• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 PEMBAHASAN

5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa 53,33 % atau 16 orang responden telah bekerja selama lebih dari 2 tahun, 56,67 % responden atau 17 orang berusia lebih atau sama dengan 26 tahun sampai 28 tahun, dan 56,67% atau 17 orang responden adalah laki-laki. Pekerja yang bekerja pada shift 1 sampai shift 3 keseluruhannya adalah perempuan, sedangkan pekerja yang bekerja pada shift 4 keseluruhannya adalah laki-laki.

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa RT rata-rata mata kanan responden sesudah bekerja menggunakan komputer bermonitor CRT selama 9 jam dengan 1 jam istirahat (15 menit dan 45 menit) tanpa menggunakan screen adalah sebesar 28,80 detik, sedangkan RT rata-rata mata kiri sesudah responden bekerja 9 jam dengan komputer CRT tanpa menggunakan screen sebesar 24,92 detik. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Marsida (1999) yang diasumsikan sebagai RTN, terdapat perpanjangan RT hasil penelitian ini

dibandingkan dengan RTN, yang berarti bahwa sesudah pekerja bekerja dengan monitor komputer jenis CRT selama 9 jam dengan 1 jam istirahat (15 menit dan 45 menit), terjadi kelelahan mata.

Dari 30 orang pekerja yang diperiksa, 27 orang (90,00%) menunjukkan nilai RT mata kanan sebelum intervensi yang lebih besar dari RTN mata kanan yang berarti bahwa prevalensi kelelahan mata kanan sebelum intervensi pada penelitian ini adalah 90,00% dan 19 orang (63,33%) menunjukkan nilai RT mata kiri sebelum intervensi yang lebih besar dari RTN mata kiri yang berarti bahwa prevalensi kelelahan mata kiri sebelum intervensi pada penelitian ini adalah 63,33%.

Pemeriksaan kelelahan mata dengan Photostress Recovery Test yang dilakukan terhadap pekerja sesudah bekerja selama 9 jam dengan komputer menggunakan screen baik pada mata kanan maupun mata kiri menunjukkan bahwa keseluruhan pekerja mengalami penurunan kelelahan mata. Sesudah penggunaan screen, RT rata-rata mata kanan turun menjadi 13,07 detik, sedangkan RT rata-rata mata kiri turun menjadi 13,40 detik. Hasil uji t berpasangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna (p = 0,000) dari nilai Recovery Time (RT) sebelum pekerja bekerja menggunakan screen, dibandingkan RT sesudah pekerja bekerja dengan menggunakan screen. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan screen pada monitor komputer berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan kelelahan mata pekerja yang bekerja dengan komputer dalam waktu lama dan terus-menerus.

Sesudah penggunaan screen pada monitor komputer yang digunakan pekerja, prevalensi kelelahan mata mengalami penurunan jika dibandingkan dengan

prevalensi kelelahan mata sebelum menggunakan screen. Prevalensi kelelahan mata kanan turun dari 90,00% menjadi 33,33%, dan prevalensi kelelahan mata kiri turun dari 63,33% menjadi 30%. Hal ini berarti bahwa penggunaan screen efektif menurunkan kelelahan mata pada pekerja yang bekerja dengan komputer.

Screen yang digunakan dalam penelitian ini adalah screen berbahan dasar kaca berwarna abu-abu. Secara fisik, warna putih akan meneruskan dan memantulkan sinar secara sempurna, sedangkan warna hitam akan menyerap sinar secara sempurna. Penggunaan screen berwarna gelap akan mengurangi jumlah sinar yang diteruskan yang berasal dari monitor komputer, dan mengurangi pemantulan sinar yang berasal dari pencahayaan ruangan. Berkurangnya sinar yang masuk ke dalam mata pekerja yang bekerja dengan komputer dalam waktu lama dan terus-menerus, baik yang berasal dari monitor maupun pencahayaan ruangan, akan mengurangi kelelahan mata.

Penurunan kelelahan mata (RT) sesudah pekerja bekerja dengan monitor yang menggunakan screen sedikit berbeda antara mata kanan dan mata kiri. Penurunan RT pada mata kanan sebesar 15,73 detik (54,62%) sedangkan penurunan RT pada mata kiri sebesar 11,52 detik (46,23%). Prevalensi kelelahan mata baik sebelum penggunaan screen maupun sesudah penggunaan screen juga memperlihatkan bahwa prevalensi kelelahan mata kanan lebih besar dibandingkan dengan prevalensi kelelahan mata kiri. Hal ini mungkin disebabkan karena kebiasaan sebagian pekerja yang bekerja lebih banyak menggunakan mata kanan, akan tetapi kemungkinan tersebut perlu dibuktikan dengan pemeriksaan mata lebih lanjut. Kemungkinan lain yang juga bisa menjadi penyebab berasal dari metode pengukuran. Saat dilakukan

pengukuran, yang pertama diukur adalah mata kanan, sehingga mata kiri sempat mengalami istirahat beberapa saat.

Hasil uji korelasi antara RT mata kanan dengan RT mata kiri baik sebelum penggunaan screen maupun sesudah penggunaan screen menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kelelahan pada mata kanan dengan kelelahan pada mata kiri (sebelum intervensi p = 0,000 dan sesudah intervensi p = 0,008). Hal ini menggambarkan bahwa apabila terjadi kelelahan ataupun penurunan kelelahan pada mata kanan, maka hal yang sama juga akan terjadi pada mata kiri.

Uji korelasi antara umur dengan RT sebelum intervensi menunjukkan hasil berbeda antara mata kanan dengan mata kiri. Korelasi antara umur dengan RT mata kanan menggambarkan adanya hubungan lemah yang bermakna (r = 0,39 dan p = 0,035), sedangkan korelasi antara umur dengan RT mata kiri memperlihatkan hubungan lemah yang tidak bermakna (r = 0,32 dan p = 0,087). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kedua hal yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu pekerja cenderung menggunakan mata kanannya untuk bekerja, atau karena metode pengukuran, dimana mata kanan diukur lebih dahulu sehingga mata kiri mengalami istirahat, yang berarti terjadi penurunan kelelahan mata.

Sesudah penggunaan screen pada monitor komputer hubungan antara umur dengan RT baik pada mata kanan maupun mata kiri tidak menunjukkan hubungan bermakna (p mata kanan = 0,451 dan p mata kiri = 0,178). Nilai probabilitas sesudah intervensi baik pada mata kanan maupun mata kiri lebih besar dibandingkan sebelum intervensi yang berarti bahwa dengan penggunaan screen, hubungan antara umur

dengan RT menjadi lebih tidak bermakna dan umur bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan terjadinya kelelahan mata pada pekerja komputer yang bekerja dalam waktu lama. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fauzia (2004) yang menyatakan bahwa umur tidak berhubungan bermakna dengan terjadinya kelelahan mata. Korelasi positif dan koefisien determinasi yang lemah antara umur dengan RT baik mata kanan maupun mata kiri, memberi kemungkinan kecil adanya peningkatan RT yang mengindikasikan terjadinya kelelahan mata seiring dengan bertambahnya umur, walaupun umur bukan merupakan penduga yang baik untuk terjadinya kelelahan mata pada pekrja yang bekerja dengan komputer secara terus-menerus dalam waktu lama.

Uji korelasi antara masa kerja dengan RT baik pada mata kanan maupun mata kiri, sebelum dan sesudah intervensi menunjukkan hubungan positif yang lemah dan tidak bermakna (p>0,05). Hal tersebut memperlihatkan bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan bermakna terhadap terjadinya kelelahan mata pada pekerja komputer. Korelasi positif memberi kemungkinan kecil adanya perpanjangan RT seiring dengan bertambahnya masa kerja, walaupun dari koefisien determinasi yang lemah menunjukkan bahwa masa kerja bukan merupakan penduga yang baik untuk terjadinya kelelahan mata pada pekrja komputer. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fauzia (2004), yang menyatakan bahwa masa kerja tidak berhubungan bermakna dengan kelelahan mata. Nilai probabilitas sesudah intervensi lebih besar dibandingkan dengan nilai probabilitas

sebelum intervensi, yang berarti bahwa dengan penggunaan screen, hubungan masa kerja dengan RT semakin tidak bermakna.

Pengaruh jenis kelamin pekerja terhadap RT sebelum intervensi yang diuji dengan uji t independen memberi hasil berbeda antara mata kanan dengan mata kiri. Pada mata kanan, perbedaan jenis kelamin berpengaruh secara bermakna terhadap RT (p = 0,019), sedangkan pada mata kiri, perbedaan jenis kelamin tidak menunjukkan pengaruh bermakna dengan RT (p = 0,088).

Pada mata kanan sebelum dilakukan intervensi, terdapat perbedaan bermakna antara RT rata-rata pekerja perempuan dengan RT rata-rata pekerja laki-laki (p= 0,019). RT rata-rata pekerja perempuan adalah 34,77 detik sedangkan RT rata-rata pekerja laki-laki lebih rendah yaitu 24,24 detik yang berarti pekerja perempuan lebih mengalami kelelahan mata dibandingkan dengan pekerja laki-laki setelah bekerja dengan komputer selama 9 jam. Menurut Tarwaka (2004), kemampuan otot perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki sehingga daya tahan otot perempuan juga lebih rendah dibandingkan laki-laki. Ilyas (2003) menyatakan bahwa mata akan berakomodasi untuk melihat jelas benda pada jarak yang berbeda-beda sehingga bayangan benda akan tetap terfokus pada retina. Akomodasi yang merupakan kemampuan lensa untuk mencembung, terjadi akibat kontraksi otot siliaris. Jika kemampuan dan daya tahan otot mata perempuan lebih rendah dibandingkan otot mata laki-laki, maka mata perempuan lebih mudah lelah dibandingakan mata laki-laki dengan beban kerja yang sama. Hal ini menjelaskan perbedaan bermakna yang

terdapat pada penelitian ini, dimana RT mata kanan pekerja perempuan lebih besar dibandingkan dengan RT mata kanan pekerja laki-laki.

Adanya perbedaan kemaknaan pengaruh jenis kelamin terhadap RT mata kanan (p= 0,019) dengan RT mata kiri (p= 0,088) sebelum intervensi, kemungkinan disebabkan oleh kelemahan metode pengukuran yang dilakukan peneliti dimana mata kanan diperiksa lebih dahulu sehingga mata kiri memiliki kesempatan untuk istirahat, yang berarti mengalami penurunan kelelahan mata. Hal ini juga dibuktikan oleh RT rata-rata mata kiri baik pada perempuan maupun laki-laki yang lebih rendah dibandingkan RT rata-rata mata kanan.

Sesudah intervensi, jenis kelamin tidak berpengaruh bermakna terhadap RT (p mata kanan = 0,313 dan p mata kiri = 0,950). Hal ini berarti bahwa dengan penggunaan screen pada monitor komputer, perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya kelelahan mata pada pekerja yang bekerja dengan komputer dalam waktu lama dan terus-menerus.

Evaluasi terhadap kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) menunjukkan bahwa 19 orang pekerja (63,33 %) mengeluh mengalami kelelahan mata, dan 11 orang pekerja (36,67 %) tidak mengeluhkan adanya kelelahan mata setelah mereka bekerja dengan komputer selama 9 jam per hari dengan 1 jam istirahat (15 menit dan 45 menit) tanpa menggunakan screen.

Analisis korelasi antara VFI dengan RT mata kanan dan RT mata kiri sebelum intervensi menunjukkan adanya hubungan yang lemah dan tidak bermakna (p>0,05).

Hal ini dapat diartikan bahwa tidak semua responden yang hasil pengukurannya menunjukkan adanya kelelahan mata, mengeluhkan atau menyadarinya.

Uji korelasi Pearson dan regresi antara umur dengan VFI menunjukkan hubungan yang lemah dan tidak bermakna (p = 0,747), dan hubungan antara masa kerja dengan VFI juga memperlihatkan hubungan yang tidak bermakna (p = 0,134). Kedua korelasi menggambarkan hasil korelasi positif dan regresi yang lemah, yang berarti bahwa terdapat kemungkinan kecil peningkatan keluhan kelelahan mata seiring dengan bertambahnya umur dan masa kerja, meskipun koefisien determinasi yang sangat lemah (R2 umur = 0,004 dan R2 masa kerja = 0,078) memperlihatkan bahwa umur dan masa kerja bukan merupakan penduga yang baik untuk timbulnya keluhan kelelahan mata pada pekerja komputer.

Analisis pengaruh jenis kelamin terhadap VFI menggunakan uji t independen menunjukkan bahwa pekerja perempuan memiliki nilai VFI yang lebih besar (VFI = 0,42) dari nilai VFI pekerja laki-laki (VFI = 0,39). Hal ini memberi gambaran bahwa pekerja perempuan lebih banyak mengeluhkan adanya kelelahan mata setelah bekerja dengan komputer CRT dalam waktu lama dan terus-menerus, meskipun uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh bermakna terhadap timbulnya keluhan kelelahan mata pada pekerja komputer (p = 0,304).

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa penggunaan screen pada monitor komputer yang digunakan oleh pekerja yang bekerja dengan komputer dalam waktu lama dan terus menerus, dapat menurunkan kelelahan mata pekerja dan prevalensi kelelahan mata. Penggunaan screen juga menyebabkan faktor umur, masa kerja, dan

jenis kelamin menjadi lebih tidak bermakna untuk terjadinya kelelahan mata pekerja komputer, yang berarti bahwa bertambahnya umur, masa kerja, dan perbedaan jenis kelamin tidak berakibat kepada peningkatan kelelahan mata.

Dokumen terkait