hal-hal yang
kreatif. Perubahan hormon yang terjadi pada masa remaja menyebabkan
tingginya ketertarikan remaja pada individu lain terutama terhadap lawan
jenis yang pada akhirnya cenderung mengabaikan upaya untuk meningkatkan
kreativitasnya dan lebih menonjolkan eksistensi diri.
Elkind (dalam Santrock, 2002) juga mengungkapkan bahwa remaja
mengembangkan sebuah egosentrisme (adolescent egocentrism), di mana
remaja memiliki keinginan untuk diperhatikan oleh orang lain. Hal tersebut
menampilkan dirinya semenarik mungkin agar diperhatikan orang lain
dibandingkan untuk meningkatkan pengetahuannya.
Pada kenyataannya aspek hubungan dan eksistensi merupakan aspek
yang lebih menonjol bagi subjek dalam menggunakan facebook
dibandingkan aspek pertumbuhan. Tingginya aspek hubungan dibandingkan
dengan aspek eksistensi maupun aspek pertumbuhan dapat disebabkan
karena keberadaan facebook memang memberi kesempatan yang luas bagi
remaja untuk menjalin hubungan dengan individu lain dimanapun dirinya
berada. Remaja dapat memperoleh teman yang berada jauh dengan tempat
remaja tersebut tinggal.
Remaja dalam menggunakan facebook dapat juga menjalin hubungan
dengan teman-teman lama dan dapat memperoleh teman-teman baru secara
lebih mudah. Facebook juga memberi kemudahan dalam melakukan
komunikasi atau membagi perhatian dan kasih sayang. Sebagai contoh, di
dalam facebook remaja dapat mengetahui siapa saja teman-teman yang saat
itu berulang tahun, sehingga individu dapat memberi ucapan kepada yang
bersangkutan. Hal ini dapat dilihat sebagai bentuk perhatian dan
bersosialisasi dengan individu lain. Hubungan remaja dengan temannya TK,
SD, ataupun SMP dapat terus terjalin dengan adanya facebook. Selain itu,
penggunaan facebook oleh remaja untuk menjalin hubungan dengan orang
lain juga mendukung pemenuhan salah satu tugas perkembangan remaja,
yaitu mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik
Adanya facebook dapat dijadikan sarana untuk menyalurkan
kebutuhan pertumbuhan individu. Remaja dapat belajar untuk
mengembangkan kreativitas dan menunjukkan hasil kreativitasnya melalui
facebook. Rendahnya aspek pertumbuhan dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa remaja jarang yang menuangkan ide-ide kreatifnya melalui facebook.
Remaja jarang yang mengkritisi permasalahan yang ada di masyarakat
melalui facebook.
Berdasarkan hasil analisis data pada subjek laki-laki dan perempuan
diketahui bahwa nilai mean empirik subjek laki-laki (167) dan perempuan
(161) lebih besar daripada mean teoritik (150). Selain itu, uji t yang telah
dilakukan menunjukkan nilai t hitung untuk subjek laki-laki sebesar 10,163
(> t tabel 2,000 dengan taraf signifikansi 0,05) dan nilai t hitung untuk subjek
perempuan sebesar 6,718 (> t tabel 2,000 dengan taraf signifikansi 0,05). Hal
tersebut menunjukkan bahwa subjek laki-laki dan perempuan memiliki
motivasi yang tinggi dalam menggunkan facebook. Nilai mean empirik
subjek berjenis kelamin laki-laki sebesar 167 lebih besar dibandingkan
dengan perempuan yang nilai mean empiriknya sebesar 161. Dari hasil uji t
dengan uji statistik independent sample t-test diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,025 lebih kecil dari 0,05 (p = 0,025 < 0,05). Hal tersebut
menunjukkan bahwa subjek laki-laki cenderung lebih sering menggunakan
facebook dibandingkan dengan subjek perempuan.
Secara umum, orang tua cenderung lebih membebaskan anak laki-laki
untuk berkumpul dengan teman dan menggunakan facebook lebih besar
daripada anak perempuan. Berdasarkan hasil wawancara, dalam
menggunakan facebook anak laki-laki juga cenderung lebih bebas untuk
mengekspresikan perasaan, sebagai contoh rasa marah, dan menyapa
teman-teman baik yang sudah ia kenal maupun yang sebenarnya belum kenal.
Sedangkan anak perempuan cenderung lebih menjaga kata-katanya dalam
mengekspresikan perasaan dalam facebook dan enggan untuk memulai
percakapan, terutama dengan orang yang belum mereka kenal.
Uang saku yang dimiliki siswa berbeda-beda. Siswa yang memiliki
uang saku per bulan kurang dari Rp.60.000,00 sebanyak 5 orang, uang saku
sebesar Rp.60.000,00-Rp.150.000,00 sebanyak 56 orang, sedangkan siswa
yang uang sakunya lebih dari Rp.150.000,00 sebanyak 79 orang. Dari hal
tersebut dapat dilihat bahwa subjek dengan uang saku yang cenderung sedikit
juga dapat menggunakan facebook, sama seperti subjek yang mendapat uang
saku cenderung lebih banyak. Selain itu, subjek yang memiliki uang saku
dengan jumlah yang cukup banyak cenderung lebih sering menggunakan
facebook daripada subjek yang memiliki uang saku sedikit.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa subjek cenderung
sering membuka facebook melalui handphone dan hal tersebut membutuhkan
biaya yang diambil dari pulsa handphone. Oleh karena itu, kebutuhan subjek
akan pulsa tidak hanya terbatas pada keperluan untuk menelepon dan
memiliki uang saku lebih banyak memiliki kesempatan untuk menggunakan
57
BAB V PENUTUP