VOLUME EKSPOR FURNITURE KOTA SURAKARTA
BERDASARKAN PENERBITAN SURAT KETERANGAN
ASAL (SKA) FORM D PADA TAHUN 2009
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Persyaratan Guna
Mencapai Gelar Ahli Madya Pada Program D-3 Bisnis Internasional
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
Dian Marwahdani
Nim : F 3107060
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
HALAMAN MOTTO
“Bila kamu ingin senang di dunia maka harus dengan ilmu, bila ingin
senang di akhirat maka harus dengan ilmu, dan bila ingin senang pada
kedua-duanya maka harus dengan ilmu”
(Hadist)
“kalian adalah pemimpin dan kalian bertanggung jawab atas
kepemimpinan itu. Iman adalah pemimpin ia bertanggung jawab atas
kepemimpinannya. Seorang wanita pemimpin di rumah suaminya dan
bertanggung jawab atas kepemimpinannya”
(Al- Hadist Muttafag)
“Kepercayaan diri dan berani mulai dari nol adalah pondasi yang harus
dibangun dari dalam diri”
“Jadikan usaha dan doa sebagai tangga yang akan mengantar kita
kepada kesuksesan”
“Sesungguhnya dimana ada kesulitan, disitu ada kelapangan”
(Al- Insyirah : 5)
“Tutur kata yang baik dan pemaaf, lebih baik dari pada sedekah yang
diiringi dengan menyinggung perasaan. Allah Maha kaya dan penyangtun”
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini aku persembahkan
untuk:
v Tuhan Yang Maha Esa Allah
SWT
v Ayah dan Bundaku tercinta
v Kakakku dan Adikku tersayang
v Penyemangat hidupku yang
selalu sabar dan ada di kala aku
senang dan sedih, dan tulus
menyayangiku M Tony Arinof
v Sahabat-sahabatku yang selalu
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas karunia, dan
ridho-Nya yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin sehingga
Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “VOLUME
EKSPOR FURNITURE KOTA SURAKARTA BERDASARKAN
PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (SKA) FORM D PADA
TAHUN 2009 (Studi Kasus Pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kota Surakarta)” dengan lancar.
Penyusunan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk melengkapi
persyaratan guna memperoleh gelar Ahli madya dalam bidang ekonomi
dengan spesialis pada jurusan Bisnis Intenasional, Fakultas Ekonomi,
Universitas Sebelas maret Surakarta.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tidak
terhingga kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu hingga tersusunnya Tugas Akhir ini, khususnya
kepada:
1. Bapak Drs. Hari Murti, selaku Ketua Program Diploma III Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Mulyadi.SE, selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga pikiran untuk
membimbing penulis dengan kesabaran dan memberikan pengarahan
3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu, serta mengajari dan
membimbing Penulis sehingga dapat menjadi bekal bagi Penulis dalam
penulisan Tugas Akhir ini dan semoga dapat Penulis amalkan dalam
kehidupan masa depan Penulis.
4. Kepala Bagian Perdagangan Luar Negeri yang telah memberikan ijin penulis untuk magang kerja serta mencar data yang diperlukan oleh
penulis.
5. Staff Dinas Perindustrian dan Perdagangan Luar Negeri Kota Surakarta yang telah meluangkan waktu dan memberikan informasi
yang penulis perlukan.
6. Bapak Sudijono, SH, yang telah memberikan kritik dan saran membangun dan bermanfaat bagi penulis.
7. Ibu Dra. Mastuti,lum yang memberikan kesempatan bagi kami untuk magang di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta.
8. Kepada Mbak Yayuk terima kasih atas bimbingan dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9. Kedua orang tuaku yang telah memberikan dukungan dan semangat serta do'a-do'anya yang sangat berarti buatku.
10. Muhammad Tony Arinof yang aku sayang, makasih sudah mau mengantarkan dan menemaniku kemanapun aku pergi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak penulis harapkan demi kesempurnaan
penulisan Tugas Akhir ini. Dan semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat
memberi sumbangan untuk semuanya, walaupun betapa kecilnya akan
mempunyai manfaat yang besar. Amin.
Surakarta, 2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN ABSTRAKSI ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... x
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiv
HALAMAN GAMBAR GRAFIK ... xv
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II Landasan Teori ... 13
A. Pengertian Ekspor ... 13
B. Prosedur Ekspor ... 14
C. Dokumen Ekspor ... 21
D. Pengertian Surat Keterangan Asal ... 27
E. Skema Surat Keterangan Asal ... 28
F. Jenis Surat Keterangan Asal ... 30
G. Manfaat dari Surat Keterangan Asal... 39
H. Verifikasi Surat Keterangan Asal ... 40
I. Pengertian Surat Keterangan Asal Form D ... 41
J. Prosedur Penerbitan Surat Keterangan Asal ... 42
K. Pengertian Common Effective Tariff (CEPT) dan AFTA .... 45
BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Deskripsi Obyek Penelitian dan Pembahasan ... 51
1). Sejarah berdirinya Kantor DISPERINDAG Kota Surakarta ... 51
2). Lokasi DISPERINDAG kota Surakarta ... 52
3). Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi dari DISPERINDAG Surakarta ... 53
4). Susunan Organisasi DISPERINDAG Surakarta ... 55
5). Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan Struktural
6). Tata Cara kerja kepegawaian kantor DISPERINDAG
kota Surakarta ... 67
7). Kepegawaian kantor DISPERINDAG kota Surakarta ... 69
8). Visi dan Misi DISPERINDAG Kota Surakarta ... 70
B. Pembahasan ... 71
1). Volume Ekspor Produk Furniture Surakarta ke negara ASEAN pada tahun 2009 ... 71
2). Hambatan yang muncul dalam ekspor produk furniture Ke Negara ASEAN ... 82
3). Upaya apa saja yang dilakukan oleh DISPERINDAG Kota Surakarta untuk meningkatkan ekspor produk furniture ke negara ASEAN ... 85
BAB IV PENUTUP ... 89
A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 92
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Realisasi Jumlah SKA Form D yang dikeluarkan
oleh DISPERINDAG Surakarta Pada tahun 2009 ... 73
Tabel 3.2 Data Realisasi Ekspor Furniture Kota Surakarta ke
Negara ASEAN dengan menggunakan Form D Pada
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Alur Prosedur Ekspor ... 20
Gambar 3.1 Bagan Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan
GAMBAR GRAFIK
Gambar 4.1 Grafik Realisasi Jumlah SKA Form D yang
dikeluarkan oleh DISPERINDAG Kota Surakarta Pada
Tahun 2009 ... 73
Gambar 4.2 Grafik Volume Ekspor Furniture Kota Surakarta
Th 2009... 77
Gambar 4.3 Grafik Nilai FOB Furniture Kota Surakarta Th 2009 ... 78
Gambar 4.4 Grafik Jumlah SKA Form D Produk Furniture
yang dikeluarkan oleh DISPERINDAG Kota Surakarta
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pernyataan pembuatan Tugas Akhir
2. Surat Keterangan Magang dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (DISPERINDAG)
3. Surat Keterangan Asal (SKA) Form D
4. Dokumen Nota Pelayanan Ekspor (NPE)
5. Dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
6. Lembar Lanjutan PEB
7. Dokumen Bill of Lading (B/L)
8. Dokumen Invoice
9. Dokumen Packing List
10. Pernyataan Produsen
ABSTRAK
Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui volume
ekspor produk furniture kota Surakarta ke negara ASEAN pada tahun
2009, mengetahui hambatan yang muncul dalam ekspor produk furniture
ke Negara ASEAN, dan mengetahui upaya yang dilakukan oleh
DISPERINDAG Kota Surakarta untuk meningkatkan ekspor produk
furniture ke ASEAN.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Data yang
digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data yang terkumpul
kemudian dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2009 SKA Form
D yang sudah dikeluarkan DISPERINDAG untuk produk furniture yang
diekspor ke ASEAN sebanyak 2564 set. Ekspor furniture pada tahun 2009
mengalami penurunan dilihat dari volume ekspor yakni sejumlah
602.631,59 kg dan nilai FOB sejumlah US$ 930.942,92. Penurunan
tersebut terjadi karena terkena dampak dari Krisis Global dan adanya
hambatan-hambatan yang muncul. Hambatan tersebut diantaranya
hambatan bagi eksportir yaitu waktu dan kurangnya SDM dan hambatan
untuk mengekspor furniture ke ASEAN yaitu faktor cuaca, kurangnya
modal, masih menggunakan teknologi yang tradisional.
Saran yang dapat diberikan adalah Dinas Perindustrian dan
Perdagangan hendaknya lebih meningkatkan kualitas SDM yang ada di
disperindag untuk menunjang pelayanan ekspor.
Kata Kunci : Volume Ekspor, Furniture Kota Surakarta,SKA Form D.
The aim of this final task was to find out volume of export furniture
product in Surakarta to Asean nation in 2009, find out the resistance that
will appear in export activity and to find out effort from Disperindag
Surakarta for increasing the export of furniture product to Asean nation.
The research method used case study. The data used primary data
and secondary data. Then collecting data to do analysis with qualitative
descriptive.
The research result can be conclusion, in 2009 SKA form D that
already produce by DISPERINDAG for the furniture product to export to
the Asean nation about 2564 set. Furniture export in 2009 lost ground look
at the volume of export amount 602.631,59 kg and FOB value amount
US$ 930.942,92. That lost ground was happened because influence by
crisis global effect and the resistance that will appear. That resistance
among are the resistance for exportir that is time and less of human
resources and resistance to export the furniture to Asean nation that is
weather factor, less in capital, and still use the traditional technologi.
Suggestion that can be given to industrial and commerce
department Surakarta is it should increasing the quality of human
resources inside the department to support more effectively serving the
export activity.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Distribusi kekayaan alam di dunia ini tidak merata. Apalagi
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi masing-masing negara
tidaklah sama. Ada satu negara tidak memiliki sumber daya alam yang
melimpah tetapi memiliki kemampuan teknologi serta sumber daya
manusia yang tinggi. Disisi lain terdapat negara-negara sumber daya alam
yang melimpah, tetapi memiliki keterbatasan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi serta sumber daya manusianya yang rendah.
Kondisi diatas menyebabkan usaha manusia yang terkumpul didalam
negara-negara modern untuk senantiasa memenuhi kebutuhan hidupnya
yang tidak tersedia di negaranya dengan melakukan interaksi dengan
manusia lain di negara yang berbeda dengan melalui suatu perdagangan
antar negara. Maka, bagi negara yang berusaha memenuhi kebutuhannya
akan mengadakan perdagangan luar negeri.
Perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek penting dalam
perekonomian suatu negara. Perdagangan luar negeri bermanfaat dalam
hal meningkatkan potensi pasar hasil-hasil produksi dalam negeri, dan
juga berkaitan dengan pengadaan barang – barang modal untuk memacu
pertumbuhan industri dalam negeri. Perdagangan luar negeri juga
berperan dalam perekonomian suatu negara ada manfaat utama dari
perdagangan luar negeri adalah meningkatkan kemakmuran, yaitu dengan
memberikan kesempatan kepada setiap negara untuk mengkhususkan diri
dari produksi barang dan jasa yang relative efisien. Perdagangan luar
negeri mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting dan bermanfaat bagi
industri ekspor dalam negeri. Dilihat dari pentingnya manfaat dan peran
perdagangan luar negeri akan membantu negara dalam meningkatkan
devisa Negara.
Dalam menghadapi globalisasi dunia dan menyongsong era pasar
bebas pemerintah berharap adanya peningkatan ekspor keluar negeri.
Ekspor yang paling dominan di Indonesia adalah furniture. Namun yang
terjadi saat ini jumlah ekspor produk furniture Indonesia khususnya di
Surakarta mengalami penurunan pada tahun 2009, walaupun
penurunannya hanya sedikit. Padahal ekspor furniture adalah
penyumbang devisa negara yang paling besar.
Berdasarkan data yang diterbitkan oleh DISPERINDAG Kota
Surakarta, pangsa pasar furniture di kota Surakarta sangat mendominasi
pasar furniture di negara ASEAN. Karena ASEAN merupakan negara
yang berperan sebagai sumber penerimaan pendapatan negara dan dapat
mendorong investasi pada negara yang berkembang. Namun saat ini
ekspor produk furniture pada tahun 2009 mengalami penurunan. Menurut
data realisasi ekspor pada tahun 2009 Negara Malaysia mengalami
tahun 2009 sebesar US $ 458.875,55 dibandingkan tahun lalu. Penurunan
juga terjadi pada negara Vietnam dengan penyusutan nilai ekspor tahun
2009 sebesar 193,00 kg, dibanding nilai ekspor tahun lalu, dan penurunan
nilai FOB sebesar US$ 800,00 jadi paling rendah negara pengimpor
furniture adalah Negara Vietnam. Penurunan itu dikarenakan terkenanya
dampak dari krisis global. Krisis ekonomi Global merupakan peristiwa di
mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan dan
mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia. Krisis global juga telah
mengakibatkan permintaan produk furniture menurun, harga bahan baku
yg naik, dan tidak adanya order dari buyer.
Oleh karena itu para pengusaha atau produsen furniture Indonesia
khususnya kota Surakarta banyak yang bangkrut atau gulung tikar karena
terkena imbas dari krisis global. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan kembali ekspor furniture Indonesia khususnya di kota
Surakarta yaitu memberikan kemudahan kepada produsen dalam negeri
dalam hal pemberian fasilitas yang terkait dengan kegiatan perdagangan
dan industri, pemerintah melakukan peran aktifnya dengan melakukan
sosialisasi dengan para eksportir dengan cara melakukan
seminar-seminar, memberikan dorongan optimisme kepada para produsen
furniture di Indonesia khususnya kota Surakarta agar lebih meningkatkan
lagi kualitas produknya, pemerintah mencarikan peluang ekspor dengan
memberikan investasi serta mengembangkan perekonomian domestik,
mengetahui perkembangan ekspor pada saat itu, pemerintah juga
memperlancar proses ekspor, memberikan kemudahan untuk memperoleh
dokumen-dokumen ekspor, dan mengurangi hambatan untuk memperoleh
syarat-syarat ekspor.
Instansi pemerintah yang ikut memperlancar proses ekspor sesuai
dengan prosedur atau tata cara ekspor salah satunya instansi tersebut
adalah Dinas perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) yang
menerbitkan Surat Keterangan Asal (SKA). SKA merupakan surat
keterangan yang digunakan sebagai dokumen penyerta barang ekspor
dari wilayah RI yang membuktikan bahwa barang tersebut dihasilkan di
Indonesia (Direktorat Jendral Perdagangang Luar Negeri Direktorat
Fasilitasi Ekspor dan Impor, 2008 : 5). Untuk menerbitkan SKA eksportir
harus memenuhi semua syarat yang ditetapkan, sehingga tidak
menimbulkan suatu resiko masalah pada awalnya. SKA selain sebagai
dokumen untuk mengetahui asal barang, juga merupakan suatu dokumen
yang diterbitkan dalam rangka untuk dapat menikmati fasilitas penurunan
tarif yang diberikan oleh negara-negara maju kepada negara-negara
berkembang.
Saat ini Indonesia mempunyai peluang ekspor yang sangat besar ke
negara ASEAN. Maka Indonesia akan memasuki pasar ekspor di negara
ASEAN dengan melakukan suatu hubungan kerjasama di sektor
perdagangan, yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan
Dengan menggunakan Form D eksportir berupaya untuk meningkatkan
daya saing komoditas ekspor di pasaran internasional dengan jalan
mengurangi biaya transaksi dan menghapuskan berbagai hambatan
kelancaran arus barang, mengurangi berbagai kendala yaitu pengiriman
barang menjadi lebih mudah, untuk mengetahui asal barang, bisa
mengekspor produk furniture dengan suatu kemudahan dan mendapatkan
keringanan bea masuk ke Negara pengimpor khususnya di negara
ASEAN. Untuk memperoleh Form D maka eksportir lebih mudah dengan
cara membeli Form ke kantor pelayanan perdagangan luar negeri dengan
harga terjangkau.
Berdasarkan uraian diatas, hal yang ingin diketahui adalah bagaimana
volume ekspor produk furniture kota Surakarta ke negara ASEAN pada
tahun 2009, hambatan yang muncul dalam ekspor produk furniture Ke
Negara ASEAN, apa saja hal-hal yang dilakukan oleh DISPERINDAG
Kota Surakarta untuk meningkatkan ekspor produk furniture ke Negara
ASEAN, Maka penulis mengambil judul penelitian “VOLUME EKSPOR
FURNITURE KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PENERBITAN
SURAT KETERANGAN ASAL (SKA) FORM D PADA TAHUN 2009”.
Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dijadikan
pedoman bagi penulis untuk melakukan penelitian secara cermat dan
tepat untuk memperoleh data yang akurat sesuai dengan prinsip-prinsip
suatu penelitian yang ilmiah.
Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis akan merumuskan
masalah dalam penulisan ini, sebagai berikut :
1. Bagaimanakah volume ekspor produk furniture Surakarta ke negara
ASEAN pada tahun 2009 ?
2. Hambatan yang muncul dalam ekspor produk furniture Ke Negara
ASEAN ?
3. Upaya apa saja yang dilakukan oleh DISPERINDAG Kota
Surakarta untuk meningkatkan ekspor produk furniture ke negara
ASEAN ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan Tugas Akhir ini
adalah :
A. Untuk mengetahui volume ekspor produk furniture Surakarta ke
negara ASEAN pada tahun 2009.
B. Untuk mengetahui hambatan yang muncul dalam ekspor produk
C. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh DISPERINDAG Kota
Surakarta untuk meningkatkan ekspor produk furniture ke negara
ASEAN.
D. Manfaat Penelitian
Penulisan dari hasil penelitian dikantor Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (DISPERINDAG) ini mempunyai manfaat bagi berbagai
pihak yaitu :
1. Bagi Penulis
Bagi penulis dengan meneliti dikantor DISPERINDAG ini
maka akan dapat melihat dan mempraktekkan apa yang telah
didapat dibangku kuliah. Dan melalui penelitian ini penulis
berharap dapat mengetahui, mengerti serta memahami secara
lengkap atau detail tentang volume ekspor furniture Kota Surakarta
pada tahun 2009.
2. Bagi Disperindag
Dapat memberikan masukan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan volume ekspor produk furniture ke berbagai
Negara ASEAN dan dapat digunakan sebagai salah satu bahan
evaluasi bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(DISPERINDAG) dalam merumuskan kebijaksanaan yang
peningkatan kelancaran arus barang dan dokumen dalam rangka
ekspor dapat optimal.
3. Bagi Mahasiswa dan Pembaca Lainnya
Dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bacaan dan
informasi khususnya bagi mahasiswa jurusan Bisnis Internasional
yang sedang menyusun Tugas Akhir dengan pokok permasalahan
yang sama.
E. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian memerlukan sebuah metode, metode itu harus
digunakan untuk mencari, mendapatkan sumber data yang selanjutnya
digunakan dalam bentuk laporan hasil penelitian (Agung, Setyo Wahyu
dan Hari Murti, 2004 : 48).
Metode yang digunakan dalam penelitian dikantor DISPERINDAG ini
terdiri dari :
1. Ruang Lingkup Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus, karena penelitian ini memfokuskan satu obyek untuk
dianalisa secara mendalam tentang Volume Ekspor Furniture Kota
Surakarta Berdasarkan Penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA)
Form D Pada Tahun 2009.
Jenis dan Alat Pengumpul Data
1) Data Primer
Data primer adalah suatu data yang langsung diperoleh
dari obyek penelitian DISPERINDAG Surakarta. Data ini
meliputi gambaran umum DISPERINDAG Surakarta, data
realisasi ekspor ke ASEAN dan data-data yang mendukung.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung, yaitu melalui studi kepustakaan yang berupa
keterangan atau fakta dengan cara mempelajari buku-buku,
dokumen-dokumen, peraturan perundang-undangan,
laporan-laporan dan sebagainya yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
b. Metode Pengumpulan Data
1). Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
tanya jawab secara lansung dengan bertatap muka dan
berdialog yang dilakukan peneliti terhadap pimpinan,
staff, karyawan DISPERINDAG untuk memperoleh
informasi yang lengkap.
Suatu tehnik yang menggunakan buku atau referensi
sebagai bahan untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti.
3). Observasi
Dalam proses penelitian ini penulis mengadakan
pengamatan dengan cara pengamatan aktif, yaitu penulis
melakukan magang kerja dan melihat secara langsung
mengenai kegiatan penerbitan SKA yang dilakukan pada
bagian pelayanan kantor DISPERINDAG Surakarta.
c. Sumber Data
a) Sumber data primer
Data diperoleh langsung dari sumbernya di kantor
DISPERINDAG Kota Surakarta. peneliti melakukan
wawancara dengan Pejabat Dinas Perindustrian dan
Perdagangan pada bagian Departemen Luar Negeri
kemudian kepada staff-staff yang melayani penerbitan
Surat Keterangan Asal (SKA).
b) Sumber data Sekunder
Data diperoleh dari sumber lain yang masih berkaitan
dengan penelitian. Data ini diperoleh dan dibaca oleh
dapat digunakan sebagai tambahan penelitian, data
tersebut diantaranya Data Realisasi Ekspor Produk
Furniture Kota Surakarta ke Negara ASEAN Pada tahun
2009, Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri dan
Direktorat Fasilitas Ekspor dan Impor. 2002, “Buku
Panduan Surat Keterangan Asal (SKA)”. Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG).
Jakarta, Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri
dan Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor. 2008, “Buku
Panduan Penerbitan Surat Keterangan Asal Untuk
Barang Ekspor Indonesia (SKA)”. Agung, Setyo Wahyu
dan Hari Murti, 2004, “Pedoman Penulisan Tugas Akhir
dan Magang Kerja”, Program Studi D-3 Bisnis
Internasional, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
d. Metode Analisis Data
Dalam sebuah penelitian teknik analisa data
merupakan bagian yang sangat penting karena pada bagian
menyusun data yang diperlukan secara sistematis dan
komprehensi. Pada tahap ini data dikerjakan dan
dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil
untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam sebuah
penelitian.
Dalam mengolah dan menganalisis data yang
diperoleh, penulis menggunakan analisa deskriptif kualitatif
yaitu dengan cara menginterpretasikan (membaca,
menyimak, dan membandingkan) tabel, grafik, ataupun data
yang kemudian melakukan uraian untuk menarik
kesimpulan. Sehingga data yang terkumpul berhubungan
satu dengan yang lainnya secara sistematis.
BAB II
A. Pengertian Ekspor
Perdagangan dalam negeri dilakukan melalui transaksi jual beli maka
pada perdagangan internasional dilakukan pula transaksi jual keluar
negeri yang disebut ekspor dan sebaliknya transaksi beli dari luar negeri
yang disebut impor. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, penulis
memfokuskan pada kegiatan ekspor, termasuk kebijakan perdagangan
baik dalam maupun luar negeri, menyangkut ketentuan dokumen penyerta
barang ekspor dalam perdagangan luar negeri.
Menurut Winardi ekspor adalah barang-barang termasuk jasa yang
diselenggarakan kepada penduduk negara lain, ditambah dengan jasa
yang diselenggarakan kepada penduduk negara tersebut berupa
pengangkutan dengan kapal, permodalan dan hal-hal lain yang membantu
ekspor tersebut (Winardi: 66).
Pengertian ekspor juga bisa disebut dengan usaha menjual dan
membeli barang dengan melintasi daerah kepabeanan Indonesia sampai
keluar batas kepabeanan Indonesia, dan yang disebut dengan eksportir
adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor
(sumber : PPEI, 2003:3)
Sedangkan definisi ekspor menurut Direktorat Jendral Perdagangan
Internasional adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah kawasan
pabean, Pengertian dari daerah pabean itu sendiri adalah wilayah
Republik Indonesia yang meliputi wilayah daratan, perairan, dan ruang
Ekonomi Eksklusif dan Landasan Kontinen yang didalamnya berlaku
Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (sumber :
Direktorat Jendral Perdagangan Internasional, Departemen Perindustrian
dan Perdagangan, 2004: 2).
Berdasarkan pengertian ekspor dari berbagai sumber di atas, maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa ekspor adalah suatu kegiatan
perdagangan yang dilakukan antara Negara satu dengan negara lain
dengan cara mengeluarkan barang dari wilayah pabean berdasarkan
prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Untuk melakukan ekspor sebelumnya eksportir harus mengetahui apa
saja prosedur, ketentuan-ketentuan ekspor, istilah SKA, Penerbitan SKA,
Macam-macam SKA, Jenis SKA, dan juga kebijakan yang ada dalam dan
luar negeri suatu negara, karena disetiap negara mempunyai suatu
kebijakan ekspor yang berbeda-beda.
B. Prosedur Ekspor
Prosedur ekspor adalah langkah kegiatan yang dilakukan secara
berurutan mulai dari awal hingga akhir dalam melakukan proses kegiatan
ekspor (Badan Pengembangan Ekspor Nasional, Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, 2003 : 43). Berikut ini akan diuraikan
beberapa tahap dalam mengenai pelaksanaan Prosedur Ekspor yaitu
sebagai berikut :
Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir atau
buyer luar negeri untuk menawarkan dan menegosiasikan komoditi
yang akan dijualnya, dengan cara eksportir membuat sample yang
ditujukan kepada importir agar importir mengetahui kondisi barang
tersebut, kemudian eksportir memberikan bonus atau diskon
kepada importir agar importir tertarik untuk membeli barang dari
eksportir. Di dalam surat penawaran kepada importir harus
dicantumkan jenis barang, mutu,harga, syarat-syarat pengiriman
dan sebagainya. Apabila importir menyetujui penawaran yang
diajukan oleh eksportir, maka importir dan eksportir membuat suatu
kesepakatan dan menandatangani kontrak dagang atau Sales
Contract. Dalam kontrak dagang dicantumkan hal-hal yang
disepakati antara importir dan eksportir.
2. Penerbitan Dokumen Letter of Credit (L/C)
Setelah importir dan eksportir sudah menandatangani kontrak
dagang, kemudian importir membuka dokumen Letter of Credit
(L/C) melalui bank koresponden atau Opening Bank di negara
importir.
L/C Opening Bank di Negara importir dikirim ke Bank Devisa
yang ditunjuk eksportir di Indonesia, kemudian eksportir menerima
L/C Confirmation.
4. Meneruskan Letter of credit (L/C)
Bank Devisa (Correspondent/Receiving Bank) memberitahukan
kepada Advising Bank kalau L/C sudah diterima eksportir.
5. Mempersiapkan Barang Ekspor atau Ready to Export
Dengan sudah diterimanya L/C maka eksportir menyiapkan
barang yang sudah dipesan oleh importir. Dan keadaan barang
yang akan diekspor harus sesuai dengan syarat yang tertera dalam
sales contract dan L/C. bila tidak sesuai dan importir tidak suka
misal ada kecacatan dalam barang tersebut maka barang akan
dikembalikan lagi kepada eksportir atau seller.
5a. Menyiapkan Dokumen Invoice dan Packing List
Eksportir menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan
untuk pengiriman barang diantaranya dokumen invoice dan packing
list.
6. Menyiapkan Dokumen Shipping Intruction
Dokumen Shipping Intruction disiapkan eksportir dan ditujukan
kepada forwarder/Shipping Company untuk memesan ruang kapal
ke Perusahaan Pelayaran contohnya di Perusahaan Pelayaran
Samudra atau Perusahaan penerbangan. Informasi mengenai
Pelaksanaan Bursa Komoditi adalah salah satu unit kerja di
lingkungan DISPERINDAG. Perlu dicek Perusahaan Perkapalan
mana yang mempunyai tarif angkutan kargo paling murah dan
paling memberikan jaminan akan ketepatan waktu pelayarannya.
7. Pendaftaran dan Fiat Muat Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
Eksportir mengurus formalitas ekspor seperti mengurus
Dokumen Pemberitahuan Ekpor Barang (PEB) ke bank devisa
dengan melampirkan surat kesanggupan membayar apabila barang
ekspor terkena pajak ekspor pengiriman Barang ke Pelabuhan.
Eksportir sendiri dapat mengirimkan barang ke pelabuhan.
Pengiriman dan pengurusan barang ke pelabuhan dan ke kapal
dapat juga dilakukan oleh perusahaan jasa pengiriman barang
(Perusahaan Freight Forwarding atau Perusahaan Ekspedisi
Muatan Kapal Laut/EMKL). Dokumen-dokumen Ekspor disertakan
dalam pengiriman ke pelabuhan dan ke kapal. Pemeriksaan Bea
Cukai Di pelabuhan, dokumen ekspor diperiksa oleh pihak Bea
Cukai. Apabila diperlukan, barang-barang yang akan diekspor
diperiksa juga oleh pihak Bea Cukai. Apabila barang-barang dan
dokumen yang menyertainya telah sesuai dengan ketentuan maka
bea cukai menandatangani pernyataan persetujuan muat yang ada
pada PEB.
Setalah Bea Cukai menandatangani PEB maka barang dapat
dimuat diatas kapal. Setelah barang dimuat diatas kapal, eksportir
memperoleh Bill Of Lading (B/L) yang diterbitkan oleh pihak
pelayaran yang kemudian diserahkan kepada eksportir.
8a. Surat Keterangan Asal (SKA)
Apabila dalam L/C ada persyaratan untuk melampirkan
dokumen SKA, maka Eksportir sendiri atau perusahaan Freight
Forwarding/EMKL mengurus pemfiat dan pemuatan barang ekspor
dan mengajukan permohonan ke kantor Disperindag untuk
memperoleh Certificate of Origin (COO) atau Surat Keterangan
Asal (SKA).
9. Negosiasi L/C
Apabila barang sudah dikapalkan maka eksportir menghubungi
bank untuk negosiasi atau mencairkan L/C untuk memperoleh
pembayaran.
10. Pengiriman Dokumen sesuai dengan L/C
Advising bank mengirim dokumen ekspor seperti B/L, invoice,
packing list. Dan PEB untuk memperoleh pembayaran.
11. Menyampaikan Dokumen
Issuing bank memeriksa dokumen ekspor tersebut dan apabila
sesuai dengan syarat kelengkapan L/C, maka issuing bank
meminta importir untuk mengambil dokumen tersebut dengan
12. Pengiriman Barang ke Importir
Barang dalam perjalanan dengan kapal dari Indonesia ke
Pelabuhan di negara tujuan, setelah barang sampai ke Negara
importir kemudian importir menyerahkan dokumen kepada
shipping agent untuk ditukarkan dengan delivery cargo agar
Gambar 2.1
BAGAN ALUR PROSEDUR EKSPOR
5. Penyiapan Barang
5a. Penyiapan doc.invoice+ Packing List
8. Pemuatan Barang diatas Kapal
2. Penerbitan L/C
INSTANSI PENERBIT SKA
1. Korespondensi & Pembuatan Kontrak Dagang
4. Meneruskan LC 11. Menyampaikan Doc
3. Mengirim LC
10. Pengiriman Doc Sesuai LC 9. Negosiasi
8a. Pengurusan SKA
12. Pengiriman Barang ke Importir 7. Pendaftaran & Fiat
Muat PRB/PEBT 6. Pemesanan Kapal
C. Dokumen Ekspor
Pengurusan dokumen ekspor merupakan suatu tahapan yang amat
penting. Tanpa dokumen-dokumen yang disyaratkan, seorang eksportir
tidak akan memperoleh pembayaran dari bank. Pengiriman dokumen yang
tidak tepat atau pengisian dokumen secara salah akan menghambat
tahapan lain. Misalnya saja importir tidak dapat mengambil barang di
pelabuhan tujuan atau eksportir tidak dapat menguangkan dokumennya.
Hal ini bukan hanya dapat menimbulkan biaya tambahan tetapi juga dapat
mengurangi kepercayaan dari importir. Eksportir seringkali merasa
pengurusan dokumen terlalu rumit dan memakan banyak waktu. Pada
akhirnya, eksportir dapat menggunakan jasa Forwarding Agent atau Air
Cargo Agent untuk mengurus dokumen dan melakukan pengiriman
barang. Walau demikian, eksportir harus mengenal dokumen-dokumen
yang digunakan. Jenis-jenis dokumen yang diperlukan dalam melakukan
ekspor adalah sebagai berikut :
1. Commercial Invoice
Commercial Invoice adalah dokumen ekspor yang menjelaskan
mengenai nilai barang yang akan diekspor.
a. Informasi data didalam Invoice meliputi:
(1) Description of Goods (nama barang).
(2) Quantity (jumlah barang).
(3) Unit Price (harga barang).
b. Data tambahan yang perlu dimasukkan kedalam Invoice
yaitu:
(1) Tulisan Invoice.
(2) Nomor invoice.
(3) Tanggal dibuatnya invoice.
(4) Ditujukan kepada siapa barang ekspor tersebut akan
dikirim.
(5) Data lainnya sesuai perintah yang ada didalam L/C.
2. Packing List
Packing List adalah dokumen ekspor yang berisi tentang
informasi barang yang akan akan dikirim ke importir.
a. Informasi pokok didalam Packing list meliputi:
(1) Description of goods (uraian barang/nama barang).
(2) Quantity (jumlah barang).
(3) Gross Weight dan Nett Weight (berat kotor dan berat
bersih).
(4) Measurement (ukuran dalam volume M3).
b. Data tambahan lain yang perlu dimasukkan didalam Packing
list yaitu :
(1) Tulisan Packing List.
(2) Nomor Packing List.
(4) Ditujukan kepada siapa barang ekspor tersebut akan
dikirim biasanya ditujukan ke importir, kecuali ada
perintah lain dalam L/C .
(5) Data lain sesuai perintah yang ada didalam L/C, misal :
untuk
mencantumkan nomor L/C, dan Nomor Purchase Order.
3. Shipping Intruction.
Shipping Intruction adalah dokumen ekspor yang digunakan
untuk booking atau memesan ruang kapal dan untuk memesan
container diperusahaan Forwarding atau EMKL. Informasi yang
harus termuat dalam “Shipping Instruction” adalah semua data
yang diperlukan untuk pembuatan “Bill of Lading” atau AirWay Bill
(AWB).
Setelah siap Shipping Instruction kemudian dikirim ke Shipping
Company melaui Fax atau EDI atau Electronic Data Interchange
contohnya email ataupun bisa melalui kurir. Setelah menerima
Shipping Intruction, maka Shipping Company akan menyiapkan
“Delivery Order “(DO), untuk pengambilan container kosong di depo
penumpukan container. Container kosong kemudian dibawa ke
tempat eksportir sesuai dengan permitaan yang ada di dalam
Shipping Intruction, dilakukan Stuffing (Pemuatan barang ke dalam
container) dan selanjutnya dibawa ke pelabuhan muat. Shipping
mempunyai fungsi yang strategis, karena eksportir sebagai
pembuat Shipping Intruction harus secara benar didalam membuat
Shipping Intruction berdasarkan perintah L/C. Dimana Shipping
Intruction ini juga berfungsi sebagai dasar pembuatan Bill of Lading
(BL). Jika ada data yang seharusnya dimasukkan ke dalam B/L
seperti yang diperintahkan dalam L/C namun eksportir tidak
meneruskan melalui Shipping Instruction, maka Bill of Lading yang
dibuat oleh Shipping Company akan salah. Konsekuensi nantinya
adalah kesulitan dalam mencairkan dana L/C (negosiasi) di bank.
4. Pemberitahuan Ekspor Barang atau PEB
PEB adalah dokumen ekspor berupa Pemberitahuan Ekspor
Barang yang harus disiapkan oleh eksportir. Caranya dengan
mengambil formulir PEB yang dapat diperoleh di kantor Bea Cukai
dan kemudian mengisi data-data yang diperlukan. Didalam formulir
PEB dilengkapi juga dengan lembar lanjutan disamping lembar
pertama. Hal tersebut dimaksudkan jika barang yang diperoleh
lebih dari satu jenis barang (lebih dari satu Harmony System/HS).
Cara pengisian lembar PEB harus mengacu pada buku Panduan
Pengisian PEB yang memuat kode-kode negara tujuan ekspor di
seluruh dunia, kode pelabuhan, kode propinsi dll.
5. Bill of Lading atau B/L
Bill of Lading atau B/L adalah dokumen pengapalan yang
dikeluarkan oleh maskapai pelayaran atau penerbangan sebagai
tanda bukti kepemilikan barang yang telah dimuat diatas kapal laut
oleh ekspotir untuk diserahkan kepada importir.
B/L merupakan alat bukti penerimaan dan sekaligus penyerahan
hak milik atas barang sebagai pelaksanaan suatu transaksi antara
eksportir dengan importir. B/L juga merupakan alat bukti adanya
kontrak pengangkutan antara eksportir dengan perusahaan
pelayaran. Apabila pengangkutan barang dilakukan dengan
pesawat udara maka dokumen disebut Air Waybill. Isi BL/AWB
misalnya:
a. Shipper
b. Consignee
c. Notify
d. Description of Goods
e. Final Dscription Port of Discharge.
6. Certificate of Origin (COO) atau Surat keterangan Asal (SKA)
Selanjutnya eksportir menyiapkan COO atau SKA yang
dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag). Inti dari Surat Keterangan Asal (SKA/COO) adalah
dokumen yang disertakan pada waktu barang ekspor Indonesia
memasuki wilayah negara tertentu yang membuktikan bahwa
7. Beneficiary’s Certificate
Setelah medapat COO, maka selanjutnya eksportir membuat
dokumen “Beneficiary’s Certificate”. Beneficiary’s Certificate adalah
surat pernyataan yang dibuat oleh eksportir yang menyatakan
bahwa copy dari dokumen-dokumen ekspor yang diminta telah
dikirim ke alamat importir sesuai dengan syarat L/C, dengan
dilampiri bukti-bukti pengiriman dari perusahaan jasa pengiriman
dokumen.
8. Letter of Credit (L/C)
Letter Of Credit adalah dokumen ekspor yang fungsinya
sebagai bukti dalam transaksi pembayaran antara Advising Bank
dan Issuing Bank.
9. Certificate Fumigation
Dokumen yang berfungsi sebagai keterangan yang menyatakan
tentang barang tersebut sudah di beri fumigasi bebas dari jamur
atau rayap.
10. Insurance atau Asuransi
Jika salah satu persyaratan dalam L/C meminta adanya syarat
pemakaian asuransi untuk protect barang yang akan diekspor ke
luar negeri dan biaya asuransi ditanggung oleh eksportir, maka
langkah untuk mendapatkan polis asuransi adalah pada tahap awal
menghubungi perusahaan asuransi untuk menghitung dan
menentukan besarnya biaya yang harus ditanggung.
Akhirnya sampai pada tahap ini, eksportir telah menyiapkan
dan mempunyai dokumen ekspor secara lengkap, untuk bisa
mencairkan dana L/C di Bank.
D. Pengertian Surat Keterangan Asal (SKA)
Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) atau juga bisa disingkat
SKA adalah dokumen yang berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian
bilateral, regional, dan multilateral serta ketentuan sepihak dari suatu
negara tertentu wajib disertakan pada waktu barang ekspor Indonesia
memasuki wilayah negara tertentu yang membuktikan bahwa barang
tersebut berasal, dihasilkan dan diolah di Indonesia (Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan RI, 2002 : 20).
Sedangkan menurut Roselyn Hutabarat, SKA adalah Surat
Keterangan yang digunakan sebagai dokumen penyerta barang ekspor
untuk membuktikan bahwa barang dimaksud berasal dan dihasilkan di
Indonesia. Status dokumen SKA adalah sebagai dokumen penyerta
barang ekspor Indonesia yang akan memasuki wilayah Negara tertentu
dan fungsinya membuktikan bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan
dan diolah di Indonesia.
Berdasarkan pengertian diatas maka terdapat beberapa faktor penting
1) Surat Keterangan Asal atau SKA merupakan dokumen penyerta
barang ekspor Indonesia.
2) Membuktikan bahwa barang berasal dari Indonesia.
Syaratnya :
a. Barang berasal dari Indonesia.
b. Barang Dihasilkan dan diolah di Indonesia.
Adapun yang menjadi alasan diterbitkannya SKA adalah sebagai
berikut :
a. Diwajibkan oleh Pemereintah negara tujuan ekspor.
b. Diwajibkan oleh pembeli.
c. Diwajibkan oleh Pemerintah Indonesia.
E. Skema Surat Keterangan Asal
Dalam dokumen Surat Keterangan Asal memuat beberapa skema,
yang terdiri dari :
a. Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin)
Ketentuan Asal barang adalah kriteria atau persyaratan yang
ditetapkan, baik berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian
bilateral, regional dan multilateral maupun ketentuan sepihak dari
suatu negara tertentu, yang wajib dipenuhi suatu barang ekspor
untuk dapat diterbitkan SKAnya oleh Pemerintah asal barang.
produk yang diekspor telah dikerjakan atau diolah berdasarkan
peraturan yang berlaku.
b. Formulir SKA
Formulir Surat Keterangan Asal (SKA) adalah daftar isian SKA
yang telah dibakukan baik dalam bentuk, ukuran, warna, dan jenis
peruntukan serta isinya sesuai ketentuan dalam perjanjian bilateral,
regional, multilateral, penetapan unilateral, maupun ditetapkan
secara sepihak oleh suatu Negara tertentu.
c. Instansi Penerbit SKA Adalah instansi/badan/lembaga/ yang
ditetapkan oleh Menteri dan diberi kewenangan untuk menerbitkan
SKA.
d. Cara Otomasi
Cara Otomasi adalah sistem yang digunakan dalam proses
penyampaian dan pengisian formulir, pengolahan data,
penyimpanan dan pengadministrasian SKA serta kegiatan lainnya
yang terkait dalam penerbitan SKA dengan menggunakan sarana
dan prasarana teknologi informasi.
e. Perjanjian Internasional adalah perjanjian multilateral, regional,
bilateral dan perjanjian yang dibuat dalam kerangka kerjasama
perdagangan Internasional.
f. Penetapan Unilateral adalah penetapan sepihak dari suatu negara
negara lain baik untuk mendapat preferensi maupun
non-preferensi.
g. Verifikasi SKA
Verifikasi SKA adalah kegiatan penyelidikan mengenai
keabsahan dokumen SKA dan/atau kebenaran data dan informasi
yang terdapat dalam SKA yang dilakukan atas permintaan
pemerintah negara tujuan ekspor.
F. Jenis Surat Keterangan Asal (SKA)
Surat Keterangan Asal dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a) Surat Keterangan Asal Preferensi atau Generalized System of
Preference (GSP)
Surat Keterangan Asal Preferensi adalah Surat Keterangan
Asal yang diterbitkan untuk digunakan dalam rangka memperoleh
fasilitas pengurangan atau pembebasan tarif bea masuk yang
diberikan oleh suatu negara atau sekelompok negara terhadap
ekspor produk-produk tertentu yang berasal dari suatu negara lain
yang memenuhi syarat sesuai ketentuan perjanjian internasional
atau penetapan unilateral (Dirjen Perdagangan Luar negeri
Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, 2008 : pasal 2 : 6).
Macam-macam Surat Keterangan Asal Preferensi dan negara
tujuan, diantaranya:
Negara tujuannya :
- Amerika Serikat - Jepang
- Norwegia - Kanada
- Selandia Baru - Polandia - Swiss - Bulgaria - Hongaria - Federasi Rusia - Uni Eropa
- Ceko dan Slovakia - Uni Eropa
Kegunaan : untuk memperoleh preferensi /keringanan bea
masuk.
2) ASEAN Common Effective Preferential Tariff Scheme
Certificate of Origin Form "D"
Negara Tujuannya :
- Brunai Darussalam - Malaysia
- Thailand - Vietnam - Laos
Kegunaan : untuk preferensi antara negara ASEAN.
3) Certificate in Regard To Certain Handicrfts Products.
Negara Tujuannya : - Uni Eropa (Austria, Belgia, Denmark,
Perancis, Jerman, Belanda).
Kegunaan : untuk ekspor barang-barang kerajinan tangan non
tekstil
4) Certificate in Regard To Traditional Handicrafts Batik Fabrics of
Cotton.
Negara Tujuannya: - Jepang
Kegunaan : untuk ekspor hasil kerajinan batik tradisional yang
terbuat dari kain kapas.
5) Certificate Relating to Silk or Catton Handlooms Products
Negara Tujuannya: -Finlandia
- Swedia - Inggris - Yunani
Kegunaan : untuk Ekspor barang kerajian tangan TPT yang
terbuat dari bahan sutera atau kapas yang
termasuk dalam cakupan skema barang-barang
6) Industrial Craft Certification (ICC)
Negara Tujuan: - Australia
Kegunaan : untuk ekspor barang yang termasuk “Industrial
Crafts Merchandise”
7) Global System of Trade Preference Certificate of Origin
Negara Tujuan : Aljazair, Mozambique, Argentina, Nikaragua,
Bangladesh, Nigeria, Benin, Pakistan,
Bolivia, Peru, Brazilia, Philipina, Kamerun,
Qatar, Chili, Korea Selatan, Kolombia,
Rumania, Kuba, Singapura, Korea Utara, Sri
Lanka, Equador, Sudan, Mesir, Thailand,
Ghana, Trinidad dan Tobago, Guine,
Tunisia, Haiti, Tanzania, India, Uruguay,
Indonesia, Venezuelza, Iran, Vietnam, Iraq,
Yugoslavia, Libya, Zaire, Malaysia, Angola,
Meksiko,Guyana, Maroko, Zimbabwe.
Kegunaan : untuk ekspor barang tertentu yang termasuk
dalam daftar barang yang telah diberikan
keringanan bea masuk (Preferensi) kepada
sesama negara berkembang peserta “Global
System of Trade Preferences” yang telah
8) Certificate of Hadicraft Goods
Negara Tujuannya: - Kanada
Kegunaan : untuk ekspor barang kerajinan.
9) Certificate of Authenticity Tobacco
Negara Tujuannya:
- Luksemburg - Italia
- Irlandia
Kegunaan : untuk ekspor tembakau janis tertentu.
10) ASEAN-CHINA Free Trade Area Preferential Tariff Certificate
of Origin “Form E”.
Negara Tujuan : - China
Kegunaan : untuk preferensi negara-negara ASEAN dan China.
b) Surat Keterangan Asal Non Preferensi atau Generalized
System of Preference (GSP)
Surat Keterangan Asal Non Preferensi adalah Surat
Keterangan Asal yang berfungsi sebagai dokumen pengawasan
atau dokumen penyerta asal barang yang disertakan pada barang
ekspor untuk dapat memasuki wilayah negara tertentu berdasarkan
perjanjian Internasional atau penetapan unilateral (Direktorat
Jendral Perdagangan Luar Negeri dan Direktorat Fasilitas Ekspor
Macam Surat Keteranga Asal Non Preferensi dan negara
tujuannya:
1) ICO Certificate of Origin
Negara Tujuannya : Semua negara tujuan ekspor.
Kegunaan : untuk ekspor kopi ke semua negara
tujuan anggota ICO maupun bukan
anggota ICO.
2) Fisheries Certificate of Origin
Negara Tujuannya : - Amerika Serikat
Kegunaan : sebagai dokumen penyerta ekspor
hasil perikanan dari jenis tertentu.
3) Export Certificate
Negara Tujuannya : - Uni Eropa
Kegunaan : untuk ekspor maniok yang kuotanya
telah ditetapkan oleh komisi UE.
4) Certificate of Origin for imports of Agricultural Products into
the European Economic Community
Negara Tujuannya : - Austria
- Belgia
- Denmark
- Perancis
5) Commercial Invoice
Negara Tujuannya : - Amerika Serikat.
Kegunaan : untuk ekspor tekstil dan produk tekstil
yang terbuat dari kapas, serat buatan
campuran sutera, ramie dan serat
alam lainnya selain kapas, yang telah
dikenakan kuota
6) Export Licence (Textile Products)
Negara Tujuannya : - Uni Eropa
Kegunaan : untuk ekspor tekstil dan produk tekstil
yang terkena kuota.
7) Certificate of Origin Form "K"
Negara Tujuannya : - Kanada
Kegunaan : untuk ekspor Tekstil dan produk tekstil
yang terkena kuota.
8) Certificate of Origin Form (Textile Products)
Negara Tujuannya : - Uni Eropa
Kegunaan : untuk ekspor tekstil dan produk tekstil.
9) Certificate in Regard to Handlooms Textile Handicraft and
Traditional Textile Products of the Cottage Industry
Negara Tujuannya : - Uni Eropa
Kegunaan : untuk ekspor kain tenunan kerajinan
10) Certificate in Regard to Handlooms Textile Handicraft
Traditional Indonesia Handicraft Batik and Traditional Textile
Products of the Cottage Industry
Negara Tujuannya : - Norwegia.
Kegunaan : untuk ekspor barang kerajinan tangan
dari tekstil industri pedesaan.
11) Republic of Indonesia Department of Industry and Trade
Certificate of Origin Form "B"
Negara Tujuannya: - Semua negara tujuan ekspor ,apabila
diwajibkan.
Kegunaan : untuk ekspor barang ke semua Negara.
dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) Diatur tersendiri. Ekspor barang-barang yang ditujukan
ke negara bukan pemberi preferensi, kecuali yang bentuk
SKAnya diatur tersendiri.
(2) Ekspor barang-barang yang ditujukan ke negara pemberi
preferensi, tetapi barangnya tidak termasuk dalam
cakupan produk yang mendapatkan preferensi atau
bentuk SKAnya.
12) Cerficate De Pais De Origen
Negara Tujuan : - Meksiko
Kegunaan : untuk ekspor produk tekstil, pakaian
c) Masa Berlaku SKA
1) Secara Umum
Secara umum, form SKA berlaku sejak saat diterbitkan oleh
Instansi Penerbit sampai dengan diterimanya barang ekspor
dimaksud oleh importirnya (Direktorat Jendral Perdagangan
Luar Negeri dan Direktorat Fasilitas Ekspor dan Impor. 2002: 9).
2) Secara Khusus
Secara khusus ada beberapa SKA yang mempunyai masa
berlaku yang berbeda,yaitu :
a) SKA Form A untuk tujuan :
- Uni Eropa dan Australia = 10 bulan
- Jepang = 12 bulan
- Kanada = 24 bulan
b) SKA Form D
Untuk pengiriman langsung, tetapi apabila pengirimannya
melalui pihak ketiga atau lebih pelabuhan di luar negara
ASEAN, maka dapat diperpanjang 6 bulan.
c) Eksport Certificate = 120 hari (4 bulan), sejak tanggal
diterbitkan.
d) Certificate of Origin for Import of Agricultural Product into the
G. Manfaat Surat Keterangan Asal
Manfaat Surat Keterangan Asal diantaranya adalah:
a. Untuk mengetahui asal barang ekspor tersebut.
b. Untuk mempermudah biaya masuk ke negara Importir.
c. Untuk memperoleh fasilitas berupa pembebasan sebagian atau
seluruh bea masuk impor yang diberikan oleh suatu negara atau
kelompok negara tertentu.
d. Sebagai bukti kelengkapan dokumen ekspor.
d.1. Dengan Surat Keterangan Asal yang diterbitkan oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta maka dapat
diketahui frekuensi volume ekspor ke suatu negara dari
jumlah banyaknya dokumen SKA yang di keluarkan
DISPERINDAG.
e. Untuk meningkatkan ekspor dalam negeri.
f. Untuk mendapatkan Preferensi.
g. Untuk data Statistik.
h. Untuk memenuhi persyaratan pencairan L/C terhadap pembiayaan
yang menggunakan L/C.
i. Pelacakan tuduhan dumping.
j. Data realisasi ekspor.
k. Data realisasi kuota.
H. Verifikasi SKA
Verifikasi SKA adalah penyidikan dokumen SKA kepada Instansi
Penerbit atas permintaan negara tujuan ekspor karena adanya keraguan
terhadap sahnya dokumen SKA.
Beberapa alasan dilakukannya verifikasi SKA adalah sebagai berikut:
a. Keabsahan dokumen SKA.
b. Keaslian dokumen SKA.
c. Keraguan terhadap Cap SKA.
d. Keraguan terhadap tanda tangan pejabat dan penanda tanganan
SKA.
e. Kebenaran terhadap tata cara pengisian dokumen SKA.
f. Kesalahan pengisian formulir SKA.
g. Keraguan terhadap kriteria barang.
Penyelesaian verifikasi SKA dapat dilakukan melalui :
a. Penyampaian jawaban bahwa surat verifikasi sudah diterima.
b. Penyelesaian masalah yang diverifikasikan.
Beberapa dampak dari verifikasi SKA adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi peluang ekspor karena importir merasa dirugikan
sehingga impornya mungkin akan dialihkan ke negara lain.
b. Mengurangi kredibilitas pemerintah Indonesia sebagai penerbit
I. Pengertian Surat Keterangan Asal (SKA) Form D
Surat keterangan Asal Form D Adalah Surat Keterangan Asal yang
diterbitkan oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Provinsi Jawa
Tengah dengan tujuan ekspor ke beberapa negara ASEAN seperti Brunei
Darussalam, Malaysia, Phillipines, Singapore, Thailand dan Vietnam.
Jenis dan Bentuk dari SKA Form D :
a) Negara Tujuan SKA Form D
1. Singapore
2. Malaysia
3. Thailand
4. Philipina
5. Brunei Darussalam
6. Vietnam
7. Laos
8. Myanmar
9. Kamboja
b) Mutu:
- Kertas Pantone 2635U 30% untuk original dan Pantone 021U 21% untuk copy.
c) Ukuran:
- ISO A4.
d) Warna Kertas dan Peruntukan Formulir SKA:
b) Orange (lembar kedua), untuk Instansi Penerbit.
c) Orange (lembar ketiga), untuk Bea dan Cukai di negara
tujuan ekspor.
d) Orange (lembar keempat), untuk eksportir.
J. Prosedur Penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA)
Prosedur penerbitan Surat Keterangan Asal adalah ketentuan yang
berisi tahapan yang wajib dilakukan oleh instansi Penerbitan maupun oleh
eksportir atau pihak lain yang memerlukan Surat Keterangan Asal.
1. Prosedur Memperoleh Surat Keterangan Asal
a. Ekportir membeli SKA Form D ke kantor pelayanan
PERDAGLU yaitu :
1) Instansi Penerbit yang wilayah kerjanya mencakup tempat
barang diproduksi, atau
2) Instansi Penerbit yang wilayah kerjanya mencakup tempat
PEB didaftarkan pada Bank Devisa, atau
3) Instansi Penerbit yang wilayah kerjanya mencakup tempat
PEB mendapat persetujuan muat dari pejabat Bea Cukai
di pelabuhan ekspor, atau
b. Eksportir atau pihak yang memerlukan Surat Keterangan Asal
dapat memperoleh formulir SKA sesuai dengan jumlah yang
diperlukan.
c. Eksportir mengisi dokumen
Mengisi dokumen dengan tata cara sebagai berikut :
1) Formulir SKA wajib diisi dan diketik dengan huruf yang
sama oleh eksportir atau pihak lain yang memerlukan
SKA dalam bahasa Inggris secara jelas, lengkap dan
benar dengan kolom-kolom yang tercantum dalam
formulir Surat Keterangan Asal tersebut.
2) Pengisian formulir tersebut tidak boleh terdapat adanya
coretan, hapusan, atau tip-ex, dan timpahan. Apabila
terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam pengisian
formulir SKA, harus diganti formulir yang baru.
3) Setiap angka yang menunjukan jumlah harus diikuti
dengan huruf dalam tanda kurung.
4) Apabila kalimat yang diisi pada kolom uraian barang tidak
penuh satu baris maka setelah akhir kalimat agar diberi
5) Apabila kolom uraian barang tidak dipakai atau tidak diisi
seluruhnya, maka ruangan yang masih tersisa harus
diberi garis penutup terbentuk huruf “Z”.
6) Apabila pengisian formulir SKA pada kolom uraian
barang tidak cukup, maka dapat digunakan formulir SKA
tambahan sesuai dengan yang dibutuhkan yang
pengisiannya hanya kolom uraian barang, pernyataan
eksportir dan pengesahan Pejabat pada Instansi
Penerbit.
d. Eksportir melakukan Pendoc (pendaftaran dokumen).
e. Kemudian SKA di Verifikasi kepada pihak yang berwenang.
Instansi Penerbit mencatat nomor seri formulir SKA yang
diserahkan kepada eksportir atau pihak lain yang
memerlukan SKA, yaitu pada sudut kiri bawah formulir
permohonan.
f. Dokumen yang telah lolos verifikasi kemudian diserahkan ke
SCUFINDO untuk dicetak.
g. SKA Di cap oleh pihak yang berwenang.
h. SKA ditanda tangani oleh Spesimen (orang yang berhak
menandatangani).
Sehingga waktu yang digunakan eksportir untuk memperoleh
Surat Keterangan Asal (SKA) yaitu 2 x 24 jam terhitung pada saat
SKA sudah diterima oleh pemohon COO atau eksportir.
K. Pengertian Common Effective Tariff (CEPT) dan AFTA
Skema CEPT adalah Program penurunan tariff dan penghapusan
hambatan non tariff diantara anggota-anggota ASEAN melalui tahapan
preferensi tariff kepada produk-produk hasil produksi negara-negara
ASEAN. Seluruh program penurunan tariff itu harus diumumkan kepada
semua Negara. ( sumber: Direktorat Jendral Perdagangan Internasional,
Departemen Perindustrian dan perdagangan, 1997/1998:28).
ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kawasan perdagangan bebas
ASEAN dimana tidak ada hambatan tariff (bea masuk 0-5%) maupun
hambatan non tariff bagi Negara-negara anggota ASEAN.
Anggota ASEAN terdiri dari 6 negara lama yaitu Indonesia, Malaysia,
Philipines, Singapore, Thailand, Brunei Darusalam, sedangkan Negara
baru adalah Vietnam, laos, Myanmar, Kamboja (promosi,
pln@disperindag-jabar.go.id,
www.Disperindag-jabar.go.id/artman/publish/article-309.html). Skema Common Effective
Tariff for ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA) merupakan skema untuk
mewujudkan AFTA melalui penurunan tariff hingga menjadi 0-5%,
Penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non
mewujudkan kawasan perdagangan bebas hambatan Asean (Asean Free
Trade Area) melalui proses bertahap sesuai skema tariff preferensi efektif
bersama (CEPT) sebagai mekanisme utamanya (sumber : Amir MS, 2000:
207).
Tujuan CEPT for AFTA antara lain :
1. Meningkatkan perdagangan dan investasi intra ASEAN secara lebih
tepat dan adil melalui pemberian preferensi tarif kepada
produk-produk yang sama, dan juga merupakan hasil produk-produksi dari
Negara-negara anggota ASEAN, sehingga tingkat tarifnya akan sama di
pasar ASEAN dengan sasaran penurunan tarif menjadi 0% sampai
dengan 5%.
2. Meningkatkan daya tarik ASEAN terhadap investor Asing.
3. Meningkatkan efisiensi dan daya saing.
Ketentuan Skema CEPT for AFTA
1. Ketentuan Umum
a. Semua negara anggota ASEAN ikut serta dalam skema CEPT.
b. Produk-produk yang dimasukkan dalam skema CEPT berdasar
sektor kegiatan produksi pada tiingkat 6 digit Harmonized
System (HS).
c. Bagi negara anggota yang belum siap untuk memasukan
produk-produknya dalam skema CEPT, dapat dikecualikan
d. Untuk produk-produk yang dianggap “sensitive” (apabila
diekspor/impor akan menimbulkan gejolak harga didalam
negeri) dapat dikeluarkan dari skema CEPT dan produk
tersebut tidak diberi konsesi, baik yang berupa penurunan tarif
maupun hambatan non tarif. Setelah 5 tahun produk tersebut
dapat ditinjau kembali apakah akan dimasukkan dalam skema
CEPT atau dikeluarkan secara permanent (ketentuan ini
merupakan pelaksanaan dari prinsip 6X).
e. Semua produk CEPT harus memenuhi kandungan local paling
sedikit 40% nilai FOB produk yang bersangkutan dari Negara
anggota ASEAN (ASEAN content).
f. Produk-produk dalam skema tarif preferensi ASEAN (ASEAN
PTA) setelah dikenakan Margin Of Preference (MOP) sehingga
tariff efektifnya 20% atau lebih rendah, dialihkan masuk dalam
skema CEPT. Namun untuk produk-produk ASEAN-PTA yang
belum memenuhi ketentuan tersebut, tetap dikenakan MOP
yang berlaku.
2. Lingkup Produk CEPT
a. Cangkupan Produk CEPT, meliputi:
Meliputi seluruh jenis produk, termasuk:
a) Barang modal.
c) Produk hasil industri dan jasa.
b. Produk yang dikecualikan sementara:
a) Batik.
b) Kendaraan.
c) Alat-alat berat.
d) Produk besi.
e) Truk.
f) Pompa.
g) Produk minyak (Petroleum).
c. Produk yang dikecualikan secara umum:
a) Produk yang berkaitan dengan keamanan.
b) Produk yang berkaitan dengan perlindungan moral
masyarakat dan kesehatan.
c) Binatang dan tumbuh-tumbuhan hidup.
d) Barang-barang yang bernilai seni
e) Barangg-barang purbakala atau bersejarah.
3. Penurunan Tarif
Penurunan melalui dua tahapan yaitu :
a. Produk dengan tarif > 20% akan diturunkan dalam 2
tahap yaitu:
1) Menjadi 20% dalam waktu 5 tahun (1 januari 2000).
2) Menjadi 0-5% dalam waktu 5 tahun (1 januari
2003).
b. Produk dengan tarif kurang lebih 20% diturunkan menjadi
0-5% dalam waktu 7 tahun (1 januari 2000).
2) Kelompok Cepat (Fast Track)
a. Produk dengan tarif > 20% akan diturunkan menjadi
0-5% dalam waktu 7 tahun (1 januari 2000).
b. Produk dengan tarif kurang lebih 20% diturunkan menjadi
0-5% dalam waktu 5 tahun (1 januari 1998).
4. Mekanisme Pengamanan (Safe Guard)
a. Kandungan lokalnya paling sedikit (Tidak boleh kurang) 40%
nilai FOB dari Negara-negara ASEAN (ASEAN Content).
b. Untuk produk furniture harus memenuhi komponen lokal
berdasarkan kriteria proses dan kriteria persentase.
5. Ketentuan Asal Barang
Produk-produk yang mendapatkan konsensi adalah produk yang
(local content) paling sedikiit 40%, kandungan lokal tersebut
berlaku baik untuk 1 negara maupun merupakan kandungan
kumulatif dari negara-negara anggota ASEAN.
BAB III
A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Surakarta
1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta dibentuk
berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan RI No: 84/MPP/kep/4/1996 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya
Surakarta yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan
fungsi Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan di
Wilayah Kotamadya Surakarta.
Waktu digulirkan Otonomi Daerah tahun 2000, kantor Departemen
perindustrian dan perdagangan Kota Surakarta juga sempat
mengalami perubahan dan perkembangan dengan berganti nama
menjadi Departemen Perindustrian Perdagangan dan Penanaman
Modal Kota Surakarta yaitu berdasarkan Keputusan Walikota Kota
Surakarta Nomor 6 tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata
kerja perangkat daerah Kota Surakarta yang termuat dalam Lembaran
Daerah kota Surakarta Tahun 2001 Nomor 14 seri D.12.
Berdasarkan peraturan Walikota Kota Surakarta Nomor 12 tahun
2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata kerja Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta, Departemen