• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TINGKAT RUMAH TANGGA MELALUI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TINGKAT RUMAH TANGGA MELALUI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

MELALUI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

(Studi Kasus Pengembangan Desa Siaga di Desa Jebed Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah)

FEBRI DJATMIKO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(2)

FEBRI DJATMIKO, The Enhancement Attempts of PHBS Strata on Household Level by Health Promotion Strategy (Case Study: Desa Siaga Development in Desa Jebed Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah), lectured by SAHARUDIN as The Chairman of Teaching Assistant Commission and IRAWAN SOEHARTONO as member of Teaching Assistant Commission.

Realizing vision “Healthy Indonesia 2010”, the national development health acquainted has been declared. Accordingly, health promotion attempt was needed to carry out the health development. Attaining clean and healthy way of behaving, National health promotion vision has been declared that was “clean and healthy way of behaving 2010”. Health promotion implementation was sustained by three strategies: community empowerment, situation service and advocating.

Particularly, The Health Service has appplied the strategy. However, statistic has shown that in 2006, only 42,85 % of healthy household in Kabupaten Pemalang and 20 % of them in Desa Jebed Selatan. Both were far from target of 65% of healthy household.

The research objective was to evaluate health promotion strategy implementation based on implementation site in Desa Jebed Selatan, to learn identified problem within the evaluation of health promotion strategy implementation based on the implementation site in Desa Jebed Selatan and to assemble participative design of health promotion strategy to interfere the identified problem in the evaluation of health promotion strategy implementation.

Therefore, PHBS Strata on household level in Desa Jebed Selatan would have improved.

The research method used qualitative method. The data collecting used indeep interview, archive study and Focus Group Discussion (FGD). The problems were identified with descriptive analysis. The problem priority, the design staregy and the program were used within PRECEDE-PROCEED framework. The program assemble were conducted in FGD forum jointly with the village figures, religious figure, village midwives and health cadets. The program were the participative training program and integrated health education to improve PHBS strata in household level in Desa Jebed Selatan

The result has shown that the problems that arised in the implementation of health promotion strategy are the low level of the awarness and affirmness of the housewives, farmer and farm labor about health; the minimum level of health facility; the lack of creativity and innovation of Puskesmas officers; the lack of care and responsibility of Puskesmas officers, village midwives and health cadet of periodical supervision to villager house; and no monitoring and supervision by Puskesmas officer after training and supervision.

(3)

FEBRI DJATMIKO, Upaya Peningkatan Strata PHBS Tingkat Rumah Tangga Melalui Strategi Promosi Kesehatan (Studi Kasus Pengembangan Desa Siaga di Desa Jebed Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah). Dibimbing oleh SAHARUDIN sebagai Ketua Komisi Pembimbing, IRAWAN SOEHARTONO sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Dalam mewujudkan visi “Indonesia Sehat 2010” telah ditetapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Untuk melaksanakan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan pendekatan Promosi Kesehatan.

Untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat ditetapkan visi Nasional Promosi Kesehatan yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010”. Dalam implementasinya Promosi Kesehatan didukung oleh tiga strategi yaitu pemberdayaan masyarakat, bina suasana dan advokasi. Secara umum Dinas Kesehatan Kab. Pemalang telah menerapkan strategi tersebut, akan tetapi berdasarkan data yang diperoleh rumah tangga sehat di Kab. Pemalang tahun 2006 hanya 42,85 % dan di Desa Jebed Selatan hanya 20 % kedua capaian tersebut masih jauh dari yang ditargetkan yaitu 65 %.

Tujuan kajian ini untuk mengevaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan di Desa Jebed Selatan, mengkaji masalah yang telah teridentifikasi dalam evaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan di Desa Jebed Selatan serta menyusun rancangan strategi promosi kesehatan secara partisipatif untuk mengintervensi masalah yang telah teridentifikasi dalam evaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan guna meningkatkan strata PHBS tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan.

Hasil kajian menunjukkan bahwa masalah yang muncul pada implementasi strategi promosi kesehatan adalah masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu rumah tangga tentang kesehatan, masih rendah tingkat pengetahuan dari petani dan buruh tani akan kesehatan, minimnya sarana dan prasarana kesehatan, masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas, kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke rumah warga dan tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas Puskesmas setelah dilakukan penyuluhan atau masalah sosialisasi.

Metode kajian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, studi arsip dan FGD.

Permasalahan diidentifikasi dengan analisis deskriptif. Dalam menentukan prioritas masalah dan rancangan strategi dan program digunakan kerangka kerja PRECEDE-PROCEED. Penyusunan program dilaksanakan bersama tokoh masyarakat, tokoh agama, bidan desa dan kader kesehatan dalam forum FGD.

Penyusunan program ditujukan untuk meningkatkan strata PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan. Program tersebut adalah Program Pelatihan Partisipatif dan Program Pendidikan Kesehatan Terpadu.

(4)

FEBRI DJATMIKO, Upaya Peningkatan Strata PHBS Tingkat Rumah Tangga Melalui Strategi Promosi Kesehatan (Studi Kasus Pengembangan Desa Siaga di Desa Jebed Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah). Dibimbing oleh SAHARUDIN dan IRAWAN SOEHARTONO.

Memasuki milenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi Paradigma Sehat.

Berdasarkan Paradigma Sehat tersebut maka Departemen Kesehatan telah menetapkan visi “Indonesia Sehat 2010”, Untuk melaksanakan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan pendekatan Promosi Kesehatan. Untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat ditetapkan visi Nasional Promosi Kesehatan yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010”. Jadi dapat dikatakan bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah produk dari Promosi Kesehatan. PHBS tingkat rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melaksanakan PHBS.

Dalam implementasinya Promosi Kesehatan didukung oleh tiga strategi yaitu pemberdayaan masyarakat, bina suasana dan advokasi. Secara umum Dinas Kesehatan Kab. Pemalang telah menerapkan strategi tersebut, akan tetapi berdasarkan data yang diperoleh rumah tangga sehat di Kab. Pemalang tahun 2006 hanya 42,85 % dan capaian rumah tangga sehat di Desa Jebed Selatan hanya 20 %. Kedua capaian tersebut masih jauh dari yang ditargetkan yaitu 65 %.

Berpedoman dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa implementasi program Promosi Kesehatan di Kabupaten Pemalang belum dilaksanakan secara optimal sehingga hasilnya belum bisa mewujudkan PHBS tingkat rumah tangga sebagai cerminan dari rumah tangga sehat. Data dari Puskesmas Jebed bahwa di Desa Jebed Selatan sepanjang tahun 2007, jumlah Ibu Hamil yang meninggal sebanyak tiga orang, jumlah bayi yang meninggal sebanyak 10 orang, jumlah balita yang meninggal dua orang dan jumlah bayi yang lahir mati sebanyak empat orang.

Dengan jumlah kematian ibu hamil dan kematian bayi yang tidak sedikit menandakan bahwa masih minimnya pengetahuan masyarakat Desa Jebed Selatan terhadap Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Selain itu, di Desa Jebed Selatan dari 64 bayi (0-6 Bulan) yang diberi ASI Eksklusif oleh ibunya hanya tiga bayi atau 4,7

% dan kunjungan ibu hamil ke institusi kesehatan dari 148 ibu hamil hanya 67 ibu hamil yang melakukan kunjungan atau 45,27 % (Profil Puskesmas Jebed, 2006).

Berawal dari kurang optimalnya penerapan Strategi Promosi Kesehatan tersebut, Pengkaji merasa sangat perlu untuk mengevaluasi Strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan sehingga nantinya dapat melahirkan strategi dan program Promosi Kesehatan yang tepat untuk kondisi masyarakat Desa Jebed Selatan. Tujuan dari kajian ini adalah mengevaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan yang dijalankan di Desa Jebed Selatan dan mengkaji masalah-masalah dalam implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan di Desa Jebed Selatan dan mengkaji kondisi PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan serta menyusun rancangan strategi Promosi Kesehatan yang efektif untuk kondisi Desa

(5)

Metode kajian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, studi arsip dan FGD.

Permasalahan diidentifikasi dengan analisis deskriptif. Dalam menentukan prioritas masalah dan rancangan strategi dan program digunakan kerangka kerja PRECEDE-PROCEED. Penyusunan program dilaksanakan bersama tokoh masyarakat, tokoh agama, bidan desa dan kader kesehatan dalam forum FGD.

Hasil kajian menunjukkan bahwa masalah yang muncul pada implementasi strategi promosi kesehatan adalah masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu rumah tangga tentang kesehatan, masih rendah tingkat pengetahuan dari petani dan buruh tani akan kesehatan, minimnya sarana dan prasarana kesehatan, masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas, kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke rumah warga dan tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas Puskesmas setelah dilakukan penyuluhan atau masalah sosialisasi.

Perencanaan Promosi Kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah, penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu, dalam membuat perencanaan promosi kesehatan, keterlibatan dan peran serta peserta FGD sangat dibutuhkan dengan tujuan supaya menghasilkan program yang dapat mengintervensi masalah kesehatan pada PHBS di tingkat rumah tangga, sesuai kebutuhan masyarakat, efektif dalam biaya (cost effective) dan berkesinambungan (sustainable). Di samping itu, dengan melibatkan peserta FGD maka akan menciptakan rasa memiliki sehingga timbul rasa tanggung jawab dan komitmen. Dalam forum FGD tersebut telah dirumuskan prioritas masalah antara lain Perilaku ibu rumah tangga dan ibu hamil tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Perilaku Tenaga Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan yang belum melakukan kunjungan ke rumah sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab, Perlunya ide kreatif/ inovasi dan pengawasan dari petugas Puskesmas serta Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan. Dari prioritas masalah tersebut, kemudian peserta FGD menetapkan sasaran untuk rancangan Program Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut Sasaran Primer adalah Ibu rumah tangga, Sasaran Sekunder adalah Anggota Keluarga (Ayah dan Anak) dan Sasaran Tersier adalah Petugas Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan. Selanjutnya peserta FGD merancang tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai dalam Program Promosi Kesehatan adalah Peningkatan pengetahuan tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Peningkatan Strata PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan.

Untuk menunjang intervensi prioritas masalah diatas, diusulkan dua Strategi dan Program Promosi Kesehatan, antara lain Strategi Peningkatan Kapasitas SDM dengan Program Pelatihan Partisipatif dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pendidikan Kesehatan Terpadu Berbasis Keluarga.

(6)

MELALUI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

(Studi Kasus Pengembangan Desa Siaga di Desa Jebed Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah)

FEBRI DJATMIKO

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(7)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ”Upaya Peningkatan Strata PHBS Tingkat Rumah Tangga Melalui Strategi Promosi Kesehatan (Studi Kasus Pengembangan Desa Siaga di Desa Jebed Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah)” adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Juli 2008

FEBRI DJATMIKO NRP I354060235

(8)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Ir. Said Rusli, M.A

(9)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yag wajar IPB.

Dilarang mengummkan dan memperbanyak sebagaian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya Penulis mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Pendidikan Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Pengembangan Masyarakat. kajian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional dengan judul Laporan Kajian Pengembangan Masyarakat adalah “Upaya Peningkatan Strata PHBS Tingkat Rumah Tangga Melalui Strategi Promosi Kesehatan (Studi Kasus Pengembangan Desa Siaga Di Desa Jebed Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah)”.

Berkenaan dengan penyusunan Kajian Pengembangan Masyarakat tersebut Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Saharudin, MS dan Prof. Dr. H. Irawan Soehartono, M.S.W selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan saran dalam penyusunan kajian ini.

2. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS, selaku Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat IPB-STKS dan para Staf Pengajar pada Program Studi Pengembangan Masyarakat IPPB-STKS.

3. Dr. Marjuki, M.Sc. selaku Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia.

4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang, Kepala BPS Kabupaten Pemalang, Kepala Desa Jebed Selatan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Bidan Desa, Kader Kesehatan dan masyarakat Desa Jebed Selatan yang telah memberikan bantuan dan informasi sebagai bahan kajian.

5. Isteri dan anakku tercinta serta orang tuaku yang telah memberikan dukungan moral dan material kepada Penulis.

6. Para pihak yang tidak dapat Kami sebutkan satu persatu yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan kajian ini.

Semoga kajian ini dapat bermanfaat bagi para pihak yang akan meneliti lebih lanjut.

Bogor, Juli 2008

Penulis

(11)

Penulis dilahirkan di Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 2 Februari 1981 dari pasangan Bapak Suhartono dan Ibu Endang L.

Setyowati (Alm) sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan SD PIUS Kabupaten Pemalang pada tahun 1993, SMP PIUS Kabupaten Pemalang pada tahun 1996, SMA Negeri I Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 1999, dan STPDN Jatinangor pada tahun 2005.

Sejak tahun 2005 Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pemalang. Pada bulan Agustus 2006 Penulis mendapatkan beasisiswa dari Departemen Sosial Republik Indonesia untuk mengikuti pendidikan S2 Program Studi Pengembangan Masyarakat, kerjasama IPB-STKS.

Tahun 2006 Penulis menikah dengan Dewi Novitasari. Dari pernikahan ini Penulis dikaruniai satu orang anak, yang bernama Rajendra Aryasuta Putra Djatmiko, lahir pada tanggal 15 Oktober 2007.

(12)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Kajian ... 5

1.3.1 Tujuan Kajian ... 5

1.3.2 Manfaat Kajian ... 6

1.4 Keaslian Kajian ... 6

II. TINJAUAN TEORITIS 2.1 Promosi Kesehatan (Health Promotion) ... 7

2.1.1 Strategi Promosi Kesehatan ... 8

2.1.2 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ... 9

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ... 11

2.2.1 Sasaran PHBS Tingkat Rumah Tangga ... 12

2.2.2 Pengkajian PHBS Tingkat Rumah Tangga ... 13

2.3 Pemberdayaan Masyarakat ... 14

2.3.1 Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan ... 15

2.4 Kerangka Pemikiran ... 16

III. METODE KAJIAN 3.1 Batas – Batas Kajian ... 20

3.2 Tempat dan Waktu Kajian ... 20

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.3.1 Sumber Data ... 21

(13)

3.3.4 Teknik Pengolahan Data ... 26

3.3.5 Rancangan Perumusan Strategi dan Program ... 26

IV. PETA SOSIAL DESA JEBED SELATAN 4.1 Lokasi ... 27

4.2 Struktur Kependudukan ... 30

4.2.1 Proporsi Penduduk Umur Muda dan Umur Tua ... 32

4.2.2 Rasio Jenis Kelamin (RJK) ... 32

4.2.3 Rasio Beban Tanggungan (RBT) ... 33

4.2.4 Kepadatan Penduduk ... 33

4.2.5 Pendidikan ... 33

4.2.6 Angkatan Kerja ... 34

4.3 Aspek Perekonomian ... 35

4.4 Struktur Komunitas ... 36

4.5 Organisasi dan Kelembagaan ... 38

4.6 Sumberdaya Lokal ... 40

4.7 Masalah Sosial ... 42

4.8 Pengkajian PHBS Tingkat Rumah Tangga ... 43

4.9 Ikhtisar ... 48

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN 5.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan ... 50

5.2 Implementasi Strategi Promosi Kesehatan di Kabupaten Pemalang ... 53

5.3 Pencapaian Program Promosi Kesehatan di Kabupaten Pemalang ... 56

5.4 Ikhtisar ... 57

VI. EVALUASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN BERDASARKAN TEMPAT PELAKSANAAN DI DESA JEBED SELATAN 6.1 Tahap Input ... 59

6.2 Tahap Proses ... 59

(14)

6.3 Tahap Output ... 79

6.3.1 Sikap dan Perilaku Masyarakat Desa Jebed Selatan Berdasarkan Tanggapan dari Petugas Puskesmas Jebed ... 79

6.3.2 Sikap dan Perilaku Petugas Puskesmas Jebed Berdasarkan Tanggapan dari Masyarakat Desa Jebed Selatan ... 80

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN 7.1 Perencanaan Promosi Kesehatan ... 83

7.1.1 Fase Diagnosis Sosial ... 85

7.1.2 Fase Diagnosis Epidemiologi ... 87

7.1.3 Fase Diagnosis Perilaku dan Lingkungan ... 88

7.1.4 Fase Diagnosis Pendidikan dan Organisasional ... 89

7.1.5 Fase Diagnosis Administratif dan Kebijakan ... 89

7.2 Rancangan Strategi dan Program Promosi Kesehatan ... 90

7.2.1 Program Pelatihan Partisipatif ... 93

7.2.2 Program Pendidikan Kesehatan Terpadu ... 93

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan ... 96

8.2 Rekomendasi ... 98

8.2.1 Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang ... 98

8.2.2 Pelaksana Program Promosi Kesehatan ... 99

(15)

Halaman

1 Jadual Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat Tahun 2007 .... 21

2 Kelengkapan Data ... 22

3 Teknik Pengumpulan Data dan Tujuan ... 25

4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Desa Jebed Selatan Tahun 2006 ... 31

5 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Jebed Selatan ... 34

6 Data Angkatan Kerja Dirinci Menurut Umur Tahun 2006 ... 34

7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Desa Jebed Selatan Tahun 2006 ... 35

8 Pencapaian Program Promosi Kesehatan Kabupaten Pemalang Tahun 2006 ... 57

9 Komposisi Mata Pencaharian Responden ... 68

10 Karakteristik Masyarakat Desa Jebed Selatan ... 85

11 Diagnosis Epidemiologi Promosi Kesehatan ... 87

12 Kerangka Kerja Logis Strategi dan Program Promosi Kesehatan di Desa Jebed Selatan ... 92

(16)

Halaman 1 Hubungan Promosi Kesehatan, Tempat Pelaksanaan dengan

Determinan Perilaku ... 11

2 Proses Pemberdayaan dalam Kesehatan ... 16

3 Kerangka Pemikiran Peningkatan Strata PHBS Tingkat Rumah Tangga ... 19

4 Diagram Penggunaan Lahan di Desa Jebed Selatan ... 27

5 Diagram Jumlah Kepala Keluarga di Setiap Dusun ... 28

6 Piramida Penduduk Desa Jebed Selatan Tahun 2006 ... 31

7 Jumlah Keluarga Miskin Tiap Dusun ... 42

8 Hasil Pengkajian PHBS Tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan Berdasarkan Urutan Masalah ... 47

9 Pencapaian Rumah Tangga Sehat di Desa Jebed Selatan ... 48

10 Komposisi Jumlah Tingkat Pendidikan Anggota Responden ... 73

11 Kerangka PRECEDE-PROCEED ... 84

(17)

Halaman

1 Peta Jebed Selatan ... 104

2 Instrumen Wawancara Mendalam (Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang) ... 105

3 Instrumen Wawancara Mendalam (Bidan Desa) ... 106

4 Instrumen Wawancara Mendalam (Kepala Desa) ... 107

5 Instrumen Wawancara Mendalam (Responden) ... 108

(18)

I.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi sehingga perlu dijaga, dilindungi dan ditingkatkan kualitasnya. Kesehatan juga merupakan faktor penting untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, secara sosial dan ekonomi.

Namun demikian, banyak masyarakat yang belum menyadari akan pentingnya kesehatan dalam kehidupannya. Seperti contoh apabila masyarakat mengabaikan kesehatan maka mengakibatkan mereka sakit, sehingga dampaknya membuat mereka tidak produktif, bahkan menjadi konsumtif dan menjadi beban bagi orang lain. Orang bijak mengatakan bahwa “Sehat memang bukan segalanya tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti”. Menjadi suatu keharusan bagi setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk mengenali, melindungi, memelihara dan meningkatkan kesehatan demi terwujudnya kemandirian masyarakat terhadap kesehatan.

Memasuki milenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi Paradigma Sehat.

Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik dengan melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan. Secara makro paradigma sehat berarti semua sektor memberikan kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro berarti pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI 2006).

Berdasarkan Paradigma Sehat tersebut maka Departemen Kesehatan telah menetapkan visi “Indonesia Sehat 2010”, dimana ada tiga pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Bentuk konkrit dari perilaku sehat yaitu perilaku proaktif dalam memelihara, meningkatkan kesehatan dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.

(19)

Dalam mewujudkan visi “Indonesia Sehat 2010” telah ditetapkan misi pembangunan kesehatan yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau dan memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. (Depkes RI 2006)

Untuk melaksanakan misi pembangunan kesehatan tersebut diperlukan pendekatan Promosi Kesehatan, hal ini disebabkan pendekatan Promosi Kesehatan lebih berorientasi pada proses pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat, melalui peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatannya.

Dalam Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan didefinisikan bahwa Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Pusat Promosi Kesehatan Depkes 2005). Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat.

Artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan sesuai sosial budaya setempat, artinya sesuai dengan keadaan, permasalahan dan potensi setempat. Proses pembelajaran tersebut juga di sertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik maupun non fisik, termasuk kebijakan dan peraturan perundangan agar lebih responsif terhadap kesehatan.

Untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat melalui Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan Depkes telah menetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES /SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010” (PHBS 2010). Jadi dapat dikatakan bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah produk dari Promosi Kesehatan.

PHBS sendiri adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (Pusat Promosi Kesehatan Depkes 2006). PHBS dapat

(20)

dilaksanakan di berbagai tingkat, seperti tingkat rumah tangga, institusi pendidikan, institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit, Puskesmas dan praktek dokter), tempat umum (pasar, stasiun dan terminal) dan tempat kerja (pabrik).

PHBS tingkat rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melaksanakan PHBS, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Dinkes. Prov. Jawa Tengah 2006).

Dalam era otonomi daerah, visi “Indonesia Sehat 2010” akan dapat terwujud apabila telah tercapainya secara keseluruhan “Kabupaten/ Kota Sehat” yang diawali dari basisnya yaitu “Desa Siaga”. Pemerintah melalui Departemen Kesehatan RI telah menyiapkan Grand Strategy yang salah satunya adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat melalui Pengembangan Desa Siaga. Desa Siaga sendiri adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa atau kelurahan yang memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan (bencana dan kegawat daruratan kesehatan) secara mandiri (Dinkes. Kab. Pemalang 2006). Dalam Pengembangan Desa Siaga, upaya peningkatan strata PHBS telah dijadikan sebagai indikator outcome sehingga kajian upaya peningkatan strata PHBS masih dalam kerangka kegiatan Pengembangan Desa Siaga.

1.2 Rumusan Masalah

Sebagaimana telah disebutkan di awal bahwa promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat, oleh karena itu pemberdayaan masyarakat dijadikan sebagai ujung tombak dari implementasi promosi kesehatan yang didukung oleh upaya bina suasana dan advokasi. Secara umum, Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang sebagai penanggung jawab program Promosi Kesehatan sudah menerapkan strategi yang ada dalam Promosi Kesehatan, yaitu strategi Pemberdayaan Masyarakat1, Bina Suasana2 dan Advokasi3. Hanya saja dari data

1 Strategi ini langsung ditujukan kepada masyarakat. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri

(21)

yang diperoleh, menyatakan bahwa capaian strata PHBS tingkat Rumah Tangga di Kabupaten Pemalang tahun 2006 sebesar 42,85 % dan masuk dalam kategori Strata Sehat Madya (Dinas Kesehatan Kab. Pemalang 2006). Capaian rumah tangga sehat tersebut masih di bawah target Standar Pelayanan Minimum Bidang Kesehatan (SPM-BK) Kabupaten Pemalang sebesar 65 %. Capaian strata PHBS tingkat Rumah Tangga yang masih di bawah target tersebut berdampak pada Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Pemalang yang tergolong sangat tinggi yaitu 178 per 1000 kelahiran hidup. Capaian dan angka tersebut sangat terkait dengan tingkat kesehatan masyarakat Kabupaten Pemalang dan terkait juga dengan implementasi program Promosi Kesehatan. Capaian strata PHBS tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan berdasarkan hasil Peta PHBS pada Peta Sosial hanya 20 % dan hanya masuk dalam kategori Strata Sehat Pratama.

Capaian tersebut masih sangat jauh dari target SPM-BK (65 %) dan capaian rumah tangga sehat Kabupaten Pemalang (42,85 %).

Data dari Puskesmas Jebed bahwa di Desa Jebed Selatan sepanjang tahun 2007, jumlah Ibu Hamil yang meninggal sebanyak tiga orang, jumlah bayi yang meninggal sebanyak 10 orang, jumlah balita yang meninggal dua orang dan jumlah bayi yang lahir mati sebanyak empat orang. Dengan jumlah kematian ibu hamil dan kematian bayi yang tidak sedikit menandakan bahwa masih minimnya pengetahuan masyarakat Desa Jebed Selatan terhadap Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Selain itu, di Desa Jebed Selatan dari 64 bayi (0-6 Bulan) yang diberi ASI Eksklusif oleh ibunya hanya tiga bayi atau 4,7 % dan kunjungan ibu hamil ke institusi kesehatan dari 148 ibu hamil hanya 67 ibu hamil yang melakukan kunjungan atau 45,27 % (Profil Puskesmas Jebed 2006).

Berpedoman dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada masalah dalam PHBS di masyarakat Desa Jebed Selatan terutama pada ibu rumah tangga. Karena

2 Strategi ini adalah suatu kegiatan untuk mensosialisasikan program-program kesehatan agar masyarakat mau menerima dan berpartisipasi terhadap program tersebut. Strategi ini ditujukan untuk membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan.

3Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan diberbagai tingkatan sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah dan lain sebagainya.

(22)

PHBS adalah produk dari Promosi Kesehatan, maka perlu untuk mengetahui bagaimana strategi Promosi Kesehatan telah diterapkan di Kabupaten Pemalang maupun di Desa Jebed Selatan

Berdasarkan penjelasan di atas, Pengkaji berupaya untuk mengevaluasi penerapan Strategi Promosi Kesehatan sehingga nantinya dapat merancang Strategi dan Program Promosi Kesehatan yang tepat untuk kondisi masyarakat Desa Jebed Selatan. Dari evaluasi tersebut diharapkan strategi dan program yang baru mampu meningkatkan strata PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan.

Berdasarkan gambaran diatas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi Promosi Kesehatan dilaksanakan di Desa Jebed Selatan ? 2. Mengapa strategi tersebut belum berhasil meningkatkan strata PHBS tingkat

rumah tangga di Desa Jebed Selatan ?

3. Bagaimana strategi dan program Promosi Kesehatan yang dapat mengintervensi masalah PHBS di Desa Jebed Selatan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Kajian 1.3.1 Tujuan Kajian

a. Untuk mengevaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan di Desa Jebed Selatan.

b. Untuk mengkaji masalah yang telah teridentifikasi dalam evaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan di Desa Jebed Selatan.

c. Untuk menyusun rancangan strategi dan program Promosi Kesehatan secara partisipatif untuk mengintervensi masalah yang telah teridentifikasi dalam evaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan guna meningkatkan strata PHBS tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan.

(23)

1.3.2 Manfaat Kajian

Manfaat dalam kajian ini dapat ditinjau dalam perspektif praktis, strategis dan akademis, yaitu :

a. Manfaat praktis, memberikan masukan tentang kebijakan dan program yang aspiratif dan partisipatif bagi : Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Bappeda, Pemerintah Kabupaten Pemalang serta instansi terkait dan lembaga swadaya masyarakat.

b. Manfaat strategis, diharapkan dapat memberikan kontribusi atas penyusunan strategi pemberdayaan masyarakat melalui promosi kesehatan sebagai wujud pengembangan masyarakat (community development) dengan memanfaatkan potensi lokal dan kelembagaan lokal.

c. Manfaat akademis, diharapkan dapat memperkaya referensi tentang praktek pengembangan masyarakat dan pengorganisasian masyarakat pada sektor kesehatan yang tumbuh secara partisipatif.

1.4 Keaslian Kajian

Menurut Pengkaji bahwa kajian Evaluasi Strategi Promosi Kesehatan dalam meningkatkan PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan Kabupaten Pemalang belum pernah dilaksanakan oleh peneliti lain.

Adapun penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tingkat rumah tangga di Lokasi Proyek KKG Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2004 (Hasibuan 2004).

Antara kedua penelitian ini terdapat perbedaan yang mendasar apabila dilihat dari tujuannya, yaitu Hasibuan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi PHBS tingkat rumah tangga, sedangkan Pengkaji ingin mengevaluasi Strategi Promosi Kesehatan dan mengidentifikasi masalah PHBS tingkat rumah tangga yang ada di Desa Jebed Selatan serta menyusun rancangan strategi dan program yang efektif untuk mengintervensi masalah PHBS guna meningkatkan strata PHBS tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan.

(24)

2.1 Promosi Kesehatan (Health Promotion)

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan masyarakat (Blum, dalam Notoatmodjo, 2007). Dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis.

Intervensi terhadap faktor perilaku secara garis besar dapat dilakukan melalui Promosi Kesehatan.

Pengertian Promosi Kesehatan yang telah ditetapkan oleh Pusat Promkes Depkes RI ialah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dengan didukung oleh kebijakan publik yang responsif kesehatan. Dari konsep Promosi Kesehatan diatas, individu dan masyarakat bukanlah objek yang pasif (sasaran), melainkan sebagai subjek (pelaku), sehingga dalam proses pembelajaran tersebut peran pemberdayaan masyarakat sangat tepat untuk diterapkan demi terwujudnya perilaku masyarakat yang mencerninkan PHBS.

Promosi Kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor – faktor yang menentukan perilaku tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan Promosi Kesehatan harus disesuaikan dengan faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri. Menurut Green (1980), perilaku ini ditentukan oleh tiga faktor utama, yakni :

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors).

Faktor – faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada individu dan masyarakat adalah pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

2. Faktor Pemungkin (enabling factors).

Faktor pemungkin atau pendukung terwujudnya perilaku adalah ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya ketersediaan air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban dan lain

(25)

sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Posyandu, Dokter atau Bidan.

3. Faktor Penguat (reinforcing factors).

Faktor ini meliputi sikap dan perilaku dari tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga) dan petugas kesehatan. Selain itu undang-undang, peraturan- peraturan, kebijakan-kebijakan yang dikeluarakan atau ditetapkan dari pusat maupun pemerintah daerah yang responsif terhadap kesehatan juga dapat memperkuat terwujudnya perilaku hidup sehat di masyarakat.

2.1.1 Strategi Promosi Kesehatan

Berdasarkan Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, strategi tersebut, antara lain : Advokasi (Advocacy), Bina Suasana dan Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment). Secara garis besar Strategi Promosi Kesehatan, sebagai berikut : 1. Advokasi (advocacy).

Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan di berbagai tingkatan sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah dan lain sebagainya.

2. Bina Suasana

Strategi ini adalah suatu kegiatan untuk mensosialisasikan program-program kesehatan agar masyarakat mau menerima dan berpartisipasi terhadap program tersebut. Strategi ini ditujukan untuk membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan.

3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)

Strategi ini langsung ditujukan kepada masyarakat. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.

(26)

2.1.2 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa cakupan promosi kesehatan, baik sebagai ilmu maupun sebagai seni sangat luas. Ruang lingkup tersebut dibatasi berdasarkan dua dimensi, yakni :

1) Ruang Lingkup Promosi Kesehatan berdasarkan aspek kesehatan.

Secara garis besar bahwa kesehatan masyarakat mencakup empat aspek pokok, yaitu aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang kemudian dibagi lagi menjadi dua aspek, yakni :

a) Aspek promotif dan preventif (pencegahan).

Sasaran pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang sehat dan kelompok masyarakat yang beresiko tinggi (kelompok ibu hamil dan kelompok perokok), agar kelompok ini tidak menjadi jatuh sakit atau tetap sehat dan bahkan meningkat status kesehatannya.

b) Aspek kuratif (penyembuhan) dan rehabilitatif.

Sedangkan sasaran pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang sakit dan kelompok pasien yang baru sembuh (masa recovery) dari suatu penyakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih kesehatannya.

2) Ruang Lingkup Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan.

a) Promosi kesehatan pada tingkat keluarga (rumah tangga),

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat dan sebagai tempat pendidikan pertama kali oleh anak, maka promosi kesehatan sangat penting dalam menumbuhkan perilaku sehat. Sasaran intervensi adalah ibu, karena ibu sangat berperan dalam keluarga untuk meletakkan dasar perilaku sehat bagi seorang anak. Secara garis besar sasaran Promosi Kesehatan pada tingkat rumah tangga, sebagai berikut :

Sasaran Primer : Ibu rumah tangga dan anggota keluarga Sasaran Sekunder : Kepala keluarga dan kel yang berpengaruh

Sasaran Tersier : Kader kesehatan, anggota TP-PKK tingkat Desa, Toma, Toga dan LSM.

(27)

b) Promosi kesehatan pada institusi pendidikan (sekolah),

Sekolah sebagai perpanjangan tangan dari keluarga yang artinya sekolah sebagai tempat lanjutan dalam meletakkan dasar perilaku bagi anak termasuk perilaku kesehatan dan peran guru di sekolah sangat penting dalam memberikan pengetahuan kesehatan sehingga guru perlu diberikan pelatihan-pelatihan tentang kesehatan sehingga dapat menerapkannya kepada anak muridnya. Secara garis besar sasaran Promosi Kesehatan pada institusi pendidikan (sekolah), sebagai berikut :

Sasaran Primer : Siswa-siswi Sasaran Sekunder : Guru

Sasaran Tersier : Kepala Sekolah c) Promosi kesehatan pada tempat kerja,

Tempat kerja sebagai tempat dimana orang mencari nafkah untuk kehidupan keluarganya, sehingga promosi kesehatan di tempat kerja harus dilakukan dengan menyediakan unit K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Tujuan diselenggarakannya Promosi Kesehatan di Tempat Kerja adalah untuk memberdayakan karyawan di tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat kesehatannya serta mampu mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatannya sendiri dan juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja yang sehat. Secara garis besar sasaran Promosi Kesehatan pada tempat kerja, sebagai berikut :

Sasaran Primer : Seluruh karyawan Sasaran Sekunder : Organisasi Pekerja (SPSI) Sasaran Tersier : Pimpinan Perusahaan d) Promosi kesehatan pada tempat umum,

Di tempat umum perlu dilakukan promosi kesehatan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung perilaku sehat, seperti tempat sampah, tempat cuci tangan dan pemasangan poster atau leaflet. Secara garis besar sasaran Promosi Kesehatan pada tempat umum, sebagai berikut :

Sasaran Primer : Pengunjung dan pengguna jasa Sasaran Sekunder : Pengelola fasilitas umum Sasaran Tersier : Kepala Daerah

(28)

e) Promosi kesehatan tingkat institusi pelayanan kesehatan,

Tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan tempat praktek dokter) adalah tempat yang strategis untuk promosi kesehatan dengan tujuan supaya masyarakat yang sakit akan lebih peka terhadap kesehatan. Secara garis besar sasaran Promosi Kesehatan pada institusi pelayanan kesehatan, sebagai berikut :

Sasaran Primer : Petugas Kesehatan

Sasaran Sekunder : Organisasi Profesi Kesehatan

Sasaran Tersier : Kepala Dinas Kesehatan/ Direktur Rumah Sakit

Gambar 1 Hubungan Promosi Kesehatan, Tempat Pelaksanaan dengan Determinan Perilaku

2.2 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)

Kebijakan “Indonesia Sehat 2010” menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk mendukung pencapaian Visi “Indonesia Sehat 2010” dalam mewujudkan perilaku sehat maka Kebijakan Nasional Promosi kesehatan telah menetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES /SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010” (PHBS 2010).

Promosi Kesehatan

Faktor Predisposisi

Faktor Pemungkin Faktor Penguat Institusi

Pendidikan

Rumah Tangga Institusi Tempat Kerja Tempat Umum Kesehatan

Perilaku

Sumber : Diolah dari Notoatmodjo, 2007

(29)

PHBS sendiri adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (Pusat Promosi Kesehatan Depkes 2006). Merujuk definisi tersebut dan visi Nasional Promosi Kesehatan maka dapat dikatakan bahwa PHBS adalah produk dan hasil akhir (goals) dari Promosi Kesehatan.

PHBS tingkat rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Dinkes. Prov. Jawa Tengah 2006).

2.2.1 Sasaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tingkat Rumah Tangga

Sasaran PHBS tingkat rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan dan terbagi dalam :

1) Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan diubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang bermasalah) 2) Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang bermasalah misalnya, Kepala Keluarga, Ibu, Orang Tua, Kader Kesehatan/

Ibu-Ibu TP-PKK, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Petugas Kesehatan dan lintas sektor terkait.

3) Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, Kepala Desa, Lurah, Camat, Kepala Puskesmas, dll.

Pengkaji lebih menitik beratkan pada peningkatan strata PHBS tingkat rumah tangga, dikarenakan hanya PHBS tingkat rumah tangga yang mempunyai daya

(30)

ungkit paling besar dalam membudayakan individu, keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat.

Kenapa harus tingkat rumah tangga ? Hal tersebut dikarenakan keluarga adalah unit terkecil masyarakat. untuk mencapai perilaku sehat di masyarakat, maka harus dimulai masing-masing di tingkat rumah tangga. Dapat dikatakan bahwa keluarga adalah tempat persemaian manusia sebagai bagian dari anggota masyarakat. Bila persemaian tersebut hasilnya jelek maka akan berpengaruh pada masyarakat. Sasaran utama Promosi Kesehatan dalam terciptanya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tingkat rumah tangga adalah orang tua terutama ibu rumah tangga, karena ibu rumah tangga sangat berperan dalam peletakan dasar (pondasi) perilaku sehat pada anak-anak mereka sejak dari lahir.

2.2.2 Pengkajian PHBS Tingkat Rumah Tangga

Untuk mengetahui kondisi strata PHBS tingkat rumah tangga, maka langkah pada tahap ini adalah melakukan Pengkajian PHBS tingkat rumah tangga dengan 16 indikator, sebagai berikut :

a) Indikator Perilaku , yang terdiri : 1. Tidak merokok

2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 3. ASI Eksklusif

4. Tidak mengkonsumsi miras/ narkoba 5. Penimbangan balita

6. Gizi Keluarga

7. Kepesertaan Askes/ JPK 8. Mencuci tangan pakai sabun 9. Menggosok gigi sebelum tidur 10. Olah Raga teratur

11. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) b) Indikator Lingkungan, yang terdiri :

1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah

(31)

4. Kepadatan penghuni 5. Lantai rumah

2.3 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan merupakan upaya mentransformasikan kesadaran masyarakat, sehingga masyarakat mau dan mampu mengambil bagian secara aktif untuk mendorong terjadinya perubahan. Pemberdayaan harus didasarkan pada prinsip keberpihakan kepada masyarakat marjinal, karena mereka berada di lapisan sosial paling bawah, sehingga memiliki posisi yang mampu memecahkan masalah untuk merubah posisi mereka.

Bank Dunia memberikan definisi pemberdayaan sebagai “the process of increasing the capacity of individuals or groups to make choices and to transform those choices into desired actions and outcomes” (http://web.worldbank.org).

Dengan kata lain, pemberdayaan dapat dimaknai sebagai proses peningkatan kapasitas individual atau kelompok untuk membuat pilihan-pilihan dan untuk melaksanakan pilihan-pilihan tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan dan hasil yang diharapkan.

Ife (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata

“empowerment,” yang berarti memberi daya, memberi ”power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya. Segala potensi yang dimiliki oleh pihak yang kurang berdaya itu ditumbuhkan, diaktifkan, dikembangkan sehingga mereka memiliki kekuatan untuk membangun dirinya. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat menekankan kemandirian masyarakat itu sebagai suatu sistem yang mampu mengorganisir dirinya.

MacArdle (1989) mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang secara konsekuen melaksanakan keputusan itu.

Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal.

(32)

Sulistiyani (2004) menjelaskan lebih rinci bahwa secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar "daya" yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau proses pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Berdasarkan beberapa pengertian pemberdayaan yang dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh atau memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif pemecahannya dengan mengoptimalkan sumberdaya dan potensi yang dimiliki secara mandiri.

2.3.1 Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan

Kesehatan adalah hak setiap orang; oleh karena itu, baik individu, kelompok maupun masyarakat mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan menjaga kesehatan dirinya sendiri dari segala ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Sebagai wujud dari kewajiban dan tanggung jawab dalam memelihara dan melindungi kesehatannya, individu dan masyarakat harus mempunyai kemampuan yang disebut dengan kemandirian (self reliance).

Dengan perkataan lain, masyarakat yang berdaya sebagai hasil dari pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat yang mandiri dalam mengenali, melindungi, memelihara dan meningkatkan kesehatannya sendiri dan keluarganya.

Konsep Pemberdayaan di bidang Kesehatan mengemuka sejak dicanangkannya Strategi Global WHO tahun 1984, yang ditindak lanjuti dengan rencana aksi dalam Piagam Ottawa tahun 1986. Setelah itu kemudian para peneliti kesehatan mengadopsi konsep pemberdayaan tersebut ke dalam Promosi Kesehatan, antara lain :

1. Wallerstein (1992) dalam Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa pemberdayaan diadopsi ke dalam promosi kesehatan sebagai upaya untuk

(33)

meningkatkan efektivitas program dan menjaga kelestarian (sustainability) program.

2. Deklarasi Jakarta (1997), berbunyi bahwa keberdayaan dari individu-individu sebagai tujuan dari promosi kesehatan. Sedangkan promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan individu untuk mengontrol tingkah laku/

perilaku dan lingkungan yang berpengaruh pada kesehatan. Jadi disini pemberdayaan dapat dilihat sebagai upaya promosi kesehatan.

3. Nutbeam (1998) dalam Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa pemberdayaan adalah inti dari promosi kesehatan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan strategi utama Promosi Kesehatan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa masyarakat sebagai sasaran primer Promosi Kesehatan harus diberdayakan agar mereka mau dan mampu mengenali, menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Proses pemberdayaan tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Proses Pemberdayaan dalam Kesehatan

Sumber : Notoatmodjo, 2007

2.4 Kerangka Pemikiran

Promosi Kesehatan adalah suatu pendekatan yang kegiatannya beroerientasi pada perilaku dan tidak bisa lepas dari ruang lingkupnya, yaitu tempat pelaksanaannya (rumah tangga, institusi pendidikan, institusi kesehatan, tempat Informasi

Kesehatan

Kesadaran Kesehatan

Pengetahuan Kesehatan

Dana &

Daya Lain Sarana &

Pasarana

Kemauan Kesehatan

Berdaya dalam Kesehatan

(34)

kerja dan tempat umum). Implementasi Promosi Kesehatan di lima tempat pelaksanaan tersebut dipengaruhi oleh penerapan Strategi Promosi Kesehatan (advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat). Seperti yang telah dijelaskan pada BAB Pendahuluan bahwa PHBS adalah produk dari Promosi Kesehatan dan kenyataannya capaian PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan masih jauh dari capaian di Kabupaten Pemalang dan SPM-BK.

Berdasarkan hasil Pengkajian PHBS tingkat rumah tangga pada Peta Sosial telah teridentifikasi bahwa capaiannya pada Strata Sehat Pratama, dalam klasifikasinya strata tersebut tergolong strata yang paling rendah. Hal tersebut dikarenakan masih dominannya masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Berdasarkan penjelasan tersebut, Pengkaji merasa sangat perlu untuk mengevaluasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaannya (rumah tangga, institusi pendidikan, institusi kesehatan, tempat kerja dan tempat umum).

Dalam mengevaluasi Strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan tersebut dilakukan dengan menggunakan pemikiran Green (1980).

Promosi Kesehatan sebagai pendekatan terhadap perilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak lepas dari faktor-faktor yang menentukan sikap dan perilaku tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan Promosi Kesehatan harus disesuaikan dengan faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku itu sendiri. Menurut Green (1980), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku kesehatan, yakni :

1. Faktor Pemudah (predisposing factors).

Faktor – faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada individu dan masyarakat adalah pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

2. Faktor Pemungkin (enabling factors).

Faktor pemungkin atau pendukung terwujudnya perilaku adalah ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya ketersediaan air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban dan lain

(35)

sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Posyandu, Dokter atau Bidan.

3. Faktor Penguat (reinforcing factors).

Faktor ini meliputi sikap dan perilaku dari tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga) dan petugas kesehatan. Selain itu kebijakan-kebijakan yang dikeluarakan atau ditetapkan dari pusat maupun pemerintah daerah yang responsif terhadap kesehatan juga dapat memperkuat terwujudnya perilaku hidup sehat di masyarakat.

(36)

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Peningkatan Strata Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tingkat Rumah Tangga

Implementasi Strategi Promkes

1 Advokasi 2 Bina Suasana 3 Pemberdayaan

Tempat Pelaksanaan Promkes

1 Sekolah

2 Institusi Kesehatan 3 Tempat Kerja 4 Tempat Umum 5 Rumah Tangga

Strata PHBS tingkat Rumah Tangga Desa Jebed Selatan Strata Sehat Pratama*

Masalah Perilaku Kesehatan di Desa Jebed Selatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Evaluasi Implementasi Strategi Promkes pada lima tempat pelaksanaan

di Desa Jebed Selatan

Perumusan Strategi & Program Promkes yang sesuai dengan kondisi

Desa Jebed Selatan

Peningkatan Strata PHBS tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan

KONSEP GREEN (1980)

1 Faktor Pemudah 2 Faktor Pemungkin 3 Faktor Penguat

Obyektif mikro (Sikap & Perilaku)

Keterangan :

: Mempengaruhi : Menggunakan

: Hasil Peta Sosial * : Strata paling rendah

(37)

3.1 Batas – Batas Kajian

Kajian ini merupakan kajian kualitatif dengan metode kajian komunitas evaluasi formatif eksplanatif, yaitu menjelaskan permasalahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat Desa Jebed Selatan pada tingkat rumah tangga sehingga nantinya mampu merumuskan strategi dan program Promosi Kesehatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Desa Jebed Selatan dan dengan melibatkan peran serta masyarakat Desa Jebed Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan obyektif-mikro, yaitu upaya memahami sikap dan perilaku kesehatan dari masyarakat Desa Jebed Selatan.

Upaya-upaya yang berkaitan dengan masalah yang dipertanyakan dalam kajian dengan menggunakan strategi studi kasus. Menurut Yin (2002) bahwa penggunaan studi kasus disesuaikan dengan bentuk pertanyaan berupa

“bagaimana atau “mengapa” dan diarahkan serangkaian peristiwa kontemporer, dimana penelitinya hanya memiliki peluang yang kecil atau tak mempunyai peluang sama sekali untuk melakukan kontrol terhadap peristiwa tersebut.

3.2 Tempat dan Waktu Kajian

Lokasi kajian berada di Desa Jebed Selatan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang dengan objek kajian adalah masyarakat Desa Jebed Selatan. Kajian dilakukan melalui delapan tahap yaitu pemetaan sosial (PL I) dilaksanakan pada tanggal 26 Desember 2006 sampai dengan tanggal 23 Januari 2007, evaluasi program pengembangan masyarakat (PL II) yang dilaksanakan pada tanggal 16 April – 8 Mei 2007, penyusunan proposal/ rencana kerja kajian dilaksanakan pada tanggal 27 Juni – 26 Juli 2007, kolokium dilaksanakan pada tanggal 27 – 28 Juli 2007, penyempurnaan proposal kajian sampai dengan 31 Agustus 2007, kerja lapangan sampai penulisan laporan dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2007. Jadual pelaksanaan kajian seperti ditunjukkan pada Tabel 1.

(38)

Tabel 1 Jadual Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat Tahun 2007

No Kegiatan Th.

2006 Tahun 2007

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Pemetaan Sosial (PL I)

2

Evaluasi Program

Pengembangan Masyarakat (PL II)

3 Penyusunan Proposal Kajian

4 Kolokium

5 Perbaikan Proposal Kajian 6 Kerja Lapangan/

Pengumpulan data 7 Pengolahan dan Analisis

Data

8 Penulisan Laporan

Sumber : Pengkaji, 2007

3.3 Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Sumber Data

Data adalah informasi yang sahih, terpercaya dan dibutuhkan untuk keperluan analisis dalam kajian. Data yang dipergunakan dalam kajian lapangan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yang bersumber dari responden yaitu tokoh formal seperti Kepala Desa Jebed Selatan dan perangkatnya (staf desa, ketua RW dan RT), Bidan Desa, Kepala Puskesmas Jebed dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang. Tokoh informal yang dijadikan responden adalah Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Kader Kesehatan dan masyarakat Desa Jebed Selatan. Sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh dari data statistik, literatur dan laporan atau publikasi yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti Profil Kesehatan Indonesia, Provinsi, Kabupaten dan Puskesmas serta data pendukung yang ada di desa, seperti : Data Monografi Desa, Data Perkembangan Desa, Daftar Isian Potensi Desa, laporan tahunan dan dokumen lain yang diperlukan dalam kajian ini.

Data dan teknik pengumpulannya seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

(39)

Tabel 2 Kelengkapan Data

No. Tujuan Kajian Jenis Data Sumber Data

Teknik Pengumpulan

Data 1 Mengevaluasi

implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan di Desa Jebed Selatan

1. Strategi Promosi

Kesehatan (advokasi, bina suasana dan

pemberdayaan masyarakat)

2. Implementasi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan (rumah tangga, sekolah, tempat kerja, tempat umum dan tempat pelayanan kesehatan) 3. Analisa Konsep Green

(faktor pemudah, pemungkin dan penguat)

1. Responden (Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang dan masyarakat Desa Jebed Selatan) 2. Data sekunder

(dokumen- dokumen)

1. Wawancara mendalam 2. Studi dokumen/

arsip

2 Mengkaji masalah yang telah

teridentifikasi dalam evaluasi

implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan di Desa Jebed Selatan

1. Masalah yang telah teridentifikasi pada evaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan 2. Tanggapan dari

masyarakat terhadap implementasi Promosi Kesehatan di Desa Jebed Selatan

3. Analisa Konsep Green (faktor pemudah, pemungkin dan penguat

Responden (Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang dan masyarakat Desa Jebed Selatan)

1. Wawancara mendalam

3 Menyusun rancangan strategi dan program Promosi Kesehatan secara partisipatif untuk mengintervensi masalah yang telah teridentifikasi dalam evaluasi

implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan guna meningkatkan strata PHBS tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan

1. Perencanaan Promosi Kesehatan dengan kerangka kerja

PRECEDE-PROCEED

1.Bidan Desa (DKK) 2.Tokoh Agama 3.Tokoh

Masyarakat 4.Kader Kesehatan

1. FGD

Sumber : Pengkaji, 2007

(40)

3.3.2 Teknik Pemilihan Responden

Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa kajian ini adalah kajian kualitatif dan dalam pemilihan responden, Pengkaji menggunakan sampel bertujuan (purposive sampling), responden dipilih dengan tujuan menjaring sebanyak mungkin informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaannya (rumah tangga, tempat kerja, tempat umum, sekolah dan institusi pelayanan kesehatan).

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian kualitatif diambil dengan maksud yang memiliki pengetahuan cukup serta mampu menjelaskan keadaan sebenarnya tentang objek penelitian. Dalam memperoleh data yang diperlukan dalam kajian ini, maka ada beberapa teknik yang dilakukan oleh Pengkaji, antara lain :

a. Wawancara Mendalam.

Teknik ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang terkait dengan permasalahan kajian melalui kegiatan temu muka yang dilakukan Pengkaji dengan responden. Pertanyaan yang diajukan tidak berdasarkan struktur tertentu tetapi terpusat pada satu pokok tertentu. Untuk mempermudahnya Pengkaji juga membuat pedoman wawancara. Wawancara mendalam dilakukan dengan tujuan untuk menjaring dan menggali informasi yang berkaitan dengan evaluasi penerapan strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaannya (rumah tangga, tempat kerja, tempat umum, sekolah dan institusi pelayanan kesehatan).

Dalam kajian ini teknik wawancara ditujukan kepada :

1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang atau bidang yang menguasai dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program Promosi Kesehatan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tujuan dari wawancara mendalam tersebut guna menjaring dan menggali informasi tentang implementasi strategi Promosi Kesehatan di lima tempat pelaksanaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Selain itu juga menggali kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pengambil kebijakan

(41)

(eksekutif dan legislatif) kaitannya dengan kesehatan. Instrumen wawancara seperti ditunjukkan pada Lampiran 2.

2. Bidan Desa, dengan tujuan untuk mengetahui informasi dari implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaannya di Desa Jebed Selatan. Instrumen wawancara seperti ditunjukkan pada Lampiran 3.

3. Kepala Desa, dengan tujuan untuk mengetahui kondisi perilaku masyarakatnya apakah sudah mencerminkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan mengetahui sarana dan prasarana kesehatan yang ada di desanya. Instrumen wawancara seperti ditunjukkan pada Lampiran 4.

4. Anggota Keluarga (ayah, ibu dan anak) yang dijadikan sebagai responden, tujuannya untuk menggali informasi dari anggota keluarga berkaitan dengan dampak atau pengaruh dari implementasi strategi Promosi Kesehatan yang dilaksanakan di tingkat rumah tangga, sekolah, tempat kerja, tempat umum dan tempat pelaksanaan kesehatan. Instrumen wawancara tersebut seperti ditunjukkan pada Lampiran 5.

5. Perwakilan masyarakat (tokoh agama dan tokoh masyarakat) Desa Jebed Selatan, yang dijumpai dengan suasana informal. Tujuan dari wawancara tersebut adalah menggali sikap dan perilaku kesehatan dari masyarakat langsung. Instrumen wawancara tidak terstruktur karena menyesuaikan dengan situasi yang ada.

b. Focus Group Discussion (FGD)

FGD merupakan suatu forum yang dibentuk untuk saling membagi informasi dan pengalaman di antara para peserta diskusi dalam satu kelompok. Tujuan sesungguhnya dari FGD ini adalah untuk menggali gagasan, merumuskan prioritas masalah dan mencari alternatif pemecahan masalah yang efektif dan efisien. Diskusi kelompok terfokus (focus group discussion/ FGD) dilakukan untuk menyusun rancangan strategi dan program Promosi Kesehatan secara partisipatif untuk mengintervensi masalah PHBS yang telah teridentifikasi guna meningkatkan strata PHBS tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan Peserta FGD terdiri dari Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Bidan Desa dan Kader Kesehatan. Dalam FGD ini Kades dan perangkatnya tidak dihadirkan

(42)

dengan tujuan untuk mengeliminir intimidasi dalam mengungkapkan pendapat dan masukan dari masyarakat langsung.

c. Studi Dokumentasi/ Studi Arsip

Studi dokumentasi, dilakukan dengan menelaah beberapa laporan, buku, arsip dan catatan yang relevan dengan masalah kajian.

Teknik pengumpulan data seperti ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Teknik Pengumpulan Data dan Tujuan

Sumber : Pengkaji, 2007

No. Teknik Sumber Data Tujuan

1 Wawancara Mendalam

a. Kepala DKK/ Kabid PL/ Kasi Penyehatan Industri dan Tempat Umum

b. Petugas Puskesmas

c. Bidan Desa/ Kader Kesehatan d. Kepala Desa

e. Anggota Keluarga (responden) f. Tokoh masyarakat dan tokoh

agama

a. Menjaring dan menggali informasi bagaimana penerapan strategi promosi kesehatan dan implementasi program Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaannya

b. Menggali kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pengambil kebijakan kaitannya dengan kesehatan

c. Menggali informasi dampak implementasi program Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan

2 Focus Group Discussion (FGD)

a. Tokoh Masyarakat b. Tokoh Agama c. Bidan Desa d. Kader Kesehatan

Menyusun rancangan strategi dan program Promosi Kesehatan secara partisipatif untuk mengintervensi

masalah PHBS yang telah teridentifikasi 3 Studi

Dokumentasi/

Studi Arsip

a. Profil Kesehatan Indonesia 2005

b. Profil Kesehatan Prov. Jawa Tengah 2006

c. Profil Kesehatan Kabupaten 2007

d. Profil Kesehatan Puskesmas 2007

e. Data BPS Kec. Taman 2006 f. Daftar Monografi Desa 2006 g. Daftar Isian Desa 2006 h. Daftar Potensi Desa 2006

Menelaah beberapa laporan, buku, arsip dan catatan yang relevan dengan masalah kajian

(43)

3.3.4 Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam kajian lapangan. Data yang ada tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan tabulasi. Sedangkan untuk menganalisis dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif meliputi :

1. Reduksi data, adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transfortasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.

2. Penyajian data adalah sekumpulan data informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Kesimpulan adalah proses menemukan makna data yang bertujuan memahami tafsiran dalam konteksnya dengan masalah secara keseluruhan.

3.3.6 Rancangan Perumusan Strategi dan Program

Dalam merumuskan strategi dan program dilaksanakan secara partisipatif melalui kegiatan FGD. Dalam kegiatan FGD juga diperkenalkan kerangka kerja PRECEDE – PROCEED oleh Pengkaji kepada Peserta FGD. Perumusan strategi dan program Promosi Kesehatan yang sudah disepakati kemudian dilakukan penyusunan kegiatan, jadwal, bentuk kegiatan dan bagaimana kegiatan tersebut akan dilaksanakan oleh partisipan dan penanggung jawab. Agar tujuan strategi dan program Promosi Kesehatan dapat dicapai dan dijalankan sesuai dengan apa yang diinginkan, maka tujuan tersebut harus jelas tahap demi tahap dan spesifik (Specific), sehingga mudah diukur (Measurable), dapat dicapai (Appropriate), dapat dilaksanakan (Realistic) dan dengan batasan waktu tertentu (Time Bound).

Untuk lebih mudah dipahami disingkat SMART. Rancangan program yang dihasilkan juga merupakan jawaban pertanyaan 5 W 1 H, yaitu :

What : Judul rancangan Program ?

Who : Siapa sasaran, pelaku dan penanggung jawab program?

Why : Mengapa program itu disusun ? Where : Dimana lokasi program ? When : Kapan dilaksanakan ?

How : Bagaimana cara melaksanakan program tersebut ?

Gambar

Gambar 1 Hubungan Promosi Kesehatan, Tempat Pelaksanaan  dengan                  Determinan Perilaku
Gambar 2  Proses Pemberdayaan dalam Kesehatan
Gambar 3  Kerangka Pemikiran Peningkatan Strata Perilaku Hidup Bersih dan Sehat  (PHBS) Tingkat Rumah Tangga
Tabel 1  Jadual Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat Tahun 2007  No Kegiatan  Th
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) RUMAH TANGGA DAN STATUS KESEHATAN DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI KELURAHAN BULAKAN KABUPATEN

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Padang agar mengkoordinasikan program/ kegiatan PHBS rumah tangga kepada lintas sektor terkait (BPMPK, TP-PKK) sehingga

Berdasarkan hasil penelitian, maka ditemukan bahwa terdapat hubungan antara motivasi hidup bersih dengan perilaku ibu rumah tangga memelihara kebersihan lingkungan , dengan koefisien

Hal ini dikembangkan melalui Kabupaten/Kota percontohan integrasi promosi kesehatan dengan sasaran utama adalah PHBS Tatanan Rumah Tangga (individu,

Dari hasil penelitian yang didapat, tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang penggunaan air bersih yang masuk kategori baik (85,11%) , responden mencuci tangan dengan

Skripsi yang berjudul “Peran Ibu dalam Menerapkan Lima Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga pada Anak Tunanetra (Studi Kualitatif di

Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan pengetahuan, sikap dan tingkat pendidikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada ibu rumah tangga

Sedangkan berdasarkan indikator perhatian, responden juga mempunyai perhatian dalam kategori tinggi untuk melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah