• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRATEGI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP

TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN

PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Oleh

SUCI HATI

067012058/AKK

S

E K O L A

H

P

A

S

C

A S A RJ A

NA

S

U

U

(2)

M E D A N

2 0 0 8

PENGARUH STRATEGI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUCI HATI 067012058/AKK

.

(3)

M E D A N 2 0 0 8

Judul Tesis : PENGARUH STRATEGI PROMOSI

KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG

Nama Mahasiswa : Suci Hati

Nomor Pokok : 067012058

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Rismayani, SE, Msi Ketua

) (

Anggota Dra. Syarifah, MS)

Ketua Program Studi, Direktur,

(4)

Tanggal Lulus: 6 Agustus 2008 Telah diuji pada

Tanggal 22 Juli 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Rismayani, SE,MSi Anggota : 1. Dra. Syarifah, MS

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH STRATEGI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2008

(6)

ABSTRAK

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, dengan strategi yang ditekankan agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Puskesmas Patumbak Kabupaten Deli Serdang dalam meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga di wilayah kerjanya berusaha melakukan strategi promosi kesehatan sebaik-baiknya. Tingkat PHBS rumah tangga dipengaruhi oleh strategi promosi kesehatan yang dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi promosi kesehatan terhadap tingkat perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei dengan tipe penelitian penjelasan (Explanatory research). Populasi seluruh Kepala Keluarga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang: 14.394 KK. Sampel diambil dari tiap desa/ kelurahan sebanyak 100 KK dengan teknik Proposional Sampling To Size . Analisa Data dengan regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi promosi kesehatan mempunyai pengaruh terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Pengaruh yang paling dominan adalah Pemberdayaan masyarakat. Koefisien Determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti memberikan kontribusi 56,6 % terhadap tingkat PHBS dan sisanya 43,4 % dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang tidak diteliti.

Disarankan kepada pengambil keputusan dan pembuat kebijakan agar menjamin tersedianya tenaga, dana, sarana dan prasarana untuk program promosi kesehatan (advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat). Puskesmas harus mampu mengelola potensi masyarakat dan dunia usaha yang ada di wilayah kerjanya serta melakukan analisa situasi sebagai dasar penyusunan dan pelaksanaan program strategi promosi kesehatan untuk PHBS. Puskesmas sebaiknya meningkatkan kualitas kerja sama lintas sektoral, antar unit organisasi pemerintahan dan organisasi masyarakat.

(7)

ABSTRACT

Health promotion is an effort to increase the ability of community through learning from, by, for and together with the community themselves with the strategy emphasized in order that they can help themselves and develops the community based activity with the local socio-culture and supported by the health oriented public policy. In order to improve the Healthy and Clean Life Behavior (PHBS), the Community Health Center (Puskesmas) Patumbak, Deli Serdang District has tried to apply the health promotion strategy. The level of household PHBS is influenced by the health promotion strategy.

The purpose of this survey study with explanatory research type is to analyze the influence of health promotion strategy on the level of PHBS in the households in Patumbak Sub-district, Deli Serdang District. The population of this study is all of the 14.394 heads of households in Patumbak Sub District, Deli Serdang District. Through the proportional sampling technique, 100 heads of households of each rural village/ urban village were selected to be the samples for this study. The data were analyzed by multiple linear regression analysis.

The result of this study reveals that health promotion strategy has an influence on the level of PHBS in Patumbak Sub-district, Deli Serdang District. The most dominant influence is Community Empowerment. Coefficient of Determination (R2) shows that the independent variables studied gives the contribution of 56,6 % to the level of PHBS and the remaining 43,4 % is explained by the other independent variables which are not studied.

The policy makers are suggested to guarantee the availability of power, fund, facilities and infrastructures for the health promotion program (advocating, condition development, and community empowerment). Puskesmas must be able to manage the potential of community and the available word business in its work area and to analyze the situation as the basic of the PHBS health promotion strategy program planning and development. Puskesmas should improve the quality of inter-sectoral cooperation between the unit of government organization and that of community organization

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul: Pengaruh Strategi Promosi Kesehatan Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Tesis ini merupakan tugas akhir dalam rangka memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) Program Kebijakan dan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,DSAK selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,M.Sc., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah menyediakan fasilitas perkuliahan.

Kepada Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS., selaku Ketua Program. Ibu Dr.Dra. Ida Yustina, MSi selaku Sekretaris Program Studi Administrasi Kebijakan dan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah mengarahkan dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.

Kepada Dr.Hj. Rismayani, SE,MS, dan Dra. Syarifah, MS, selaku komisi pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan semangat kepada penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

(9)

Kepada Kepala Dinas Kesehatan Deli Serdang dan Kepala Puskesmas Patumbak, yang banyak membantu dalam pengumpulan data di lokasi penelitian.

Kepada orang tua terkasih; Prof.Dr.Ir. Meneth Ginting, M.A.D.E; Mami (Almh) Dra.Hj. Rehmalem Sitepu; Mama Drg. Sofie Adelly, yang terus memberikan bimbingan, semangat, dorongan, kasih sayang dan doa. Semoga Allah membalasnya dengan yang lebih baik dan berlipat ganda.

Kepada suami Dr. Candra Syafei, SpOG dan anak anakku tercinta; Aka, Dekka, Cika, yang selalu sabar saat ditinggalkan selama mengikuti pendidikan dan terima kasih atas semangat, dorongan, kasih sayang dan doanya.

Kepada kakak dan adik tersayang, keluarga; Dra. Lila P. Hati Ginting, Msi., Cahaya Hati Ginting, SH. dan Ir. Yusuf, B.B. Ginting, Aff.

Tulisan ini diharapkan sebagai sumbangsih dan menambah wawasan dalam membuat strategi kebijakan yang ditujukan untuk suatu lingkup masyarakat luas.

Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Agustus 2008

(10)

RIWAYAT HIDUP

Suci Hati, lahir pada tanggal 30 Januari 1970 di Medan. Anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Prof.Dr.Ir.H.Meneth Ginting, M.A.D.E dan Ibu (Almh) Dra.Hj. Rehmalem Sitepu. Menikah dengan Dr. Candra Syafei, SpOG, dikaruniai tiga putra/putri: 1. Rezky Pamaska/Aka; 2. Dekka Andra/Dekka; 3. Cika Radezky/ Cika.

Pada tahun 1976-1982, sekolah di SD Angkasa I Medan dengan status berijazah. Tahun 1982–1985 SMP Angkasa Medan dengan status berijazah. Tahun 1985-1988 SMA Negeri 1 Kabanjahe dengan status berijazah. Tahun 1988-1996 Kedokteran Umum-USU Medan dengan status berijazah, serta pada tahun 2006-2008 melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan di Universitas Sumatera Utara.

Bekerja sejak tahun 1996-1999 sebagai staff di Puskesmas Namorambe-Kab. Deli Serdang. Tahun 1999-2004 Kepala Puskesmas Longat-Kab.Mandailing Natal. Tahun 2004-2006 Kepala Puskesmas Panyabungan Jae-Kab.Mandailing Natal. Tahun 2006-sekarang: Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal

Medan, Agustus 2008

(11)

DAFTAR ISI

2.2Strategi Promosi Kesehatan... 20

2.3Landasan Teori ... 26

4.3. Strategi Promosi Kesehatan serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat .... 50

(12)

BAB 5 PEMBAHASAN ... . 58

5.1. Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 58

5.2. Pengaruh Strategi Promosi Kesehatan terhadap tingkat PHBS ... 61

5.3. Keterbatasan Penelitian ... 80

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 82

6.1. Kesimpulan ... 82

6.2. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Menurut Tingkat

Keluarga... 13

Tabel 3.1. Lokasi Sampel Penelitian ... 30

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Variabel Advokasi... 32

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas variabel Bina Suasana………... 32

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas variabel Pemberdayaan Masyarakat…………... 33

Tabel 3.5. Pengukuran Variabel Independen ... 41

Tabel 3.6. Pengukuran Variabel Dependen ... 43

Tabel 4.1. Tenaga di Puskesmas Patumbak ... 45

Tabel 4.2. Karakteristik Responden ... 48

Tabel 4.3. Strategi Promosi Kesehatan ... 50

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Kerja Precede ... 18 Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 28 Gambar 4.1. Nilai-nilai sebaran komulatif data sebagai syarat uji regresi (uji

Normalitas data) ... 56 Gambar 4.2. Homoskedasitas pada advokasi, bina suasana dan pemberdayaan

Masyarakat terhadap PHBS ... 57

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perilaku hidup bersih dan sehat hakikatnya adalah dasar pencegahan manusia dari berbagai penyakit. Kesehatan merupakan dambaan dan kebutuhan setiap orang. Prinsip perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ini menjadi salah satu landasan dan program pembangunan kesehatan di Indonesia.

Visi pembangunan kesehatan Indonesia saat ini adalah Indonesia Sehat 2010, yang ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat. Visi ini dijabarkan menjadi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dengan mengajak serta memotivasi masyarakat dan penyelenggara pelayanan kesehatan untuk mengubah pola pikir dari sudut pandang sakit menjadi sudut pandang sehat; dan jabaran ini disebut dengan Paradigma Sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perwujudan riil paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya (Depkes RI, 2006).

(17)

Peningkatan PHBS tersebut dilaksanakan melalui 5 tatanan, diantaranya adalah tatanan rumah tangga. Terdapat 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga, yaitu; (1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, (2) Bayi diberi ASI ekslusif, (3) Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, (4) Ketersediaan air bersih, (5) Ketersediaan jamban sehat, (6) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, (7) Lantai rumah bukan lantai tanah, (8) Tidak merokok di dalam rumah, (9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan (10) Makan buah dan sayur setiap hari. Keberhasilan program PHBS tatanan rumah tangga, didasarkan kepada 10 indikator yang dibagi menjadi 4 tingkatan atau kategori: Sehat I, Sehat II, Sehat III, dan Sehat IV; dengan target pemerintah yaitu tercapainya penduduk Indonesia yang ber-PHBS pada tingkat Sehat IV (Depkes RI, 2006).

(18)

Indonesia yang tidak merokok dalam rumah; (9) Hanya 18% penduduk yang melakukan aktifitas fisik; (10) Hanya 16 % yang makan buah dan sayur setiap hari.

Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2007), diketahui antara lain: cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 67,78%; ASI ekslusif 33,92%; cakupan JPKM 8,26%; ketersediaan air bersih 75 %, rumah tangga yang menggunakan jamban sehat 68,63%; kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 27,38 %; lantai rumah bukan lantai tanah 27,38%.

Cakupan PHBS di Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu yang terendah di propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2007) dan Surkesda Deli Serdang (2007), di ketahui cakupan PHBS kabupaten Deli Serdang, antara lain: pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 82,18%; bayi diberi ASI Ekslusif 38,57%; mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 30,76%; ketersediaan air bersih 81,17%; ketersediaan jamban sehat 52,7%; kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni/menggunakan ruangan bergabung 46,01% ; lantai rumah bukan lantai tanah 93%; 91,35 % penduduk yang merokok melakukannya di dalam rumah; melakukan aktifitas fisik sedang setiap hari 38,19%; pada indikator makan buah dan sayur setiap hari dijumpai 11,15% masyarakat yang mengkonsumsi buah; dan 86,58 % mengkonsumsi sayur setiap hari.

(19)

mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 32,43 %; ketersediaan air bersih 100 %; ketersediaan jamban sehat 64,95 %; dan 100 % penduduk merokok di dalam rumah; 34,34 % makan buah setiap hari dan 88,70 % makan sayur setiap hari; dan 29,11 % melakukan aktifitas sedang setiap hari(Profil Kesehatan Kab.Deli Serdang dan Surkesda, 2007).

Strategi promosi kesehatan PHBS yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Deli Serdang, dibiayai dengan dana yang relative terbatas, sebab proporsi anggaran kesehatan baru mencapai 6,2% dari total APBD, masih jauh dari target 15 % dari APBD sesuai rekomendasi Depkes RI. Pelaksanaan PHBS juga mendapat dukungan dari organisasi non pemerintah, khususnya dari USAID dengan Health Service

Programe (HSP), dalam program kesehatan seperti program cuci tangan pakai sabun

dalam peningkatan program PHBS. Namun seluruh upaya ini belum mampu memenuhi target capaian PHBS (Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2006).

Saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang memprioritaskan program

PHBS, dengan menerapkan strategi pencapaian PHBS melalui kegiatan: (1) Advokasi, (2) Bina suasana, dan (3) Gerakan pemberdayaan masyarakat. Promosi

(20)

sarana atau media informasi, seperti tulisan, leaflet, penyuluhan, dan media penyaluran informasi lainnya.

Upaya promosi kesehatan dilakukan oleh puskesmas, karena puskesmas merupakan sarana kesehatan dasar yang memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat melalui pemberdayaan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan lintas sektoral untuk mempromosikan berbagai program-program kesehatan termasuk PHBS. Puskesmas merupakan penghubung langsung antara program pemerintah dengan masyarakat, dan melalui promosi kesehatan pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mereka mencapai perubahan lingkungan fisik dan sosial melalui aktivitas organisasi dan upaya bersama (Muninjaya, 2004).

Hasil penelitian Hasibuan (2004) di Kabupaten Tapanuli Selatan, menunjukkan bahwa responden yang pernah menerima penyuluhan tentang PHBS sebesar 44,9%; dan tidak ada hubungan antara frekuensi penyuluhan dengan tingkat PHBS klasifikasi IV dan belum klasifikasi IV. Namun menurut Hasibuan, yang mengutip hasil penelitian Syafrizal (2002) di Kabupaten Bungo Jambi, diketahui bahwa penyuluhan mempunyai pengaruh terhadap PHBS. Penyuluhan merupakan kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat keluarga.

(21)

penyuluhan PHBS kepada masyarakat, dan rendahnya dukungan dari lintas sektoral terhadap program PHBS.

Penelitian yang dilakukan oleh Darubekti (2001) Kabupaten Bengkulu Utara, menyimpulkan bahwa kurangnya perilaku kesehatan masyarakat di desa Talang Pauh akibat kurangnya pengetahuan, alasan ekonomi dan tidak adanya waktu, sehingga sikap yang sudah positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud.

Berdasarkan pendapat para ahli (seperti Muninjaya, 2004; McKenzie, 2007;) dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan sebagai kombinasi terencana dari mekanisme pendidikan, politik, lingkungan, peraturan, maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan dan kondisi kehidupan yang kondusif untuk kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang didukung oleh sumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat, dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

(22)

perilaku, misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki seseorang; (3) Faktor penguat atau enabling factor, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang dipercaya oleh masyarakat.

Berdasarkan pendapat McKenzie (2007) dan Sarwono (2004), dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi persoalan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, ada dua kemampuan penting yang harus dikuasai, yaitu ketrampilan untuk mengatur suatu masyarakat dan ketrampilan untuk merencanakan sebuah program promosi kesehatan. Promosi kesehatan mempunyai kekuatan untuk merubah perilaku masyarakat. Perilaku merupakan reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (berfikir, berpendapat, bersikap) dan aktif (melakukan tindakan). Dengan demikian promosi kesehatan dapat menjadi faktor penting dalam perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup sehat, baik dalam ukuran sifat perilaku pasif maupun perilaku aktif.

(23)

Berdasarkan paparan di atas, sangat penting dianalisis peran strategi promosi (meliputi aspek advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga, agar mencapai tingkat/ klasifikasi Sehat IV yang merupakan sasaran yang diharapkan pemerintah.

Diharapkan hasil analisis ini dapat memberi kontribusi bagi pemecahan masalah PHBS di lokasi penelitian, dan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan pengetahuan manajemen promosi kesehatan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian, yaitu: bagaimana pengaruh strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

1.3. Tujuan Penelitian

(24)

1.4 . Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian, dapat dirumuskan, yaitu: Strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat) mempunyai pengaruh terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

1.5 . Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat, sebagai berikut:

1.5.1. Sebagai masukan untuk Dinas Kesehatan dalam menyusun program promosi

kesehatan yang ada kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan PHBS.

1.5.2. Masukan untuk puskesmas untuk menyusun pola implementasi promosi kesehatan dalam kegiatan PHBS.

1.5.3. Masukan dalam pengembangan kebijakan promosi kesehatan dan program PHBS, pada tingkat kabupaten, propinsi, maupun pemerintah pusat.

1.5.4. Diharapkan dapat memberi masukan dalam pengembangan konsep dan

pengetahuan bidang manajemen promosi kesehatan, khususnya aspek strategi

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan advokasi, bina suasana (Social Support) dan gerakan masyarakat (Empowerment) sehingga dapat menerapkan cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat . Adapun sasaran dari program PHBS tersebut mencakup lima tatanan, yaitu: tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan sarana kesehatan (Depkes RI, 2002 dan Depkes RI, 2006).

Menurut Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI (2006) , PHBS di rumah tangga adalah upaya memberdayakan anggota rumah

tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan

di masyarakat. Adapun tujuan PHBS di rumah tangga adalah sebagai berikut: (1).Untuk meningkatkan dukungan dan peran

aktif petugas kesehatan, petugas lintas sektor, media massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, tim penggerak PKK

dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah tangga (2).Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS

dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

(26)

Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu penilaian. Adapun indikator PHBS tatanan rumah tangga, adalah:

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan pertama pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan paramedis lainnya).

2. Bayi diberi ASI ekslusif, adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan;

3. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah anggota-anggota rumah tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes, kartu sehat, dana sehat, Jamsostek dan lain sebagainya;

4. Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air dalam kemasan, air leding, air sumur terlindung dan penampungan air hujan. Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.

5. Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir;

(27)

7. Lantai rumah bukan tanah, adalah rumah tangga yang mempunyai rumah dengan bawah atau dasar terbuat dari semen, papan, ubin dan kayu.

8. Tidak merokok di dalam rumah, adalah penduduk / anggota keluarga umur 10 tahun keatas tidak merokok di dalam rumah selama ketika berada bersama anggota keluarga lainnya selama 1 bulan terakhir.

9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah penduduk/ anggota keluarga umur 10 tahun keatas dalam 1 minggu terakhir melakukan aktifitas fisik (sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari.

10.Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir (Depkes RI , 2006). Dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan PHBS tatanan rumah tangga, dibuat suatu klasifikasi tingkat pencapaian berdasarkan 10 indikator. Jawaban ya/ dilaksanakannya indikator tersebut menentukan tingkat pencapaian sehat. Jawaban ya/ dilaksanakan tidak harus berturut-turut sesuai penomoran. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1.Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Menurut Tingkat Keluarga

No Klasifikasi PHBS Indikator Tingkat PHBS %

(28)

2 Klasifikasi II 4-6 dari 10 Sehat II % sehat 4 = 26 – 50 % Variabel PHBS

3 Klasifikasi III 7-9 dari 10 Sehat III % sehat 4 = 51 – 75 % Variabel PHBS

4 Klasifikasi IV Sehat 3 + dana sehat Sehat IV % sehat 4 = 76 – 100 % Sumber: Depkes RI, 2002

Target yang ingin dicapai dari program PHBS pada substansi dasarnya adalah klasifikasi/tingkat IV, sehingga penggolongan klasifikasi/tingkat kepada I,II,II dapat saja digabungkan menjadi satu tingkat tersendiri tanpa harus mengurangi makna target yang dicapai. Namun dari aspek pemantauan pelaksanaan program dan hasil pelaksanaan maka dilakukan stratifikasi untuk melihat hasil yang telah dicapai. Juga dapat terjadi keluarga yang berada di klasifikasi/ tingkat I langsung mencapai klasifikasi / tingkat IV tanpa melalui tahapan klasifikasi/ tingkat II, dan III.

Pada Renstra Depkes 2005-2009, PHBS merupakan salah satu program

prioritas pemerintah melalui puskesmas dan menjadi sasaran luaran dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan (Depkes

RI, 2006).

(29)

Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, puskesmas harus selalu berupaya agar individu, keluarga dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk melayani diri sendiri dan masyarakat di bidang kesehatan dengan memperhatikan kondisi dan situasi serta perilaku sosial budaya masyarakat setempat (Depkes, 2006).

Mengubah perilaku seseorang agar dapat mengikuti keinginan yang disampaikan tidaklah mudah. Batasan Perilaku menurut Notoatmodjo (2003) dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hekekatnya adalah aktivitas dari manusia itu sendiri. Untuk kepentingan analisis perilaku perlu diketahui apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Sarwono (1993) dan Notoatmodjo (2003), perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan dan sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsang yang masih bersifat terselubung, dan disebut covert behavior. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respon seseorang terhadap stimulus (practice) adalah merupakan overt behavior.

(30)

penyakit, sistem pelayanan kesehaan, makanan, dan minuman serta lingkungan. Berdasarkan batasan ini, Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan, yaitu:

a. Perilaku pemeliharaaan kesehatan (health maintenance), yaitu perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila sakit.

b. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour), yaitu upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita sakit atau kecelakaan. Perilaku ini mulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan tradisional maupun modern

c. Perilaku kesehatan lingkungan, yaitu bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat

d. Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat dan emosi untuk memproses pengaruh-pengaruh dari luar. Faktor yang berasal dari luar (eksternal) meliputi objek, orang kelompok, dan hasil-hasil kebudayaaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.

(31)

bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat

(overt) sedangkan perilaku pasif tidaklah tampak, seperti misalnya pengetahuan,

persepsi atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku kedalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004).

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sutu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni melalui mata dan telinga. Ada 6 tingkatan pengetahuan yang tercakup dalam ranah kognitif ini, yaitu: (1). Tahu (know), diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu; (2). Memahami (comprehension), artinya seseorang itu telah dapat mengenterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut; (3).Aplikasi (application), diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahuinya pada situasi yang lain; (4). Analisis (analysis),adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/ atau memisahkan , kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui; (5). Sintesis

(synthesis), menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan

(32)

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Dengan kata lain sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2005).

Notoatmodjo (2003), yang mengutip pendapat Achmadi, menjelaskan jenis sikap, yaitu: (a) Sikap positif, yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima, menyetujui terhadap norma – norma yang berlaku dimana individu itu beda; (b)Sikap negatif, menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berbeda. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan , kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui , proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya /dinilai baik.

Menurut Green (1980), dalam mencapai kualitas hidup yang baik (quality of

life) dapat dicapai melalui peningkatan derajat kesehatan, faktor perilaku dan gaya

(33)

perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan untuk mengikuti trend atau hanya meniru tokoh idolanya .

sumber:Green, Health Promotion Planning and Education and Environment Approach Institue of Health Promotion Research University of British Colombia (1991;44)

Gambar 2.1. Kerangka Kerja Precede

Ada 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu, yaitu: (a). Faktor pemungkin ( predisposing factor), adalah faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk di dalamnya keterampilan petugas kesehatan, ketersediaan sumber daya dan komitmen pemerintah dan masyarakat terhadap masyarakat, (b). Faktor-faktor pemudah (reinforcing factor), adalah faktor pemicu yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku, misalnya

(34)

pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki seseorang, dan (c). Faktor penguat (enabling factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang dipercaya oleh masyarakat. Ketiga faktor ini dipengaruhi oleh faktor penyuluhan (health education) dan faktor kebijakan (policy), peraturan (regulation) serta organisasi (organization). Semua faktor-faktor tersebut merupakan ruang lingkup promosi kesehatan (Green, 1980).

Anggota masyarakat yang memiliki potensi besar untuk mengubah sistem nilai dan norma adalah mereka yang disebut dengan pemuka masyarakat atau tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat ini terdiri atas dua kategori, yaitu tokoh masyarakat yang formal dan tokoh masyarakat yang informal. Tokoh masyarakat formal adalah orang yang memiliki posisi menentukan dalam sistem pemerintahan (disebut juga penentu kebijakan), seperti gubernur, bupati/walikota, anggota dewan perwakilan rakyat, dan lain-lain. Adapun tokoh masyarakat informal ada berbagai jenis, misalnya tokoh atau pemuka adat, tokoh atau pemuka agama, tokoh politik, tokoh pertanian, dan lain-lain. Pemuka atau tokoh adalah seseorang yang memiliki kelebihan di antara kelompoknya. Ia akan menjadi panutan bagi kelompoknya atau bagi masyarakat karena ia merupakan figur yang menonjol. Di samping itu, ia dapat mengubah sistem nilai dan norma masyarakat secara bertahap, dengan terlebih dulu mengubah sistem nilai dan norma yang berlaku dalam kelompoknya (Depkes RI, 2006).

(35)

mengatur suatu masyarakat dan ketrampilan untuk merencanakan sebuah program promosi kesehatan (McKenzie, 2007).

Sejak era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma pembangunan kesehatan. Dengan paradigma ini berarti pembangunan kesehatan harus lebih mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Dengan demikian program promosi kesehatan mendapat tempat yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan.

2.2. Strategi Promosi Kesehatan

Committee on Health Education and Promotion Terminology yang dikutip oleh McKenzie (2007) menyatakan bahwa promosi kesehatan sebagai kombinasi terencana apapun dari mekanisme pendidikan, politik, lingkungan , peraturan , maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan dan kondisi kehidupan yang kondusif untuk kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Pada Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

(36)

norma, melainkan juga dimensi ekonomi .Sistem nilai dan norma merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sistem nilai dan norma “dibuat” oleh masyarakat untuk dianut oleh individu-individu anggota masyarakat tersebut. Namun demikian sistem nilai dan norma, sebagai sistem sosial, adalah sesuatu yang dinamis. Artinya, sistem nilai dan norma suatu masyarakat akan berubah mengikuti perubahan-perubahan lingkungan dari masyarakat yang bersangkutan (Depkes RI, 2006).

Hasil Konferensi Internasional ke-4 tentang Promosi kesehatan, yang dikutip oleh Liliweri ( 2007), menyatakan bahwa prioritas promosi kesehatan dalam abad 21 adalah: (1). Mempromosikan tanggung jawab sosial bagi kesehatan; (2). Meningkatkan modal untuk pengembangan kesehatan ; (3). Konsolidasi dan perluasan kemitraan untuk kesehatan; (4) Meningkatkan kapasitas komunitas dan memperkuat individu dan ; (5) Melindungi keamanan infrastruktur promosi kesehatan.

(37)

Menurut Notoadmodjo (2003 yang mengutip pendapat Hopkins, defenisi advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Advokasi dapat diartikan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Berbeda dengan bina suasana, advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya dalam bentuk peraturan perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain sejenis.

Stakeholders yang dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu

kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh

agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) di bidangnya. Tidak

boleh dilupakan pula tokoh-tokoh dunia usaha, yang diharapkan dapat berperan sebagai penyandang dana non-pemerintah

(Puspromkes Depkes, 2006).

Strategi advokasi dilakukan dengan melalui pengembangan kebijakan yang mendukung pembangunan kesehatan

melalui konsultasi pertemuan-pertemuan dan kegiatan-kegiatan lain kepada para pengambil keputusan baik kalangan

pemerintah, swasta maupun pemuka masyarakat (Notoatmodjo, 2005).

(38)

Pada pelaksanaannya terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu (1) Pendekatan Individu, (2) Pendekatan Kelompok, dan (3) Pendekatan Masyarakat Umum (Depkes RI, 2006), dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Bina Suasana Individu, ditujukan kepada individu tokoh masyarakat. Melalui pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan. Mereka juga diharapkan dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah munculnya wabah demam berdarah. Lebih lanjut bahkan dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu.

(39)

sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.

3. Bina Suasana Masyarakat Umum, dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum. Dengan pendekatan ini diharapkan media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan. Strategi bina suasana dilakukan melalui: (1) Pengembangan potensi budaya masyarakat dengan mengembangkan kerja sama lintas sektor termasuk organisasi kemasyarakatan, keagamaan, pemuda, wanita serta kelompok media massa; dan (2) Pengembangan penyelenggaraan penyuluhan, mengembangkan media dan sarana, mengembangkan metode dan teknik serta hal-hal lain yang mendukung penyelenggaraan penyuluhan.

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek

knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu

(40)

Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Dalam mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak pada keberhasilan membuat orang tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang orang yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apa pun lebih lanjut. Manakala ia telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan (Depkes RI, 2006)

Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-fakta dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan

bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi. Di sini dapat dikemukakan

fakta yang berkaitan dengan para tokoh masyarakat sebagai panutan; misalnya tentang seorang tokoh agama yang dia sendiri dan keluarganya tak pernah terserang diare karena perilaku yang dipraktikkannya (Depkes RI, 2006).

Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat (community development).

(41)

Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kesehatan atau peduli terhadap kesehatan. LSM ini harus digalang kerjasamanya, baik di antara mereka maupun antara mereka dengan pemerintah, agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat berdayaguna dan berhasilguna (Puspromkes Depkes, 2006).

2.3. Landasan Teori

Berdasarkan hasil studi kepustakaan dapat dirumuskan bahwa perilaku sehat adalah atribut personal seperti kepercayaan, harapan, motif, nilai, persepsi dan unsur kognitif lainnya, dan dalam bentuk yang perrilaku yang tampak (overt) adalah tindakan dan kebiasaan yang berhubungan dengan mempertahankan, memelihara dan meningkatkan kesehatan .

Para ahli menekankan bahwa kualitas hidup dipengaruhi oleh kesehatan, dan kesehatan dipengaruhi oleh perilaku. Perilaku dipengaruhi oleh predisposing factors,

reinforcing factors dan enabling factors. Ketiga factor ini dipengaruhi oleh promosi

kesehatan

Promosi kesehatan sebagai kombinasi terencana apapun dari mekanisme pendidikan, politik, lingkungan, peraturan,

maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan dan kondisi kehidupan yang kondusif untuk kesehatan individu,

kelompok dan masyarakat. Adapun strategi promosi kesehatan yang umunya diterapkan dalam implementasi program promosi

kesehatan adalah: (1) kegiatan advokasi, yang dapat diartikan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk

mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait; (2) bina suasana, adalah upaya menciptakan opini atau

lingkungan sosial yang mendorong anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan; dan (3)

Pemberdayaan masyarakat, adalah proses pemberian informasi secara kontinyu mengikuti perkembangan sasaran, serta proses

membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi

mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Ketiga strategi

ini digunakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia, untuk mencapai derajat kesehatan dan kualitas hidup

(42)

Berdasarkan paparan di atas, maka Strategis promosi kesehatan dapat diukur dari aspek Advokasi, Bina Suasana, dan Pemberdayaan masyarakat yang diasumsikan mempunyai hubungan kasualitas terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Makna Perilaku Hidup bersih dan sehat terukur dari 10 indikator, yaitu: pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI ekslusif, jaminan pemeliharaan kesehatan, ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, lantai rumah bukan tanah, tidak merokok di dalam rumah, melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan makan buah dan sayur setiap hari. Selanjutnya, dari kesepuluh indikator tersebut disusun atas tingkatan : sehat I,sehat II sehat III, dan Sehat IV .

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan hasil studi kepustakaan dan landasan teoritis, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian (Gambar 2.2)

sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

1. Bina Suasana 2. Advokasi

3. Pemberdayaan Masyarakat

TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN

(43)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah Survei dengan tipe penelitian penjelasan

(Explanatory research), yang ditujukan untuk menganalisis pengaruh strategi

promosi kesehatan (advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat) dengan tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah wilayah kerja Puskesmas Patumbak, Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Alasan pemilihan lokasi adalah: ditemukannya masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lokasi penelitian. Sesuai data/informasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan Puskesmas Patumbak, tahun 2008.

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan terhitung bulan Desember 2007 sampai dengan Mei 2008.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

(44)

Deli Serdang (2008), diketahui jumlah kepala keluarga di Kecamatan Patumbak sebesar 14.394 KK.

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari kepala keluarga di atas, dengan besar sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Nasir,2003):

n = N/N.d2 + 1

dengan ketentuan : n = jumlah sampel ; N = jumlah populasi; d2 = presisi yang ditetapkan (10%); sehingga:

n = 14.394/14.394 . (0,1)2 + 1 = 14.394/ 144,94 n = 99,31 Rumah Tangga

n =

100 Rumah Tangga.

Sesuai perhitungan di atas, diperoleh jumlah sampel penelitian ini sebanyak 100 kepala rumah tangga. Pemilihan responden yang tersebar di Kecamatan Patumbak dilakukan dengan rumus : ni = fi .n ; dengan ketentuan ni = sampel strata i;

fi = jumlah sampel tiap strata dibagi jumlah seluruh populasi; dan n = jumlah

sampel; dengan hasil perhitungannya dirinci pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Lokasi Sampel Penelitian

No Nama Desa Jumlah sampel tiap strata Jumlah sampel

1 Marindal I 4389 30.49 = 31

2 Marindal II 2442 16.96 = 17

3 Patumbak Kp 2712 18.84 = 19

4 Sigara-gara 1517 10.53 = 11

5 Patumbak I 1334 9.26 = 9

6 Patumbak II 1068 7.41 = 7

7 Lantasan Lama 469 3.25 = 3

(45)

Total sampel 14394 100

Pengambilan sampel KK dalam satu desa berdasarkan hasil perkalian proporsi dengan jumlah desa, dilakukan secara simple random sampling, sampai memenuhi jumlah 100 RT.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui metode wawancara (interview) dengan tipe wawancara langsung, berpedoman pada daftar pertanyaan ( questionaire) penelitian. Data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi dari dinas kesehatan Kabupaten Deli Serdang, dinas kesehatan propinsi Sumatera Utara , Departemen Kesehatan RI, dan Puskesmas Patumbak.

Khusus untuk daftar pertanyaan (questionaire) penelitian, agar dapat menjadi instrumen penelitian yang valid dan reliabel sebagai alat pengumpul data, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas.

3.4.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

(46)

Taraf signifikansi yang dipilih adalah 5 %. Kegunaan validitas konstruk adalah mencari tahu apakah setiap pertanyaan yang tersusun mempunyai validitas yang tinggi. Sebuah pertanyaan dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total (Arikunto, 2005).

Hasil analisis uji validitas dengan mengunakan uji statistik korelasi product moment diperoleh hasil sebagai berikut: (Tabel 3.2 s/d Tabel 3.4)

Tabel. 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Advokasi

No Variabel BinaSuasana r hitung R tabel Keterangan

Sumber: Hasil penelitian, 2008 (data diolah)

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Bina Suasana

(47)

10 Bs10 0.596 Valid Sumber: Hasil penelitian, 2008 (data diolah)

Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Variabel Gerakan Pemberdayaan Masyarakat

No Variabel BinaSuasana R hitung R tabel Keterangan

1 GPM1 0.733

Sumber: Hasil penelitian, 2008 (data diolah)

Hasil uji statistic product Moment menunjukkan bahwa item variabel Advokasi, item variabel bina suasana, dan item variabel gerakan pemberdayaan masyarakat adalah valid karena r hitung masing masing item variabel > (0.361) r tabel.

(48)

menguji coba instrumen kepada sekelompok responden. Pada kali lain instrumen tersebut diberikan kepada kelompok semula untuk dikerjakan lagi. Kemudian kedua hasil tersebut dikorelasikan (Arikunto, 2005).

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Strategi Promosi kesehatan (Variabel Bebas)

Strategi promosi kesehatan merupakan kelompok variabel bebas, dengan definisi sebagai berikut: Sekumpulan cara, upaya atau mekanisme yang terdiri dari Advoksi, Bina Suasana, dan Pemberdayaan Masyarakat untuk mendukung tindakan individu, keluarga atau masyarakat dalam meningkatkan kualitas kesehatannnya. Dalam penelitian ini, Strategi Promosi diukur dari 3 varibel, dengan definisi operasional sebagai berikut:

3.5.1.1 Advokasi.

adalah upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait, yang diukur dari ketersediaan sarana/prasarana, sumber daya manusia (SDM), sosialisasi, dan kelengkapan data. Variabel indikator ini, adalah; a. Sarana /prasarana, adalah kondisi dan kelengkapan peralatan atau fasilitas yang mendukung promosi kesehatan yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pelaksanaan PHBS

(49)

c.Sosialisasi, adalah usaha petugas promosi PHBS memberikan informasi kepada pemerintah sehingga hasilnya berpengaruh terhadap masyarakat dalam pelaksanaan PHBS.

d.Kelengkapan data, adalah pendataan yang akurat yang dilakukan oleh petugas promosi kesehatan sehingga berpengaruh terhadap tingkat PHBS pada masyarakat. 3.5.1.2. Bina Suasana

adalah suatu upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong anggota masyarakat untuk mau melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang dipromosikan; yang diukur dari pelaksanaan kegiatan pertemuan, perlombaan, dan penyuluhan. Variabel indikator ini, adalah:

a.Pertemuan adalah : kegiatan tatap muka yang dilakukan oleh petugas promosi kesehatan dengan masyarakat baik individu, kelompok maupun masyarakat luas b.Perlombaan adalah : suatu kegiatan yang dilakukan petugas promosi kesehatan PHBS sendiri atau bekerjasama dengan lintas sektoral maupun swasta dalam memberikan penghargaan terhadap masyarakat yang melaksanakan PHBS

c.Penyuluhan : suatu kegiatan yang dilakukan petugas promosi kesehatan agar dalam kehidupan sehari-harinya masyarakat mengetahui dan mau melaksanakan PHBS. 3.5.1.3. Pemberdayaan masyarakat

(50)

posyandu, kader kesehatan dan pengorganisasian kelompok kesehatan. Variabel indikator ini, adalah

a. Posyandu : Suatu wadah komunikasi alih tekhnologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan keluarga berencana, yaitu dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan tekhnis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana , yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini .

b. Kader kesehatan : Wakil dari warga setempat untuk membantu masyarakat dalam masalah kesehatan , agar diperoleh kesesuaian antara fasilitas pelayanan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.

c. Pengorganisasian/kelompok kesehatan: Wadah yang dibentuk dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dalam mencari solusi permasalahan kesehatan yang dijumpai diwilayah setempat.

Setiap indikator dari variabel bebas akan disusun dalam bentuk pertanyaan, sebagai alat pengumpulan data (kuesioner); dan setiap pertanyaan tersedia 5 kategori pilihan jawaban, yaitu: sangat baik/sangat bermanfaat, baik/bermanfaat, kurang baik/kurang bermanfaat, tidak baik/tidak bermanfaat, sangat tidak baik/sangat tidak bermanfaat ; dengan definisi sebagai berikut:

(51)

2. baik/bermanfaat, adalah hasil penilaian responden yang merasakan bahwa strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat) sebagian besar memenuhi kebutuhan tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

3. kurang baik/kurang bermanfaat, adalah hasil penilaian responden yang merasakan bahwa strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat) sebagian saja yang memenuhi kebutuhan tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

4. tidak baik/tidak bermanfaat adalah hasil penilaian responden yang merasakan bahwa strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat) sebagian besar tidak memenuhi kebutuhan tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

5. sangat tidak baik/sangat tidak bermanfaat adalah hasil penilaian responden yang merasakan bahwa strategi promosi kesehatan (advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat) hampir seluruhnya sampai seluruhnya tidak memenuhi kebutuhan tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

3.5.2 Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Variabel Terikat)

(52)

pendekatan Advokasi, Bina Suasana dan Pemberdayaan Masyarakat sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga, diukur dari 10 variabel dengan definisi, sebagai berikut:

11.Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu: proses kelahiran balita termuda dalam rumah tangga dibantu dokter, bidan dan paramedis lainnya.

12.Bayi diberi ASI ekslusif, yaitu anak termuda usia usia 0-6 bulan mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan.

13.Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah anggota rumah tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes, kartu sehat, dana sehat, Jamsostek dan yang sejenisnya.

14.Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memilikki akses air yang layak untuk di konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air dalam kemasan, air leding, ari sumur terlindung dan penampungan air hujan; dan sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.

(53)

16.Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, adalah perbandingan ideal antara jumlah anggota keluarga serumah dengan luas lantai 9m2/orang, yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari

17.Lantai rumah bukan tanah, adalah rumah tangga yang mempunyai rumah dengan bawah atau dasar terbuat dari semen, papan, ubin dan kayu.

18.Tidak merokok di dalam rumah, adalah anggota keluarga umur 10 tahun ke atas tidak merokok di dalam rumah selama dan ketika berada bersama anggota keluarga lainnya selama 1 bulan terakhir.

19.Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah anggota keluarga umur 10 tahun ke atas dalam 1 minggu terakhir melakukan kegiatan minimal 30 menit setiap hari. 20.Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun

ke atas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir.

Setiap indikator dari variabel dependen akan disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai alat pengumpulan data (dalam daftar pertanyaan). Jawaban responden, terdiri dari kategori YA dan TIDAK; dan jawaban ini diketegorikan sebagai jawaban awal. Selanjutnya, pilihan jawaban awal ini, akan diakumulasikan oleh peneliti, menjadi 5 kategori jawaban, dan setiap responden akan berada dalam 1 kategori jawaban. Adapun 5 kategori tersebut, adalah:

(54)

2. Sehat I, adalah keadaan yang dimiliki atau terpenuhi hanya 1 sampai 3 indikator dari variabel PHBS

3. Sehat II, adalah keadaan yang dimiliki atau terpenuhi 4 sampai 6 indikator dari variabel PHBS.

4. Sehat III, adalah keadaan yang dimilikki atau terpenuhi 7 sampai 9 indikator dari variabel PHBS.

5. Sehat IV, adalah keadaan yang dimiliki atau terpenuhi 7 sampai 9 indikator dari variabel PHBS ditambah dana sehat. Dana Sehat adalah dana yang dikumpulkan secara rutin oleh masyarakat yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan di wilayah setempat.

3.6.Metode Pengukuran

Pengukuran variabel bebas mengggunakan Skala Likert, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Promosi Kesehatan diukur melalui 3 variabel, yaitu: advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat. Variabel Advokasi diukur melalui empat (4) , indikator; variabel bina suasana diukur melalui tiga (3) indikator, dan variabel pemberdayaan masyarakat diukur melalui tiga (3) indikator.

2. Indikator pada variabel dikembangkan menjadi pertanyaan

3. Setiap pertanyaan tersedia 5 jawaban, dan hanya 1 jawaban yang harus dipilih responden

(55)

a. Sangat baik/sangat bermanfaat, nilai 5 b. Baik/ bermanfaat,nilai 4

c. Kurang baik/ kurang bermanfaat, nilai 3 d. Tidak baik/ tidak bermanfaat, nilai 2

e. Sangat tidak baik/ sangat tidak bermanfaat, nilai 1.

Berdasarkan ketentuan di atas, maka pengukuran variabel bebas dapat dirinci pada Tabel 3.5. dibawah ini.

Tabel 3.5. Pengukuran Variabel Independen

Variabel bebas Pert Nilai 1 pertanyaan Nilai 1 Variabel/1 Responden

A. Advokasi, ind: 15= sangat tidak baik

B. Bina Suasana, ind:

1.Pertemuan

Nilai 3 variabel/1 Responden: 175 = Sangat baik

(56)

Variabel dependen diukur dengan menggunakan Skala Interval, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. PHBS diukur melalui 10 variabel, dan setiap variabel PHBS dikembangkan menjadi 1 pertanyaan. Dengan demikian, PHBS akan dikembangkan menjadi 10 pertanyaan dalam kuesioner.

2. Setiap pertanyaan tersedia 2 jawaban, yaitu: Ya dan Tidak; dan responden diminta memilih 1 jawaban dari setiap pertanyaan.

3. Jawaban yang dipilih responden atas 10 pertanyaan akan dijumlahkan, berdasarkan kategori jawaban YA atau TIDAK.

4. Jumlah jawaban responden sesuai penjelasan no. 3; selanjutnya diakumulasikan, dikategorikan, dan diberi skor; dengan ketentuan:

a. Tidak Sehat = 10 indikator PHBS tidak terpenuhi, Skor = 20 b. Sehat I = 1-3 indikator PHBS terpenuhi, skor = 40

c. Sehat II = 4-6 indikator PHBS terpenuhi, skor 60 d. Sehat III = 7-9 indikator terpenuhi, skor = 80

e. Sehat IV = 7-9 indikator PHBS terpenuhi ditambah dana sehat, skor = 100. 5. Penetapan skor untuk kategori jawaban yang diuraikan pada ketentuan no.4;

(57)

Tabel 3.6. Pengukuran Variabel Dependen

Variabel PHBS:

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan

2. Bayi diberi ASI ekslusif

3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

4. Ketersediaan air bersih

5. Ketersediaan jamban sehat

6. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah

penghuni

7. Lantai rumah bukan tanah

8. Tidak merokok di dalam rumah

9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari

10. Makan buah dan sayur setiap hari

Kategori Jlh Indikator Skor

Tidak Sehat 0 20

Sehat 1 1-3 40

Sehat II 4-6 60

Sehat III 7-9 80

Sehat IV 7-9+ Dana Sehat 100

3.7 Metode Analisa Data

(58)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Patumbak merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 46,79 Km2 , terdiri dari 8 desa dengan 49 dusun, dan batas wilayah, sebelah: (1) Utara, dengan kota Medan dan kecamatan Percut Sei Tuan, (2) Selatan, dengan kecamatan STM Hilir dan kecamatan Biru-biru, (3) Timur, dengan kecamatan STM Hilir dan kecamatan Tanjung Morawa, serta (4) Barat, dengan kecamatan Deli Tua dan Kota Medan (Dinkes Deli Serdang, 2008).

Penduduk Kecamatan Patumbak sebanyak 70.801 jiwa, terdiri laki-laki 35.902 jiwa dan perempuan 34.899 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 14.394 KK, dan anggota keluarga rata-rata sebesar 5 jiwa. Data spesifik kependudukan yang tercatat di puskesmas, menunjukkan bahwa jumlah keluarga miskin sebanyak 12.680 KK, bayi sebanyak 1918 orang, balita sebanyak 7089 orang, Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 11.272 orang, ibu hamil (bumil) 11698 orang, ibu bersalin (bulin) dan nipas yang ditolong oleh tenaga kesehatan 1698 orang, dan wanita usia subur 1154 orang (Puskesmas Patumbak, 2008).

(59)

KK, (7) Lantasan Lama = 469 KK, dan (8) Lantasan Baru = 463 KK (Puskesmas Patumbak, 2008).

Kecamatan Patumbak memiliki 1 puskesmas, dan diberi nama Puskesmas Patumbak. Dengan demikian wilayah kerja Puskesmas Patumbak sama dengan wilayah Kecamatan Patumbak (Puskesmas Patumbak, 2008).

Sarana kesehatan pendukung atau yang terkait dengan puskesmas Patumbak, meliputi: (1)Puskesmas Pembantu 2 buah, (2)Posyandu Aktif 51 buah, (3) Posyandu Usila 8 buah, (4)Polindes 5 buah, dan (5)Balai Pengobatan Swasta 25 buah (Puskesmas Patumbak, 2008).

Jumlah tenaga di Puskesmas Patumbak sebanyak 64 orang, dengan jenis tenaga relative bervariasi, diantaranya jumlah dokter umum 3 orang, dokter gigi 3 orang, dan jumlah tenaga terbanyak adalah bidan sebanyak 28 orang (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Tenaga di Puskesmas Patumbak No Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Dokter Umum 3

2 Dokter Gigi 3

3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 3

4 Bidan/ akademi bidan 28

(60)

Berdasarkan penjelasan Kepala Puskesmas Patumbak (Mei, 2008) diketahui jumlah staf puskesmas yang mengelola atau melaksanakan kegiatan PHBS sebanyak 30 orang , dengan jenis tenaga antara lain dokter umum termasuk kepala puskesmas, sarjana kesehatan masyarakat, sanitarian dan bidan di desa .

Berdasarkan struktur organisasi, Puskesmas Patumbak dipimpin oleh Kepala Puskesmas, yang membawahi 5 Unit organisasi pelayanan kesehatan, yaitu: (1) Seksi kesejahteraan keluarga, tugas pokok bidang kesehatan ibu, kesejahteraan anak, keluarga berencana , usia lanjut, dan gizi; (2) Seksi Pelayanan Kesehatan, tugas pokok bidang pengobatan, farmasi, laboratorium, gigi dan mulut, jiwa, mata, SP2TP, poliklinik umum, kesehatan olahraga, register kunjungan, dan PHB; (3) Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, tugas pokok bidang pencegahan penyakit atau imunisasi, pengamatan penyakit, P2 ML, dan P2B2; (4) Seksi Kesehatan Lingkungan, tugas pokok pengelolaan kesehatan lingkungan; dan (5) Seksi Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, tugas pokok PKM, PSM, P.I., sarana dan metode, UKS, dan Posyandu. Selanjutnya, Kepala Puskesmas juga membawahi 8 unit pelayanan kesehatan lainnya, yaitu: 2 Puskesmas Pembantu, dan 6 bidan desa yang membuka pelayanan pada 6 desa (Puskesmas Patumbak, 2008).

(61)

biasanya juga dijadikan sarana kegiatan promosi kesehatan, terutama dalam bentuk penyuluhan, seperti penyuluhan KIA, gizi, kesehatan lingkungan (3M), dan pendataan bayi, balita, dan ibu. Adapun kegiatan promosi kesehatan dalam bentuk pertunjukkan media keliling dan siaran keliling, atau jenis pemberdayaan masyarakat, meskipun termasuk dalam daftar kegiatan, namun sepanjang tahun 2007 sampai Mei 2008 kegiatan ini tidak/belum pernah dilakukan Namun kegiatan strategi promosi yang meliputi advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat tidak dilakukan dalam bentuk kegiatan yang khusus atau sepenuhnya untuk PHBS di posyandu, melainkan hanya melengkapi kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu, saat tenaga puskesmas dan bidan desa berkunjung ke posyandu. Jenis kegiatan promosi yang dilakukan hanya dalam bentuk penyuluhan, dan penyebaran kartu PHBS tetapi masih hanya di satu desa, dengan jumlah kartu sebanyak 1600 kartu. (Puskesmas Patumbak, 2008).

4.2Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (68 orang; 64%) berusia antara 26 sampai 43 tahun, dengan responden wanita (89 orang; 89%) lebih banyak dari pria (Tabel 4.2).

(62)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (44 orang; 44%) berpendidikan SLTA, dan menyusul sebanyak 37 orang (37%) berpendidikan SLTP (Tabel 4.2).

Tabel 4.2: Karakteristik Responden

(63)

Jumlah Anggota keluarga

Sumber: Hasil Penelitian, 2008 (Data diolah)

Berdasarkan domisili responden, diketahui responden yang berada di desa Marindal I adalah yang paling besar (31 orang; 31%), menyusul di desa Patumbak KP sebanyak 19 orang (19%), dan Marindal II sebanyak 1 orang atau 17%. Besarnya jumlah responden pada 3 desa ini, disebabkan oleh populasi penduduk yang lebih besar dibanding 5 desa lainnya.

(64)

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah Ibu Rumah Tangga yaitu 64%, dan responden paling sedikit petani (3%). (Tabel 4.2).

4.3 Strategi Promosi Kesehatan Serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Strategi Promosi Kesehatan diukur melalui variabel Advokasi, Bina Suasana, dan Pemberdayaan masyarakat. Adapun Perilaku Hidup Sehat atau PHBS diukur melalui 10 indikator PHBS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (64 orang; 64%) menilai aspek advokasi dalam kategori kurang baik. Adapun aspek bina suasana, sebanyak 50 responden (50%) menilai kurang baik, dan sebanyak 30 responden (30%) menilai baik. Selanjutnya, untuk aspek pemberdayaan masyarakat, sebagian besar responden (57 orang; 57%) menilai tidak baik, dan sebanyak 23 responden (23%) menilai kurang baik (Tabel 4.3).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (46 orang; 46%) menilai Strategi Promosi Kesehatan (Advokasi, Bina Suasana, Pemberdayaan Masyarakat), dikategorikan kurang baik, dan sebanyak 31 responden (31%) menilai Strategi Promosi Kesehatan dikategorikan tidak baik (Tabel 4.3).

Tabel 4.3 Strategi Promosi Kesehatan

Variabel Penelitian Frekuensi ( % )

(65)

Tabel 4.3. Lanjutan

Sumber : Hasil Penelitian, 2008 (Data diolah)

(66)

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa setiap pencapaian tingkat PHBS sesuai kategori Sehat, maka tingkat sehat dalam kategori yang sama indikatornya dapat bervariasi. Sebagai contoh:

1. Sehat I, adalah terpenuhi 1 sampai 3 indikator, dapat berupa: bayi diberi asi

ekslusif, memiliki sarana air minum yang sehat, dan jamban keluarga; atau dapat juga terpenuhi indikator Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, lantai rumah bukan lantai tanah, dan tidak merokok dalam rumah. Dijumpai bahwa dari 5 responden yang berada pada tingkat sehat I, secara keseluruhan menyatakan ya pada kepemilikan jamban sehat. Melahirkan ditolong oleh petugas kesehatan 3 responden. Masing-masing 2 responden ; menyatakan memiliki sarana air minum sehat, mempunyai kartu sehat dan tidak merokok di dalam rumah. Memakan buah dan sayur setiap hari 1 responden. Selebihnya indikator lain tidak dipilih oleh responden.

2. Sehat II, adalah terpenuhi 4 sampai 6 indikator, dapat berupa: pertolongan

(67)

memilih melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan. Kesepuluh indikator ada dipilih/ dilaksanakan oleh 56 responden yang ada. Indikator terendah yang dipilih yaitu hanya 4 responden yang melakukan olah raga setiap hari

3. Sehat III, adalah terpenuhi 7 sampai 9 indikator, dapat berupa: bayi diberi asi ekslusif, memiliki JPKM, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, memiliki sarana air minum yang sehat, jamban keluarga, luas lantai rumah sesuai dengan syarat kesehatan, kamar yang memenuhi syarat kesehatan. Dapat juga terpenuhi indikator Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, Bayi diberi ASI ekslusif, Ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban sehat, Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, Lantai rumah bukan lantai tanah, Tidak merokok di dalam rumah, Melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan Makan buah dan sayur setiap hari. Berdasarkan hasil penelitian, keseluruhan indikator ada yang memilih dan apabila sudah memenuhi indikator kepemilikan dana sehat maka responden langsung berada pada sehat IV. Dari 14 responden yang berada pada tingkat sehat III , secara keseluruhan menyatakan ya pada; melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan, kepemilikan air minum sehat, kepemilikan jamban sehat, lantai rumah tidak dari tanah dan tidak merokok di dalam rumah. Indikator yang paling sedikit dilaksanakan hanya 3 responden yang memilih olah raga setiap hari

Gambar

Tabel 2.1.  Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Menurut Tingkat              Keluarga............................................................................................
Gambar 2.1.  Kerangka Kerja Precede ............................................................
Gambar 2.1. Kerangka Kerja Precede
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS) mempengaruhi kejadian diare salah satunya kurangnya pengetahun ibu mengenali penyebab kejadian Diare dan

Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Klasifikasi PHBS rumah tangga 36 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Klasifikasi PHBS Rumah Tangga

Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif pendekatan deskriptif melalui wawancara mendalam terhadap 7 informan yang terdiri dari Kepala Puskesmas Patumbak,

perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada balita usia 1 – 5. tahun di Desa Marindal Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli

Kemitraan dalam pengelolaan PHBS di pura dapat dilaksanakan dengan berbagai lintas program dan lintas sektor yang terkait misalnya dengan bagian kesehatan lingkungan,

Penelitian kualitatif menunjukkan bahwa peran promosi kesehatan puskesmas dalam capaian PHBS dapat diwujudkan melalui serangkaian program promosi kesehatan yaitu kunjungan

Metode pengabdian yang dilakukan adalah pemberian informasi tentang sepuluh tatanan PHBS keluarga yaitu mencakup persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi

Judul Skripsi : Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Metode Bibliotherapy Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Pada Anak Sekolah