• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERDASARKAN TEMPAT PELAKSANAAN DI DESA JEBED SELATAN

5. Implementasi di Rumah Tangga

Sebagaimana telah diketahui bahwa keluarga adalah tempat persemaian manusia sebagai anggota masyarakat, bila persemaian itu jelek maka akan berpengaruh pada masyarakat. Agar masing-masing keluarga menjadi tempat yang kondusif untuk menumbuhkan perilaku sehat maka peran Promosi Kesehatan sangat dibutuhkan. Di dalam keluarga peran seorang ibu rumah tangga dalam meletakkan dasar perilaku sehat pada anak sangat penting. Oleh karena itu, sangat efektif apabila petugas Puskesmas atau bidan desa memberikan penyuluhan kepada ibu rumah tangga tentang pendidikan kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara yang pertanyaannya ditujukan ke ibu rumah tangga, diperoleh informasi bahwa penyuluhan tentang pendidikan kesehatan sudah pernah didapat dalam berbagai acara mulai dari Posyandu, arisan PKK sampai dengan acara pengajian. Dalam acara tersebut pendidikan kesehatan

memang sengaja diberikan kepada ibu rumah tangga dengan tujuan supaya ibu-ibu rumah tangga dapat mempraktekkannya sendiri di rumah. Permasalahan muncul ketika sudah berada di lingkungan rumah, dengan kegiatan rutinitas ibu rumah tangga yang banyak mulai dari mengurus anak, suami sampai mengurus rumah menjadikan informasi kesehatan yang diperoleh terabaikan dengan sendirinya. Alasan kenapa ibu rumah tangga belum bisa mempraktekkan perilaku hidup sehat karena terbentur dengan rutinitas di rumah yang sudah terlalu banyak bahkan ada ibu rumah tangga harus membantu suaminya di sawah. Alasan tersebut hampir 80 % dijawab oleh responden dan sisanya menjawab supaya ada pemantauan dari petugas kesehatan, bidan atau kader kesehatan. Permintaan dilakukannya pemantauan karena belum pernah ada petugas Puskesmas yang memantau langsung kegiatan di rumah dan mereka berharap bukan hanya melihat dan mendengar saja tetapi mereka ingin mempraktekkan perilaku hidup sehat dengan adanya pendamping, seperti kutipan wawancara yang memberikan alasan dan latar belakang pekerjaan suami yang berbeda, berikut ini :

Kutipan wawancara dari Ibu Rtnh. yang suaminya bekerja sebagai petani :

“Penyuluhan kados niku sering kulo rungoake, tapi kulo mpun katah kegiatan kulo ngurus keluarga dereng mbantu teng saben, dados bingung bade nglakokake”

(“Penyuluhan seperti itu sering saya dengarkan, tetapi saya sudah banyak kegiatan untuk mengurus keluarga belum membantu di sawah, jadi bingung untuk melakukannya”)

Kutipan wawancara dari Ibu Wj. yang suaminya bekerja sebagai buruh kayu :

“Saya memang sibuk mengurus keluarga, tetapi saya ingin mempraktekkan perilaku hidup sehat itu bingung, bingungnya karena saya harus mulai dari mana ? Saya pribadi berharap selalu ada pemantauan atau pendamping agar bisa lebih mengarahkan. Karena setelah adanya pemberian informasi baru, dari petugas Puskesmas sendiri tidak ada tindak lanjutnya dengan cara memantau kerumah-rumah. Mungkin kalo langsung di datangi kita akan senang dan juga malu kalo belum dipraktekkan”

Kutipan wawancara dengan Ibu Ndrh. yang pekerjaannya sama dengan suaminya sebagai buruh pabrik :

“Saya sudah pernah mendapatkan informasi tersebut tapi kalo melihat kondisi keluarga saya, bagaimana saya dapat mempraktekkan perilaku hidup sehat dan bagaimana saya mengajarkan ke anak-anak saya.

Sepulang dari kerja saya pasti capek begitu pula suami saya dan bahkan ketika saya pulang anak-anak sudah berangkat sekolah.

Pokoknya susah dan saya berharap ada cara lain mungkin Bapak bisa memberikan solusinya hehe...”

Dari hasil wawancara yang ditujukan ke ibu-ibu rumah tangga dapat diambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan upaya yang dilakukan oleh petugas Puskesmas, bidan desa dan kader kesehatan sudah dapat memunculkan semangat ibu-ibu rumah tangga untuk mempraktekkan perilaku hidup sehat. Hanya saja permasalahan muncul disebabkan oleh kegiatan rutinitas rumah tangga dan pekerjaan yang sudah begitu padat. Harapan mayoritas ibu-ibu rumah tangga supaya adanya kunjungan rutin dari petugas Puskesmas atau kader kesehatan ke setiap rumah.

6.3 Tahap Output

Setelah menggali informasi dari pelaksana program dan dari responden terkait implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan pada tahap proses. Langkah selanjutnya pada tahap ini adalah mengidentifikasi sikap dan perilaku kesehatan dari petugas Puskesmas dan dari masyarakat Desa Jebed Selatan dalam implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan.

6.3.1 Sikap dan Perilaku Masyarakat Desa Jebed Selatan Berdasarkan Tanggapan dari Petugas Puskesmas Jebed

Masalah yang berdampak pada rendahnya sikap dan perilaku masyarakat Desa Jebed Selatan selama implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan, antara lain :

I. Implementasi pada Institusi Pendidikan (Sekolah) Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

a. Sikap pasrah (nrimo) dengan kondisi sarana dan prasarana sekolah.

b. Tidak adanya motivasi dari para guru/ Kepala Sekolah untuk memperbaiki kondisi tersebut.

II. Implementasi pada Institusi Kesehatan Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

Masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu dalam membawa anaknya ke Posyandu.

III. Implementasi pada Tempat Kerja

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

Masih rendah Tingkat pengetahuan dari petani dan buruh tani akan kesehatan IV. Implementasi pada Rumah Tangga

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

a. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Jebed Selatan (SLTP ke bawah sebesar 58,5 %)

b. Rutinitas ibu rumah tangga ketika membantu suaminya bekerja di sawah c. Jumlah tenaga Puskesmas yang sedikit sehingga tidak bisa menjangkau

semua rumah penduduk.

d. Minimnya dana operasional sehingga berpengaruh pada pelaksanaannya.

Selain masalah diatas, masalah sarana dan prasarana juga menjadi hambatan masyarakat Desa Jebed Selatan dalam mengembangkan sikap dan perilaku yang mendukung terwujudnya perilaku sehat.

6.3.2 Sikap dan Perilaku Petugas Puskesmas Jebed Selatan Berdasarkan Tanggapan dari Masyarakat Desa Jebed

Masalah yang berdampak pada rendahnya sikap dan perilaku dari Petugas Puskesmas selama implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan, antara lain :

I. Implementasi pada Institusi Pendidikan (Sekolah) Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

Masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas dalam memberikan penyuluhan tentang perilaku hidup sehat di sekolah.

II. Implementasi pada Institusi Kesehatan

Bahwa implementasi Promosi Kesehatan di tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, Puskesmas dan tempat praktek dokter) adalah yang paling

efektif dalam memberikan informasi atau pengetahuan tentang kesehatan sehingga dapat mewujudkan perilaku hidup sehat bagi individu dan masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah dalam implementasi Promosi Kesehatan pada institusi kesehatan.

III. Implementasi pada Rumah Tangga

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

Kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke rumah warga.

IV. Implementasi pada Tempat Kerja

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

a. Tidak adanya pengawasan atau monitoring dari Dinas Kesehatan kepada para petani terkait dampak pestisida.

b. Belum adanya pengawasan (monitoring dan evaluasi) dari Dinas terkait (Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan) setelah memberikan penyuluhan tentang K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) kepada karyawan dan pengusaha di tempat kerja mereka.

V. Implementasi pada Tempat Umum

Sikap dan perilaku yang telah teridentifikasi :

1. Belum ada upaya serius dari Dinas terkait dalam mempromosikan hidup bersih dan sehat ditempat tersebut.