• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Pengaruh Faktor Predisposing terhadap Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Rumah Tangga yang Sehat

Faktor-faktor prediposing (predisposisi) adalah faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Dalam penelitian ini maka faktor umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan dan sikap merupakan faktor-faktor yang mempredisposisikan terlaksananya program promosi kesehatan rumah tangga yang sehat di masyarakat, khususnya keluarga.

Umur akan memengaruhi terjadinya suatu perilaku yang lebih baik, dengan adanya asumsi bahwa semakin tinggi atau bertambah umur seseorang akan memengaruhi cara berpikir dan cara memutuskan suatu tindakan. Umur yang sudah cukup matang akan memberikan suatu kecenderungan bagi individu untuk berpikir lebih matang dalam menentukan suatu tindakan.

Hasil pengujian dengan menggunakan uji chi square juga menunjukkan suatu hubungan yang bermakna/signifikan dimana p (=0,006) < (=0,05) antara umur kepala keluarga dengan pelaksanaan program promosi rumah tangga yang sehat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin dewasa umur seseorang maka akan semakin mudah mereka untuk menerima program promosi kesehatan rumah tangga yang sehat.

Pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan dan penghasilan juga merupakan faktor predisposisi terjadinya suatu perilaku baru, tetapi di dalam

penelitian ini semua faktor ini tidak memberikan pengaruh terhadap terlaksananya program promosi kesehatan rumah tangga yang sehat. Hasil uji statistik untuk keempat faktor ini memberikan nilai p > , yang berarti tidak terdapat pengaruh yang bermakna/signifikan antara keempat faktor ini terhadap pelaksanaan program promosi rumah tangga sehat.

Pengetahuan dan sikap yang juga merupakan faktor predisposisi terlaksananya program promosi kesehatan rumah tangga yang sehat, memberikan hasil yang berbeda. Hasil uji statistik untuk faktor pengetahuan dan sikap memberikan hasil nilai p (= 0,000) < (= 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna/signifikan antara pengetahuan dan sikap kepala keluarga terhadap pelaksanaan program promosi kesehatan rumah tangga yang sehat.

Penelitian ini memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan Sunawi, 2003, dimana penelitian ini juga memberikan hasil yaitu ada hubungan yang bermakna/signifikan (p = 0,001) antara pengetahuan ibu rumah tangga dengan praktek PHBS. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Timisela, 2007 tentang perilaku PHBS karyawan Dinas Kesehatan Propinsi Papua, dengan hasil bahwa pengetahuan dan sikap karyawan tentang PHBS memiliki keterkaitan dengan tindakan karyawan tentang PHBS.

Pengetahuan dan sikap memang merupakan dua faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku sehat pada diri seseorang atau masyarakat. Misalnya perilaku ibu untuk memeriksakan kehamilannya akan dipermudah apabila ibu tersebut tahu apa manfaat periksa hamil, tahu siapa dan

dimana periksa hamil tersebut dilakukan. Demikian pula, perilaku tersebut akan dipermudah dengan bila ibu yang bersangkutan mempunyai sikap yang positif terhadap pemeriksaan kehamilan (Notoatmodjo, 2005)

Dalam hal ini dapatlah dikatakan bahwa pada dasarnya kepala keluarga telah memiliki pengetahuan yang baik tentang PHBS, juga memiliki sikap yang positif terhadap PHBS. Penyuluhan ataupun sosialiasasi tentang PHBS yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau pemerintah telah berhasil meningkatkan pengetahuan masyarakat dan memberikan nilai positif terhadap sikap mereka.

Agar program promosi kesehatan rumah tangga yang sehat dapat terlaksana maka kegiatan yang harus ditujukan kepada faktor predisposisi adalah dalam bentuk pemberian informasi atau pesan kesehatan dan penyuluhan kesehatan. Tujuan kegiatan ini memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang rumah tangga yang sehat, yang diperlukan seseorang atau masyarakat, sehingga akan memudahkan terjadinya perilaku sehat pada meraka.

5.2. Pengaruh Faktor Enabling terhadap Pelaksanaan Program Promosi Rumah Tangga yang Sehat

Faktor enabling atau faktor pemungkin/pendukung perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Agar masyarakat mau untuk berperilaku hidup bersih dan sehat maka diperlukan fasilitas, sarana, dan prasarana yang mendukung 10 (sepuluh) indikator perilaku hidup bersih dan sehat. Adapun fasilitas, sarana, dan prasarana

yang harus tersedia yaitu tenaga kesehatan (bidan), rumah bersalin, posyandu, sarana air bersih, dan jamban di setiap rumah, serta tenaga jumantik yang terampil untuk mendukung terlaksanakan indikator PHBS meliputi persalinan oleh tenaga kesehatan, penimbangan balita, cuci tangan sebelum makan, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, dan rumah bebas jentik.

Hasil uji statistik memberikan hasil p (= 0,933) > (= 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna/signifikan antara fasilitas, sarana, dan prasarana terhadap pelaksanaan program promosi kesehatan rumah tangga yang sehat. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan besar keluarga atau masyarakat tidak memiliki fasilitas, sarana, dan prasarana yang mendukung program rumah tangga yang sehat. Dari hasil pengolahan data juga diketahui bahwa terdapat 73,9% rumah tangga yang menjawab ya untuk semua pertanyaan yang berkaitan dengan faktor enabling ini, dan terdapat 26,1% yang menjawab tidak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fasilitas, sarana, dan prasarana memang tidak tersedia untuk mendukung pelaksanaan semua indikator PHBS.

Dalam Notoatmodjo, 2005, dikatakan bahwa untuk terjadinya perilaku ibu periksa hamil, maka diperlukan bidan atau dokter, fasilitas periksa hamil seperti puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu dan sebagainya. Agar seseorang atau masyarakat dapat buang air besar di jamban, maka harus tersedia jamban, atau mempunyai uang untuk membangun jamban sendiri. Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan fasilitas atau sarana untuk memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut. Dan, semua fasilitas,

sarana, dan prasarana kesehatan yang tersedia juga harus terjangkau (terakses) oleh masyarakat, sehingga PHBS dapat terlaksana.

Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor pemungkin (enabling) adalah memberdayakan masyarakat melalui pengembangan masyarakat. Dengan kegiatan ini, diharapkan masyarakat mampu untuk memfasilitasi diri mereka atau masyarakat sendiri untuk berperilaku sehat. Misalnya, seseorang atau masyarakat mampu membangun sarana air bersih, jamban keluarga atau jamban umum, dan sebagainya. Jadi dalam hal ini, departemen kesehatan tidak hanya melakukan intervensi dengan menyediakan fasilitas, sarana, dan prasarana yang diperlukan keluarga atau masyarakat, tetapi harusnya juga memberikan kemampuan kepada seseorang atau masyarakat, termasuk kemampuan ekonomi untuk mengadakan atau menyediakan sarana kesehatan sebagai pendukung perilaku sehat mereka.

5.3. Pengaruh Faktor Reinforcing terhadap Pelaksanaan Program Promosi Rumah Tangga yang Sehat

Pengetahuan, sikap, dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Masih diperlukan satu faktor lagi yaitu faktor reinforcing (faktor penguat) yang mendorong terjadinya perilaku. Tokoh masyarakat, tokoh agama, undang-undang atau peraturan merupakan contoh faktor penguat terjadinya perilaku. Seseorang akan lebih mudah berperilaku jika ketiga faktor ini saling mendukung.

Hasil uji statistik memberikan nilai p (= 0,001) < (=0,05) sehingga dapatlah disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara tindakan terhadap pelaksanaan program promosi kesehatan rumah tangga yang sehat. Hal ini berarti bahwa masyarakat telah melihat contoh yang ada di lingkungan sekitarnya seperti tokoh masyarakat atau tokoh agama yang telah melaksanakan indikator-indikator dari PHBS, sehingga masyarakat mau untuk melakukannya.

Tindakan masyarakat memang masih dipengaruhi oleh faktor penguat. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan mampu berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Sebagai contoh, sering terjadi bahwa masyarakat sudah tahu manfaat menimbang berat badan balita dan telah tersedia fasilitas posyandu, tetapi ibu RT atau ibu kepala lingkungan belum mengikuti program tersebut, sehingga masyarakat juga tidak menimbang balitanya ke posyandu. Contoh lainnya, seorang ibu hamil tahu manfaat periksa kehamilan dan di dekat rumahnya ada Polindes, dekat dengan bidan, tetapi tidak mau melakukan pemeriksaan kehamilan, karena ibu lurah dan ibu tokoh-tokoh lain tidak pernah memeriksa kehamilan namun anaknya tetap sehat.

Oleh karena itu kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor penguat (reinforcing) adalah berupa pelatihan-pelatihan kepada para tokoh masyarakat, baik formal maupun informal. Masyarakat yang masih paternalistik akan mengacu kepada perilaku-perilaku pemimpinnya, baik formal maupun informal. Oleh sebab itu, dengan pelatihan-pelatihan akan memberikan dua tujuan. Yang pertama, agar para tokoh masyarakat tersebut mampu berperilaku contoh (model perilaku sehat) bagi masyarakat sekitarnya. Kedua, para tokoh masyarakat tersebut dapat

mentransformasikan pengetahuan-pengetahuan tentang kesehatan kepada orang lain atau masyarakat sesuai dengan ketokohan mereka.

5.4.Faktor yang Dominan Memengaruhi Pelaksanaan Program Promosi Rumah Tangga Sehat

Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang diduga sebagai faktor yang memengaruhi pelaksanaan program promosi rumah tangga sehat dilakukan uji regressi logistic dan ternyata menunjukkan hasil yang signifikan (p < 0,05) untuk faktor pengetahuan, sikap dan tindakan. Hasil analisa menunjukkan semakin tinggi faktor-faktor tersebut, semakin tinggi peluang untuk terjadinya pelaksanaan program promosi rumah tangga sehat. Berdasarkan keseluruhan proses analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari sembilan faktor yang diduga berpengaruh terhadap pelaksanaan program promosi rumah tangga sehat, ternyata ada tiga faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap pelaksanaan program promosi rumah tangga sehat.

Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pelaksanaan program promosi rumah tangga sehat adalah faktor pengetahuan (OR = 17), sikap (OR = 6) dan tindakan (OR = 3), yang jika digabungkan keseluruhannya menjadi satu kesatuan faktor perilaku. Program promosi kesehatan dengan model pengkajian dari konsep L.W. Green yang mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara

menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah, memelihara atau meningkatkan perilaku seseorang atau masyarakat tersebut kearah yang lebih positif.

Untuk itu dalam program promosi kesehatan rumah tangga sehat, dengan penekanan PHBS, haruslah menerapkan proses manajemen pada umumnya ke dalam

model pengkajian dan penindaklanjutan. Salah satu dari proses manajemen tersebut

adalah faktor perilaku dimana suatu faktor yang timbul karena adanya aksi dan

reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya.

Ada 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu yaitu

faktor pemungkin, faktor pemudah dan faktor penguat. Faktor pemungkin adalah

faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi

terlaksana; faktor pemudah adalah faktor pemicu atau anteseden terhadap perilaku

yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku; dan faktor penguat adalah faktor

yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Ketiga faktor penyebab tersebut di atas dipengaruhi oleh faktor penyuluhan dan faktor kebijakan. peraturan serta organisasi. Semua faktor faktor tersebut

merupakan ruang lingkup dari promosi kesehatan. Dimana promosi kesehatan

adalah proses memandirikan masyarakat agar dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter 1986). Promosi kesehatan lebih menekankan pada lingkungan untuk terjadinya perubahan perilaku.

Dokumen terkait