EFEKTIVITAS PENGGUNAAN
SCREEN
PADA MONITOR
KOMPUTER UNTUK MENGURANGI KELELAHAN MATA
PEKERJA
CALL CENTRE
DI PT INDOSAT NSR
TAHUN 2008
TESIS
Oleh
IIS FAIZAH HANUM
067010009/KK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SCREEN PADA MONITOR KOMPUTER UNTUK MENGURANGI KELELAHAN MATA PEKERJA CALL CENTRE DI PT INDOSAT NSR TAHUN 2008
Nama Mahasiswa : Iis Faizah Hanum Nomor Pokok : 067010009
Program Magister : Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Erna Mutiara, MKes) (dr. Beby Parwis Sp.M)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SCREEN PADA MONITOR KOMPUTER UNTUK MENGURANGI KELELAHAN MATA PEKERJA CALL CENTRE
DI PT INDOSAT NSR TAHUN 2008
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (MKes)
Dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
OLEH
IIS FAIZAH HANUM 067010009/KK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji pada
Tanggal : 15 Agustus 2008
=============================================================
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, MKes Anggota : 1. dr. Beby Parwis Sp.M
PERNYATAAN
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SCREEN PADA MONITOR KOMPUTER UNTUK MENGURANGI KELELAHAN MATA PEKERJA CALL CENTRE
DI PT INDOSAT NSR TAHUN 2008
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 15 Agustus 2008
ABSTRAK
Bagian Call Centre PT Indosat NSR menuntut pekerjanya untuk bekerja selama 9 jam per hari dengan istirahat selama 1 jam (15 menit dan 45 menit). Waktu kerja yang lama di depan komputer menyebabkan pekerja Call Centre sangat berisiko terkena sindrom kelelahan mata. Berbagai usaha untuk mengurangi kelelahan mata pada pekerja Call Centre telah dilakukan, namun penggunaan screen filter masih belum dilakukan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas penggunaan screen untuk mengurangi kelelahan mata pada pekerja komputer yang bekerja dalam waktu lama dan terus-menerus.
Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen, one group before and after design, dengan intervensi penggunaan screen pada monitor komputer. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja Call Centre PT Indosat NSR yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran langsung menggunakan metode Photostress Recovery Test, dan waktu pemulihan mata atau Recovery Time (RT) merupakan indikator kelelahan mata. Data dianalisis dengan menggunakan uji t berpasangan, korelasi dan regresi pada tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan screen pada monitor komputer dapat menurunkan kelelahan mata sebesar 54,62% pada mata kanan dan 46,23% pada mata kiri. Uji statistik menghasilkan perbedaan yang signifikan antara kelelahan mata sebelum pekerja bekerja dengan screen dibandingkan dengan setelah pekerja bekerja menggunakan screen. Diharapkan kepada perusahaan agar lebih memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan bekerja dengan komputer, dalam hal ini kesehatan mata dengan menyediakan dan menggunakan screen pada monitor komputer khususnya jika bekerja dengan komputer dalam waktu lama dan terus-menerus.
ABSTRACT
Call Centre Section in PT Indosat NSR requires its employees to work for 9 hours per day with the break time of 1 hour (i.e. 15 minutes and 45 minutes). A continuous long time of working in front of computers causes the staffs in Call Centre Section have a high risk of getting eye fatigue syndrome. A lot of efforts to reduce eye fatigue on the member staffs of Call Centre Section have been carried out, but there has been no attempt to use screen filters to minimize it. This research is aimed to examine the effectiveness of using screen to lower eye fatigue on the computer operators who are working in front of computers continuously for a long period of time.
The type of this research is quasi-experiment, i.e. one group before and after design, with the intervention of attaching screen on the computer monitors. The population of this research is all staff members in Call Centre Section in PT Indosat NSR, who meet inclusion criteria. The data were collected by direct measurement using Photo-stress Recovery Test method, and Recovery Times were used as eye fatigue indicator. Data obtained were analyzed using Paired Sample t-Test, Correlation, and Regression Analysis with 95% level of confidence.
The results of research show that the use of screens on the computer monitors was able to reduce eye fatigue up to 54.62% for the right eyes and 46.23% for the left eyes. Statistical test proves that there is a significant difference in eye fatigue between those who are working on the computer monitors with screens and those who are working on the computer monitors without screens. Hence, it is recommended to the companies to consider the health and safety aspects of the employees who are working with computers, in this case is the aspects of eye health and safety by providing and using screens on the computer monitors, particularly if they are working in front of computers constantly for relatively long time.
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
semata yang telah memberikan begitu banyak kenikmatan, rahmat, dan karunia
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan salah satu syarat
dalam menyelesaikan jenjang pendidikan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kekhususan Kesehatan Kerja, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Selesainya penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Dr. Ir.
Erna Mutiara, MKes dan dr. Beby Parwis Sp.M selaku dosen pembimbing, atas
semua dukungan dan bimbingannya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Terima
kasih juga saya ucapkan kepada Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM, dr. Halinda Sari Lubis,
MKKK selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat sekaligus dosen
pembanding, serta Ir. Kalsum MKes atas semua saran dan masukannya untuk
penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan
kepada Ibu Emi Wakhyuni SE selaku Koordinator Call Centre PT Indosat NSR dan
seluruh pekerja Call Centre yang telah bersedia memfasilitasi dan membantu penulis
sehingga penelitian ini dapat terlaksana. Terima kasih dan cinta yang
MSc(Eng), putra-putri tercinta, dan kedua Orang Tua penulis, yang selalu
mendo’akan, membantu, memberi semangat, bersabar, dan telah begitu banyak
berkorban untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Terima kasih
tidak terhingga juga penulis ucapkan kepada teman-teman di Puskesmas Pembantu
Tanjung Sari, teman-teman angkatan 2006 Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja, serta semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu, yang telah membantu seluruh proses penulisan tesis.
Akhir kata, penulis sadar bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang membacanya.
Medan, Agustus 2008.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Iis Faizah Hanum, yang lahir di Jakarta pada tanggal 6 Juli
tahun 1966, beragama Islam, dan bertempat tinggal di Jalan Pasar I Gang Palapa No.
6 B Tanjung Sari Medan
Penulis melaksanakan pendidikan dasar di SDN Asam Lama Pagi Jakarta
sejak tahun 1972, dan menamatkannya pada tahun 1977. Penulis kemudian
melanjutkan pendidikan menengah pertamanya di SMPN 40 Jakarta dan
menamatkannya pada tahun 1981. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan
menengah atasnya di SMAN 4 Jakarta, dan tamat pada tahun 1984. Pada tahun 1984
penulis melanjutkan pendidikannya di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia Jakarta, dan menamatkannya pada tahun 1989. Kemudian pada tahun 2006
penulis melanjutkan studinya ke pendidikan pascasarjana di Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan
Kesehatan Kerja, dan lulus pada tahun 2008.
Sejak tahun 1992, penulis bekerja sebagai dokter gigi puskesmas. Tahun 1992
- 2000 penulis bekerja di Puskesmas Paya Lombang, Kecamatan Tebing Tinggi,
Kabupaten Deli Serdang. Tahun 2000 sampai sekarang penulis bekerja di Puskesmas
DAFTAR ISI
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 21
3.3 Populasi dan Sampel ... 22
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 23
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ………... 23
3.6 Pelaksanaan Penelitian ……….... 24
3.7 Metode Pengukuran ……….... 25
BAB 4 HASIL PENELITIAN... 27
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 27
4.2 Analisis Univariat ... 28
4.3 Analisis Bivariat ... 32
BAB 5 PEMBAHASAN ... 42
5.1 Keterbatasan Penelitian ... 42
5.2 Pembahasan ... 43
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 52
6.1 Kesimpulan ... 52
6.2 Saran ... 53
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Call Centre
PT Indosat NSR ... 29
4.2 Distribusi Frekuensi Kelelahan Mata Responden di Call Centre
PT Indosat NSR ... 31
4.3 Distribusi Frekuensi Kelelahan Mata (RT) Responden di Call Centre
PT Indosat NSR terhadap Nilai RTN ... 32
4.4 Ditribusi Rata-Rata Recovery Time (RT) Mata Kanan dan Mata
Kiri Sebelum dan Sesudah Intervensi ... 33
4.5 Analisis Korelasi RT Mata Kanan dan RT Mata Kiri Sebelum
dan Sesudah Intervensi ... 34
4.6 Analisis Korelasi RT dan VFI Sebelum Intervensi ... 35
4.7 Analisis Korelasi dan Regresi VFI dengan Umur dan Masa Kerja... 36
4.8 Distribusi Rata-Rata VFI Menurut Jenis Kelamin ... 37
4.9 Analisis Korelasi dan Regresi RT Mata Kanan dengan Umur dan
Masa Kerja ... 38
4.10 Analisis Korelasi dan Regresi RT Mata Kiri dengan Umur dan
Masa Kerja ... 39
4.11 Distribusi Rata-Rata RT Mata Kanan Menurut Jenis Kelamin ... 40
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Anatomi Mata ... 10
2.2 Landasan Teori ... 19
2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 20
3.1 Skema Penelitian Efektivitas Penggunaan Screen Untuk Mengurangi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Jadwal Penelitian ... 58
2. Surat Pernyataan ... 59
3. Kuesioner ... 60
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan umum pembangunan ketenagakerjaan diarahkan pada
pembentukan tenaga profesional yang mandiri, beretos kerja tinggi, dan merupakan
upaya menyeluruh yang ditujukan pada peningkatan, pembentukan, dan
pengembangan pekerja yang berkualitas, produktif, efisien, dan berjiwa wirausaha
sehingga mampu mengisi, menciptakan, memperluas lapangan pekerjaan, serta
kesempatan usaha (Nuwa Wea, 2003).
Diantara berbagai permasalahan yang menonjol dalam kehidupan modern saat
ini dan belum dikendalikan dengan baik adalah masalah kelelahan kerja. Kelelahan
adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan
lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara
sentral oleh otak. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda–beda
dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan
penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka dkk, 2004).
Era perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi menuntut
manusia untuk berhubungan dengan komputer. Umumnya 80% pekerjaan kantor
diselesaikan dengan memanfaatkan komputer. Peran komputer yang sangat luas
dewasa ini, ditambah penggunaan internet yang semakin populer menyebabkan para
University of North Carolina at Asheville mengelompokan beban kerja pekerja
komputer atas dasar lama waktu kerja sebagai berikut :
1. Pekerja komputer dengan beban kerja berat adalah pekerja dengan lama waktu
kerja 4 jam sehari secara terus–menerus.
2. Pekerja komputer dengan beban kerja sedang adalah pekerja dengan lama
waktu kerja antara 2–4 jam sehari secara terus–menerus.
3. Pekerja komputer dengan beban kerja ringan adalah pekerja dengan lama
waktu kerja kurang dari 2 jam sehari secara terus–menerus.
Meskipun sudah banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pemakaian
komputer, namun belum banyak yang menyadari bahwa pemakaian komputer juga
dapat menimbulkan masalah tersendiri, terutama bila bekerja dengan komputer dalam
waktu lama dan terus–menerus.
Menurut Sheedy (2004), sering dan lamanya seseorang bekerja dengan
komputer, dapat mengakibatkan keluhan serius pada mata. Keluhan yang sering
diungkapkan oleh pekerja komputer adalah :
a. kelelahan mata yang merupakan gejala awal
b. mata terasa kering
c. mata terasa terbakar
d. pandangan menjadi kabur
e. penglihatan ganda
f. sakit kepala
Rangkaian keluhan yang diawali dengan adanya keluhan kelelahan mata tersebut
sering disebut dengan Computer Vision Syndrome ( CVS ).
CVS dapat diakibatkan karena berkurangnya aliran air mata ke mata atau
disebabkan oleh terlalu besarnya refleksi maupun silau dari monitor. Saat kita
menatap komputer, maka kedipan mata berkurang sebesar 2/3 kali dibandingkan
kondisi normal, yang mengakibatkan mata menjadi kering, teriritasi, tegang, dan
lelah. Pencahayaan dari komputer yang tidak tepat juga akan mengakibatkan
ketegangan dan kelelahan pada mata.
Survei yang dilakukan oleh American Optometric Association (AOA) tahun
2004 membuktikan bahwa 61% masyarakat Amerika sangat serius dengan
permasalahan mata akibat bekerja dengan komputer dalam waktu lama. AOA dan
Federal Occupational Safety and Health Administration meyakini bahwa Computer
Vision Syndrome, di masa datang akan menjadi permasalahan yang
mengkhawatirkan. Keluhan CVS ternyata jauh lebih banyak dibandingkan dengan
keluhan Carpal Tunnel Syndrome (Sheedy, 2004).
Bagian Call Centre PT Indosat North Sumatera Region (NSR), memiliki
pekerja sebanyak 59 orang. Keseluruhan pekerja dibagi atas 4 shift yang masing–
masing bekerja dengan menggunakan komputer secara terus–menerus selama 9 jam
per hari, dengan istirahat selama 1 jam (15 menit dan 45 menit). Dari keseluruhan
waktu shift kerja, waktu antara pukul 13.00 – pukul 22.00 adalah waktu dengan
pekerja bervariasi antara DIII sampai S1. Jumlah pekerja laki-laki sebanyak 32 orang,
sedangkan jumlah pekerja perempuan sebanyak 27 orang.
Dari observasi awal yang dilakukan, secara umum desain stasiun kerja pada
bagian Call Centre sudah cukup baik. Perancangan stasiun kerja dibuat dengan
menggunakan jasa konsultan. Dinding stasiun kerja dibalut dengan wall paper
bergambar pepohonan hijau dan bunga–bunga, cat dinding berwana krem yang teduh,
hiasan berupa akuarium berisi ikan yang menarik, dan ruang sejuk ber AC,
membentuk suasana kerja yang nyaman. Namun waktu berinteraksi dengan komputer
yang cukup lama, sangat potensial menyebabkan terjadinya keluhan pada mata yang
berakibat pada penurunan produktivitas kerja. Seluruh pekerja Call Centre di PT
Indosat NSR masih menggunakan monitor jenis CRT yang memiliki efek radiasi dan
silau yang cukup tinggi. Keluhan mata pedih dan lelah diungkapkan oleh beberapa
pekerja. Penanggulangan efek silau dari cahaya monitor yang ternyata dapat
mengakibatkan berbagai gejala CVS, seperti menggunakan screen (layar anti silau),
masih belum dilakukan.
1.2 Perumusan Masalah
Pekerja yang bekerja terus menerus di depan komputer, sangat berisiko
terkena sindrom kelelahan mata yang dikenal dengan Computer Vision Syndrome.
Berbagai usaha untuk mengurangi dampak CVS pada pekerja Call Centre PT Indosat
NSR telah dilakukan seperti pengaturan pencahayaan ruangan, akan tetapi keluhan
risiko CVS, seperti pengaturan stasiun kerja, namun penelitian tentang penggunaan
filter anti silau (screen) yang diduga dapat mereduksi efek silau monitor hingga 95%,
masih belum dilakukan. Berangkat dari permasalahan di atas, peneliti ingin
mengetahui efektivitas penggunaan screen untuk mengurangi risiko CVS.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui prevalensi kelelahan mata pada pekerja yang berhubungan
langsung dengan komputer dalam jangka waktu lama secara terus–menerus.
2. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan screen dalam mengurangi
kelelahan mata.
1.4 Hipotesis Penelitian
Penggunaan screen pada monitor komputer dapat mengurangi kelelahan mata
pekerja Call Centre PT Indosat NSR.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui manfaat screen dalam meningkatkan produktivitas kerja, yang
2. Rekomendasi bagi pemerintah, perusahaan, maupun pengguna komputer
secara pribadi untuk lebih memperhatikan hal–hal yang dapat mencegah
kelainan lebih lanjut pada organ penglihatan.
3. Bermanfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai dasar dalam menganalisis solusi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelelahan
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar
dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan
diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat terdapat terdapat sistem
aktifasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah kelelahan
biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda–beda dari setiap individu, tetapi
semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta
ketahanan tubuh (Tarwaka dkk, 2004).
Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu kelelahan otot dan kelelahan
umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot,
sedang kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk
bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik,
keadaan lingkungan, sebab–sebab mental, status kesehatan dan gizi (Grandjean,1993,
dalam Tarwaka dkk, 2004).
Kontraksi kuat otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang
dikenal sebagai kelelahan otot. Kelelahan ini diakibatkan oleh ketidakmampuan
proses kontraksi dan metabolisme serabut-serabut otot untuk melanjutkan suplai
Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai
perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam
kerja (Tarwaka dkk, 2004). Pada pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan
merupakan peningkatan dalam rata–rata panjang waktu yang diambil untuk
menyelesaikan suatu siklus aktivitas (Nurmianto, 2004).
Menurut Tarwaka dkk (2004), terdapat dua teori kelelahan otot yaitu teori
kimia dan teori saraf pusat terjadinya kelelahan. Teori kimia secara umum
menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi
dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot.
Sedangkan pada teori saraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya
penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya
rangsangan saraf melalui saraf sensorik yang disadari sebagai kelelahan otot.
Rangsangan aferen ini menghambat pusat otak dalam mengendalikan gerakan,
sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel saraf menjadi berkurang.
Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi
otot, sehingga gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Semakin lambat
gerakan seseorang menunjukkan semakin lelah kondisi ototnya
2.2 Mata
2.2.1 Anatomi Mata
Sebagai indera penglihatan, mata mempunyai fungsi penting dalam
untuk diterjemahkan dalam bentuk respon. Dalam hal ini, mata berfungsi sebagai
pengirim pesan.
Menurut Ilyas (2003), mata terdiri atas 6 bagian, yaitu :
1. Kelopak mata (Palpebra) yang berfungsi untuk melindungi bola mata
terhadap trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mata juga
berperan dalam mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk lapisan
air mata di depan kornea.
2. Sistem sekresi air mata (Sistem Lacrimal) untuk menjaga agar kornea tetap
bersih, lembab, dan bebas kuman.
3. Conjungtiva, yaitu membran yang menutupi sclera dan kelopak mata bagian
belakang
4. Bola mata yang terdiri atas 3 lapis jaringan yaitu :
a. Sclera yang merupakan jaringan terluar yang melindungi bola mata.
Bagian terluar sclera disebut kornea yang bersifat transparan untuk
memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
b. Uvea yang terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Pada iris terdapat
pupil yang berfungsi untuk mengatur jumlah sinar yang masuk ke
dalam bola mata.
c. Retina yang berfungsi mengubah sinar menjadi rangsangan pada saraf
optik yang akan diteruskan ke otak.
5. Rongga orbita yaitu rongga tempat bola mata.
Gambaran anatomi mata dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1 Anatomi Mata
Secara ilmiah, mata memiliki tiga fungsi utama yaitu :
1. Menerima cahaya/sensasi cahaya
2. Membedakan bentuk/sensasi bentuk
2.2.2 Kelelahan Mata
Kelelahan mata dapat terjadi jika mata fokus kepada objek berjarak dekat,
dalam waktu lama. Hal ini disebabkan karena otot–otot mata harus bekerja lebih
keras untuk melihat objek berjarak sangat dekat, terutama jika disertai dengan
pencahayaan yang menyilaukan.
Kelelahan mata dikenal sebagai tegang mata atau Astenophia yaitu kelelahan
okular atau ketegangan pada organ visual dimana terjadi gangguan pada mata dan
sakit kepala sehubungan dengan penggunaan mata secara intensif. Keletihan visual
menggambarkan seluruh gejala–gejala yang terjadi sesudah stress berlebihan terhadap
setiap fungsi mata, diantaranya adalah tegang otot siliaris yang berakomodasi saat
memandang objek yang sangat kecil dalam jarak yang sangat dekat.
Terdapat tiga jenis Astenophia yaitu Astenophia Acomodatif, Astenophia
Musculer, dan Astenophia Neurastenik. Astenophia pada operator komputer
merupakan Astenophia Acomodatif yang disebabkan oleh kelelahan otot siliaris.
Pada keadaan normal, cahaya yang datang dari jarak tidak terhingga akan
terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan. Hal ini diakibatkan
oleh adanya daya akomodasi mata yang bila benda didekatkan, maka bayangan benda
dapat difokuskan pada retina atau makula lutea. Mata akan berakomodasi untuk
melihat jelas benda pada jarak yang berbeda-beda sehingga bayangan benda akan
tetap terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung
Saat seseorang bekerja melihat objek bercahaya di atas dasar berwarna pada
jarak dekat secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, menyebabkan mata
harus berakomodasi dalam jangka waktu yang panjang. Kelelahan mata
menyebabkan daya akomodasi menurun. Terdapat beberapa gejala kelelahan mata
yaitu :
a. Gejala okular; merupakan gejala seperti mata merasa tidak nyaman, panas,
sakit, cepat lelah, merah, dan berair (Asyari, 2002)
b. Gejala visual; terjadi karena mata mengalami gangguan untuk memfokuskan
bayangan pada retina. Mata menjadi sensitif terhadap cahaya. Kelelahan ini
akan menyebabkan penglihatan ganda atau kabur. Penglihatan yang kabur
biasanya berkaitan dengan akomodasi, karena otot siliaris gagal untuk
memfokuskan atau mengalami kejang dan kelelahan (Asyari,2002).
Ketajaman penglihatan juga dapat menurun sewaktu-waktu, terutama pada
saat keadaan daya tahan tubuh menurun atau mengalami kelelahan
(Mangunkusumo, 2002)
c. Gejala umum lainnya yang sering dikeluhkan akibat kelelahan mata adalah
rasa sakit kepala, sakit punggung, pinggang, dan vertigo (Mangunkusumo,
2002).
Menurut Mangunkusumo (2002), kelelahan mata juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang dikelompokkan atas faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor-faktor tersebut yaitu :
1. Faktor okular, yaitu kelainan mata berupa Ametropia dan Heteroforia.
Ametropia adalah kelainan refraksi pada mata kiri dan kanan tetapi
tidak dikoreksi. Heteroforia merupakan kelainan dimana sumbu
penglihatan dua mata tidak sejajar sehingga kontraksi otot mata untuk
mempertahankan koordinasi bayangan yang diterima dua mata
menjadi satu bayangan, lebih sulit. Apabila hal ini berlangsung lama,
akan terjadi kelelahan mata.
2. Faktor konstitusi, adalah faktor yang disebabkan oleh keadaan umum
seperti tidak sehat atau kurang tidur.
b. Faktor Ekstrinsik; yang terdiri atas :
1. Kuantitas iluminasi; cahaya yang berlebihan dapat menimbulkan silau,
pandangan terganggu , dan menurunnya sensitivitas retina.
2. Kualitas iluminasi; meliputi kontras, sifat cahaya (flicker), dan warna.
Kontras berlebihan atau kurang, cahaya berkedip atau menimbulkan
flicker, dan warna-warna terang, akan menyebabkan mata menjadi
cepat lelah
3. Ukuran objek yang dilihat; objek berukuran kecil memerlukan
penglihatan dekat, sehingga membutuhkan kemampuan akomodasi
yang lebih besar. Jika hal ini terjadi terus-menerus, mata menjadi cepat
lelah.
4. Waktu kerja; waktu kerja yang lama untuk melihat secara
Diagnosis terjadinya kelelahan mata dapat ditegakkan melalui anamnesa dan
pemeriksaan objektif. Dari anamnesa diketahui adanya keluhan seperti penglihatan
kabur, penglihatan ganda, mata terasa perih, panas dan berair. Pada pemeriksaaan
objektif ditemukan adanya penurunan kemampuan akomodasi berupa peningkatan
atau pemanjangan punctum proksimum yang berarti menurunnya amplitudo
akomodasi.
2.3 Komputer
2.3.1 Monitor Komputer
Komputer terdiri dari Central Processing Unit (CPU) dan Visual Display
Terminal (VDT). VDT merupakan bagian yang paling berpengaruh terhadap
kesehatan mata pekerja pengguna komputer. VDT adalah alat untuk presentasi visual
dan informasi yang disimpan secara elektronik.
Cara kerja VDT umumnya berdasarkan penggunaan sebuah Cathode Ray
Tube (CRT) dan layar yang berfungsi seperti televisi. Terdapat VDT jenis lain yang
menggunakan plasma dan Electroluminace (ELD) atau Liquid Crystal Display (LCD)
yang kini mulai banyak dipergunakan.
VDT dengan CRT terdiri atas katoda yang berfungsi sebagai sumber elektron
untuk mengatur intensitas sinar elektron, dan satu seri anoda yang terdiri atas dua
atau tiga anoda, yang berfungsi untuk mempercepat, memfokuskan dan mengatur
Cara kerja CRT yaitu elektron yang bermuatan negatif ditembakkan oleh
katoda dari arah belakang tabung dan akan diakselerasi ke permukaan gelas tabung
yang dilapisi fosfor oleh tegangan tinggi yang bermuatan positif (anoda). Berkas
elektron ini difokuskan sehingga berbentuk bulat dan menyapu permukaan tabung
secara horisontal dan vertikal dengan menggunakan coil. Iluminasi yang dipancarkan
oleh VDT besarnya 791,28 lumen/m 2 sampai 4,396 lumen/m2 (Fauzia, 2004).
2.3.2 Pengaruh Komputer terhadap Kesehatan Mata
Menurut Jeffrey Anshell, Optometris di California, karakteristik layar/monitor
komputer (VDT) dan kebutuhan bekerja dengan menggunakan komputer, dapat
memicu timbulnya masalah mata dan penglihatan. Apabila kedua mata fokus pada
satu titik dalam jangka waktu lama, lensa mata akan mengalami Stuck at that focal
point , yang akan menyebabkan timbulnya keluhan kelelahan mata (Goldsborough,
2007).
Miller (2004) mengatakan bahwa keluhan mata akibat bekerja dengan
menggunakan komputer dalam jangka waktu lama, yang dikenal dengan Computer
Vision Syndrome (CVS) memiliki gejala-gejala meliputi :
1. mata lelah
2. sakit kepala
3. pandangan kabur
4. mata kering
6. mata terasa terbakar
7. mata menjadi sensitif terhadap cahaya
8. pandangan ganda
9. sakit pada leher dan punggung.
Gejala–gejala di atas terkadang juga disertai dengan keluhan pusing, mual dan
muntah.
Berbagai gejala yang timbul pada pekerja komputer yang bekerja dalam
waktu lama selain diakibatkan oleh cahaya yang masuk ke bola mata, juga
dikarenakan mata seorang pekerja komputer berkedip lebih sedikit dibandingkan
normal. Berkurangnya kedipan, menyebabkan mata menjadi kering dan terasa
terbakar (Sitzman, 2005).
CVS dapat muncul segera setelah pemakaian komputer dalam jangka waktu
lama atau lebih dari 4 jam, namun ada yang baru muncul setelah beberapa hari
kemudian.
VDT sebagai sumber cahaya menyebabkan rangsangan terhadap mata.
Cahaya akan diterima oleh sel-sel photoreceptor retina dan selanjutnya akan
dikonversikan menjadi energi bio-elektrik melalui siklus biokimiawi. Pada penelitian
terdahulu telah dibuktikan bahwa perangsangan yang terus-menerus pada mata
menimbulkan pemanjangan waktu pemulihan, dibuktikan dengan uji Photostress
2.3.3 Pengukuran Kelelahan Mata
Pengukuran kelelahan mata dilakukan dengan menggunakan Photostress
Recovery Test. Photostress Test adalah suatu test yang mengevaluasi fungsi adaptasi
retina sesudah suatu perubahan mendadak. Dasar pemeriksaan ini adalah bahwa
reaksi fotokimia pada retina terhadap rangsangan cahaya tergantung pada
metabolisme aktif sel retina dan hubungan sel photoreceptor dan retinal pigmen
epithelium. Faktor utama yang menentukan keadaan adaptasi terang dan gelap di
retina adalah peristiwa pemucatan dan resintesa pigmen penglihatan. Efek cahaya
pada retina adalah memucatkan pigmen penglihatan (Marsida, 1999).
Pemeriksaan dilakukan dengan penyinaran menggunakan senter atau penlight
berkekuatan 3 volt dengan jarak 2 cm dari mata. Stimulasi ini akan memucatkan 24%
- 86% pigmen penglihatan (Marsida,1999).
2.4 Screen
Silau akibat cahaya yang dipancarkan dari komputer ataupun merupakan
pantulan dari pencahayaan sekitar tempat kerja, seringkali tidak disadari oleh pekerja
komputer dapat berkibat tidak baik terhadap kesehatan mata. Silau menyebabkan
otot-otot mata untuk terus-menerus fokus terhadap tampilan yang ada di monitor
komputer. Untuk menghindari silau, selain dengan pengaturan pencahayaan ruangan,
Anti glare screen atau screen anti silau, merupakan suatu alat yang dipasang
pada monitor untuk mengurangi cahaya yang masuk ke dalam bola mata. Anti glare
screen dapat mengurangi gejala–gejala yang timbul pada Computer Vision Syndrome.
Saat ini terdapat berbagai jenis anti glare screen yang beredar dipasaran, baik
yang dapat digunakan untuk monitor CRT maupun LCD (Liquid Crystal Display).
Bahan dasar anti glare screen dapat berupa kaca atau plastik.
2.5 Landasan Teori
Kelelahan mata dapat terjadi jika mata fokus kepada objek berjarak dekat
dalam waktu lama, karena otot–otot mata harus bekerja lebih keras untuk melihat
objek berjarak sangat dekat, terutama jika disertai dengan pencahayaan yang
menyilaukan. Jika seseorang bekerja melihat objek bercahaya di atas dasar berwarma
pada jarak dekat secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, mata harus
berakomodasi dalam jangka waktu yang panjang. Kelelahan mata menyebabkan daya
akomodasi menurun.
Menurut Mangunkusumo (2002), kelelahan mata dipengaruhi oleh faktor
intrinsik yaitu kelainan mata dan keadaan umum seseorang seperti tidak sehat atau
kurang tidur, dan faktor ekstrinsik yang meliputi kuantitas iluminasi, kualitas
iluminasi, ukuran objek, dan waktu kerja.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengurangi kelelahan mata pada
pekerja yang bekerja dengan komputer secara terus-menerus dalam waktu lama.
(1999) melakukan intervensi pemberian waktu istirahat pendek dalam mengatasi
kelelahan mata. Fauzia (2004) melakukan pengaturan lay out kerja sebagai upaya
untuk mengurangi kelelahan mata. Penelitian tentang efek penggunaan screen untuk
mengurangi kelelahan mata belum pernah dilakukan. Kuantitas iluminasi berlebihan
dapat mengakibatkan silau dan menurunkan sensitivitas retina. Penggunaan screen
diharapkan dapat mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata, sehingga
mengurangi kelelahan mata. Skema landasan teori dapat dilihat pada gambar 2.2
sebagai berikut:
2.6 Kerangka Konsep
Pada landasan teori telah diketahui adanya beberapa penelitian terdahulu yang
telah dilakukan untuk mengurangi kelelahan mata, namun penelitian tentang efek
penggunaan screen masih belum dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin
mengetahui efektivitas penggunaan screen untuk mengurangi kelelahan mata (CVS).
Kerangka konsep pada penelitian ini diterangkan dalam gambar 2.3 sebagai berikut :
Penurunan Kelelahan mata
(CVS) Penggunaan
Screen
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah kuasi eksperimen, one group before and after design,
dengan intervensi penggunaan screen pada monitor komputer.
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Call Centre PT Indosat NSR. Alasan dilakukan
penelitian di lokasi ini adalah :
1. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis
2. Pada observasi awal, para pekerja rata–rata mengalami keluhan kelelahan
mata seperti mata pedih dan lelah, terutama pada jam sibuk antara pukul 13.00
– pukul 22.00
3. Bagian Call Centre Indosat NSR merupakan unit kerja yang menuntut
pekerjanya bekerja menggunakan monitor secara terus menerus dalam jangka
waktu lama setiap hari.
3.2.2 Waktu Penelitian
Proses penelitian ini membutuhkan waktu 10 (sepuluh) bulan, mulai
3.3 Populasi dan sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja Call Centre di PT Indosat
NSR yang berjumlah 59 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja Call Centre di PT Indosat
NSR yang berjumlah 59 orang, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (total
populasi).
Kriteria inklusi meliputi :
1. Responden yang bekerja menggunakan komputer secara rutin setiap hari.
2. Memiliki visus 6/6 (normal).
3. Kondisi kesehatan fisik responden secara umum saat penelitian sehat.
4. Bersedia menjadi responden selama penelitian.
Kriteria eksklusi meliputi:
1. Responden yang tidak hadir pada waktu pemeriksaan selama penelitian.
2. Menderita kelainan mata.
3. Menderita penyakit sistemik yang mempengaruhi stamina tubuh.
Jumlah pekerja Call Centre yang menjadi objek penelitian pada saat penelitian
berlangsung dan memenuhi kriteria inklusi adalah 30 orang (50,8%), karena 27 orang
memiliki visus tidak normal (>6/6), 1 orang tidak hadir karena sakit, dan 1 orang cuti
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui pengukuran langsung
menggunakan metode Photostress Recovery Test. Validasi hasil pengukuran
dilakukan dengan pemberian kuesioner tertutup Visual Fatigue Index
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel
Variabel penelitian terdiri atas variabel independen (variabel bebas) yaitu
penggunaan screen dan variabel dependen (terikat) yaitu kelelahan mata.
3.5.2 Definisi Operasional 3.5.2.1 Kelelahan Mata
Kelelahan mata adalah kelelahan pada mata yang diukur dengan metode
Photostress Recovery Test setelah pekerja bekerja dengan komputer selama 9 jam
dengan 1 jam istirahat (15 menit dan 45 menit), baik dengan atau tanpa penggunaan
screen pada monitor komputer.
3.5.2.2 Screen
Screen yang digunakan dalam penelitian ini adalah screen dengan nama
dagang SIGMA untuk monitor CRT ukuran 17 inchi dan 15 inchi, berbahan dasar
3.6 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan 3 tahap, yaitu pre intervensi, intervensi, dan post
intervensi. Skema penelitian ini dijelaskan pada gambar 3.1 sebagai berikut :
Penurunan
Gambar 3.1 Skema Penelitian Efektivitas Penggunaan Screen Untuk Mengurangi
Kelelahan Mata
3.6.1 Pre Intervensi
Penelitian diawali dengan intervensi berupa :
1. Memberi penjelasan kepada pekerja tentang tujuan penelitian dan jalannya
penelitian.
2. Melakukan wawancara dan pemeriksaan visus untuk memperoleh kriteria
inklusi.
3. Menyingkirkan kriteria eksklusi.
4. Setelah diperoleh sampel, dilakukan pengukuran kelelahan mata pada sampel
setelah sampel bekerja dengan komputer selama 9 jam.
3.6.2 Intervensi
Sesudah dilakukan pengukuran kelelahan mata sampel setelah bekerja dengan
komputer selama 9 jam pada tahap pre intervensi, dilakukan tahap intervensi yaitu :
2. Memasangkan screen pada layar monitor komputer yang digunakan sampel
selama 9 jam.
3.6.3 Post Intervensi
Setelah sampel bekerja dengan komputer yang monitornya menggunakan
screen selama 9 jam, dilakukan tahap post intervensi yaitu :
1. Melakukan pengukuran kelelahan mata setelah sampel bekerja dengan
komputer yang menggunakan screen pada monitor selama 9 jam.
2. Dilakukan pada hari yang sama dengan kegiatan intervensi
3.7 Metode Pengukuran
Pengukuran kelelahan mata dilakukan dengan metode Photostress Recovery
Test. Setelah sampel bekerja menggunakan komputer selama 9 jam, dilakukan
pemeriksaan Photostress Test. Mata sampel disinari dengan lampu senter atau
penlight berkekuatan 3 volt dengan jarak 2 cm di depan kornea mata selama 10 detik.
Segera setelah lampu senter dimatikan, sampel diminta membaca huruf pada kartu
Snellen dari jarak 6 meter, satu tingkat lebih tinggi dari tajam penglihatan terbaik
yang diukur sebelum bekerja. Lama waktu yang diperlukan sejak lampu senter
dimatikan sampai dengan kembalinya kemampuan untuk membaca minimal 3 huruf
pada tingkat yang telah ditentukan tersebut, disebut Recovery Time (RT), yang
dihitung menggunakan stopwatch dalam detik. Perbedaan RT antara sebelum dan
dikontrol sebelum pemeriksaan dan selalu mengganti baterai (Alkaline) setelah
pemeriksaan 5 sampel.
3.8 Metode Analisis Data
Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan komputer. Analisis statistik
yang dilakukan meliputi :
1. Analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel
yang diteliti.
2. Analisis bivariat untuk menguji apakah ada perbedaan bermakna kelelahan
mata antara sebelum dan sesudah penggunaan screen. Uji statistik dilakukan
dengan uji t berpasangan pada 5%. Untuk melihat hubungan antara umur dan
masa kerja dengan kelelahan mata digunakan uji korelasi dan regresi,
sedangkan untuk melihat pengaruh jenis kelamin terhadap kelelahan mata
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
PT Indosat merupakan perusahaan jasa telekomunikasi yang telah beroperasi
selama 40 tahun di Indonesia, dan berkantor pusat di Jakarta. Cabang Sumatera Utara
beroperasi sejak tahun 1984, sedang bagian Call Centre baru beroperasi sejak 4 tahun
yang lalu. PT Indosat yang memiliki visi menjadi penyelenggara jaringan dan jasa
telekomunikasi terpadu berfokus selular/nirkabel yang terkemuka di Indonesia,
meluncurkan produk-produk utamanya yaitu Matrix, Mentari, IM3, SLI 001, SLI 008,
dan Star One.
Call Centre PT Indosat NSR merupakan bagian yang menyediakan jasa
layanan konsumen, dengan 59 pekerja yang siap memberikan layanan mulai pukul
07.00 sampai pukul 22.00. Keseluruhan pekerja dibagi atas 4 shift yang masing–
masing bekerja dengan menggunakan komputer secara terus–menerus selama 9 jam
per hari, dengan istirahat selama 1 jam (15 menit dan 45 menit). Gambaran waktu
kerja di Call Centre PT Indosat NSR yang berlangsung selama 7 hari dengan 4 shift
kerja adalah sebagai berikut :
a. Shift 1 : pukul 07.00 – 16.00
b. Shift 2 : pukul 07.30 – 16.30
c. Shift 3 : pukul 09.00 – 18.00
Pekerja yang berkerja pada shift pagi sampai sore, seluruhnya adalah perempuan,
sedang pekerja yang bekerja pada shift siang sampai malam seluruhnya adalah
laki-laki. Dari keseluruhan waktu shift kerja, waktu antara pukul 13.00 – pukul 22.00
adalah waktu dengan tingkat kesibukan paling tinggi. Umur pekerja berkisar antara
20-28 tahun. Jumlah pekerja laki-laki sebanyak 32 orang, sedangkan jumlah pekerja
perempuan sebanyak 27 orang.
Disain stasiun kerja pada bagian Call Centre sudah cukup baik. Dinding
stasiun kerja dibalut dengan wall paper bergambar pepohonan hijau dan bunga–
bunga, cat dinding berwana krem yang teduh, hiasan berupa akuarium berisi ikan
yang menarik, pencahayaan lebih kurang 300 lux, dan ruang sejuk bersuhu antara
24ûC - 26ûC, membentuk suasana kerja yang nyaman. Meja kerja antara pekerja yang
satu dengan yang lainnya diberi sekat setinggi lebih kurang 50 cm, yang cukup
memberikan kenyamanan dan privasi. Jarak antara satu pekerja dengan pekerja di
sebelah kanan dan kirinya adalah 1 meter. Kursi kerja yang adjustable dilengkapi
dengan bantalan kursi di bagian lumbar, membantu mengurangi keluhan low back
pain. Setiap pekerja bekerja dengan satu perangkat komputer, lengkap dengan
headset.
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat dimaksudkan untuk mendeskripsikan masing-masing
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas data menunjukkan
bahwa semua variabel berdistribusi normal.
4.2.1 Karakteristik Responden
Dari 59 orang pekerja di Call Centre PT Indosat NSR, yang menjadi
responden dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Distribusi frekuensi karakteristik
responden penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Call Centre PT Indosat NSR
Variabel N % Umur
< 26 tahun 13 43,33
≥ 26 tahun 17 56,67
Masa Kerja
< 2 tahun 14 46,67
≥ 2 tahun 16 53,33
Jenis Kelamin
Perempuan 13 56,67
Laki-laki 17 43,33
Umur responden yang bekerja di Call Centre PT Indosat NSR berkisar antara
tahun. Dari 30 orang pekerja yang menjadi responden, sebanyak 56,67% pekerja
berusia lebih atau sama dengan 26 tahun.
Masa kerja responden yang bekerja di Call Centre PT Indosat NSR bervariasi
antara 3 bulan sampai 5 tahun, dengan rata-rata masa kerja 2 tahun dan standar
deviasi 1,21 tahun. Dari 30 orang responden yang bekerja di Call Centre PT Indosat
NSR, sebanyak 46,67% pekerja memiliki masa kerja kurang dari 2 tahun, sedangkan
sebanyak 53,33% pekerja telah bekerja dengan masa kerja lebih atau sama dengan 2
tahun.
Call Centre PT Indosat NSR memiliki pekerja laki-laki lebih banyak dari
pekerja perempuan. Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa dari 30 orang responden yang
bekerja di Call Centre PT Indosat NSR, sebanyak 17 orang pekerja (56,67%) adalah
laki-laki, dan 13 orang pekerja (43,33%) adalah perempuan.
4.2.2 Kelelahan Mata Responden
Hasil penilaian kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) terhadap 30 orang
pekerja Call Centre PT Indosat NSR yang menjadi responden menunjukkan bahwa
nilai VFI terendah adalah 0,22 dan nilai VFI terbesar adalah 0,56 dengan rata-rata
nilai VFI adalah 0,4. Nilai VFI ≥ 0,4 menunjukkan bahwa pekerja mengalami
kelelahan mata setelah bekerja menggunakan komputer secara terus-menerus.
Distribusi frekuensi kelelahan mata responden yang bekerja di Call Centre PT
Indosat NSR yang dinilai dari kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) dapat dilihat
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kelelahan Mata Responden di Call Centre PT Indosat NSR
VFI N %
≥ 0,4 19 63,33
< 0,4 11 36,67
Jumlah 30 100,00
Dari 30 orang pekerja Call Centre PT Indosat NSR yang menjadi responden,
19 orang pekerja (63,33%) mengeluh mengalami kelelahan mata setelah bekerja
menggunakan komputer secara terus-menerus.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marsida (1999) terhadap
orang dengan mata normal tanpa beban kerja dengan komputer yang diperiksa
menggunakan metode Photostress Recovery Test, diperoleh hasil RT rata- rata mata
kanan sebesar 13,50 detik dan RT rata-rata mata kiri sebesar 15,76 detik. Karena
peneliti tidak mendapatkan data dari penelitian lain yang memeriksa RT sebelum
pekerja bekerja dengan komputer, maka nilai RT rata-rata pada penelitian yang
dilakukan oleh Marsida (1999) tersebut diasumsikan sebagai nilai RT pada pekerja
sebelum bekerja dengan komputer atau RT normal (RTN). Pada penelitian ini, mata
dianggap lelah jika RT > RTN. Distribusi kelelahan mata (RT) pekerja Call Centre
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kelelahan Mata (RT) Responden di Call Centre PT Indosat NSR Terhadap Nilai RTN
Variabel > RTN < RTN Jumlah
Mata Kanan Sebelum Intervensi 27 3 30
Mata Kanan Sesudah Intervensi 10 20 30
Mata Kiri Sebelum Intervensi 19 11 30
Mata Kiri Sesudah Intervensi 9 21 30
Dari 30 orang pekerja yang diperiksa, 27 orang (90,00%) menunjukkan nilai
RT mata kanan sebelum intervensi yang lebih besar dari RTN mata kanan yang
berarti bahwa prevalensi kelelahan mata kanan sebelum intervensi pada penelitian ini
adalah 90,00%. Sebanyak 19 orang (63,33%) menunjukkan nilai RT mata kiri
sebelum intervensi yang lebih besar dari RTN mata kiri yang berarti bahwa
prevalensi kelelahan mata kiri sebelum intervensi pada penelitian ini adalah 63,33%.
Sesudah intervensi 10 orang (33,33%) menunjukkan nilai RT mata kanan yang lebih
besar dari RTN dan 9 orang (30%) menunjukkan nilai RT yang lebih besar dari RTN.
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dimaksudkan untuk melihat pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat menggunakan uji t berpasangan pada tingkat kepercayaan
4.3.1 Pengaruh Penggunaan Screen terhadap Waktu Pemulihan Mata (RT). Hasil pengukuran kelelahan mata dengan Photostress Recovery Test terhadap
30 orang pekerja Call Centre yang menjadi responden menunjukkan bahwa seluruh
responden mengalami penurunan Recovery Time (RT) setelah dilakukan intervensi.
Gambaran waktu pemulihan mata (RT) baik mata kanan maupun mata kiri setelah
responden bekerja selama 9 jam tanpa screen dan dengan screen, dapat dilihat pada
tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4 Distribusi Rata-Rata Recovery Time (RT) Mata Kanan dan Mata Kiri Sebelum dan Sesudah Intervensi
Recovery Time (detik) Mean SD SE p n
Mata Kanan Sebelum Intervensi 28,80 12,49 2,28 0,000 30 Mata Kanan Sesudah Intervensi 13,07 4,36 0,79 0,000 30 Mata Kiri Sebelum Intervensi 24,92 11,04 2,02 0,000 30 Mata Kiri Sesudah Intervensi 13,40 4,56 0,83 0,000 30
Hasil analisis statistik terhadap Recovery Time sebelum dan sesudah
intervensi menunjukkan bahwa RT mata kanan rata-rata sebelum intervensi adalah
28,80 detik, sedangkan RT mata kanan rata-rata sesudah intervensi adalah 13,07
detik, yang berarti terjadi penurunan RT rata-rata pada mata kanan sebesar 15,73
detik (54,62%) sesudah dilakukan intervensi penggunaan screen pada monitor CRT
sebesar 24,92 detik, sedangkan RT mata kiri rata-rata sesudah intervensi adalah 13,40
detik, yang berarti terjadi penurunan RT rata-rata pada mata kiri sebesar 11,52 detik
(46,23%) sesudah dilakukan intervensi penggunaan screen pada monitor CRT yang
digunakan responden selama 9 jam.
Analisis statistik dengan uji t berpasangan terhadap nilai RT sebelum dan
sesudah intervensi baik pada mata kanan maupun mata kiri, menunjukkan bahwa
intervensi penggunaan screen pada monitor komputer yang digunakan pekerja,
berpengaruh secara bermakna terhadap terjadinya penurunan RT (p = 0,000).
Hubungan antara RT mata kanan dengan RT mata kiri sebelum dan sesudah
intervensi yang dianalisis dengan uji korelasi Pearson, dapat dilihat pada pada tabel
4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5 Analisis Korelasi RT Mata Kanan dan RT Mata Kiri Sebelum dan Sesudah Intervensi
RT Mata Kanan - RT Mata Kiri R p
Sebelum intervensi 0,82 0,000
Sesudah intervensi 0,48 0,008
Hasil analisis korelasi antara RT mata kanan dengan RT mata kiri sebelum
intervensi menunjukkan adanya hubungan kuat yang bermakna (r = 0.82; p = 0,000).
Sesudah intervensi, korelasi antara RT mata kanan dengan RT mata kiri juga
Koefisien korelasi positif menggambarkan bahwa jika terjadi kelelahan pada mata
kanan, maka mata kiri juga akan mengalami kelelahan.
Analisis hubungan antara RT dan VFI sebelum dan sesudah intervensi terlihat
pada tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6 Analisis Korelasi RT dan VFI Sebelum Intervensi
Variabel R p
Sebelum Intervensi
h. RT Mata Kanan - VFI i. RT Mata Kiri – VFI
0,24
0,33
0,196
0,074
Hasil analisis korelasi antara RT mata kanan dengan VFI sebelum intervensi
menunjukkan korelasi positif yang lemah dan tidak bermakna (r = 0,24; p = 0,196),
dan korelasi antara RT mata kiri dengan VFI sebelum intervensi juga memberi hasil
korelasi positif lemah dan tidak bermakna (r = 0,33; p = 0,074).
Korelasi antara RT dengan VFI sesudah intervensi tidak dilakukan karena
pemberian kuesioner VFI hanya dilakukan sebelum intervensi.
4.3.2 Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Kelelahan Mata.
Karakteristik individu yang dianalisis adalah umur, masa kerja, dan jenis
Pearson dan regresi dilakukan untuk melihat hubungan antara umur dan masa kerja
pekerja yang menjadi responden, dengan Visual Fatigue Index dan Recovery Time.
Untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin pekerja terhadap VFI dan RT, dilakukan
uji t independen.
4.3.2.1 Pengaruh Karakteristik Individu terhadap VFI
Analisis korelasi dan regresi antara VFI dengan umur dan masa kerja pekerja
dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut :
Tabel 4.7 Analisis Korelasi dan Regresi VFI dengan Umur dan Masa Kerja
Variabel r R2 Persamaan Garis p
Umur 0,06 0,004 VFI= 0,34 + 0,03(umur) 0,747 Masa Kerja 0,28 0,078 VFI= 0,37 + 0,02(masa kerja) 0,134
Hasil analisis hubungan antara umur dengan VFI menggunakan uji korelasi
Pearson dan regresi, tidak memperlihatkan adanya hubungan bermakna (r = 0,06; p =
0,747). Koefisien determinasi yang rendah (R2 = 0,004) menunjukkan bahwa umur
bukan merupakan penduga yang baik untuk timbulnya keluhan kelelahan mata pada
pekerja komputer.
Korelasi antara VFI dengan masa kerja tidak memperlihatkan hubungan yang
0,078) menunjukkan bahwa masa kerja bukan merupakan penduga yang baik bagi
timbulnya keluhan kelelahan mata pada pekerja komputer.
Pengaruh jenis kelamin pekerja terhadap VFI yang dianalisis menggunakan
uji t independen dapat dilihat pada tabel distribusi rata-rata di bawah ini :
Tabel 4.8 Distribusi Rata-Rata VFI Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Mean SD SE p n
Perempuan 0,42 0,07 0,02 0,304 13
Laki-laki 0,39 0,08 0,02 0,304 17
Analisis pengaruh jenis kelamin pekerja dengan VFI memperlihatkan bahwa
jenis kelamin tidak berpengaruh secara bermakna terhadap timbulnya keluhan
kelelahan mata pada pekerja komputer (p = 0,304), meskipun pekerja perempuan
memiliki nilai rata-rata VFI sebesar 0,42 dan pekerja laki-laki memiliki nilai rata-rata
VFI sebesar 0,39.
4.3.2.2 Pengaruh Karakteristik Individu terhadap RT
Hubungan antara umur dan masa kerja dengan RT mata kanan sebelum dan
sesudah intervensi yang dianalisis dengan uji korelasi dan regresi dapat dilihat pada
Tabel 4.9 Analisis Korelasi dan Regresi RT Mata Kanan dengan Umur dan Masa Kerja
Variabel r R2 Persamaan Regresi p
Umur:
Sebelum Intervensi 0,39 0,15 RT= -40,8 + 2,66(umur) 0,035 Sesudah Intervensi 0,14 0,02 RT= 4,19 + 0,34(umur) 0,451
Masa Kerja:
Sebelum Intervensi 0,28 0,08 RT= 23,54 + 2,86(masa kerja) 0,141 Sesudah Intervensi 0,08 0,01 RT= 12,57 + 0,27(masa kerja) 0,694
Hasil korelasi antara umur dengan RT mata kanan sebelum intervensi
penggunaan screen memperlihatkan adanya hubungan lemah yang bermakna (r =
0,39; p = 0,035), sedangkan sesudah intervensi, korelasi antara umur dengan RT
mata kanan menunjukkan hubungan yang lemah dan tidak bermakna (r = 0,14; p =
0,451). Koefisien determinasi (R2) yang rendah sebelum dan sesudah intervensi
menujukkan bahwa umur bukan merupakan penduga yang baik bagi terjadinya
kelelahan pada mata kanan pekerja yang bekerja dengan komputer.
Korelasi antara masa kerja dengan RT mata kanan sebelum intervensi
memperlihatkan hubungan yang lemah dan tidak bermakna (r = 0,28; p = 0,141), dan
sesudah intervensi, antara masa kerja dan RT mata kanan juga tidak menunjukkan
hubungan yang bermakna (r = 0,08; p = 0,694). Koefisien determinasi (R2) yang
bukan merupakan penduga yang baik bagi terjadinya kelelahan pada mata kanan
pekerja yang bekerja dengan komputer.
Hubungan antara umur dan masa kerja dengan RT mata kiri sebelum dan
sesudah intervensi yang dianalisis dengan uji korelasi dan regresi dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.10 Analisis Korelasi dan Regresi RT Mata Kiri dengan Umur dan Masa Kerja
Variabel r R2 Persamaan Regresi p
Umur:
Sebelum Intervensi 0,32 0,10 RT= -25,12 + 1,93(umur) 0,087 Sesudah Intervensi 0,25 0,06 RT= -3,02 + 0,64(umur) 0,178 Masa Kerja:
Sebelum Intervensi 0,29 0,08 RT= 20,07 + 2,63(masa kerja) 0,124 Sesudah Intervensi 0,13 0,02 RT= 14,31 – 0,49(masa kerja) 0,492
Korelasi antara umur dengan RT mata kiri sebelum intervensi menunjukkan
hubungan yang lemah dan tidak bermakna (r = 0,32; p = 0,087), dan sesudah
intervensi, hubungan antara umur dan RT mata kiri juga lemah dan tidak bermakna (r
= 0,25; p = 0,178). Koefisien determinasi yang rendah baik sebelum maupun sesudah
inervensi menggambarkan bahwa umur bukan merupakan penduga yang baik untuk
Analisis korelasi antara masa kerja dengan RT mata kiri sebelum intervensi
memperlihatkan hubungan lemah dan tidak bermakna (r = 0,29; p = 0,124),
sedangkan korelasi antara masa kerja dengan RT mata kiri sesudah intervensi juga
menunjukkan hubungan yang lemah dan tidak bermakna (r = 0,13; p = 0,492).
Koefisien determinasi yang rendah baik sebelum maupun sesudah intervensi
menggambarkan bahwa masa kerja bukan merupakan penduga yang baik bagi
terjadinya kelelahan mata pada mata kiri pekerja komputer.
Analisis pengaruh jenis kelamin terhadap RT mata kanan menggunakan uji t
independen diperlihatkan dalam tabel distribusi berikut :
Tabel 4.11 Distribusi Rata-Rata RT Mata Kanan Menurut Jenis Kelamin Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi Jenis
Kelamin Mean SD SE p n Mean SD SE p N
Perempuan 34,77 13,73 3,81 0,019 13 14,00 5,00 1,39 0,313 13 Laki-laki 24,24 9,52 2,31 0,019 17 12,35 3,79 0,92 0,313 17
Pengaruh jenis kelamin pekerja terhadap RT mata kanan sebelum intervensi
pada uji t independen menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh
bermakna (p = 0,019) terhadap terjadinya perbedaan RT pada mata kanan antara
pekerja perempuan dengan pekerja laki-laki yang bekerja dengan komputer dalam
screen pada monitor komputer yang digunakan oleh pekerja, perbedaan kelelahan
mata antara mata kanan pekerja perempuan dengan mata kanan pekerja laki-laki
menjadi tidak bermakna (p = 0,313).
Pengaruh jenis kelamin terhadap RT mata kiri menggunakan uji t independen
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.12 Distribusi Rata-Rata RT Mata Kiri Menurut Jenis Kelamin Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi Jenis
Kelamin Mean SD SE p n Mean SD SE p N
Perempuan 28,85 10,59 2,94 0,088 13 13,46 4,61 1,28 0,950 13 Laki-laki 21,91 10,71 2,59 0,088 17 13,35 4,65 1,13 0,950 17
Perbedaan kelelahan mata kiri antara pekerja perempuan dengan pekerja
laki-laki yang bekerja dengan komputer dalam waktu lama baik tanpa menggunakan
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu :
1. Teknis pengukuran yang dilakukan, dimana pengukuran kelelahan mata
dilakukan terhadap mata kanan terlebih dahulu yang menyebabkan mata kiri
sempat mengalami istirahat, sehingga mungkin dapat mengakibatkan bias.
Upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk memperkecil bias adalah dengan
melakukan pemeriksaan secara berganti terhadap mata yang lebih dahulu
diperiksa antara pekerja satu dengan pekerja berikutnya
2. Tidak dilakukannya pemeriksaan terhadap lay out tempat kerja yang mungkin
berpengaruh terhadap kelelahan mata seperti penerangan tempat kerja dan
suhu ruangan, hanya berdasar kepada data pihak konsultan. Penelitian ini
hanya membatasi pemeriksaan terhadap pengaruh penggunaan screen
terhadap kelelahan mata, karena pernyataan dari pihak Human Resources
Development (HRD), bahwa penelitian terhadap lay out tempat kerja sudah
pernah dilakukan dan mereka telah menggunakan jasa konsultan.
3. Tidak dilakukannya pemeriksaan terhadap resolusi monitor yang digunakan
oleh pekerja, hanya berpedoman pada jenis monitor yang digunakan yaitu
monitor CRT, karena komputer yang digunakan di lokasi penelitian tidak satu
4. Tidak dilakukannya pemeriksaan medis terhadap kesehatan pekerja, hanya
berdasarkan kepada keterangan pihak HRD, bahwa pekerja baru saja
menjalani pemeriksaan rutin, dan dinyatakan sehat. Pada penelitian ini hanya
dilakukan anamnesa, karena keterbatasan waktu sela pekerja. Mungkin ada
baiknya untuk penelitian selanjutnya, dilakukan pemeriksaan terhadap
tekanan darah dan suhu tubuh terlebih dahulu sebelum dilakukan pengukuran,
untuk menghindari bias.
5.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa 53,33 % atau 16 orang responden
telah bekerja selama lebih dari 2 tahun, 56,67 % responden atau 17 orang berusia
lebih atau sama dengan 26 tahun sampai 28 tahun, dan 56,67% atau 17 orang
responden adalah laki-laki. Pekerja yang bekerja pada shift 1 sampai shift 3
keseluruhannya adalah perempuan, sedangkan pekerja yang bekerja pada shift 4
keseluruhannya adalah laki-laki.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa RT rata-rata mata kanan responden
sesudah bekerja menggunakan komputer bermonitor CRT selama 9 jam dengan 1 jam
istirahat (15 menit dan 45 menit) tanpa menggunakan screen adalah sebesar 28,80
detik, sedangkan RT rata-rata mata kiri sesudah responden bekerja 9 jam dengan
komputer CRT tanpa menggunakan screen sebesar 24,92 detik. Jika dibandingkan
dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Marsida (1999) yang
dibandingkan dengan RTN, yang berarti bahwa sesudah pekerja bekerja dengan
monitor komputer jenis CRT selama 9 jam dengan 1 jam istirahat (15 menit dan 45
menit), terjadi kelelahan mata.
Dari 30 orang pekerja yang diperiksa, 27 orang (90,00%) menunjukkan nilai
RT mata kanan sebelum intervensi yang lebih besar dari RTN mata kanan yang
berarti bahwa prevalensi kelelahan mata kanan sebelum intervensi pada penelitian ini
adalah 90,00% dan 19 orang (63,33%) menunjukkan nilai RT mata kiri sebelum
intervensi yang lebih besar dari RTN mata kiri yang berarti bahwa prevalensi
kelelahan mata kiri sebelum intervensi pada penelitian ini adalah 63,33%.
Pemeriksaan kelelahan mata dengan Photostress Recovery Test yang
dilakukan terhadap pekerja sesudah bekerja selama 9 jam dengan komputer
menggunakan screen baik pada mata kanan maupun mata kiri menunjukkan bahwa
keseluruhan pekerja mengalami penurunan kelelahan mata. Sesudah penggunaan
screen, RT rata-rata mata kanan turun menjadi 13,07 detik, sedangkan RT rata-rata
mata kiri turun menjadi 13,40 detik. Hasil uji t berpasangan menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan bermakna (p = 0,000) dari nilai Recovery Time (RT) sebelum
pekerja bekerja menggunakan screen, dibandingkan RT sesudah pekerja bekerja
dengan menggunakan screen. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan screen pada
monitor komputer berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan kelelahan mata
pekerja yang bekerja dengan komputer dalam waktu lama dan terus-menerus.
Sesudah penggunaan screen pada monitor komputer yang digunakan pekerja,
prevalensi kelelahan mata sebelum menggunakan screen. Prevalensi kelelahan mata
kanan turun dari 90,00% menjadi 33,33%, dan prevalensi kelelahan mata kiri turun
dari 63,33% menjadi 30%. Hal ini berarti bahwa penggunaan screen efektif
menurunkan kelelahan mata pada pekerja yang bekerja dengan komputer.
Screen yang digunakan dalam penelitian ini adalah screen berbahan dasar
kaca berwarna abu-abu. Secara fisik, warna putih akan meneruskan dan memantulkan
sinar secara sempurna, sedangkan warna hitam akan menyerap sinar secara sempurna.
Penggunaan screen berwarna gelap akan mengurangi jumlah sinar yang diteruskan
yang berasal dari monitor komputer, dan mengurangi pemantulan sinar yang berasal
dari pencahayaan ruangan. Berkurangnya sinar yang masuk ke dalam mata pekerja
yang bekerja dengan komputer dalam waktu lama dan terus-menerus, baik yang
berasal dari monitor maupun pencahayaan ruangan, akan mengurangi kelelahan mata.
Penurunan kelelahan mata (RT) sesudah pekerja bekerja dengan monitor yang
menggunakan screen sedikit berbeda antara mata kanan dan mata kiri. Penurunan RT
pada mata kanan sebesar 15,73 detik (54,62%) sedangkan penurunan RT pada mata
kiri sebesar 11,52 detik (46,23%). Prevalensi kelelahan mata baik sebelum
penggunaan screen maupun sesudah penggunaan screen juga memperlihatkan bahwa
prevalensi kelelahan mata kanan lebih besar dibandingkan dengan prevalensi
kelelahan mata kiri. Hal ini mungkin disebabkan karena kebiasaan sebagian pekerja
yang bekerja lebih banyak menggunakan mata kanan, akan tetapi kemungkinan
tersebut perlu dibuktikan dengan pemeriksaan mata lebih lanjut. Kemungkinan lain
pengukuran, yang pertama diukur adalah mata kanan, sehingga mata kiri sempat
mengalami istirahat beberapa saat.
Hasil uji korelasi antara RT mata kanan dengan RT mata kiri baik sebelum
penggunaan screen maupun sesudah penggunaan screen menunjukkan adanya
hubungan bermakna antara kelelahan pada mata kanan dengan kelelahan pada mata
kiri (sebelum intervensi p = 0,000 dan sesudah intervensi p = 0,008). Hal ini
menggambarkan bahwa apabila terjadi kelelahan ataupun penurunan kelelahan pada
mata kanan, maka hal yang sama juga akan terjadi pada mata kiri.
Uji korelasi antara umur dengan RT sebelum intervensi menunjukkan hasil
berbeda antara mata kanan dengan mata kiri. Korelasi antara umur dengan RT mata
kanan menggambarkan adanya hubungan lemah yang bermakna (r = 0,39 dan p =
0,035), sedangkan korelasi antara umur dengan RT mata kiri memperlihatkan
hubungan lemah yang tidak bermakna (r = 0,32 dan p = 0,087). Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh kedua hal yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu pekerja
cenderung menggunakan mata kanannya untuk bekerja, atau karena metode
pengukuran, dimana mata kanan diukur lebih dahulu sehingga mata kiri mengalami
istirahat, yang berarti terjadi penurunan kelelahan mata.
Sesudah penggunaan screen pada monitor komputer hubungan antara umur
dengan RT baik pada mata kanan maupun mata kiri tidak menunjukkan hubungan
bermakna (p mata kanan = 0,451 dan p mata kiri = 0,178). Nilai probabilitas sesudah
intervensi baik pada mata kanan maupun mata kiri lebih besar dibandingkan sebelum
dengan RT menjadi lebih tidak bermakna dan umur bukan merupakan faktor yang
berhubungan dengan terjadinya kelelahan mata pada pekerja komputer yang bekerja
dalam waktu lama. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Fauzia (2004) yang menyatakan bahwa umur tidak berhubungan
bermakna dengan terjadinya kelelahan mata. Korelasi positif dan koefisien
determinasi yang lemah antara umur dengan RT baik mata kanan maupun mata kiri,
memberi kemungkinan kecil adanya peningkatan RT yang mengindikasikan
terjadinya kelelahan mata seiring dengan bertambahnya umur, walaupun umur bukan
merupakan penduga yang baik untuk terjadinya kelelahan mata pada pekrja yang
bekerja dengan komputer secara terus-menerus dalam waktu lama.
Uji korelasi antara masa kerja dengan RT baik pada mata kanan maupun mata
kiri, sebelum dan sesudah intervensi menunjukkan hubungan positif yang lemah dan
tidak bermakna (p>0,05). Hal tersebut memperlihatkan bahwa masa kerja tidak
memiliki hubungan bermakna terhadap terjadinya kelelahan mata pada pekerja
komputer. Korelasi positif memberi kemungkinan kecil adanya perpanjangan RT
seiring dengan bertambahnya masa kerja, walaupun dari koefisien determinasi yang
lemah menunjukkan bahwa masa kerja bukan merupakan penduga yang baik untuk
terjadinya kelelahan mata pada pekrja komputer. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fauzia (2004), yang menyatakan
bahwa masa kerja tidak berhubungan bermakna dengan kelelahan mata. Nilai