• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telah dianalisis subjek dengan penyakit jantung koroner stabil yang telah menjalani angiografi di IDIK RS Dr. Soetomo Surabaya selama periode Februari – Juli 2016 dan dilakukan kultur sel untuk melihat proliferasi EPC. Penelitian ini menganalisis efek statin terhadap proliferasi EPC pada darah tepi penderita penyakit jantung koroner stabil. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan proliferasi EPC yang signifikan dengan pemberian simvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Vasa dan kawan- kawan yang melaporkan bahwa terapi 40 mg atorvastatin pada penderita penyakit jantung koroner stabil meningkatkan jumlah EPC sebanyak 1.5 kali dalam minggu pertama, dan diikuti peningkatan hingga 3 kali selama periode studi 4 minggu (Vasa et al., 2001). Penelitian oleh Llevadot dan kawan-kawan yang melakukan penelitian in vitro dan in vivo pada tikus tentang peran simvastatin dalam meningkatkan populasi EPC di sirkulasi dan peran Akt sebagai jalur signaling juga menunjukkan bahwa statin meningkatkan sel progenitor hematopoetik dari sumsum tulang dan meningkatkan proliferasi EPC, survival, dan aktivitas fungsional (Llevadot et al., 2001). Peningkatan proliferasi EPC yang tampak pada kelompok simvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin memperlihatkan bahwa efek ini merupakan efek dari kelas HMG-CoA reduktase inhibitor.

Terdapat perbedaan pada proliferasi EPC kelompok simvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin. Saat ini belum ada penelitian yang membandingkan efektivitas antar golongan statin terhadap proliferasi EPC, namun terdapat beberapa studi yang meneliti efek statin terhadap EPC dengan menggunakan

beberapa macam statin. Penelitian Spiel dan kawan-kawan dilakukan pada sampel orang sehat yang diberikan simvastatin dan rosuvastatin untuk melihat peningkatan EPC dan efeknya setelah diberikan endotoksemia ringan, lipopolisakarida (LPS), yang merupakan model inflamasi sistemik yang ringan. Hasil penelitian ini menunjukkan setelah 5 hari pemberian simvastatin 80 mg, EPC meningkat 2.1 kali dan kelompok yang diberikan rosuvastatin 40 mg EPC meningkat 1.9 kali yang dihitung dengan flow cytometry. Penelitian ini juga memastikan dengan pemeriksaan CFU dengan hasil jumlah CFU meningkat 3.5 kali pada kelompok simvastatin, dan meningkat 2.6 kali pada kelompok rosuvastatin (Spiel, et al., 2008). Namun karena studi ini tidak membandingkan antar statin, maka tidak dicantumkan nilai signifikansi perbedaan antar statin. Hasil penelitian Spiel menunjukkan hasil yang sesuai dengan penelitian ini yang melaporkan peningkatan EPC pada kelompok simvastatin lebih tinggi daripada kelompok rosuvastatin.

Penelitian dari Dimmeler dan kawan-kawan juga menggunakan beberapa kelompok statin yaitu simvastatin, mevastatin, dan atorvastatin pada darah tepi orang sehat dan pemberian simvastatin in vivo pada tikus untuk melihat efek statin pada peningkatan EPC dan meneliti jalur yang dipakai yaitu jalur PI3K/Akt. Hasil penelitian oleh Dimmeler dan kawan-kawan ini juga menunjukkan peningkatan EPC dengan pemberian statin, namun karena tujuan penelitian ini tidak membandingkan antar statin, jumlah EPC kelompok atorvastatin tidak tertulis dalam laporan penelitian, hanya mencantumkan diagram pengaruh atorvastatin yang bergantung pada waktu dan dosis. Namun dari pengamatan dapat dilihat bahwa peningkatan EPC pada kelompok atorvastatin lebih tinggi daripada kelompok simvastatin (Dimmeler S, et al., 2001). Hal ini sesuai dengan analisis

penelitian ini dimana proliferasi EPC pada kelompok atorvastatin lebih tinggi daripada kelompok simvastatin, sehingga atorvastatin memiliki pengaruh terhadap proliferasi paling tinggi bila dibandingkan 2 kelompok lainnya.

Adanya variabilitas dalam aktivitas farmakologis, termasuk efek pleiotropik, dipengaruhi oleh struktur kimia yang berbeda, sifat lipofilik dan hidrofilik, profil kinetik. Simvastatin, merupakan salah satu jenis statin yang berasal dari bahan natural atau fungi, memiliki interaksi yang lebih sedikit dengan reseptor HMG-CoA reduktase dibandingkan dengan statin yang berasal dari bahan sintetis antara lain atorvastatin dan rosuvastatin. Atorvastatin adalah salah satu golongan statin yang bersifat lipofilik, dimana memungkinkan substrat obat secara pasif penetrasi ke dalam hepatosit, hal ini juga menyebabkan aktivitas statin lipofilik tampak pada hepatik dan ekstrahepatik. Statin yang bersifat hidrofilik, antara lain rosuvastatin, memerlukan suatu transpor aktif untuk memasuki hepatosit oleh karena itu statin hidrofilik bersifat lebih hepatoselektif. Hal- hal ini mungkin dapat memengaruhi efeknya terhadap proliferasi EPC. Selain itu, mungkin didapatkan jalur transduksi lain yang digunakan oleh statin untuk meningkatkan proliferasi EPC.

Hasil analisis antar dosis pada kelompok simvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin menunjukkan hasil proliferasi EPC yang meningkat dengan dosis yang meningkat pula. Hal ini memperlihatkan pengaruh statin yang bergantung dosis terhadap proliferasi EPC. Hasil serupa tampak pada penelitian Dimmeler dan kawan-kawan yang menunjukkan proliferasi EPC meningkat seiring dengan peningkatan dosis dengan pemberian atorvastatin (Dimmeler S, et al., 2001).

Kemampuan EPC untuk bermigrasi menuju satu sama lain untuk membentuk suatu koloni menunjukkan fungsi EPC. Penghitungan koloni

merepresentasikan karakteristik kumulatif kuantitas EPC dan karakteristik fungsional, termasuk diferensiasi, proliferasi, senecence, dan aktivitas migrasi (Shantsila et al., 2007). Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan peningkatan jumlah koloni EPC dengan pemberian statin. Jumlah koloni terbanyak tampak pada kelompok rosuvastatin, dan lebih banyak pada kelompok atorvastatin daripada kelompok simvastatin. Hal ini menunjukkan pengaruh rosuvastatin terhadap kemampuan fungsional EPC paling tinggi, walaupun pengaruh terhadap kemampuan proliferasi EPC paling rendah bila dibandingkan simvastatin dan atorvastatin. Hasil analisis ini sebagian berbeda dengan penelitian Spiel dan kawan-kawan yang menunjukkan simvastatin meningkatkan jumlah EPC dan juga koloni EPC, dimana keduanya lebih tinggi daripada kelompok simvastatin (Spiel et al., 2008). Hasil yang berbeda ini dapat disebabkan karena penelitian ini bertujuan untuk melihat proliferasi EPC, sedangkan pemeriksaan CFU hanya dilakukan pada satu kali sebagai konfirmasi bahwa EPC yang tumbuh dapat berfungsi dengan baik.

EPC pada sirkulasi darah tepi yang berasal dari sumsum tulang mengekspresikan beberapa marker antara lain CD34, CD133, dan VEGFR2, memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi sel endotel yang matur. Medium CFU-Hill sendiri khusus digunakan untuk menumbuhkan EPC. Sebagai konfirmasi sel yang tumbuh adalah EPC, maka dilakukan pemeriksaan imunofluoresensi menggunakan salah satu marker yaitu CD34. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya sel yang berpendar hijau yang berarti sel yang tumbuh positif CD34.

Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain penelitian masih dilakukan secara in vitro. Untuk mengkonfirmasi efek statin pada penderita penyakit jantung

koroner stabil diperlukan penelitian lebih lanjut secara in vivo. Hasil penelitian juga sebagian didapatkan hasil yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak. Selain itu hingga saat ini, mekanisme yang mendasari apakah apa jalur yang berbeda yang dipakai oleh masing-masing statin dalam hal meningkatkan proliferasi EPC. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut yang dapat menganalisis hal tersebut.

Dokumen terkait