Hasil
Tinggi Tanaman (cm)
Hasil pengamatan analisis sidik ragam dari tinggi tanaman 7 MST dapat dilihat pada lampiran 9. Hasil tersebut menunjukkan bahwa fenotip hasil selfing belum berbeda nyata terhadap karakter tinggi tanaman 7 MST. Rataan tinggi tanaman 7 MST dari beberapa genotip dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rataan tinggi tanaman (cm)
Perlakuan Rataan V1 ( Harapan) 167.48 V2 (Sadewa) 164.31 V3 (Bisma) 185.67 V4 (Sukmaraga) 180.46 V5 (Antasena) 155.58 V6 (Kalingga) 163.52
Dari tabel 2 dapat dilihat tinggi tanaman 7 MST tertinggi terdapat pada varietas Bisma (V3)sebesar (185.67) dan terendah terdapat pada varietas Antasena (V5) sebesar (155.58).
Jumlah Daun (helai)
Hasil pengamatan analisis sidik ragam dari jumlah daun 7 MST dapat dilihat pada lampiran 11. Hasil tersebut menunjukkan bahwa fenotip hasil selfing belum berbeda nyata terhadap karakter jumlah daun 7 MST. Rataan jumlah daun 7 MST dari beberapa genotip dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rataan jumlah daun Perlakuan Rataan Harapan 13.58 Sadewa 12.92 Bisma 13.34 Sukmaraga 13.33 Antasena 12.67 Kalingga 12.59
Dari tabel 3 dapat dilihat rataan jumlah daun (helai) tertinggi terdapat pada varietas Harapan (V1) sebesar (13.58 helai) dan terendah terdapat pada varietas Kalingga (V6) sebesar (12.59 helai).
Kelengkungan Daun
Hasil pengamatan analisis sidik ragam dari kelengkungan daun dapat dilihat pada lampiran 13. Hasil tersebut menunjukkan bahwa fenotip hasil selfing berbeda nyata terhadap karakter kelengkungan daun. Rataan kelengkungan daun dari beberapa genotip dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rataan kelengkungan daun
Perlakuan Rataan Harapan 0.68ab Sadewa 0.59ab Bisma 0.82a Sukmaraga 0.56b Antasena 0.58b Kalingga 0.52b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda rataan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Dari tabel 4 dapat dilihat rataan kelengkungan daun tertinggi terdapat pada varietas Bisma (V3) sebesar (0.68) dan terendah terdapat pada varietas Kalingga (V6) sebesar (0.52).
Umur Keluar Bunga Jantan (hari)
Hasil pengamatan analisis sidik ragam dari umur keluar bunga jantan (hari) dapat dilihat pada lampiran 15. Hasil tersebut menunjukkan bahwa genotip hasil selfing belum berbeda nyata terhadap karakter umur keluar bunga jantan (hari). Rataan umur keluar bunga jantan (hari) dari beberapa genotip dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Rataan umur keluar bunga jantan
Perlakuan Rataan Harapan 53.00 Sadewa 50.92 Bisma 53.83 Sukmaraga 52.25 Antasena 54.50 Kalingga 56.17
Dari tabel 5 dapat dilihat rataan umur keluar bunga jantan (hari) tertinggi terdapat pada varietas Kalingga (V6) sebesar (56.17) dan terendah terdapat pada varietas Sadewa(V2) sebesar (50.92).
Umur Keluar Bunga Betina (hari)
Hasil pengamatan analisis sidik ragam dari umur keluar bunga betina (hari) dapat dilihat pada lampiran 17. Hasil tersebut menunjukkan bahwa genotip hasil selfing belum berbeda nyata terhadap karakter umur keluar bunga betina (hari). Rataan umur keluar bunga betina (hari) dari beberapa genotip dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Rataan umur keluar bunga betina Perlakuan Rataan Harapan 55.92 Sadewa 53.67 Bisma 56.42 Sukmaraga 54.58 Antasena 58.50 Kalingga 60.34
Dari tabel 6 dapat dilihat rataan umur keluar bunga betina (hari) tertinggi terdapat pada varietas Kalingga (V6) sebesar (60.34) dan terendah terdapat pada varietas Sadewa(V2) sebesar (53.67).
Jumlah Daun di Atas Tongkol (helai)
Hasil pengamatan analisis sidik ragam dari jumlah daun di atas tongkol (helai) dapat dilihat pada lampiran 19. Hasil tersebut menunjukkan bahwa fenotip hasil selfing belum berbeda nyata terhadap karakter jumlah daun di atas tongkol (helai). Rataan karakter jumlah daun di atas tongkol dari beberapa genotip dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Rataan jumlah daun di atas tongkol
Perlakuan Rataan Harapan 5.83 Sadewa 5.34 Bisma 5.75 Sukmaraga 5.42 Antasena 5.00 Kalingga 6.25
Dari tabel 7 dapat dilihat rataan jumlah daun di atas tongkol tertinggi terdapat pada varietas Kalingga (V6) sebesar (6.25) dan terendah terdapat pada varietas Antasena (V5) sebesar (5.00).
Umur Panen (hari)
Hasil pengamatan analisis sidik ragam dari umur panen (hari) dapat dilihat pada lampiran 21. Hasil tersebut menunjukkan bahwa genotip hasil selfing berbeda nyata terhadap karakter umur panen (hari). Rataan umur panen (hari) dari beberapa genotip dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Rataan umur panen
Perlakuan Rataan Harapan 94.59ab Sadewa 85.42b Bisma 90.00ab Sukmaraga 85.58b Antasena 84.92b Kalingga 97.92a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda rataan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Dari tabel 8 dapat dilihat rataan umur panen (hari) tertinggi terdapat pada varietas Kalingga (V6) sebesar (97.92) dan terendah terdapat pada varietas Antasena (V5) sebesar (84.92).
Jumlah Biji per Tongkol (biji)
Hasil pengamatan analisis sidik ragam dari jumlah biji per tongkol (biji) dapat dilihat pada lampiran 23. Hasil tersebut menunjukkan bahwa genotip hasil selfing berbeda nyata terhadap karakter jumlah biji per tongkol (biji). Rataan jumlah biji per tongkol (biji) dari beberapa genotip dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Rataan Jumlah Biji per Tongkol Perlakuan Rataan Harapan 150.73b Sadewa 193.10ab Bisma 290.89a Sukmaraga 258.74ab Antasena 212.59ab Kalingga 191.58ab
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda rataan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Dari tabel 9 dapat dilihat rataan jumlah biji per tongkol (biji) tertinggi terdapat pada varietas Bisma (V3) sebesar (290.89) dan terendah terdapat pada varietas Harapan (V1) sebesar (150.73).
Berat Biji per Tongkol (g)
Hasil pengamatan analisis sidik ragam dari berat biji per tongkol (g) dapat dilihat pada lampiran 25. Hasil tersebut menunjukkan bahwa genotip hasil selfing belum berbeda nyata terhadap karakter berat biji per tongkol (g). Rataan berat biji per tongkol (g) dari beberapa genotip dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Rataan berat biji per tongkol
Perlakuan Rataan Harapan 38.43 Sadewa 50.03 Bisma 72.67 Sukmaraga 64.43 Antasena 55.08 Kalingga 48.75
Dari tabel 10 dapat dilihat rataan berat biji per tongkol (g) tertinggi terdapat pada varietas Bisma (V3) sebesar (72.67) dan terendah terdapat pada varietas Harapan (V1) sebesar (38.43).
Berat 100 Biji (g)
Hasil pengamatan analisis sidik ragam dari berat berat 100 biji (g) dapat dilihat pada lampiran 27. Hasil tersebut menunjukkan bahwa genotip hasil selfing belum berbeda nyata terhadap karakter berat 100 biji (g). Rataan berat 100 biji (g) dari beberapa genotip dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Rataan berat 100 biji
Perlakuan Rataan Harapan 14.53 Sadewa 18.45 Bisma 19.29 Sukmaraga 17.88 Antasena 17.18 Kalingga 17.19
Dari tabel 11 dapat dilihat rataan berat 100 biji (g) tertinggi terdapat pada varietas Bisma (V3) sebesar (19.29 g) dan terendah terdapat pada varietas Harapan (V1) sebesar (14.53 g).
Laju Pengisian Biji (g/hari).
Hasil pengamatan analisis sidik ragam dari laju pengisian biji (g/hari) dapat dilihat pada lampiran 29. Hasil tersebut menunjukkan bahwa genotip hasil selfing berbeda nyata terhadap karakter laju pengisian biji (g/hari). Rataan laju pengisian biji (g/hari) dari beberapa genotip dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Rataan laju pengisian biji
Perlakuan Rataan Harapan 1.41b Sadewa 1.90a Bisma 2.80a Sukmaraga 2.72a Antasena 2.50a Kalingga 2.26a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda rataan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Dari tabel 12 dapat dilihat rataan laju pengisian biji (g/hari) tertinggi terdapat pada varietas Bisma (V3) sebesar (2.80) dan terendah terdapat pada varietas Harapan (V1) sebesar (1.41).
Keragaman Genetik
Hasil perhitungan variabilitas genetik (σ2
g) variabilitas fenotip (σ2 p), koefisien variabilitas genetik (KVG), koefisien variabilitas fenotip (KVP) dapat dilihat pada tabel 23. Nilai KVG berkisar antara -2,76 – 19,25 dan nilai KVP berkisar antara 6,34 – 33,32.
Tabel 13.Variabilitas genetik (σ2
g) variabilitas fenotip (σ2
p), koefisien variabilitas genetik (KVG), koefisien variabilitas fenotip (KVP).
Komponen Pertumbuhan dan Poduksi Σ2
g σ2
p KVG KVP
Tinggi Tanaman (cm) -3,73 524,89 -1,14r 13,52t Jumlah daun (helai) -0,13 1,05 -2,76r 7,83s Kelengkungan Daun 0,01 0,02 16,20st 19,75t Umur Keluar Bunga Jantan (hari) 0,62 11,50 1,47r 6,43r Umur Keluar Bunga Betina (hari) 2,78 16,25 2,95r 7,13s Jumlah Daun di Atas Tongkol 0,10 0,48 5,59s 12,36s Umur Panen (hari) 25,18 44,19 5,59s 7,41s Laju Pengisian Biji (g/hari) 0,19 0,56 19,25st 32,91st Jumlah Biji Pertongkol (biji) 1689,33 5193,80 19,00st 33,32st Berat Biji Pertongkol (g) 93,35 311,47 17,60st 32,15st Berat 100 Biji (g) -0,04 10,73 -1,15r 18,80t Keterangan :
r = rendah t = tinggi s = sedang st = sangat tinggi
Dari tabel 13 dapat dilihat nilai keragaman genetik untuk karakter tinggi tanaman. Nilai variabilitas genotip lebih kecil dibandingkan dengan variabilitas fenotip yaitu untuk σ2
g sebesar (-3,73) dan σ2
dengan koefisien variabilitas genetik lebih kecil dibandingkan dengan koefisien variabilitas fenotip yaitu KVG sebesar (-1,14) dan KVP sebesar (13,52).
Dari tabel 13 dapat dilihat nilai keragaman genetik untuk karakter jumlah daun. Nilai variabilitas genotip lebih kecil dibandingkan dengan variabilitas fenotip yaitu untuk σ2
g sebesar (-0,13) dan σ2
p sebesar (1,05). Begitu juga dengan koefisien variabilitas genetik lebih kecil dibandingkan dengan koefisien variabilitas fenotip yaitu KVG sebesar (-2,76) dan KVP sebesar (7,83).
Dari tabel 13 dapat dilihat nilai keragaman genetik untuk karakter kelengkungan daun. Nilai variabilitas genotip lebih kecil dibandingkan dengan variabilitas fenotip yaitu untuk σ2
g sebesar (0,01) dan σ2
p sebesar (0,02). Begitu juga dengan koefisien variabilitas genetik lebih kecil dibandingkan dengan koefisien variabilitas fenotip yaitu KVG sebesar (16,20) dan KVP sebesar (19,75).
Dari tabel 13 dapat dilihat nilai keragaman genetik untuk karakter umur keluar bunga jantan (hari). Nilai variabilitas genotip lebih kecil dibandingkan dengan variabilitas fenotip yaitu untuk σ2
g sebesar (0,62) dan σ2
p sebesar (11,50). Begitu juga dengan koefisien variabilitas genetik lebih kecil dibandingkan dengan koefisien variabilitas fenotip yaitu KVG sebesar (1,47) dan KVP sebesar (6,43).
Dari tabel 13 dapat dilihat nilai keragaman genetik untuk karakter umur keluar bunga betina (hari). Nilai variabilitas genotip lebih kecil dibandingkan dengan variabilitas fenotip yaitu untuk σ2
g sebesar (2,78) dan σ2
p sebesar (16,25). Begitu juga dengan koefisien variabilitas genetik lebih kecil dibandingkan dengan koefisien variabilitas fenotip yaitu KVG sebesar (2,95) dan KVP sebesar (7,13).
Dari tabel 13 dapat dilihat nilai keragaman genetik untuk karakter jumlah daun di atas tongkol. Nilai variabilitas genotip lebih kecil dibandingkan dengan variabilitas fenotip yaitu untuk σ2
g sebesar (0,10) dan σ2
p sebesar (0,48). Begitu juga dengan koefisien variabilitas genetik lebih kecil dibandingkan dengan koefisien variabilitas fenotip yaitu KVG sebesar (5,59) dan KVP sebesar (12,36).
Dari tabel 13 dapat dilihat nilai keragaman genetik untuk karakter umur panen (hari). Nilai variabilitas genotip lebih kecil dibandingkan dengan variabilitas fenotip yaitu untuk σ2
g sebesar (25,18) dan σ2
p sebesar (44,19). Begitu juga dengan koefisien variabilitas genetik lebih kecil dibandingkan dengan koefisien variabilitas fenotip yaitu KVG sebesar (5,59) dan KVP sebesar (7,41).
Dari tabel 13 dapat dilihat nilai keragaman genetik untuk karakter laju pengisian biji (g/hari). Nilai variabilitas genotip lebih kecil dibandingkan dengan variabilitas fenotip yaitu untuk σ2
g sebesar (0,19) dan σ2
p sebesar (0,56). Begitu juga dengan koefisien variabilitas genetik lebih kecil dibandingkan dengan koefisien variabilitas fenotip yaitu KVG sebesar (19,25) dan KVP sebesar (32,91).
Dari table 13 dapat dilihat nilai keragaman genetik untuk karakter jumlah biji pertongkol (biji). Nilai variabilitas genotip lebih kecil dibandingkan dengan variabilitas fenotip yaitu untuk σ2
g sebesar (1689,33) dan σ2
p sebesar (5193,80). Begitu juga dengan koefisien variabilitas genetik lebih kecil dibandingkan dengan koefisien variabilitas fenotip yaitu KVG sebesar (19,00) dan KVP sebesar (33,32).
Dari tabel 13 dapat dilihat nilai keragaman genetik untuk karakter berat biji pertongkol (g). Nilai variabilitas genotip lebih kecil dibandingkan dengan variabilitas fenotip yaitu untuk σ2
g sebesar (93,35) dan σ2
Begitu juga dengan koefisien variabilitas genetik lebih kecil dibandingkan dengan koefisien variabilitas fenotip yaitu KVG sebesar (17,60) dan KVP sebesar (32,15).
Dari tabel 13 dapat dilihat nilai keragaman genetik untuk karakter berat 100biji (g). Nilai variabilitas genotip lebih kecil dibandingkan dengan variabilitas fenotip yaitu untuk σ2
g sebesar (-0,04) dan σ2
p sebesar (10,73). Begitu juga dengan koefisien variabilitas genetik lebih kecil dibandingkan dengan koefisien variabilitas fenotip yaitu KVG sebesar (-1,15) dan KVP sebesar (18,80).
Nilai Heritabilitas
Nilai duga heritabilitas (h2) untuk masing-masing karakter dapat dievaluasi. Nilai heritabilitas berkisar antara -0,12 – 0,67. Nilai duga heritabilitas (h2) dapat dilihat pada tabel 24.
Tabel 14. Nilai duga heritabilitas pada masing-masing parameter
Parameter h2
Tinggi Tanaman (cm) -0,01r Jumlah daun (helai) -0,12r Kelengkungan Daun 0,67t Umur Keluar Bunga Jantan (hari) 0,05r Umur Keluar Bunga Betina (hari) 0,017r Jumlah Daun di Atas Tongkol 0,20s Umur Panen (hari) 0,57t Laju Pengisian Biji (g/hari) 0,34s Jumlah Biji Pertongkol (biji) 0,33s Berat Biji Pertongkol (g) 0,30s Berat 100 Biji (g) 0,00r Keterangan :
r = rendah s =sedang t = tinggi
Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa nilai heritabilitas yang tinggi terdapat pada parameter kelengkungan daun(helai) (0,67) dan umur panen(hari) (0,57), untuk nilai heritabilitas yang sedang terdapat pada parameter jumlah daun di atas tongkol (0,20), laju pengisian biji(g/hari) (0,34), jumlah biji pertongkol(biji)
(0,33), berat biji pertongkol(g) (0,30) dan untuk nilai heritabilitas rendah terdapat pada parameter tinggi tanaman(cm) (-0,01), jumlah daun(helai) (-0,12), umur keluar bunga jantan(hari) (0,05), umur keluar bunga betina(hari) (0,017) dan berat 100 biji(g) (0,00).
Pembahasan
Berdasarkan hasil selfing dari beberapa varietas menunjukkan adanya perbedaan nyata pada kelengkungan daun. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 dimana varietas Bisma memiliki kelengkungan terbesar (0,82 cm) dan
kelengkungan daun yang terkecil terdapat pada varietas Kalingga sebesar \(0,58 cm). Dari data tersebut maka varietas bisma memiliki karakter fenotip
kelengkungan daun yang baik untuk dijadikan sebagai tetua. Hal ini di dukung juga dengan parameter berat biji per tongkol (g), dimana varietas Bisma memiliki berat biji terbesar yaitu (72,67 g), hal ini diduga karena kelengkungan daun sangat berpengaruh terhadap berat biji pada tanaman jagung tersebut. Menurut Sutoro dkk (1994) bahwa kelengkungan daun berkorelasi positif terhadap berat biji. Kelengkungan daun juga menunjukkan semakin besar indeks kelengkungan maka semakin berat biji jagung yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil selfing dari beberapa varietas diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap umur panen dan laju pengisian biji. Terjadinya perbedaan yang nyata antara varietas tersebut disebabkan oleh perbedaan varietas yang cukup besar dan faktor genetik tanaman itu sendiri. Hal ini sesuai literatur Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan bahwa perbedaan varietas cukup besar mempengaruhi perbedaaan sifat dalam tanaman. Keragaman penampilan tanaman terjadi akibat sifat dalam tanaman (genetik) atau perbedaan lingkungan.
Sehingga perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman.
Berdasarkan hasil selfing, varietas berbeda nyata terhadap parameter jumlah biji per tongkol. Dimana jumlah biji per tongkol tertinggi terdapat pada varietas Bisma (290,89) dan yang terendah terdapat pada varietas Harapan (150,73). Dari deskripsi tanaman jagung, diketahui bahwa varietas Bisma memiliki jumlah baris/biji 12-18 baris sedangkan varietas Harapan memiliki jumlah baris/biji 12-14 baris. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa varietas Bisma memiliki pertumbuhan dan produksi yang baik. Penggunaan varietas yang berbeda akan menghasilkan pertumbuihan dan produksi hasil yang berbeda juga. Menurut Kasno et al, (2005) varietas menunjuk pada sejumlah individu dalam suatu spesies yang berbeda dalam bentuk dan fisiologi tertentu dari sejumlah individu lainnya dalam suatu spesies yang sama. Penggunaan varietas yang berbeda akan menyebabkan pertumbuhan dan produksi hasil yang berbeda.
Berdasarkan hasil selfing, varietas belum berbeda nyata pada peubah amatan berat biji per tongkol, kemungkinan hal ini disebabkan karena jumlah daun dan jumlah daun di atas tongkol juga belum berpengaruh nyata. Menurut Sutoro dkk (1994) bahwa jumlah daun tiap tanaman merupakan peubah amatan yang penting, karena jumlah daun dan jumlah daun di atas tongkol merupakan tolak ukur dalam pembentukan tongkol.
Berdasarkan hasil selfing, varietas belum berbeda nyata terhadap parameter berat 100 biji. Kemungkinan hal ini disebabkan karena pada proses selfing terjadi tekanan silang dalam, sehingga mengakibatkan hasil produksi menjadi rendah. Hal ini didukung oleh Dahlan dan Slamet (1988) yang
menyatakan bhwa pada tanaman yang melakukan selfing akan mengalami efek tekanan silang dalam (inbreeding depression), sehingga hasil menjadi rendah, sifat-sifat ini timbul karena gen-gen resesif yang mengatur karakter yang tidak diinginkan dalam keadaan homozigot akan menampakkan diri, dari yang sebelumnya tidak tampak karena tertutup oleh gen dominan pada keadaan heterozigot.
Dari tabel 14 menunjukkan bahwa karakter yang memiliki nilai heritabilitas yang tinggi terdapat pada parameter umur panen dan kelengkungan daun yang masing-masing sebesar 0,67 dan 0,57. Nilai heritabilitas sedang terdapat pada parameter jumlaah daun di atas tongkol, laju pengisian biji, jumlah biji per tongkol dan berat biji pertongkol. Nilai heritabilitas yang rendah terdapat pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, umur keluar bunga jantan, umur keluar bunga betina dan berat 100 biji. Hal ini karena nilai heritabilitas ditentukan pleh faktor genetik dan lingkungan. Nilai heritabilitas tinggi bila variabilitas genetik lebih besar dari pada variabilitas lingkungan. Namun, bila semakin besar komponen lingkungan, maka heritabilitas semakin kecil (Crowder, 1997).