FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN
PROGRAM PROMOSI KESEHATAN RUMAH TANGGA
YANG SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TELADAN MEDAN KECAMATAN
MEDAN KOTA TAHUN 2009
TESIS
OLEH :
SURIYANI 077033036/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2009
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN
PROGRAM PROMOSI KESEHATAN RUMAH TANGGA
YANG SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TELADAN MEDAN KECAMATAN
MEDAN KOTA TAHUN 2009
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
SURIYANI 077033036/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN RUMAH TANGGA YANG SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TELADAN MEDAN KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2009
Nama Mahasiswa : Suriyani
Nomor Induk Mahasiswa : 077033036
Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing :
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM) (Dr. Wiltar Nainggolan, MKes)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan,
Telah diuji
Pada tanggal : 27 Agustus 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr . Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM Anggota : 1. Dr. Wiltar Nainggolan, MKes
PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN
PROGRAM PROMOSI KESEHATAN RUMAH TANGGA
YANG SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TELADAN MEDAN KECAMATAN
MEDAN KOTA TAHUN 2009
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu program tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2009
ABSTRAK
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan program prioritas dari promosi kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan hidup bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Data dari Susenas, 2001 menunjukkan bahwa perilaku sehat di rumah tangga masih belum mencapai angka yang menggembirakan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program promosi kesehatan rumah tangga yang sehat di wilayah kerja Puskesmas Teladan.
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian observasional dengan
rancangan penelitian cross sectional. Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pelaksanaan program promosi kesehatan
rumah tangga yang sehat, dalam hal ini meliputi faktor predisposing, enabling dan
reinforcing. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga dari setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Teladan, pengampilan sampel dengan menggunakan rumus dari Notoatmodjo (2002) dengan jumlah sampel 100 KK. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi berdasarkan kuesioner yang telah disusun. Penganalisisan data dengan 3 tahap, yaitu analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara faktor umur, pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pelaksanaan program promosi kesehatan rumah tangga yang sehat di wilayah kerja Puskesmas Teladan Medan. Sedangkan faktor pendidikan, jumlah anggota rumah tangga, pekerjaan, penghasilan dan fasilitas, sarana dan prasarana tidak memberikan pengaruh yang bermakna. Sikap, pengetahuan dan tindakan adalah faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pelaksanaan program promosi kesehatan rumah tangga yang sehat.
Oleh karena itu Dinas Kesehatan dan Puskesmas perlu untuk meningkatkan penyuluhan PHBS sehingga meningkatkan pengetahuan dan sikap serta mendorong masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
ABSTRACT
Clean and healthy life behavior is the prioritized program of health promotion. In a household, this program is an attempt to empower the member of the household to know, want, an be able to practice clean and healthy life and to actively participate in the community health movement. The data obtained from the Susenas 2001 shows that healthy behavior in a household has not yet reached the satisfying rate. Hence, it needs to know the factors influencing the implementation of the healthy household health promotion program in the working area of Teladan Public Health Centre.
The purpose of this observasional study with cross-sectional design is to analyze the factors influencing the implementation of the healthy household health promotion program including the presdiposing, enabling, and reinforcing factors. The population of this study was the heads of family of every household in the working area of Teladan Public Health Centre and based on the formula developed by Notoadmodjo (2002), 100 heads of family were selected to be samples for this study. The data for this study were obtained were analyzed through univariate, bivariate, multivariate analysis.
The result of this study shows that there was a significant influence between the factors of age, knowledge, attitude and action on the implementation of the healthy household promotion program in the working area of Teladan Public Health Centre. The factors of education, number of household members, occupation, income and facility and infrastructure did not have any significant influence. Education, attitude, and infrastructure were the dominant factors which influenced the implementation of the healthy household health promotion program.
Hence, the government, health service, and Public Health Centre are suggested to increase and enhance the extension on clean and healthy life behavior (PHBS) that it can improve the knowledge and attitude of the community that can encourage them to practice the clean and healthy life behavior.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul
“Faktor-faktor yang Memengaruhi Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Rumah Tangga yang Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Medan Tahun 2009”.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagi pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof.
dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K).
Selanjutnya kepada dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Dr. Drs. Surya Utama, MSi
selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM
selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Ketua Komisi
Pembimbing, dr. Wiltar Nainggolan, MKes selaku anggota Komisi Pembimbing
yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikiran serta dengan penuh
kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini.
Medan, Juli 2009
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Suriyani, lahir pada tanggal 25 November 1972 di Gunung Melayu, dengan
jumlah 8 bersaudara, tinggal di Jl. Kpt. Muslim Gg. Rukun Makmur No. 149
Helvetia Medan.
Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar di Sekolah
Dasar Negeri 010139 Gunung Melayu selesai tahun 1986, Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri Pulau Rakyat selesai tahun 1989, sekolah Perawat Kesehatan
di SPK Pemda TK II Labuhan Batu Rantau Prapat selesai pada tahun 1992,
Pendidikan Akademi Keperawatan di Depkes RI Medan selesai tahun 2004, Sarjana
Keperawatan di Universitas Prima Indonesia Medan selesai tahun 2007, Profesi
Keperawatan di Universitas Prima Indonesia Medan selesai tahun 2008.
Penulis menikah pada 17 November 1993 dengan Iriadi dan sampai saat ini
telah dikarunia 3 orang anak putra yang bernama Budi Irianda, Arief Gunawan dan
Arya Suzacky.
Bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas Sigambal Rantau Prapat
dari tahun 1996 sampai 1998, Puskesmas Teladan tahun 1999 sampai sekarang.
Tahun 2007 penulis mengikuti pendidikan lanjutan S-2 di Program Studi
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu
DAFTAR ISI
2.1. Pengertian Promosi Kesehatan... 10
2.2. Pengertian Rumah Tangga Sehat ... 12
2.3. Defenisi Istilah ... 13
2.4. Sumber Daya Program Rumah Tangga Sehat... 16
2.5. Perencanaan Program Rumah Tangga Sehat ... 17
2.6. Hubungan Promosi Kesehatan Terhadap Perilaku Sehat 18 2.7. Pengetahuan ... 19
2.8. Sikap... 21
2.9. Tindakan... 22
2.10.Landasan Teori... 23
2.11.Kerangka Konsep ... 24
BAB 3 METODE PENELITIAN... 25
3.1. Jenis Penelitian... 25
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26
3.4. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 27
3.5. Metode Pengukuran... ... 29
3.6. Metode Pengumpulan Data ... 31
BAB 4 HASIL PENELITIAN... 34
4.1. Kecamatan Medan Kota... 34
4.2. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Faktor Predisposing, Enabling, dan Reinforcing... 37
4.3. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Rumah Tangga Sehat... 44
4.4. Hubungan Faktor Predisposing, Enabling, Reinforcing dengan Program Promosi Rumah Tangga Sehat... 45
4.5. Faktor yang Paling Dominan Mempengaruhi Pelaksanaan Program Promosi Rumah Tangga Sehat... 51
BAB 5 PEMBAHASAN... 54
5.1. Pengaruh Faktor Predisposing terhadap Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Rumah Tangga yang Sehat... 54
5.2. Pengaruh Faktor Enabling terhadap Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Rumah Tangga yang Sehat... 56
5.3. Pengaruh Faktor Reinforcing terhadap Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Rumah Tangga yang Sehat... 58
5.4. Faktor yang Dominan Mempengaruhi Pelaksanaan Program Promosi Rumah Tangga yang Sehat... 60
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 62
6.1. Kesimpulan... 62
6.2. Saran... 62
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Rata-Rata Anggota
Rumah Tangga di Kecamatan Medan Kota... 35
4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian pada Wilayah
Kecamatan Medan Kota... 36
4.3 Hubungan Faktor Predisposing dengan Promosi Rumah Tangga
Sehat... 46
4.4 Hubungan Faktor Enabling dengan Promosi Rumah Tangga Sehat. 49
4.5 Hubungan Faktor Reinforcing dengan Promosi Rumah Tangga
Sehat... 50
4.6 Hasil Uji Regresi dari Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pelaksanaan Program Promosi Rumah Tangga Sehat... 51
4.7 Hasil Uji Regresi dari Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Nomor Judul
2.1. Hubungan Promosi Kesehatan dengan Determinan Perilaku...
19
4.1. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Umur...
37
4.2. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Pendidikan...
38
4.3. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga...
39
4.4. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Pekerjaan...
40
4.5. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Penghasilan...
40
4.6. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Pengetahuan...
41
4.7. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Sikap...
42
4.8. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Fasilitas, Sarana dan
Prasarana...
43
4.9. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Tindakan...
44
4.10. Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Berdasarkan Pelaksanaan
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian... 67
2 Rekapitulasi Data... 72
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai visi Indonesia
sehat 2010 yaitu masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat,
penduduknya berperilaku hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu, adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan yang
optimal. Pembangunan kesehatan dilandaskan kepada paradigma sehat. Paradigma
sehat yang akan mengarahkan pembangunan kesehatan untuk lebih mengutamakan
upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif),
tanpa mengenyampingkan upaya-upaya penanggulangan atau penyembuhan (kuratif)
dan pemulihan (rehabilitatif) (Depkes RI, 2004).
Sehat adalah hak azasi manusia, dan sekaligus memiliki kontribusi yang besar
untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM). Oleh karena itu, menjadi
suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia (Depkes RI, 2004).
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan yang optimal. Dalam mencapai tujuan tersebut telah ditetapkan
kebijakan dan visi Indonesia Sehat 2010. Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran
lingkungan yang sehat, produktif, memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
diseluruh wilayah Republik Indonesia. Promosi kesehatan merupakan pilar utama
dari visi Indonesia sehat 2010, bahkan dapat dikatakan sebagai pilar terpenting karena
dengan perilaku hidup bersih dan sehat, akan tercipta pilar-pilar yang lain yaitu pilar
lingkungan sehat dan pilar pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes RI, 2004).
Untuk mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010, ditetapkan 4 misi
pembangunan kesehatan yaitu : 1) menggerakkan pembangunan nasional berwawasan
kesehatan, 2) mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, 3) memelihara
dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau,
4) memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya (Depkes RI, 2004).
Guna mendukung pencapaian visi Indonesia Sehat telah dilakukan revisi
terhadap Sistem Kesehatan Nasional. Dengan keputusan menteri kesehatan nomor
131/menkes/sk/II/2004 tahun 2004 telah ditetapkan sistem kesehatan nasional yang
baru sebagai pengganti sistem kesehatan nasional yang ditetapkan pada tahun 1984
salah satu subsistem yang baru adalah subsistem pemberdayaan masyarakat.
Subsistem yang baru dapat menghasilkan keluaran berupa perilaku hidup bersih dan
sehat masyarakat sebagai salah satu pilar atau sokoguru utama dari visi Indonesia
Dengan memperhatikan dasar-dasar pembangunan kesehatan dan untuk
mencapai sasaran pembangunan kesehatan tersebut, departemen kesehatan
menetapkan visi yaitu masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Untuk
mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi Depkes yaitu : membuat rakyat sehat
dengan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai : 1) Berpihak pada rakyat,
2) Bertindak cepat dan tepat, 3) Kerjasama tim, 4) Integritas yang tinggi,
5) Transparan dan akuntabel. Visi dan misi Depkes dilaksanakan dengan strategi
sebagai berikut : 1) Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup
sehat, 2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas, 3) Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan,
4) Meningkatkan pembiayaan kesehatan (Depkes RI, 2006).
Dalam keputusan SK Menkes No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan
dasar pusat kesehatan masyarakat disebut bahwa salah satu fungsi Puskesmas adalah
sebagai pusat pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian maka dapat dimengerti
bila disebutkan pula bahwa promosi kesehatan merupakan salah satu upaya wajib
dilaksanakan di Puskesmas yaitu : promosi kesehatan, KIA dan KB, perbaikan gizi,
pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan dan pengobatan,ini berarti
bahwa setiap petugas kesehatan di Puskesmas memiliki kewajiban untuk
melaksanakan salah satu dari strategi promosi kesehatan yaitu pemberdayaan
Program promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri, oleh, untuk dan bersama
masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber dari masyarakat, sesuai dengan budaya dan didukung oleh
kebijakan public yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya
masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan
kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya, serta mampu
berperilaku mengatasi apabila masalah dan gangguan kesehatan tersebut terlanjur
datang (Depkes RI, 2005).
Program promosi kesehatan mempunyai visi perilaku hidup bersih dan sehat
2010, dan didukung oleh misi promosi kesehatan yaitu 1) memberdayakan individu,
keluarga dan kelompok-kelompok dalam masyarakat, baik melalui pendekatan
individu, keluarga maupun melalui pengorganisasian dan penggerakan masyarakat,
2) membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya perilaku hidup
bersih dan masyarakat yang sehat, 3) mengadvokasikan para pengambil keputusan
dan penentu kebijakan serta pihak-pihak lain yang berkepentingan. Untuk mencapai
visi dan misi program promosi menggunakan strategi 1) advokasi, 2) bina suasana,
3) pemberdayaan. Pada hakekatnya program promosi kesehatan adalah penopang
utama bagi setiap program kesehatan. Dengan kata lain promosi kesehatan, walaupun
berdiri sendiri sebagai salah satu program kesehatan, tetapi tidak berjalan sendiri.
Promosi kesehatan harus selalu bergandengan tangan dengan setiap program
yang sudah terlanjur ada, serta memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (Depkes RI, 2005).
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan program prioritas dari promosi
kesehatan. Dan mampunyai 5 tatanan yaitu : 1) Tatanan rumah tangga sehat,
2) Tatanan institusi pendidikan, 3) Tatanan instansi kesehatan, 4) Tatanan
tempat-tempat umum 5) Tatanan tempat-tempat kerja (Depkes RI, 2005).
Perilaku hidup bersih dan sehat dirumah tangga adalah upaya memberdayakan
anggota rumah tangga agar tahu mau dan mampu mempraktekkan hidup bersih dan
sehat, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Menurut Depkes RI
tahun 2007 indikator dari tatanan rumah tangga sehat terdiri dari : 1) persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan 2) memberi bayi asi esklusif, 3) menimbang bayi dan
balita setiap bulan, 4) menggunakan air bersih 5) mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun, 6) menggunakan jamban sehat, 7) makan sayur dan buah setiap hari, 8)
melakukan memberantas jentik nyamuk, 9) melakukan aktifitas fisik setiap hari, 10)
tidak merokok didalam rumah. Perilaku hidup bersih dan sehat dirumah tangga
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga, mencegah risiko
terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit. PHBS dirumah
tangga merupakan proses pemberdayaan keluarga untuk terwujudnya rumah tangga
sehat. PHBS dirumah tangga merupakan salah satu kewenangan wajib standar
pelayanan minimal bidang kesehatan bagi pemerintah kabupaten/kota sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005. PHBS di rumah tangga merupakan
kecamatan sehat, kabupaten/kota sehat, provinsi sehat dan Indonesia sehat (Depkes
RI, 2008).
Sesuai dengan strategi Indonesia sehat 2010 dan kebutuhan pembangunan
sektor kesehatan di era desentralisasi, Depkes pusat telah menetapkan visi dan misi
puskesmas. Visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas adalah terwujudnya
kecamatan sehat tahun 2010. Puskesmas berfungsi sebagai penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam
pembangunan kesehatan, dan sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
program. Puskesmas tercakup dalam program kesehatan dasar atau program ini
ditetapkan sesuai dengan kebutuhan sebagian besar masyarakat dan masalah
kesehatan masyarakat yang berpotensi berkembang diwilayah kerjanya serta untuk
mendukung tercapainya kecamatan sehat 2010 (Muninjaya, 2004).
Tugas pokok tenaga promosi kesehatan adalah: 1) melaksanakan pengkajian,
2) perencanaan yaitu rumusan masalah dengan tujuan peningkatan perilaku yang
diinginkan meliputi kegiatan intervensi terhadap faktor penyebab penyakit,
3) pengerak pelaksanaan adalah kesiapan kegiatan pra pelaksanaan yaitu sarana dan
pelaksanaan kegiatan sesuai rencana, 4) pemanfaatan fokus yang pemantauan pra
pelaksanaan dan apabila ada penyimpangan segera dilakukan perbaikan, 5) penilaian
fokusnya pada perbaikan rencana yang perlu dilihat keseluruhan komponen rumusan
tujuan, jenis kegiatan intervensi dan lain-lain, 6) pelaporan keseluruhan proses dan
komponen termasuk tujuan yang dicapai, sumber daya yang digunakan, dan lain-lain
Rumah tangga yang diperiksa dikota Medan tahun 2007 sebanyak 196.975,
ada sebanyak 166.264 rumah yang memenuhi syarat rumah tangga yang sehat,
sedangkan pada tahun 2006 dari sejumlah 518.657 rumah diperiksa terdapat 196.975
rumah sehat (38%). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan tentang rumah tangga
yang sehat harus tetap dilaksanakan secara intensif.
Wawancara awal peneliti dibulan November 2008 dengan pemegang program
promosi kesehatan di Puskesmas Teladan menunjukkan bahwa tahun 2008 sampai
dengan bulan November dari 6.752 rumah yang ada di wilayah kerja Puskesmas
hanya 3.066 (45,4%) yang memenuhi syarat rumah tangga sehat sedangkan tahun
2007 dari 6.703 rumah yang ada diwilayah kerja Puskesmas Teladan terdapat 2.976
(44,3%) yang memenuhi syarat rumah yang sehat.
Perilaku sehat di rumah tangga yang sehat menunjukkan hasil yang kurang
menggembirakan, hal ini dapat dilihat dari data survei sosial ekonomi nasional tahun
2001 bahwa 28% perokok dimulai dari usia 10 tahun dan proporsi terbesar 92% dari
mereka merokok didalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya. Hasil
survei rumah tangga tahun 2001 mengidentifikasikan bahwa proporsi terbesar yang
berusia 15 tahun keatas di Jawa dan Bali kurang melakukan kegiatan fisik, untuk
kelompok laki-laki 63% dan perempuan 76%. Rumah tangga sehat dapat terwujud
apabila ada keinginan, kemauan dan kemampuan para pengambil keputusan dan
lintas sektoral terkait agar PHBS menjadi program prioritas dan menjadi salah
satu pembangunan di kabupaten atau kota, serta didukung oleh masyarakat
Promosi kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses
pemberdayaan kesehatan masyarakat, yaitu bersama masyarakat, sesuai dengan
lingkungan sosial budaya setempat, agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri
dibidang kesehatan. Promosi kesehatan juga berperan dalam proses peningkatan
kualitas tenaga kesehatan agar lebih responsif dan mampu memberdayakan
masyarakat, sehingga akan tercapai pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan
merata. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan merupakan
pembangunan pilar utama dari visi Indonesia Sehat 2010, yaitu pilar perilaku sehat.
Dan pilar ketiga pelayanan kesehatan akan ikut berkembang menuju tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI, 2004).
Namun dalam melaksanakan tugasnya ada hambatan-hambatan yang di
jumpai yaitu : 1) Puskesmas Teladan hanya mempunyai satu petugas promosi
kesehatan, 2) Terbatasnya jangkauan untuk membina wilayah kerja Puskesmas
Teladan seperti sarana transportasi dan alat peraga, 3) Terbatasnya dana untuk
membina masyarakat dan melaksanakan kegiatan promosi kesehatan.
Berdasarkan pada kenyataan di atas maka perlu dilakukan suatu penelitian di
Puskesmas Teladan mengenai program promosi kesehatan yaitu faktor-faktor yang
memengaruhi pelaksanaan program promosi kesehatan rumah tangga yang sehat di
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah penelitian ini adalah
ada faktor-faktor yang memengaruhi pelaksanaan program promosi kesehatan rumah
tangga yang sehat di wilayah kerja Puskesmas Teladan Medan Kecamatan Medan
Kota Tahun 2009.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan faktor-faktor
yang memengaruhi pelaksanaan program promosi kesehatan rumah tangga yang sehat
diwilayah kerja Puskesmas Teladan.
1.4. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara faktor-faktor yang memengaruhi pelaksanaan program
promosi kesehatan rumah tangga yang sehat.
1.5. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1.5.1. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Teladan tentang rumah tangga yang sehat agar dapat terhindar dari
penyakit.
1.5.2. Sebagai bahan kajian dan masukan bagi petugas pelaksana program kesehatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Promosi Kesehatan
Ada dua pengertian dari promosi kesehatan yaitu yang pertama
peningkatan kesehatan dan yang kedua promosi kesehatan diartikan sebagai
upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenal atau “menjual” kesehatan.
Dengan perkataan lain promosi kesehatan adalah” memasarkan” atau
”menjual”atau ”memperkenalkan” pesan-pesan, kesehatan atau ”upaya-upaya”
kesehatan, sehingga masyarakat “menerima” atau “membeli” dalam arti
menerima perilaku kesehatan, atau mengenal pesan-pesan kesehatan tersebut,
yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat. Dari pengertian yang ke
dua ini, maka sebenarnya promosi kesehatan sebenarnya sama dengan
pendidikan kesehatan (health education) karena pendidikan kesehatan pada
perinsipnya bertujuan agar masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan (Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara
global terdiri dari 3 (tiga) hal, yaitu :
1. Advokasi (advocacy) yaitu kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang
lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan.
merupakan penentu kebijakan di berbagai sektor, dan diberbagai tingkat,
sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita
inginkan.
2. Dukungan sosial (social support) yaitu kegiatan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal
maupun informal. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah agar para tokoh
masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai program
kesehatan dengan masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan
kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah
mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau
menerima dan mau berpatisipasi terhadap program kesehatan tersebut. Oleh
sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagi upaya bina suasana, atau
membina suasana kondusif terhadap kesehatan.
3. Pemberdayaan masyarakat (empowerment) yaitu strategi promosi di kesehatan
yang ditujukan langsung pada masyarakat. Tujuan utama pemberdayaan
adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Visi Promosi Kesehatan). Bentuk
kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan,
antara lain : penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat dalam bentuk, misalnya : koperasi, pelatihan-pelatihan untuk
Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan dampak terhadap
kemampuan dan pemeliharaan kesehatan mereka.
2.2 Pengertian Rumah Tangga Sehat
Rumah Tangga Sehat adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi
diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat (Depkes, RI, 2007).
Puskesmas mempunyai peran sebagai motivator dalam perubahan
perilaku hidup bersih dan sehat serta membina masyarakat yang ada di wilayah
kerjanya, oleh sebab itu diperkenalkan dan dikembangkan suatu alternatif
pemecahan masalah prilaku hidup bersih dan sehat yaitu rumah tangga sehat
(Depkes RI, 2007).
PHBS penting dilakukan oleh setiap anggota keluarga karena :
1. PHBS mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan melakukan
olahraga/aktifitas fisik secara teratur, makan dengan menu gizi seimbang,
melakukan papsmear, SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri), dan
mengukur tekanan darah secara teratur.
2. PHBS juga dapat mencegah resiko terjadinya penyakit dengan tidak merokok,
tidak minum alkohol dengan napza, nyamuk, menggunakan air bersih yang
makan dan sesudah buang air besar melakukan pencegahan demam berdarah
3 M (Menguras, Menutup dan Mengubur).
3. PHBS melindungi diri dari ancaman penyakit dengan melakukan imunisasi,
menjadi anggota dan sehat, memakai dan menggunakan sabuk pengaman
(Depkes RI, 2007).
2.3 Definisi
Indikator Rumah Tangga Sehat adalah suatu alat ukur untuk menilai
keadaan atau permasalahan kesehatan di rumah tangga, mengacu pada standart
pelayanan minimal bidang kesehatan ada 10 indikator PHBS yang terdiri dari 6
Indikator perilaku dan 4 indikator lingkungan.
Indikator PHBS meliputi :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan karena tenaga kesehatan merupakan
orang yang sudah ahli dalam membantu perasalinan, sehingga kesehatan ibu
dan bayi lebih terjamin.
2. Memberi bayi asi ekslusif karena dengan memberikan asi bayi itu :
- Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi,
- Mengurangi pendarahan setelah persalinan, mempercepat pemulihan
kesehatan ibu, mengurangi resiko kanker payudara.
a. Bagi Bayi
b. Bagi Keluarga
- Tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli susu formula
3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan untuk memantau pertumbuhan bayi
dan balita setiap bulan.
4. Menggunakan air bersih karena air adalah kebutuhan dasar yang
di pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur,
membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan
sebagainya, agar kita tidak terserang penyakit/terhindar dari sakit.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun karena air yang tidak bersih
banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila tidak
menggunakan sabun, kuman dapat berpindah tangan. Pada saat makan,
kuman dengan cepat masuk kedalam tubuh, yang bisa menimbulkan
penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena
tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.
6. Menggunakan jamban sehat karena menjaga lingkungan bersih, sehat, dan
tidak berbagi, tidak mencermati sumber air yang ada di sekitarnya. Tidak
mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular
penyakit nidra, kolera disentri, thypus, ke cacingan, penyakit saluran
pencernaan, penyakit kulit, dan keracunan.
7. Memberantas jentik dirumah agar rumah bebas jentik. Rumah bebas jentik
adalah rumah tangga yang telah dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk.
perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi kemungkinan terhindari dari
berbagai penyakit semakin besar seperti Demam Berdarah Dengue (DBD),
malaria, chikungunya, atau kaki gajah lingkungan rumah menjadi bersih dan
sehat.
8. Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting karena mengandung vitamin
dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh,
mengandung serat yang tinggi.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari dapat terhindar dari penyakit jantung,
stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis, dan
lain-lain. Berat badan terkendali, otot lebih lentur dan tulang lebih kuat, bentuk
tubuh bagus, lebih percaya diri, lebih bertenaga dan bugar dan secara
keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik.
10.Tidak Merokok didalam Rumah.
Mengapa harus tidak merokok ?
Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang dihisap akan
mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia berbahaya, diantaranya yang paling
berbahasa adalah Nikotin, Tar, dan Carbon Monoksida (CO). Nikotin
menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan dialiran darah. Tar
menyebabkan kerusakan paru-paru dan kanker. Co menyebabkan
berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh
2.4 Sumber Daya Program Rumah Tangga Sehat
Untuk melaksanakan program rumah tangga sehat diperlukan tenaga,
prasarana dan sarana, sumber dana dan pedoman pelaksanan bagi petugas.
1. Tenaga Pelaksana
Adapun tenaga pelaksana terhadap program rumah tangga sehat adalah
tenaga kesehatan seperti bidan dan perawat, serta tenaga pendukung kesehatan
lainnya yang telah ditunjuk oleh kepala Puskesmas dalam pelaksanaan
program rumah tangga sehat. Tenaga-tenaga tersebut telah mendapat
pengetahuan orientasi tentang program rumah tangga sehat.
2. Prasarana dan Sarana Program Rumah Tangga Sehat
Dalam pelaksanan program rumah tangga sehata prasarana dan sarana
yang dibutuhkan terdiri dari ruangan sebagai tempat petugas promosi
kesehatan melakukan kegiatan-kegiatan konseling, konsultasi serta tempat
penyimpanan peralatan peraga.
Peralatan-peralatan promosi kesehatan berupa alat peraga penyuluhan
dan buku pedoman, alat transportasi untuk mendukung kegiatan program
rumah tangga sehat yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas.
Alat peraga yang digunakan untuk kegiatan penyuluhan dan konseling
diperlukan sebagai berikut : Sound System, Media Cetak, Media Elektronik
3. Sumber Dana Program Rumah Tangga Sehat
Adapun sumber dana untuk pelaksanaan program rumah tangga sehat
dapat berasal dari APBD (Anggaran Pendapatan Bantuan Daerah/Kota,
kemitraan dan swadaya masyarakat.
2.5 Perencanaan Program Rumah Tangga Sehat
Dalam suatu pelaksanaan program agar dapat berjalan dengan baik, maka
diperlukan suatu perencanaan baik terhadap program tersebut. Perencanaan dapat
dilihatkan sebagai dasar manajemen, karena perencanaan dapat membantu untuk
mengurangi ketidakpastian di masa yang akan datang, dan oleh karena itu
memungkinkan para pengambil keputusan untuk menggunakan sumber daya
mereka yang terbatas secara efektif dan efisien (Handoko, 1999).
Azwar (1988), mengemukakan bahwa dari berbagai fungsi administrasi
yang dikenal dan yang terpenting diantaranya adalah perencanaan, karena fungsi
administrasi baru berperan apabila perencanaan selesai dilakukan dan dalam
melaksanakannya harus berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat.
Pentingnya perencanaan dalam suatu program makin bertambah. Jika
yang akan dikembangkan adalah program kesehatan yang menyangkut
masyarakat banyak, seperti program rumah tangga sehat. Pada program ini
perhatian harus ditujukan tidak hanya pada masalah-masalah kesehatan saja, akan
tetapi juga pada masalah-masalah masih secara menyeluruh tentunya yang
Dengan demikian perencanaan tingkat Puskesmas dapat diartikan sebagai
suatu proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun atau mempersiapkan
kegiatan yang ada di laksanakan oleh Puskesmas pada masa yang akan datang
untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dalam upaya mengatasi masalah-masalah kesehatan (Depkes RI, 2000).
2.6 Hubungan Promosi Kesehatan Terhadap Perilaku Sehat
Promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku kesehatan,
maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku
tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan promosi kesehatan harus sesuai dengan
determinan (faktor yang memengaruhi perilaku ini sendiri). Menurut
Lawrece Green (1980), perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu :
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) yaitu faktor yang mempermudah
atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat,
adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap
apa yang dilakukan.
2. Faktor pemungkin (Enabling Factors)
Yaitu faktor pemungkin oleh pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas,
sarana, oleh prasarana yang mendukung oleh yang memfasilitasi terjadinya
3. Faktor penguat (Reinforcing Factors)
Yaitu pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum
menjamin terjadinya perilaku seseorang oleh masyarakat (Notoatmojo, 2005).
Predisposing
Factors
Enabling Factors
Reinforcing Factors
Health Behavior
Health Promotion
Gambar 2.1. Hubungan Promosi Kesehatan dengan Determinan Perilaku
2.7 Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh melalui berbagai usaha, baik yang dilakukan dengan
sengaja maupun yang secara kebetulan. Dalam proses memperoleh pengetahuan,
terutama yang dilakukan dengan sengaja, mencakup berbagai metode dan
konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun pengalaman. Menurut WHO (1992),
pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari guru, orang tua, teman,
yang diketahuinya, baik melalui pengalaman, belajar atau melalui informasi
bersumber dari orang lain. Pengetahuan (cognitif) mempunyai enam tingkatan, yaitu ;
1) Tahu (know) yaitu kemampuan untuk mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. 2) Memahami (comprehension) artinya kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
secara benar. 3) Penerapan (application) yaitu kemampuan untuk menerapkan mateir
yang dipelajari pada suatu situasi dan kondisi sebenarnya. 4) Analisis (analysis) yaitu
suatua kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen.
5) Sintesis (synthetic) yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru atau menyusun formulasi baru dari materi yang
sudah ada. 6) Evaluasi (evaluation) yaitu suatu kemampuan untuk melakukan
penilaian atau justifikasi terhadap suatu materi atau objek tertentu.
Menurut Nasution (1999) faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan
dalam masyarakat antara lain :
a. Sosial ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang. Bila
ekonomi baik, tingkat pendidikan tinggi maka pengetahuan akan tinggi juga.
b. Kultur (budaya dan agama)
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena
informasi yang baru akan disaring sesuai atau tidak dengan budaya yang ada atau
c. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal baru dan akan
mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut.
d. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu.
Pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan lebih luas. Sedangkan semakin tua
umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.
2.8 Sikap
Thurstone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkat afeksi, baik
bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis,
seperti : simbul, prase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan gagasan, (cit. Yusuf,
2005). Menurut Allen, Guy & Edgley, 1980 (cit. Azwar, 2003) mendefinisikan, sikap
ialah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Sikap adalah respons terhadap stimuli sosial
yang telah terkondisikan. Howard Kendler mengemukakan bahwa, sikap merupakan
kecendrungan (tendency) untuk mendekati (approach) atau menjauhi (avoid), atau
melakukan sesuatu, baik yang secara positif maupun negatif terhadap suatu lem baga,
peristiwa, gagasan, atau konsep (cit. Yusuf, 2005). Sikap dapat disimpulkan, suatu
kondisi mental yang relatif menetap untuk merespon suatu objek atau perangsang
tertentu yang mempunyai arti, baik bersifat positif, netral, atau negatif, menyangkut
Unsur-unsur sikap, 1) kognisi (cognition) yaitu keyakinan atau pemahaman
individu terhadap objek tertentu, 2) afeksi (feeling) yaitu perasaan yang menyertai
sikap individu terhadap suatu objek, 3) kecenderungan bertindak (action tendency)
yaitu kesediaan individu untuk bertindak terhadap objek tertentu. Ciri-ciri sikap ialah
harus memiliki objek, dapat berupa benda, orang, nilai-nilai, pandangan hidup,
agama, hukum, lembaga masyarakat dan sebagainya. Sikap tidak dibawa sejak lahir
melainkan dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman.
Menurut Sartain, dkk. (cit. Yusuf, 2005) ada empat faktor yang memengaruhi
pembentukan sikap, 1) faktor pengalaman khusus, 2) faktor komunikasi dengan orang
lain, 3) faktor model, yaitu dengan melalui mengimitasi, 4) faktor lembaga sosial
(institutional) yaitu sumber yang mempengaruhi. Menurut McGuire (cit. Yusuf,
2005) perubahan sikap dipengaruhi, 1) pendekatan teori belajar, 2) pendekatan teori
persepsi, 3) pendekatan teori konsistensi, 4) pendekatan teori fungsi.
2.9 Tindakan
Menurut Dignan & Carr (1999) suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
tindakan, untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain, tingkat
tindakan dalam praktek yaitu :
1. Persepsi (perception), yakni mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan
2. Respon terpimpin (quided respon) yakni dapat melakukan sesuatu sesuai dengan
urutan yang benar sesuai dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mechanism) yakni apabila telah dapat melakukan dengan benar
secara otomatis atau sesuatu ini merupakan kebiasaan maka mencapai praktek
tingkat tiga.
4. Adaptasi (adaption) yaitu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya
tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
2.10 Landasan Teori
Berangkat dari analisis penyebab masalah kesehatan, Green membedakan
adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors
(faktor perilaku), dan non behavioral factors atau faktor non perilaku, Green
menganalisis, bahwa faktor perilaku sendiri di tentukan oleh 3 faktor utama yaitu:
1. Faktor Predisposisi (Predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadi perilaku seseorang, antara lain
pengetahuan, sikap keyakinan, kepercayaan nilai-nilai, tradisi, disebut.
2. Faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitas perilaku atau tindakan yang dimaksud
dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
3. Faktor-faktor penguat (reinforching factors) adalah faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, meskipun seseorang tahu
dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya.
2.11 Kerangka Konsep
Predisposing
- Umur - Pendidikan
- Jumlah Anggota RT - Pekerjaan
- Penghasilan - Pengetahuan - Sikap
Enabling
Fasilitas, sarana dan prasarana
Reinforcing
Tindakan
Program Promosi Kesehatan Rumah
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional. Penelitian
diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dengan pendekatan
rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan menjelaskan berbagai
faktor-faktor yang memengaruhi pelaksanaan program sebagai variabel bebas dan Rumah
Tangga Sehat sebagai variabel terikat.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Teladan Medan, dengan
pertimbangan masih ditemukan rumah tangga sehat dan rumah tangga tidak sehat
walaupun program promosi rumah tangga sehat telah dilaksanakan. Oleh karena itu
dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi hal tersebut.
Penelitian ini membutuhkan waktu selama 4 (empat) bulan, terhitung Maret
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga dari setiap rumah tangga
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Teladan, yaitu sebanyak 6.564 rumah tangga,
dengan perincian :
1. Kelurahan Teladan Barat sebanyak 1.849 rumah tangga
2. Kelurahan Mesjid sebanyak 1.142 rumah tangga
3. Kelurahan Pasar Baru sebanyak 1.142 rumah tangga
4. Kelurahan Pusat Pasar sebanyak 1.167 rumah tangga
5. Kelurahan Pandau Hulu I sebanyak 1.264 rumah tangga
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang kepala keluarga.
Penghitungan besar sampel dengan menggunakan rumus dari Notoatmodjo (2002),
yaitu :
( )
21 N d
N n
+ =
Dimana :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)
( )
2n = 98,50 kepala keluarga, digenapkan menjadi 100 kepala keluarga
Penentuan sampel untuk masing-masing kelurahan dilakukan sesuai dengan
proporsi dari besar populasi untuk setiap kelurahan, sehingga diperoleh jumlah
sampel untuk masing-masing kelurahan, yaitu :
1. Kelurahan Teladan Barat sebanyak 28 kepala keluarga
2. Kelurahan Mesjid sebanyak 17 kepala keluarga
3. Kelurahan Pasar Baru sebanyak 17 kepala keluarga
4. Kelurahan Pusat Pasar sebanyak 18 kepala keluarga
5. Kelurahan Pandau Hulu I sebanyak 20 kepala keluarga
Pengambilan sampel untuk setiap kelurahan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan tehnik acak (random sampling).
3.4. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
Variabel independen dalam penelitian ini meliputi variabel predisposing yaitu
penghasilan sebulan, pengetahuan, sikap. Kemudian variabel enabling yaitu fasilitas,
sarana dan prasarana, serta variabel reinforcing yaitu tindakan.
Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah program promosi
rumah tangga sehat.
Adapun defenisi operasional untuk masing-masing variabel independen dan
dependen, adalah :
1. Jenis Kelamin adalah identitas diri responden yang berhubungan dengan
sistem reproduksi
2. Umur adalah lama tahun hidup responden yang dihitung sejak lahir sampai
ulang tahun terakhir yang dinyatakan dalam tahun.
3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh
responden dan memperoleh ijazah yang sah.
4. Jumlah anggota rumah tangga adalah jumlah anggota keluarga yang adalah
dalam sebuah rumah tangga.
5. Pekerjaan adalah jenis kegiatan rutin yang dilakukan responden dan
menghasilkan pendapatan.
6. Penghasilan adalah jumlah pendapatan yang diperoleh responden dalam
sebulan yang dinyatakan dalam rupiah.
7. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
8. Sikap adalah suatu tingkat afeksi, baik bersifat positif maupun negative
dalam hubungannya untuk menyampaikan informasi mengenai rumah tangga
sehat.
9. Fasilitas, sarana dan prasarana adalah kemudahan sarana dan prasarana
sehingga memudahkan masyarakat dalam pelaksanaan rumah tangga sehat.
10.Tindakan adalah tindakan responden yang nyata dalam pelaksanaan rumah
tangga sehat.
11.Program promosi rumah tangga sehat adalah terlaksananya promosi rumah
tangga yang sehat, dengan proporsi rumah tangga yang memenuhi 10
(sepuluh) indikator rumah tangga sehat.
3.5. Metode Pengukuran
Untuk mengukur variabel independen dan variabel dependen dilakukan
dengan cara :
1). Variabel umur diukur berdasarkan pada skala interval, yaitu :
a. 21-30 tahun
b. 31-40 tahun
c. >40 tahun
2). Variabel pendidikan diukur berdasarkan pada skala ordinal dengan kategori :
a. Pendidikan dasar, jika responden hanya menamatkan pendidikan SD
b. Pendidikan menengah, jika responden menamatkan pendidikan setingkat
c. Pendidikan tinggi, jika responden menamatkan pendidikan
akademi/sarjana
3). Varibel jumlah anggota keluarga diukur berdasarkan pada skala interval,
yaitu :
a. 4-5 orang
b. >5 orang
4). Variabel pekerjaan didasarkan pada skala nominal, dengan kategori :
a. Tidak bekerja, jika responden hanya sebagai ibu rumah tangga atau
bekerja secara serabutan (mocok-mocok).
b. Bekerja, jika responden bekerja sebagai petani/buruh/PNS/Pegawai
Swasta/Nelayan/Pedagang
5). Variabel penghasilan didasarkan pada skala nominal, dengan indikator Upah
Minimum Regional Kota Medan tahun 2008, yaitu Rp.850.000.-, dengan
kategori :
a. Rendah, jika responden memiliki penghasilan < UMR
b. Tinggi, jika responden memiliki penghasilan ≥ UMR
6). Variabel pengetahuan, fasilitas dan tindakan diukur berdasarkan pertanyaan
yang diajukan, dimana pengetahuan memiliki 11 pertanyaan, fasilitas
memiliki 7 pertanyaan dan tindakan memiliki 10 pertanyaan. Untuk setiap
pertanyaan memiliki alternatif jawaban ya dan tidak, dimana jika menjawab
Kemudian jumlah dari semua jawaban dikategorikan menjadi :
a. Baik, jika jawaban responden memperoleh nilai ≥75 %
b. Kurang, jika jawaban responden memperoleh nilai < 75 %
7). Variabel sikap diukur berdasarkan 10 pertanyaan yang diajukan, jawaban
dengan menggunakan skala Likert yaitu jawaban sangat setuju diberi skor 3,
jawaban setuju diberi skor 2, jawaban tidak setuju diberi skor 1, dan jawaban
sangat tidak setuju diberi skor 0. Kemudian jumlah dari semua jawaban
dikategorikan menjadi :
a. Baik, jika jawaban responden memperoleh nilai ≥75 %
b. Kurang, jika jawaban responden memperoleh nilai < 75 %
8). Variabel program promosi kesehatan rumah tangga yang sehat diukur
berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada kepala keluarga tentang
terlaksananya program promosi kesehatan di rumah tangga dengan alternatif
jawaban pernah dan tidak.
3.6. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
1. Data primer melalui wawancara dan observasi langsung dengan menggunakan
kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.
2. Data sekunder yaitu dengan cara memperoleh data dari studi dokumentasi melalui
Sedangkan tehnik pengumpulan data dilakukan dengan membagikan
kuesioner kepada responden dengan terlebih dahulu meminta persetujuan responden
untuk dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini. Selanjutnya peneliti
membagikan kuesioner, hal ini dilakukan agar responden dapat bertanya tentang
maksud pertanyaan yang tidak dimengerti oleh responden, dan agar bukan orang lain
yang mengisi kuesioner tersebut. Jika responden selesai mengisi kuesioner tersebut
peneliti meminta kembali lembaran tersebut dan dilanjutkan dengan responden yang
lainnya.
3.7. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program komputer
Statistical Package for the Sosial Science (SPSS) versi 11.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan untuk memeriksa kuesioner dengan tujuan agar data yang dimaksud
dapat diolah secara benar sehingga pengolahan data dapat memberi hasil yang
dapat menjelaskan masalah pelaksanaan program yang telah diteliti kemudian
dikelompokkan menggunakan aspek pengukuran.
2. Tabulating
Untuk memperoleh analisa data dan pengolahan data serta pengambilan
Sedangkan analisis data dalam penelitian ini mencakup 3 (tiga) tahapan
analisis, yaitu :
1. Analisis univariat untuk mendeskripsikan variabel penelitian secara tunggal,
dengan mendeskripsikan variabel umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,
penghasilan, pengetahuan, sikap, fasilitas, sarana dan prasarana, dan tindakan
dalam bentuk persentase dan tabel distribusi frekuensi.
2. Analisis bivariat merupakan kelanjutan dari analisis univariat, dengan mencari
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dalam bentuk
tabulasi silang. Untuk menguji hubungan masing-masing variabel digunakan uji
Chi Square pada taraf kepercayaan 95%.
3. Analisis multivariat merupakan kelanjutan dari analisis bivariat. Hasil uji statistik
dari masing-masing variabel independen dengan variabel dependen yang
memiliki nilai p<0,05 (bermakna), akan dilanjutkan dengan menggunakan uji
regresi logistik, untuk mengetahui variabel independen yang memiliki pengaruh
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Kecamatan Medan Kota 4.1.1. Letak dan Geografis
Kecamatan Medan Kota luasnya 7,78 km2 yang terdiri dari 12 kelurahan.
Terletak 30 meter di atas permukaan laut, dengan posisi 20o-30o Lintang Utara dan
98o-44o Bujur Timur. Adapun batas-batas kecamatan ini, yaitu:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuangan
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
4.1.1. Kependudukan
Berdasarkan data statistik maka jumlah penduduk pada Kecamatan Medan
Kota adalah sebesar 82.783 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 40.717
jiwa dan perempuan sebesar 42.066 jiwa. Adapun luas kelurahan, jumlah penduduk
dan kepadatan penduduk per Km2 di Kecamatan Medan Kota, seperti terlihat pada
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga di Kecamatan Medan Kota
No Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk
Jumlah R. Tangga
Rata-Rata Anggota RT
1 Siti Rejo I 9438 2227 4.24
2 Sudi Rejo II 7101 1546 4.59
3 Sudi Rejo I 11954 2708 4.41
4 Teladan Timur 11438 2742 4.17
5 Teladan Barat*) 7995 1849 4.32
6 Pasar Merah Barat 3335 456 7.31
7 Mesjid*) 4058 1142 3.55
8 Kota Matsum III 6945 1613 4.31
9 Sei Rengas I 6127 1565 3.92
10 Pasar Baru*) 4830 1142 4.23
11 Pusat Pasar*) 3959 1167 3.39
12 Pandau Hulu I*) 5603 1264 4.43
Jumlah 82783 19421 4.26
Keterangan: *) desa yang termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Teladan Sumber: BPS Kota Medan, 2007
4.1.2. Mata Pencaharian
Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian pada wilayah Kecamatan
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian pada Wilayah Kecamatan Medan Kota
No Desa/Kelurahan Mata Pencaharian
PNS ABRI P.Swasta Pedagang Pensiunan
1 Siti Rejo I 474 13 489 432 175
2 Sudi Rejo II 339 25 436 507 162
3 Sudi Rejo I 355 30 413 421 186
4 Teladan Timur 614 35 279 376 165
5 Teladan Barat 531 108 497 694 214
6 Psr Merah Barat 252 10 265 232 128
7 Mesjid 114 5 614 572 25
8 Kota Matsum III 174 14 542 676 87
9 Sei Rengas I 0 0 1106 1244 0
10 Pasar Baru 0 0 748 1106 0
11 Pusat Pasar 51 4 1088 1094 0
12 Pandau Hulu I 16 0 1138 1129 7
Jumlah 2920 244 7615 8483 1149
Sumber: BPS Medan Kota, 2007
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa distribusi mata pencaharian penduduk yang
berada pada Kecamatan Medan Kota yang terbesar adalah sebagai pedagang, diikuti
4.2. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing
4.2.1. Faktor Predisposing
Faktor predisposisi atau faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku
seseorang untuk dapat menyebabkan terlaksananya program promosi rumah tangga
adalah umur, pendidikan, jumlah anggota rumah tangga, pekerjaan, penghasilan,
pengetahuan dan sikap kepala keluarga. Adapun masing-masing faktor predisposisi
tersebut adalah :
a. Umur
Distribusi kepala keluarga berdasarkan umur disajikan pada Gambar 4.1.
berikut ini :
25%
36% 39%
21-30 tahun
31-40 tahun
>40 tahun
Gambar 4.1. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Umur
Berdasarkan Gambar 4.1. dapat diketahui bahwa umur kepala keluarga
sebagian besar pada umur lebih dari 40 tahun yaitu sebesar 39%, diikuti oleh rentang
b. Pendidikan
Distribusi kepala keluarga berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Gambar
4.2. berikut ini :
13%
68% 19%
Dasar Menengah Tinggi
Gambar 4.2. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Pendidikan
Pada Gambar 4.2. dapat dilihat pendidikan kepala keluarga dengan jumlah
terbesar yaitu sebanyak 68% adalah pendidikan menengah yaitu tamat SMP dan
SMA. Diikuti oleh pendidikan tinggi (tamat akademi/perguruan tinggi) sebesar 19%,
c. Jumlah Anggota Keluarga
Distribusi kepala keluarga berdasarkan jumlah anggota keluarga seperti pada
Gambar 4.3. berikut ini :
62% 38%
4-5 orang
>5 orang
Gambar 4.3. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Rumah tangga yang memiliki 4-5 orang anggota keluarga yaitu sebesar 62%
dibandingkan dengan keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga > 5 orang
sebesar 38%.
d. Pekerjaan
Distribusi kepala keluarga berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Gambar
17%
83%
Tidak Bekerja Bekerja
Gambar 4.4. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Pekerjaan
Pada pekerjaan kepala keluarga diketahui bahwa sebesar 83% kepala keluarga
memiliki pekerjaan tetap seperti PNS, pegawai swasta dan pedagang (pekerjaan yang
paling banyak adalah pedagang yaitu sebesar 50%, diikuti PNS sebesar 25% dan
pegawai swasta sebesar 8%). Kemudian ada sebesar 17% kepala keluarga tidak
memiliki pekerjaan yang tetap.
e. Penghasilan
Distribusi kepala keluarga berdasarkan penghasilan dapat dilihat pada Gambar
4.5. berikut ini :
69% 31%
<UMR
≥UMR
Sedangkan distribusi kepala keluarga berdasarkan penghasilan yang dapat
dilihat pada Gambar 4.5. menunjukkan bahwa jumlah pendapatan <UMR sebesar
69%, jumlah pendapatan ≥UMR ada sebesar 31%.
f. Pengetahuan
Distribusi kepala keluarga berdasarkan pengetahuan disajikan pada Gambar
4.6. berikut ini :
93% 7%
Baik
Kurang
Gambar 4.6. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Pengetahuan
Adapun pengetahuan kepala keluarga tentang program promosi rumah tangga
sehat dengan jumlah sebesar 93% pada kategori baik, dan pada kategori kurang
g. Sikap
Distribusi kepala keluarga berdasarkan sikap disajikan pada Gambar 4.7.
berikut ini :
74% 26%
Baik Kurang
Gambar 4.7. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Sikap
Sedangkan sikap kepala keluarga tentang program promosi rumah tangga
sehat dengan jumlah sebesar 74% pada kategori baik, dan pada kategori kurang
sebesar 26%.
4.2.2. Faktor Enabling
Faktor enabling merupakan salah satu faktor yang menunjang terjadinya suatu
perilaku. Dalam hal ini yang menjadi faktor enabling adalah tersedianya fasilitas,
sarana dan prasarana. Distribusi kepala keluarga berdasarkan faktor fasilitas, sarana
88% 12%
Baik
Kurang
Gambar 4.8. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Fasilitas, Sarana dan Prasarana
Berdasarkan Gambar 4.8. di atas dapat diketahui bahwa faktor fasilitas, sarana
dan prasarana sebagian besar pada kategori baik yaitu sebanyak 88%, dan pada
kategori kurang sebesar 12%.
4.2.3. Faktor Reinforcing
Faktor Reinforcing atau faktor penguat terjadinya suatu perilaku baru pada
kepala keluarga tentang program promosi rumah tangga sehat, dapat dilihat pada
83% 17%
Baik
Kurang
Gambar 4.9. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Tindakan
Dari Gambar 4.9. di atas diketahui bahwa sebanyak 83% kepala keluarga
memiliki tindakan pada kategori baik, sedangkan tindakan pada kategori kurang
sebanyak 17%.
4.3. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Pelaksanaan Program Promosi Rumah Tangga Sehat
Distribusi pelaksanaan program promosi rumah tangga sehat yang
dilaksanakan oleh petugas kesehatan kepada setiap rumah tangga, dapat dilihat pada
74% 26%
Ya
Tidak
Gambar 4.10. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Pelaksanaan Program Promosi Rumah Tangga Sehat
Dari Gambar 4.10. terlihat bahwa ada sebanyak 74% kepala keluarga yang
telah memperoleh program promosi rumah tangga sehat, dan sebanyak 26% tidak
memperolehnya.
4.4.Hubungan Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing dengan Program Promosi Rumah Tangga Sehat
4.4.1. Hubungan Faktor Predisposing dengan Program Promosi Rumah Tangga Sehat
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hubungan faktor-faktor predisposisi
Tabel 4.3. Hubungan Faktor Predisposing dengan Promosi Rumah Tangga Sehat
Program Promosi RT Sehat
Ya Tidak Total
Faktor Predisposing
n % n % n % p Value
Umur Kepala Keluarga
a. 21 – 30 tahun
Pendidikan K. Keluarga
a. Dasar
Jumlah Anggota RT
a. 4 – 5 orang
Pekerjaan K. Keluarga
a. Tidak Bekerja
b. Bekerja
Sikap Kepala Keluarga
a. Baik
Berdasarkan Tabel 4.3. diketahui bahwa umur kepala keluarga yang
memperoleh program promosi rumah tangga sehat relatif sama antara umur 21-30
tahun yaitu sebesar 80% dengan umur >40 tahun yaitu sebesar 87,2%, hanya yang
berbeda adalah umur 31-40 tahun yaitu sebesar 55,6%. Hasil uji chi square
menunjukkan terdapat hubungan signifikan (p=0,006) antara umur kepala keluarga
dengan pelaksanaan program promosi rumah tangga yang sehat.
Untuk faktor pendidikan kepala keluarga yang memperoleh program promosi
rumah tangga sehat juga relatif sama antara pendidikan dasar yaitu sebesar 61,5%,
pendidikan menengah yaitu sebesar 77,9% dan pendidikan tinggi yaitu sebesar
68,4%. Hasil uji chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan
(p=0,386) antara pendidikan kepala keluarga dengan pelaksanaan program promosi
rumah tangga yang sehat.
Faktor jumlah anggota rumah tangga yang memperoleh program promosi
rumah tangga yang sehat juga relatif sama antara jumlah anggota 4-5 orang yaitu
sebesar 75,8% dengan jumlah anggota >5 orang yaitu sebesar 71,1%. Hasil uji chi
square menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p=0,599) antara jumlah
anggota keluarga dengan pelaksanaan program promosi rumah tangga yang sehat.
Begitu juga dengan faktor pekerjaan kepala rumah tangga yang memperoleh
program promosi rumah tangga sehat juga relatif sama antara kepala keluarga yang
tidak bekerja yaitu sebesar 64,7% dengan kepala keluarga yang bekerja yaitu sebesar
(p=0,338) antara pekerjaan kepala keluarga dengan pelaksanaan program promosi
rumah tangga yang sehat.
Faktor penghasilan kepala keluarga yang memperoleh program promosi
rumah tangga sehat juga relatif sama antara kepala keluarga yang memiliki
penghasilan <UMR yaitu sebesar 73,9% dengan kepala keluarga yang memiliki
penghasilan ≥UMR yaitu sebesar 74,2%. Hasil uji chi square menunjukkan tidak
terdapat hubungan signifikan (p=0,976) antara penghasilan kepala keluarga dengan
pelaksanaan program promosi rumah tangga yang sehat.
Tingkatan pengetahuan kepala keluarga yang memperoleh program promosi
rumah tangga sehat tampak jauh berbeda. Pengetahuan kepala keluarga yang
memperoleh program promosi rumah tangga yang sehat pada kategori baik yaitu
sebesar 78,5%, sedangkan pengetahuan yang kurang hanya sebesar 14,3%. Hasil uji
chi square menunjukkan terdapat hubungan signifikan (p=0,000) antara pengetahuan
kepala keluarga dengan pelaksanaan program promosi rumah tangga yang sehat.
Untuk sikap kepala keluarga yang memperoleh program promosi rumah
tangga yang sehat juga berbeda jauh. Sikap kepala keluarga yang memperoleh
program promosi rumah tangga yang sehat pada kategori baik sebesar 85,1%,
sedangkan sikap yang kurang yaitu sebesar 42,3%. Hasil uji chi square menunjukkan
terdapat hubungan signifikan (p=0,000) antara sikap kepala keluarga dengan
4.4.2. Hubungan Faktor Enabling dengan Program Promosi Rumah Tangga Sehat
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hubungan faktor enabling yaitu adanya
fasilitas, sarana dan prasarana dengan pelaksanaan program promosi rumah tangga
yang sehat, seperti terlihat pada Tabel 4.4. berikut :
Tabel 4.4. Hubungan Faktor Enabling dengan Pelaksanaan Promosi Rumah Tangga yang Sehat
Program Promosi RT Sehat
Ya Tidak Total
Faktor Enabling
n % n % n % p Value
Fasilitas, Sarana dan
Prasarana
Dari Tabel 4.4. diketahui bahwa faktor fasilitas, sarana dan prasarana pada
kepala keluarga yang memperoleh pelaksanaan program promosi rumah tangga yang
sehat relatif sama antara kategori baik dan kurang. Pada kategori baik yaitu sebesar
73,9% dan pada kategori kurang yaitu sebesar 75,0%. Hasil uji chi square
menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p=0,933) antara fasilitas, sarana