• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Pengetahuan Ibu Balita Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi sebelum penyuluhan pertanyaan paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan nomor 5 tentang pertolongan pertama penyakit diare yaitu 14 orang (43,8%). Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor 11 tentang definisi dehidrasi yaitu 29 orang (90,6%). Pada kelompok kontrol pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan tentang berhenti menyusui terjadi diare yaitu sebanyak 25 orang (78,1%) dan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor 8 tentang makanan yang tidak boleh diberikan pada anak yang terkena diare yaitu sebanyak 24 orang (75,0%). Sementara itu setelah dilakukannya intervensi penyuluhan diketahui bahwa pada kelompok intervensi pertanyaan paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan nomor 1 tentang definisi diare yaitu 29 orang (45,3%). Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor 2 tentang penyebab diare yaitu 19 orang (29,7%). Pada kelompok kontrol pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan tentang ASI yaitu sebanyak 32 orang (50,0%) dan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor 8 tentang makanan yang tidak boleh diberikan pada anak yang terkena diare yaitu sebanyak 23 orang (35,9%).

Umumnya masyarakat tidak memahami dengan baik penyebab dan cara pencegahan diare, mereka hanya mengetahui bahwa diare memang sering terjadi pada balita dan sudah menjadi penyakit umum balita dan jika terkena diare mereka hanya mengobati secara tradisional. Masyarakat juga tidak begitu paham tentang makanan yang tidak boleh diberikan pada anak yang terkena diare, hal ini dirasakan wajar karena disebabkan ketidaktahuan mereka tentang penyebab diare secara langsung.

Setelah intervensi pada kelompok intervensi dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak salah adalah tentang penyebab diare, hal ini mungkin disebabkan karena mereka masih sulit membedakan penyebab utama diare dengan faktor risiko pencetus diare. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, masih ada responden yang berpendidikan rendah (43,75%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003) yang menyebutkan bahwa Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

Seseorang dengan pendidikan tinggi maka akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut .

5.2. Gambaran Sikap Ibu Balita Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum intervensi pernyataan paling banyak disetujui adalah pernyataan nomor 10 tentang upaya pencegahan diare yaitu 18 orang (56,2%) dan pernyataan yang paling banyak tidak disetujui adalah pernyataan nomor 15 dan 18 tentang diare tidak dapat disembuhkan dan ASI dapat menyebabkan diare yaitu masing-masing sebanyak 10 orang (31,2%). Sedangkan pada kelompok kontrol diketahui bahwa pernyataan yang paling banyak disetujui adalah pernyataan nomor 6 dan nomor 19 tentang pengobatan medis dan diare merupakan penyakit membahayakan yaitu masing-masing 11 orang (34,4%), pernyataan yang paling banyak tidak disetujui adalah pernyataan nomor 5 tentang pengobatan tradisional sebanyak 14 orang (43,8%).

Setelah dilakukannya intervensi penyuluhan diketahui bahwa pernyataan paling banyak tidak disetujui adalah pernyataan nomor 18 tentang ASI juga dapat menyebabkan diare yaitu 13 orang (20,3%), pernyataan yang paling banyak dijawab kurang setuju adalah pernyataan nomor 18 tentang ASI juga dapat menyebabkan

diare yaitu 17 orang (26,6%), pernyataan yang paling banyak disetujui adalah pernyataan nomor 10 tentang upaya pencegahan penyakit diare sebanyak 20 orang (31,3%), dan pernyataan paling banyak mendapat tanggapan sangat setuju adalah pernyataan nomor 3 tentang upaya mengurangi kejadian diare.

Hasil penelitian setelah penyuluhan pada kelompok intervensi yang paling banyak yang tidak disetujui adalah ASI juga dapat menyebabkan diare. Hal ini dianggap sangat tepat, karena memang penyakit diare sangat membutuhkan cairan, baik ASI atau cairan lainnya. Sementara itu pada kelompok kontrol diketahui pada pernyataan yang mendapat tanggapan sangat setuju adalah penyataan tentang diare dapat menyerang semua umur. Secara umum sikap ibu balita setelah intervensi lebih baik dibandingkan sebelum intervensi. Hal ini disebabkan karena perubahan pengetahuan dan tingkat pemahaman mereka tentang penyakit diare.

5.3. Efektivitas Pengetahuan Ibu Balita Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi

Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa penyuluhan sangat efektif diberikan untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita tentang diare dengan nilai p

= 0,001. Demikian juga penyuluhan sangat efektif diberikan untuk merubah sikap ibu balita

tentang diare dengan nilai p = 0,001.

Keadaan ini memberikan gambaran bahwa intervensi penyuluhan sangat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan ibu balita tentang diare, meskipun masa evaluasi terhadap pengetahuan ibu balita dilakukan hanya selama lima hari.

Penyuluhan merupakan kegiatan dalam hubungannya dengan peningkatan pengetahuan, keahlian, sikap maupun perilaku. Seperti halnya tenaga kerja yang diterima melalui program seleksi, pada umumnya belum siap pakai dan tenaga kerja yang lama memerlukan pengetahuan, keahlian dan kecakapan yang baru sesuai dengan tuntutan jabatan dan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Proses penyuluhan merupakan salah satu proses transfer informasi yang biasanya dilakukan dalam waktu yang relatif singkat namun diharapkan mampu merubah pengetahuan tentang masalah yang sedang dibahas.

Hasil penelitian ini senada dengan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Tursiani (2005) menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan ibu dimana didapatkan nilai ρ (0,000) < (0,05) pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah intervensi dan juga pada perubahan perilaku hidup bersih dan sehat setelah pengolahan dengan Z-score pada kelompok

perlakuan dan kontrol sebelum dan sesudah intervensi didapat niali ρ (0,000) < (0,05). Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan ibu yang dapat diterapkan dalan kehidupan sehari-hari.

Hasil penelitian ini juga sependapat dengan pendapat Bachtiar (2005) yang menyebutkan bahwa perubahan pengetahuan dapat dilakukan melalui peningkatan pendidikan dan pelatihan singkat yang diberikan teratur. Pemberian pengetahuan penting khususnya bagi ibu dalam menangani balita.

5.4. Perbedaan Sikap Ibu balita Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi penyuluhan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel sikap pada ibu balita kelompok Intervensi menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata nilai sebelum dan sesudah dilakukan intervensi yaitu dari 61,65 menjadi 76,21 pada nilai t = -6.747 dan dengan nilai p=0,000 artinya terdapat perbedaan sikap ibu balita terhadap

penyakit diare sebelum dilakukan intervensi sebelum penyuluhan dan sesudah dilakukan intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol, diketahui juga terdapat sedikit perbedaan rata-rata nilai dari 60,34 menjadi 54,90 dengan nilai t= -1,313 dan nilai p=0,199, tidak terdapat perubahan sikap secara signifikan pada kelompok

kontrol.

Hasil uji pair-t test pada taraf kepercayaan 95% (·=0,05) untuk mengetahui

perbedaan dan pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu balita tentang diare, diambil kesimpulan bahwa variabel sikap pada ibu balita kelompok perlakuan menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata nilai sebelum dan sesudah dilakukan intervensi yaitu dari 61,65 menjadi 76,21 pada nilai t = -6.747 dan dengan nilai p=0,000 artinya

terdapat perbedaan sikap ibu balita tentang diare sebelum dilakukan intervensi penyuluhan dan sesudah dilakukan intervensi penyuluhan pada sikap ibu balita. Sedangkan pada kelompok kontrol, diketahui tidak terdapat perubahan sikap secara signifikan pada kelompok kontrol.

Menurut Newcomb, yang dikutip Notoatmodjo (1993) menyatakan bahwa

pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berprestasi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek. Kecenderungan ini dapat diperkuat dengan informasi yang lebih jelas tentang objek serta manfaat objek/ide.

Perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Jadi pengetahuan yang memadai sangat dibutuhkan oleh ibu balita tentang penyakit diare. Pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Pendidikan kesehatan membantu agar orang mengambil sikap yang bijaksana terhadap kesehatan dan kualitas hidup. Penyuluhan merupakan suatu metode dalam pendidikan kesehatan yang dapat merubah sikap seseorang menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dari sikap responden setelah diberikan penyuluhan memberikan perubahan yang berarti dari sikap negatif menjadi lebih positif bahkan sangat positif. Adanya intervensi berupa penyuluhan ternyata dapat mempengaruhi peningkatan sikap seseorang terhadap suatu hal. Sikap ibu balita tentang diare dipengaruhi oleh pengetahuan itu terhadap hal yang sama, serta ada kemungkinan juga sikap yang sudah ada terbentuk karena faktor sosial budaya di lingkungan tempat tinggal. Menurut Purwanto (2003) sikap bukan dibawa sejak lahir melahirkan dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut dalam

hubungan dengan objeknya. Dalam hal ini pengetahuan yang diberikan melalui penyuluhan kepada ibu balita membantu pembentukan sikap ibu balita terhadap yang sama.

Ada penyuluhan tentang diare pada ibu balita akan membuka cara berfikir mereka lebih objektif. Penyuluhan akan mengarahkan ibu balita untuk mengetahui dengan jelas tentang penyebab diare dan cara pencegahan serta penanggulangan penyakit diare.

Dokumen terkait