• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimensi Pepaya

Berat buah pepaya pada kemasan didasarkan dengan mempertimbangan kemudahan dan kenyamanan dalam mengangkat. Para distributor menggunakan kardus dengan kisaran berat ±12 kg selama distribusi buah pepaya, dimana berat 12 kg masih dalam toleransi kemampuan seseorang dapat mengangkat kemasan. Pada umumnya jumlah buah dalam setiap kemasan berkisar antara 6-18 buah

tergantung buah papaya dan ukuran kemasan (Zhou et al. 2014). Hasil pengukuran dari 10 sampel buah pepaya untuk perancangan kemasan diperoleh data berat dan dimensi buah seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Data hasil pengukuran berat dan dimensi dari 10 sampel buah

No Data Pengukuran Rataan

1 Berat (kg) 1.271 ± 0.05

2 Diameter (cm) 10.01 ± 0.41

3 Tinggi (cm) 23.87 ± 0.57

Desain Kemasan Pepaya

Setelah informasi dimensi papaya yang dibutuhkan untuk membuat perancangan sudah didapatkan maka perancangan sudah dapat dimulai. Penambahan ventilasi di dalam kemasan pada perancangan ini dibuat dengan luasan maksimal 2 % dari total luas permukaan kemasan dan terletak di tengah-tengah sehingga udara lebih mudah mengalir ke luar. Bahan kemasan yang digunakan adalah karton bergelombang karena memiliki kemampuan terhadap getaran tekanan vertikal serta mudah diperoleh dan didaur ulang (Babic 2010 ; Campbell 2010). Tipe kemasan yang dirancang adalah RSC (Regular Slotted Container) menggunakan karton gelombang flute BC yang sering digunakan pada perdagangan internasional karena ekonomis dalam material dan mudah dibuat serta dibongkar pasang. Tipe ini juga dipilih karena digunakan secara luas untuk kemasan transportasi dan mudah dijumpai di pasaran dengan harga yang terjangkau serta masuk dalam standart kemasan transportasi tujuan ekspor (Qanytah dan Ambarsari 2011).

Dari informasi-informasi di atas seperti ukuran buah, jenis dan ketebalan bahan kemasan, tipe kemasan, maka diperoleh dimensi kemasan. Berdasarkan perhitungan dengan Persamaan 2 sampai 7, maka dihasilkan dimensi kemasan seperti pada Tabel 2 dan rancangan desain kemasan pada Gambar 6 dan 7.

Gambar 6 Desain kemasan hasil rancangan untuk posisi buah tegak 460 mm 340 mm 460 mm 340 mm 2 4 0 m m 1 2 0 m m 1 2 0 m m

Gambar 7 Desain kemasan hasil rancangan untuk posisi buah miring 30 derajat Setiap kemasan diberi perlakuan ventilasi pada masing-masing dimensi sebab penggunaan ventilasi pada produk hortikultura, seperti pepaya, sangat dibutuhkan agar tidak terjadi panas yang berlebihan di dalam kemasan yang dapat mengakibatkan pematangan yang terlalu cepat.

Penentuan luas penggunaan ventilasi juga mempertimbangkan kemungkinan penurunan kekuatan tekan akibat pemangkasan bagian kardus di bidang vertikal sebab semakin tinggi luasan ventilasi yang dipakai maka semakin menurun pula kekuatan tekan dari kemasan. Menurut Singh et al. (2008), penggunaan ventilasi dan hand hole sebesar 2% dari bidang vertikal kemasan dapat mengurangi kekuatan kardus sebesar 10% daripada kemasan tanpa ventilasi dan hand hole, oleh sebab itu penggunaan ventilasi lebih dari 2% tidak disarankan. Luas lubang ventilasi yang dipakai dalam perancangan adalah 2% dari total luasan dinding vertikal kemasan dan menggunakan hand hole. Berdasarkan perhitungan, maka pada kemasan posisi buah tegak, dimensi lubang ventilasi lingkaran sebesar 12.2 cm2 berjumlah 4 buah dan dimensi hand hole sebesar 28 cm2. Sedangkan pada kemasan posisi buah miring 300, dimensi lubang ventilasi lingkaran sebesar 14.62 cm2 berjumlah 4 buah dan dimensi hand hole sebesar 28 cm2.

Hasil desain kemasan dapat dilihat pada Gambar 8 dengan susunan posisi buah tegak (P1) dan susunan posisi buah miring 30 derajat (P2).

A B

Gambar 8 Posisi buah pepaya dalam kemasan (A) tegak (B) miring 30 derajat Uji kekuatan tekan sangat penting dilakukan pada kemasan karton untuk mengetahui kekuatan maksimum karton apabila ditumpuk pada saat pendistribusian menggunakan container dan saat penyimpanan di gudang. Penumpukan tersebut yang menyebabkan adanya tekanan dari atas sampai bawah

600 mm 340 mm 600 mm 340 mm 2 3 0 m m 1 1 5 m m 1 1 5 m m

yang biasa disebut top to bottom compression. Selain itu, nilai kekuatan tekan dapat digunakan untuk menghitung jumlah tumpukan maksimum yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih desain kemasan yang sesuai untuk papaya. Pada Tabel 2 dijelaskan bahwa kemasan dengan posisi susunan buah miring 30 derajat (P2) memiliki kekuatan tekan yang lebih tinggi daripada kemasan dengan posisi susunan buah tegak(P1).

Tabel 2 Dimensi kemasan pepaya hasil perhitungan Desain Kemasan Dimensi (PxLxT) cm Kapasitas Buah Kekuatan Tekan (N/m2) Jumlah Tumpukan P1 46 x 34 x 24 12 7979.82 4 P2 60 x 34 x 23 12 8871.50 5

Ukuran kemasan untuk produk yang diekspor perlu mempertimbangkan kemudahan terutama untuk komoditas buah yang proses bongkar muatnya selama distribusi menggunakan pallet dan forklift. Analisis efisiensi penggunaan areal

pallet dalam bongkar-muat produk perlu dilakukan untuk mengetahui ukuran kemasan yang paling efisien dalam distribusi produk. Tabel 3 memperlihatkan hasil perhitungan efisiensi muatan berdasarkan persentase areal pallet yang digunakan untuk memuat barang.

Tabel 3 Nilai efisiensi penggunaan pallet dan jumlah maksimal kemasan setiap lapisan Dimensi pallet (P × L) mm Negara Pengguna Pallet Jumlah Kemasan Maksimal Efisiensi Penggunaan Pallet (%) P1 P2 P1 P2 1016 × 1219 North America 6 5 75.77 82.36 1000 × 1200 Europe, Asia 6 5 78.20 85.00 1165 × 1165 Australia 8 4 92.19 60.12 1067 × 1067 North America, Europe, Asia 6 4 82.43 71.67 1100 × 1100 Asia 6 4 77.55 67.44

800 × 1200 Europe; fits many doorways

5 4 81.46 85.00

Hasil optimasi penyusunan kemasan terpilih pada penggunaan pallet berbagai ukuran standar ISO seperti terlihat pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kemasan P1 memiliki nilai efisiensi penggunaan luasan pallet tertinggi pada dimensi pallet

1165 x 1165 mm, sedangkan kemasan P2 nilai efisiensi luasannya tertinggi pada dimensi pallet 1000 x 1200 mm dan 800 x 1200 mm. Pola penyusunan kemasan dengan efisiensi tertinggi pada kemasan P1 dan P2 diperlihatkan pada Gambar 9. Dalam perdagangan ekspor impor pepaya efisiensi distribusi produk akan maksimal apabila negara produsen dan negara pengimpor menggunakan ukuran

pallet yang sama.

A B C

Gambar 9 Pola penyusunan kemasan pada pallet (A) kemasan P1 pada dimensi

pallet 1165 x 1165 mm (B) kemasan P2 pada dimensi pallet 1000 x 1200 mm (C) kemasan P2 pada dimensi pallet 800 x 1200 mm

Kesetaraan Simulasi

Simulasi transportasi digunakan untuk memperoleh gambaran data yang menggambarkan penurunan mutu fisik pepaya pasca transportasi. Hasil konversi frekuensi dan amplitudo selama simulasi penggetaran berdasarkan kendaraan angkutan selama 2 jam dapat dilihat pada Lampiran 6.

Kesetaraan simulasi transportasi yang dilakukan menggunakan meja simulator dapat dihitung dengan persamaan yang terdapat pada Lampiran 6. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa selama simulasi terjadi getaran secara vertikal dengan frekuensi rata sebesar 2.701 Hz dan amplitudo rata-rata sebesar 2.614 cm selama 2 jam yang setara dengan 90.44 km di jalan luar kota atau lebih kurang 1.507 jam perjalanan truk dengan kecepatan 60 km/jam. Dalam perhitungan nilai dari frekuensi, amplitudo dan lama simulasi sangat menentukan terhadap jarak yang ditempuh oleh angkutan pada keadaan yang sebenarnya. Hal tersebut dapat mewakili kondisi pengiriman buah pepaya dari Kec. Rancabungur Kab. Bogor menuju pedagang-pedagang buah di pusat perbelanjaan buah segar Kota Bogor maupun di Jakarta pada keadaan sebenarnya. Dasar perbedaan antara jalan dalam dan luar kota adalah besar amplitudo yang terukur dalam suatu panjang tertentu. Jalan dalam kota mempunyai amplitudo yang rendah dibanding dengan luar kota, jalan buruk aspal dan jalan buruk batu. Dari hasil perhitungan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan simulasi diatas meja simulator pada penelitian yang akan datang. Misalkan pengangkutan akan dilaksanakan antar daerah yang masih ada di pulau Jawa maka simulasi tidak perlu dilakukan selama 8 jam, mungkin cukup dengan penggetaran selama 2 sampai 3 jam saja sudah mewakili kondisi pengangkutan di lapang (Darmawati 1994).

Tingkat Kerusakan Mekanis Pasca Simulasi

Pepaya akan mengalami pergeseran dan pergerakan di dalam kemasan akibat guncangan selama simulasi transportasi berlangsung, yang menyebabkan terjadinya pembebanan pada pepaya baik berupa tekanan, benturan ataupun gesekan. Dampaknya pepaya akan mengalami kerusakan mekanis akibat dari benturan antar buah dalam kemasan maupun antara buah dengan dinding kemasan. Produk hortikultura sangat rentan terhadap gaya statis dan dinamis

800 mm 1200 mm

1200 mm 1165 mm

1000 mm 1165 mm

selama penanganan distribusi sehingga kerusakan mekanis sering terjadi (Montero

et al. 2009). Akibat adanya benturan antar buah dan dinding kemasan, terlihat pasca simulasi kerusakan yang paling banyak terjadi adalah luka gores dan luka memar yang ditandai secara visual dengan adanya keluar getah pada permukaan kulit. Penampakan kerusakan luka pada buah pepaya dapat dilihat pada Gambar 10. Permukaan kulit buah yang tipis menyebabkan mudah mengalami kerusakan mekanis selama kegiatan tranportasi (Workneh et al. 2012).

A B C

Gambar 10 Kerusakan mekanis pepaya pasca simulasi transportasi (A) luka memar (B) luka gores (C) luka gores pada posisi miring

Kerusakan tersebut paling banyak terdapat pada bagian pangkal buah, hal ini dikarenakan buah pepaya dalam posisi vertikal mendapat gaya tekan yang besar sehingga pangkal buah pepaya menerima pembebanan lebih besar dari bagian tengah dan ujung buah yang berada di atas. Namun demikian, hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa posisi susunan buah dalam kemasan (P1 dan P2) tidak berpengaruh terhadap tingkat kerusakan mekanis buah pepaya.

Gambar 11 Grafik kerusakan mekanis buah pepaya pasca simulasi

Pepaya kontrol pada kedua kemasan (P1 dan P2) tingkat kerusakan mekanisnya mencapai 25 %. Hal ini terjadi karena intensitas gesekan yang tinggi antar buah dan antar buah dengan kemasan yang disebabkan tidak adanya kemasan primer yang melindungi. Seperti terlihat juga pada Gambar 11, penggunaan kemasan primer foam net mampu mengurangi tingkat kerusakan mekanis hingga 20.83 % pada kemasan P1 dan 12.5 % pada kemasan P2. Foam net yang bersifat elastis diletakkan mengelilingi buah agar tidak terjadi ruang kosong, sehingga saat terjadi gesekan antar buah maupun dengan kemasan menjadi bantalan yang baik bagi buah yang dikemas. Penggunaan foam net

0 5 10 15 20 25 30 P1 P2 % k e rus a k a n Posisi Buah Kontrol Foam Net

mampu mengurangi kerusakan mekanis dan mengurangi getaran selama pengangkutan buah (Eissa et al. 2012). Penelitian lain melaporkan bahwa pembungkusan pepaya menggunakan styrofoam net secara individual mampu mencegah terjadinya gesekan antar buah dan gesekan pepaya dengan kemasan (Sarananda et al. 2004). Sedangkan tingkat kerusakan mekanis paling rendah sebesar 0 % yaitu pada kemasan primer foam net +plastik wrapping. Pemberian plastik wrapping juga menyebabkan foam net tidak bergeser, mempertahankan produk tetap stabil dan saling menjaga (Bisha 2012 ; Wainer 2002). Hasil analisis sidik ragam dan uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan penambahan kemasan primer berpengaruh nyata terhadap penurunan kerusakan mekanis dan perlakuan terbaik penelitian berturut-turut foam net+plastik wrapping (N1), foam net (N2), dan tanpa penambahan kemasan primer.

Perubahan Fisiologis Pepaya Pada Penyimpanan Suhu Dingin Pasca Simulasi Transportasi

Pasca simulasi transportasi pepaya yang tidak mengalami kerusakan mekanis disimpan dalam cold storage dengan suhu 15 oC. Penyimpanan pada suhu dingin dilakukan untuk menjaga mutu pepaya sebelum siap dijual. Selama dalam penyimpanan, pepaya mengalami perubahan fisiologis seperti susut bobot, kekerasan, warna kulit, dan total padatan terlarut.

Perubahan Susut Bobot

Susut bobot dapat diartikan sebagai penurunan bobot produk akibat kehilangan kandungan air pada produk (Wills et a.l 1998). Menurut Znidarcic et al. (2010) penurunan berat setelah panen disebabkan oleh kehilangan air melalui proses transpirasi dan respirasi. Semakin lama waktu penyimpanan maka persentase susut bobot pepaya semakin meningkat. Susut bobot untuk dua perlakuan (kontrol dan kemasan primer foam net+plastik wrapping pada minggu pertama penyimpanan belum terlihat perbedaannya. Pada periode minggu ke dua (14 hari penyimpanan), susut bobot dari ke dua perlakuan mulai menunjukkan perbedaan dengan nilai susut bobot di hari ke 8 adalah 0.81 % untuk pepaya kelompok kontrol tanpa kemasan primer dan 0.52% untuk kelompok penggunaan kemasan primer foam net+plastik wrapping (Gambar 12). Hal ini dikarenakan kemasan plastik dapat berlaku sebagai penghalang uap dan mengurangi kehilangan air melalui pori-pori kulit buah pepaya. Sifat bahan pengemas yang mempunyai permeabilas terhadap uap air yang rendah dapat menekan keluarnya air ke lingkungan sehingga susut bobot akibat evaporasi dapat ditekan. Pengemasan dapat menekan jumlah susut bobot pepaya selama penyimpanan (Manolopoulou et al. 2010). Pemberian kemasan dan penyimpanan pada suhu rendah merupakan bagian dari penanganan pasca panen yang dapat diterapkan untuk menahan penurunan kandungan air pepaya yang sangat berpengaruh terhadap susut bobot pepaya.

Gambar 12 Persentase susut bobot buah pepaya selama penyimpanan suhu 15 0C

Perubahan Warna

Nilai warna L, a dan b semua pepaya juga mengalami peningkatan selama dalam penyimpanan. Peningkatan nilai tersebut pada minggu pertama (1-7 hari) penyimpanan belum terlihat perbedaan antara kelompok perlakuan. Pada periode minggu ke dua penyimpanan, peningkatan nilai L, a dan b sudah menunjukkan perbedaan dari ke dua kelompok perlakuan. Nilai warna L, hue (a dan b) pada hari ke 14 untuk kelompok pepaya tanpa kemasan primer (kontrol) ditunjukkan Gambar 13 adalah 65.14, -70.98 (-6.76 dan 25.61) sedangkan untuk dengan kemasan primer (foam net+plastik wrapping) adalah 64.35, -75.03 (-8.08, dan 23.95). Nilai L yang tinggi menunjukkan kecerahan warna yang lebih baik, derajat

hue didefinisikan sebagai warna dominan dari campuran beberapa warna yaitu merah, kuning dan hijau, sedang peningkatan nilai a menuju positif mengindikasikan warna hijau berubah menuju merah dan nilai b yang menuju positif menujukkan ada perubahan menuju warna kuning. Nilai hue pada pepaya dengan kemasan foam net+plastik wrapping yang lebih rendah disebabkan dapat menjaga kehilangan air selama penyimpanan, penggunaan kemasan yang mempunyai permeabilitas terhadap air lebih tinggi, dapat mempengaruhi kecepatan perubahan warna selama penyimpanan (Sacharow dan Griffin 1980).

A B 0 1 2 3 4 5 0 2 4 6 8 10 12 14 %

lama penyimpanan (hari)

Kontrol Kemasan Primer (Net Foam+Plastik Wrapping)

0 10 20 30 40 50 60 70 0 2 4 6 8 10 12 14 L

lama penyimpanan (hari)

Kontrol Kemasan Primer (Net Foam+Plastik Wrapping)

-20 -15 -10 -5 0 5 0 2 4 6 8 10 12 14 a

lama penyimpanan (hari)

C

Gambar 13 Nilai indeks warna buah pepaya selama penyimpanan suhu 15 0C

Perubahan Kekerasan

Nilai kekerasan daging buah mengalami penurunan. Penurunan kekerasan ini menunjukkan bahwa buah semakin lunak. Penurunan kekerasan pada periode minggu pertama (7 hari) penyimpanan untuk kedua kelompok perlakuan masih rendah, dan pada periode penyimpanan minggu ke 2 penurunan lebih tinggi terutama pada pepaya tanpa kemasan primer. Nilai kekerasan pepaya pada hari ke 7 penyimpanan adalah 6.35 kgf dan 6.72 kgf untuk kontrol dan kemasan primer

foam net+plastik wrapping, sedang pada hari ke 14 menjadi 3.13 kgf dan 3.28 kgf (Gambar 14). Semakin besar nilai penurunan kekerasan pepaya menandakan tekstur pepaya semakin lunak. Pelunakan ini dapat terjadi akibat perubahan komposisi dinding sel yang termasuk ke dalam salah satu mekanisme pelunakan yang biasa terjadi pada buah saat matang (Tucker 1993). Sifat kemasan plastik yang mampu menekan jumlah kehilangan air pepaya sehingga pepaya yang dikemas tidak menjadi kering/keriput yang dapat menyebabkan teksturnya jadi keras walaupun disimpan pada suhu dan kelembaban udara yang lebih rendah. Sedangkan pepaya tanpa kemasan primer atau kontrol akan mengalami penguapan air ke lingkungan. Wills et al. (1998) menyatakan ketika air menguap dari jaringan buah, tekanan turgor menurun dan sel-sel mulai menyusut serta rusak sehingga buah kehilangan kesegarannya.

0 5 10 15 20 25 30 0 2 4 6 8 10 12 14 b

lama penyimpanan (hari)

Gambar 14 Nilai kekerasan buah pepaya selama penyimpanan suhu 15 0C

Perubahan Total Padatan Terlarut

Total padatan terlarut pepaya meningkat lebih tinggi pada minggu pertama penyimpanan dibanding dengan periode penyimpanan minggu ke dua. Peningkatan TPT yang tinggi di awal penyimpanan diduga karena suhu buah masih tinggi diawal penyimpanan.

Gambar 15 Nilai total padatan terlarut pepaya selama penyimpanan suhu 15 0C Secara keseluruhan, sampai dengan hari ke 14 penyimpanan, tidak terlihat perbedaan yang nyata pada peningkatan total padatan terlarut pepaya kontrol maupun pepaya dengan kemasan primer foam net+plastik wrapping, namun terlihat bahwa penggunaan kemasan primer menghasilkan total padatan terlarut yang lebih rendah. Nilai total padatan terlarut pepaya pada hari ke 7 penyimpanan adalah 7.04 % brix dan 6.95 % brix untuk kontrol dan kemasan primer foam net+plastik wrapping, sedang pada hari ke 14 menjadi 8.08 % brix dan 8.03 % brix (Gambar 15). Total padatan terlarut akan meningkat dengan cepat ketika buah

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 0 2 4 6 8 10 12 14 kgf

lama penyimpanan (hari)

kontrol Kemasan Primer (Net Foam+Plastik Wrapping)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 2 4 6 8 10 12 14 % B rix

lama penyimpanan (hari)

mengalami pematangan dan akan terus menurun seiring dengan lama penyimpanan.

Pematangan Buatan

Pepaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah pepaya dengan tingkat kematangan 60% (semburat 1) yang masih belum siap untuk dikonsumsi sebagai buah meja. Pematangan buatan ditujukan untuk mempercepat proses pematangan pepaya yang kondisinya masih hijau dan untuk membuat perubahan warna kulit buah menjadi kuning merata. Buah pepaya yang digunakan dalam proses pematangan buatan merupakan pepaya yang telah disimpan 7 dan 14 hari dalam

cold storage bersuhu 15 oC. Kondisi pepaya pada periode penyimpanan tersebut memiliki penampakan visual yang baik dan segar pada saat dikeluarkan dari ruang penyimpanan sehingga memungkinkan untuk dilakukan pematangan buatan. Pepaya yang disimpan sampai 21 hari tidak dilakukan pematangan karena membusuk sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.

Pematangan Buatan Untuk Pepaya Pasca 7 Hari Penyimpanan

Buah pepaya yang dikeluarkan dari cold storage setelah 7 hari penyimpanan pada suhu 15 oC mempunyai penampakan kulit buah berwarna hijau, daging buah berwarna jingga pucat dan tekstur buah yang masih keras sehingga belum layak dikonsumsi sebagai buah meja (Gambar 16).

A B C Gambar 16 Perubahan secara visual warna kulit dan daging buah pada hari ke 0;

kontrol (A) 250 ppm (B) 750 ppm (C)

Untuk mempercepat buah siap konsumsi maka dilakukan pematangan buatan dengan menggunakan dua konsentrasi ethephon yaitu 250 ppm dan 750 ppm dengan cara menyemprotkan keseluruh permukaan buah. Setelah dikering-anginkan, pepaya disimpan pada suhu ruang. Pemberian ethephon dengan konsentrasi 750 ppm memperlihatkan proses pematangan pepaya berjalan lebih cepat daripada konsentrasi 250 ppm, walaupun hasil analisa statistik terhadap parameter mutu (warna, kekerasan dan TPT) tidak menunjukkan beda nyata. Buah pepaya yang diberikan ethephon konsentrasi 750 ppm lebih memiliki warna kuning merata pada hari ke 2 dan berwarna jingga merata sempurna pada hari ke 4 selama proses pematangan dibandingkan dengan buah pepaya konsentrasi ethephon 250 ppm. Kemudian pada hari ke 6 buah pepaya yang diberikan

ethephon konsentrasi 750 ppm sudah mengalami pembusukan dibandingkan dengan buah pepaya konsentrasi ethephon 250 ppm.

Komponen warna L, a dan b mengalami perubahan dengan pola yang sama, yaitu meningkat sampai dengan hari ke 4 dan menurun sampai hari ke 6 kemudian buah busuk di hari ke 8 (Gambar 17).

(1) (2)

(3)

Gambar 17 Nilai warna indeks “L” (1) warna indeks “a” (2) warna indeks “b” (3) pada berbagai konsentrasi ethephon yang disimpan pada suhu ruang pasca pematangan buatan

Kondisi pepaya yang optimum untuk dikonsumsi adalah pada 4 hari ditunjukkan Gambar 18 setelah pematangan dengan nilai L: 67.54-69.59, hue: 66.52-70.65 (a: 9.75-11.53 ; b:26.47-27.77), TPT: 8.42- 9.42 % brix, kekerasan: 0.73-1.17 kgf.

A B C Gambar 18 Perubahan secara visual warna kulit dan daging buah pada hari ke 4;

kontrol (A) 250 ppm (B) 750 ppm (C) 0 20 40 60 80 0 2 4 6 L

lama penyimpanan (hari)

Kontrol 250ppm 750ppm -15 -10 -5 0 5 10 15 0 2 4 6 a

lama penyimpanan (hari)

Kontrol 250ppm 750ppm 0 10 20 30 0 2 4 6 b

lama penyimpanan (hari)

Hilangnya pati menjadi glukosa menjadikan nilai TPT terus meningkat sampai terjadi proses pembusukan (Gambar 19). Pemberian ethephon dengan konsentrasi 750 ppm memperlihatkan tingkat kemanisan pepaya yang lebih tinggi daripada konsentrasi 250 ppm.

Gambar 19 Nilai total padatan terlarut pada berbagai konsentrasi ethephon yang disimpan pada suhu ruang pasca pematangan buatan

Peningkatan susut bobot buah pepaya diiringi dengan pelunakkan buah atau penurunan kekerasan dimana penurunan tertinggi ada di hari ke 4 setelah disimpan di suhu ruang (Gambar 20). Perubahan komposisi kimia dinding sel terutama protopektin yang membentuk asam-asam pektat yang larut dan hilangnya pati merupakan penyebab utama terjadinya pelunakan buah (Pantastico 1989). Pektin adalah komponen penting dari tekstur, degradasi pektin akan mempengaruhi pematangan buah. Degradasi mengarah ke pembongkaran jaringan selulosa-hemiselulosa dan mempercepat tingkat kelunakan buah (Duan et al.

2008).

Gambar 20 Nilai kekerasan pada berbagai konsentrasi ethephon yang disimpan pada suhu ruang pasca pematangan buatan

0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6 % B ri x

lama penyimpanan (hari)

Kontrol 250ppm 750ppm 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 2 4 6 kgf

lama penyimpanan (hari)

Susut bobot buah pepaya mengalami peningkatan setelah dilakukan pematangan buatan. Peningkatan persentase susut bobot tertinggi pada hari ke 2 dan 4 pada pepaya yang diberi perlakuan ethephon konsentrasi 750 ppm. Perubahan susut bobot setelah pematangan disajikan pada Gambar 21.

Gambar 21 Persentase susut bobot pada berbagai konsentrasi ethephon yang disimpan pada suhu ruang pasca pematangan buatan

Secara detail perubahan visual warna kulit dan daging buah hari ke 0-8 ditunjukkan pada Lampiran 14 dan 15.

Pematangan Buatan Untuk Pepaya Pasca 14 Hari Penyimpanan

Pepaya yang disimpan selama 14 hari mempunyai penampakan warna kulit buah kuning kehijauan, warna jingga pada daging buah dan tekstur lunak. Penyimpanan pepaya selama 14 hari dalam cold storage menyebabkan pepaya sudah dapat dikonsumsi sebagai buah meja (Gambar 22).

A B C Gambar 22 Perubahan secara visual warna kulit dan daging buah pada hari ke 0;

kontrol (A) 250 ppm (B) 750 ppm (C)

Pada kondisi ini, pemberian etephon bertujuan untuk mempercepat pembentukan warna kuning yang seragam dan mempercepat kondisi matang optimum. Pemberian ethephon 250 ppm membuat pepaya matang optimum pada

0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 2 4 6 %

lama penyimpanan (hari)

hari ke 2 dengan penampilan buah secara visual menjadi lebih menarik apabila dibandingkan dengan kontrol dan rasa manis yang lebih cepat tercapai.

Warna (L,a dan b) pasca pematangan berubah dengan pola yang sama yaitu terjadi pucak perubahan dihari ke 2 dan selanjutnya menurun (Gambar 23). Penampilan warna daging buah pada hari ke 2 yang diberi perlakuan pematangan lebih merah dibanding dengan kontrol, sementara warna kulit tidak terlihat berbeda untuk pepaya perlakuan dan kontrol.

A B

C

Gambar 23 Nilai warna indeks “L” (A) warna indeks “a” (B) warna indeks “b” (C) pada berbagai konsentrasi ethephon yang disimpan pada suhu ruang pasca pematangan buatan

Kondisi pepaya yang optimum untuk dikonsumsi adalah pada 2 hari ditunjukkan Gambar 24 setelah pematangan dengan nilai L: 65.99-68.87, hue: 82.93-85.91 (a:2.01-4.12 dan b:26.08-33.66), TPT: 8.48 dan 8.56 % brix, kekerasan: 1.22 dan 1.46 kgf. Berdasarkan perubahan komponen warna, pepaya dengan konsentrasi ethephon 250 ppm mempunyai tampilan yang lebih menarik dibandingkan dengan konsenrasi 750 ppm dan kontrol.

0 20 40 60 80 0 2 4 L

lama penyimpanan (hari)

Kontrol 250ppm 750ppm -15 -5 5 15 0 2 4 a

lama penyimpanan (hari)

Kontrol 250ppm 750ppm 0 10 20 30 0 2 4 b

lama penyimpanan (hari)

A B C Gambar 24 Perubahan secara visual warna kulit dan daging buah pada hari ke 2;

kontrol (A) 250 ppm (B) 750 ppm (C)

Nilai total padatan terlarut pepaya yang dimatangkan dengan ethephon 250 ppm lebih tinggi dari pada perlakuan lain (Gambar 25). Kandungan patinya sudah terhidrolisis menjadi gula-gula sederhana pada proses pematangan. Saat buah

Dokumen terkait