• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan

Dalam dokumen Microsoft Word ta dian m (Halaman 88-106)

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

1. Volume Ekspor Produk Furniture Surakarta ke Negara ASEAN Pada Tahun 2009

Dokumen SKA adalah sebagai dokumen penyerta barang ekspor Indonesia yang akan memasuki wilayah Negara tertentu dan fungsinya membuktikan bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan dan diolah di Indonesia. Surat Keterangan Asal atau SKA diterbitkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan.(DISPERINDAG). Dalam kegiatannya Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) mengeluarkan beberapa jenis SKA yaitu Surat Keterangan Asal Form A, Surat Keterangan Asal Form B, Surat Keterangan Asal Form D, Surat Keterangan Asal Form AK, Surat Keterangan Asal Form IJEPA, SKA Form E dan masih banyak lagi.

Surat Keterangan Asal Form D adalah Surat Keterangan Asal yang ditebitkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kota Surakarta dengan tujuan ekspor ke beberapa Negara ASEAN yang meliputi negara Malaysia, Singapore, Brunei Darussalam, Philipina, Thailand dan Vietnam. Surat Keterangan Asal ini diterbitkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) untuk memenuhi kelengkapan dokumen ekspor yang diminta oleh para

importir. Selain itu Surat Keterangan Asal Form D ini digunakan untuk melihat spesifikasi barang tersebut meliputi asal barang, melihat nilai volume ekspor dan nilai FOB dari barang tersebut.

Pada Tahun 2009 data Surat Keterangan Asal Form D yang sudah dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta untuk produk furniture yang diekspor ke Negara ASEAN sebanyak 2564 set. SKA Form D yang dikeluarkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) kota Surakarta paling banyak ke Negara Malaysia yaitu 2056 set dan SKA Form D yang dikeluarkan DISPERINDAG paling sedikit ke Negara Brunei Darussalam yaitu 6 set. Data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kota Surakarta mengenai Dokumen Surat Keterangan Asal (SKA) Form D yang sudah dikeluarkan pada tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 3.2 dibawah ini.

66 set PHILIPPINES 383 set SINGAPORE 26 set THAILAND 27 set

VIET NAM 6 set

BRUNEI DARUSSALAM

No Negara SKA Form D yang Dikeluarkan

1

Brunei Darussalam 6 set

2

Malaysia 2056 set

3

Philipines 66 set

4

Singapore 383 set

5

Thailand

26 set

6

Vietnam

27 set

2564 SET

Gambar 3.2

Data Realisasi Jumlah SKA Form D yang Dikeluarkan

Oleh DISPERINDAG Surakarta

Pada Tahun 2009

JUMLAH

s umber : Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta tahun 2009.

Setelah mengetahui Surat Keterangan Asal Form D yang sudah dikeluarkan oleh DISPERINDAG Kota Surakarta maka dapat dilihat volume ekspor produk furniture ke Negara ASEAN pada tahun 2009.

Gambar 4.1

Grafik Realisasi Jumlah SKA Form D yang Dikeluarkan oleh Disperindag Kota Surakarta Pada th 2009

sumber : Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta tahun 2009.

Dalam kehidupan sehari-hari, mebel kayu dipergunakan oleh semua orang dan sangat erat kaitannya dengan kenyamanan hidup manusia. Sehingga tidak heran jika furniture kayu merupakan pasar potensial yang sangat besar karena kebutuhan akan furniture kayu seperti mebel, handicraft, rotan selalu berkembang secara kuantitas maupun kualitas di seluruh dunia. Furniture kayu Indonesia merupakan warisan budaya dari Indonesia. Berbagai macam desain dengan ciri khas masing-masing daerah telah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu dan mempunyai keunikan dan ciri khas tersendiri.

Industri furniture kayu Indonesia juga telah terbukti menjadi salah satu industri ekspor yang padat karya dan telah menyerap ribuan tenaga kerja serta menciptakan pengaruh yang besar bagi roda perekonomian Indonesia. Industri furniture kayu telah menggerakkan ekonomi dan menjadi gantungan hidup masyarakat Surakarta, dan berbagai wilayah sentra industri furniture kayu lain di Indonesia.

Dengan kemampuan manufacture berstandar internasional, produk furniture kayu Surakarta telah merambah pasar Amerika, Eropa, terutama ASEAN dan berbagai belahan dunia lainnya. Karena produk

diperdagangkan oleh Surakarta. Produk furniture yang meliputi mebel, rotan, handicraft tersebut merupakan salah satu komoditas yang sangat diandalkan untuk memberikan kontribusi sebagai penyumbang devisa terbesar dari ekspor non migas.

Pada tahun 2009 ekspor furniture di Surakarta paling tinggi permintaan dari Negara Malaysia dengan volume ekspornya mencapai (kg) 430,237.50 dan nilai FOB sebesar US $458.875.55 . Kemudian ekspor terendah ke Negara Vietnam dengan volume ekspor mencapai (kg) 193.00 dan nilai FOB sebesar US $800.00, pada tahun 2009 ekspor furniture ke Negara ASEAN mengalami penurunan.

Volume ekspor furniture kayu Indonesia ke Negara ASEAN pada tahun 2009 ini mengalami penurunan. Dikarenakan terkena krisis global yang dampaknya dapat dirasakan diseluruh dunia dan hampir disemua sektor. Industri komoditi furniture Surakarta juga turut merasakan akibatnya, diantaranya melemahnya sektor perekonomian, permintaan ekspor furniture cenderung mengalami penurunan, harga bahan baku yg naik sehingga menambah beban biaya produksi, dan tidak adanya order dari buyer. Oleh karena itu para pengusaha atau produsen furniture Indonesia khususnya kota Surakarta banyak yang bangkrut atau gulung tikar karena terkena imbas dari krisis global.

Menurut data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta mengenai Dokumen Surat Keterangan

Asal (SKA) Form D yang diterbitkan pada tahun 2009, terdapat adanya volume penurunan ekspor produk furniture ke negara ASEAN yang dapat dilihat pada gambar 3.3 dibawah ini :

1 BRUNEI DARUSSALAM 6 set 12.000,00 27.152,00 2 MALAYSIA 2056 set 430.237,50 458.875,55 3 PHILIPPINES 66 set 27.939,50 79.777,00 4 SINGAPORE 383 set 123.761,59 356.690,83

5 THAILAND

26 set

8.500,00 7.647,56

6 VIET NAM

27 set

193,00 800,00

Jumlah ekspor furniture th 2009

2564 SET

602.631,59

930.942,94

REALISASI EKSPOR FURNITURE KOTA SURAKARTA

KE NEGARA ASEAN

MENGGUNAKAN SKA FORM D

PADA TAHUN 2009

NO Negara Tujuan Ekspor SKA Form D yang

dikeluarkan Volume (kg) Nilai FOB (US $)

Gambar 3.3

sumber: Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta.

12,000.00 430,237.50 27,939.50 123,761.59 8,500.00 193.00 0.00 50,000.00 100,000.00 150,000.00 200,000.00 250,000.00 300,000.00 350,000.00 400,000.00 450,000.00 K il o g ra m ( K g ) BRUNEI DARUSSALAM

MALAYSIA PHILIPPINES SINGAPORE THAILAND VIET NAM

Negara Gambar 4.2

27,152.00 458,875.55 79,777.00 356,690.83 7,647.56 800.00 0.00 50,000.00 100,000.00 150,000.00 200,000.00 250,000.00 300,000.00 350,000.00 400,000.00 450,000.00 500,000.00 U S $ BRUNEI DARUSSALAM

MALAYSIA PHILIPPINES SINGAPORE THAILAND VIET NAM

Negara Nilai FOB 0 500 1000 1500 2000 2500 Set BRUNEI DARUSSALAM

MALAYSIA PHILIPPINES SINGAPORE THAILAND VIET NAM

negara

Grafik Jumlah SKA Form D Produk Furniture yang dikeluarkan oleh Disperindag Kota Surakarta th 2009

sumber : Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta tahun 2009.

sumber : Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta tahun 2009.

Gambar 4.3

Grafik Nilai FOB Furniture Kota Surakarta th 2009

sumber : Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta tahun 2009.

Urutan Negara pengimpor produk furniture kota Surakarta mulai dari yang terbesar menurut Data Realisasi Ekspor diatas adalah:

1. Malaysia sebagai Negara pengimpor furniture yang menduduki peringkat pertama diantara Negara-negara ASEAN yang lain. Pada tahun 2009 Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh DISPERINDAG Kota Surakarta ke negara Malaysia paling banyak yaitu 2056 set, maka dengan dikeluarkannya SKA tersebut dapat dilihat volume ekspor dan nilai FOB ke negara Malaysia. Volume ekspor furniture ke negara Malaysia sebesar 430.237,50 kg dan nilai FOB nya sebesar US $458.875,55 karena Malaysia Negara yang tidak bisa memproduksi furniture sendiri, sehingga membutuhkan produk furniture dari Indonesia, kemudian disusul dengan ekspor tertinggi ke dua ke negara Malaysia adalah Garment.

2. Dikarenakan Negara Singapore sebagai pusat bisnis dari Negara ASEAN, jadi perkembangan ekspor furniture di Singapore sangat pesat, meskipun menurut data negara Singapore menduduki peringkat kedua setelah Malaysia. Pada tahun 2009 Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh DISPERINDAG Kota Surakarta ke negara Singapore sebanyak 383 set, maka dengan dikeluarkannya SKA tersebut dapat dilihat volume ekspor dan nilai FOB ke negara Singapore dibandingkan dengan Negara

Malaysia. Di negara Singapore volume ekspornya turun sedikit sebesar 123.761,59 kg, dengan nilai FOBnya juga turun sebesar US $356.690,83 dan ekspor ke dua di Singapore adalah GARMENT.

3. Phillpina menduduki peringkat ketiga sebagai Negara pengimpor produk furniture setelah Singapore. Pada tahun 2009 Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh DISPERINDAG Kota Surakarta ke negara Philipina sebanyak 66 set, maka dengan dikeluarkannya SKA tersebut dapat dilihat volume ekspor dan nilai FOB ke negara Philipina. Negara Philipina nilai volume ekspornya turun drastis sebesar 27.939,50 kg, sedangkan nilai FOB Negara Phillipines turun sangat drastis sebesar US$ 79.777.00 dibanding Negara Singapore, dan ekspor tertinggi ke dua ke Negara Philipina adalah ekspor kantong plastik dan peralatan kantor.

4. Brunei Darussalam menduduki peringkat ke empat sebagai Negara pengimpor produk furniture setelah Negara Philipina. Pada tahun 2009 Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh DISPERINDAG Kota Surakarta ke negara Brunei Darussalam paling sedikit yaitu sebanyak 6 set, maka dengan dikeluarkannya SKA tersebut dapat dilihat volume ekspor dan nilai FOB ke negara Brunei Darussalam. Negara Brunei Darussalam volume ekspor turun sebesar 12.000,00 kg

sedangkan nilai FOB Negara Brunei Darusalam juga turun drastis sebesar US $ 27.152,00 dibandingkan Negara Philipina dan ekspor tertinggi ke dua ke negara Brunei Darussalam adalah BATIK.

5. Thailand menduduki peringkat ke lima sebagai Negara pengimpor produk furniture setelah Negara Brunei Darussalam. Pada tahun 2009 Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh DISPERINDAG Kota Surakarta ke negara Thailand sebanyak 26 set, maka dengan dikeluarkannya SKA tersebut dapat dilihat volume ekspor dan nilai FOB ke Thailand. Pada tahun 2009 volume ekspornya ke negara Thailand turun sebesar 8.500,00 kg sedangkan nilai FOB nya juga turun sebesar US $ 7.647,56 dibandingkan nilai FOB Negara Brunei Darusalam dan ekspor tertinggi ke dua ke Negara Thailand adalah ekspor TEXTILE. 6. Vietnam menduduki peringkat ke enam sebagai Negara

pengimpor produk furniture setelah Negara Thailand. Pada tahun 2009 Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh DISPERINDAG Kota Surakarta ke negara vietnam sebanyak 27 set, maka dengan dikeluarkannya SKA tersebut dapat dilihat volume ekspor dan nilai FOB ke negara Vietnam. Pada tahun 2009 volume ekspor ke Negara Thailand turun sangat drastis sebesar 193,00 kg, sedangkan nilai FOB turun juga sebesar US

$ 800.00, dibanding Negara Thailand. Yang diimpor Negara Vietnam kedua adalah GARMEN setelah furniture.

Pada tabel diatas terlihat bahwa volume ekspor produk furniture di Surakarta pada tahun 2009 ke Negara ASEAN mengalami penurunan, walaupun penurunannya tidak begitu banyak. Penurunan tersebut dikarenakan ekspor furniture tersendat karena terkenanya dampak dari krisis global dan juga ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap nilai dolar. Maka dari itu para importir dari negara ASEAN meragukan pangsa pasar furniture di Negara Indonesia khususnya di Surakarta jadi mereka menarik semua investasinya yang mereka pikir akan merugikan dan mereka takut tidak mendapatkan profit dari investasi tersebut.

2. Hambatan Yang Muncul Dalam Ekspor Produk Furniture Ke Negara ASEAN

Didalam ekspor produk furniture ke beberapa Negara ASEAN dapat mengalami peningkatan maupun penurunan. Kondisi perdagangan tersebut terjadi karena dalam perdagangan ekspor produk furniture memiliki beberapa hambatan yaitu hambatan para eksportir untuk memperoleh Surat Keterangan Asal (SKA) dan hambatan untuk mengekspor produk furniture ke ASEAN diantaranya :

a. Didalam pengurusan dokumen Surat Keterangan Asal (SKA) para eksportir mempunyai dua hambatan yaitu :

1. Waktu

Waktu yang digunakan untuk memperoleh Surat Keterangan Asal (SKA) yaitu 2 x 24 jam terhitung pada saat SKA sudah diterima oleh pemohon COO atau eksportir. Maka apabila dokumen yang dibawa oleh pemohon Certificate of Origin atau eksportir tidak lengkap dapat menghambat penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA) dan dapat menghambat pengambilan barang di pelabuhan tujuan.

2. Sumber Daya Manusia (SDM)

Jumlah dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kota Surakarta masih kurang, yang menyebabkan lambatnya pelayanan ekspor.

b. Hambatan untuk mengekspor produk furniture ke Negara ASEAN Hambatan tersebut dapat digolongkan menjadi 2 faktor yaitu :

a) Faktor Alam

1. Karena Faktor Cuaca

Faktor cuaca yang dilihat dari temperature disetiap Negara itu berbeda yang menyebabkan ekspor furniture menjadi turun.

2. Bila pada saat pengiriman terjadi bencana alam seperti ombak besar maka barang akan dibuang ditengah laut

jika kelebihan barang yang di perkirakan kapal dapat terbalik.

3. Pengiriman yang terlalu lama mengakibatkan produk ditumbuhi jamur karena suhu yang lembab.

4. Pemberlakuan peraturan yang tidak memperbolehkan beberapa jenis kayu yang diolah sebagai bahan baku furniture untuk di ekspor ke negara ASEAN.

b) Faktor Teknis

1. Bila Produk cacat.

Bila produk furniture yang diekspor terkena goncangan pada saat diatas kapal dan bila barang tidak sesuai permintaan buyer maka buyer akan mengembalikan produk tersebut.

2. Trend atau keinginan konsumen di setiap negara berbeda, ada yang meminta model klasik, modern dll.

3. Karena kekurangan modal.

Biaya pengiriman produk yang tinggi.

4. Masih menggunakan teknologi yang tradisional Proses produksi menjadi lambat.

5. Terbatasnya informasi Luar negeri

Eksportir dalam negeri kurang informasi karena kurangnya sarana untuk mendapatkan informasi dari Luar Negeri.

6. Kurangnya eksportir kita mengadakan promosi atau pameran dagang ke luar negeri.

Karena bantuan dari pemerintah yang berupa fasilitas pameran atau promosi dagangnya tidak ada.

7. GSP atau bea masuk yang diberlakukan di setiap Negara itu berbeda,dan bea masuk yang besar dapat merugikan eksportir

3. Hal Yang Dilakukan oleh DISPERINDAG untuk Meningkatkan Produk Furniture ke Negara ASEAN

Dalam perkembangan volume ekspor produk furniture di Surakarta, Dinas Perindustrian dan Perdagangan memiliki peranan yang sangat penting. Hal-hal yang telah dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta guna mendorong peningkatan volume ekspor antara lain :

a) Dinas Perindustrian dan Perdagangan melakukan sosialisasi dengan cara mengadakan seminar-seminar tentang prosedur

ekspor bagi eksportir pemula, seminar tentang penggunaan system IT, seminar tentang prosedur impor bagi semua eksportir, seminar tentang sosialisasi system pengajuan Certificate Of Origin. Seminar-seminar tersebut ditujukan kepada para pengusaha atau eksportir-eksportir furniture yang ingin melakukan ekspor.

b) Dinas Perindustrian dan Perdagangan memberikan beberapa fasilitas berupa peralatan untuk meningkatkan mutu produk furniture yang diekspor, memberikan tiket gratis kepada para eksportir untuk mengikuti pameran diluar kota Surakarta dengan transport ditanggung oleh Disperindag. Disperindag juga memberikan PRIMANIYARTA atau penghargaan kepada para pengusaha atau eksportir furniture yang berprestasi di bidang ekspor dan dapat menjadi tauladan bagi eksportir lain

c) Dinas Perindustrian dan Perdagangan memberikan layanan konsultasi kepada para eksportir agar eksportir mendapatkan informasi yang jelas dan akurat tentang produk yang akan diekspor.

d) Dinas Perindustrian dan Perdagangan memberikan pelatihan khusus berupa pengisian UNIDOC, pengisian Module Exportir, pengisian aplikasi, pelatihan teknologi industri, pelatihan sosialisasi perlindungan konsumen yang ditujukan bagi para

eksportir atau pengusaha furniture untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk furniture tersebut.

e) Dinas Perindustrian dan Perdagangan memberikan sponsor kepada para pengusaha untuk mengadakan pameran-pameran furniture ke berbagai kota ataupun luar negeri.

f) Dinas Perindustrian dan Perdagangan mendatangkan buyer dari luar negeri ke Indonesia untuk melihat hasil produksi furniture yang dihasilkan oleh produsen dari negara Indonesia dalam rangka acara INACRAFT (International Furniture & Craft Industry) tentang pameran produk furniture mebel dan kerajinan.

g) Dinas Perindustrian dan Perdagangan memberikan tempat khusus dengan cara mengadakan expo produk furniture agar para pengusaha dapat menjualkan produk furniture tersebut kepada para buyer yang ada di dalam negeri ataupun buyer dari luar negeri.

Dengan berbagai upaya tersebut diatas Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) kota Surakarta bermaksud agar para eksportir dan calon eksportir furniture di Kota Surakarta dan sekitarnya dapat meningkatkan kapasitas dan volume produk furniture yang di ekspor ke beberapa negara ASEAN. Dan Dengan adanya banyak kegiatan pelatihan-pelatihan, seminar-seminar, acara-acara tentang ekspor produk furniture di Kota Surakarta maka para eksportir dan

eksportir pemula dapat mengetahui informasi produk furniture yang berkualitas. Sehingga eksportir dapat lebih meningkatkan produknya agar mendapatkan profit yang besar. Dengan adanya kegiatan ekspor di Kota Surakarta maka dapat meningkatkan perekonomian bagi penduduk yang tinggal di Kota Surakarta dan sekitarnya.

BAB IV

Dalam dokumen Microsoft Word ta dian m (Halaman 88-106)

Dokumen terkait