• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi Anak Nelayan di Daerah Penelitian

Dari data yang diperoleh pada tabel 1 dan 2, diketahui bahwa jumlah anak usia sekolah (6-8 tahun) di daerah penelitian ini sebanyak 543 jiwa dan yang tidak sekolah sebanyak 169 jiwa yang berarti bahwa anak yang bersekolah adalah sebanyak 374 jiwa atau 31 % anak nelayan yang tidak sekolah.

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka dilakukan penilaian melalui pemberian skor pada item yang menyangkut tentang variabel motivasi anak sekolah (lampiran 3) di daerah penelitian.

Setelah pilihan jawaban (lampiran 4) dan frekuensi jawaban (lampiran 5) diperoleh, maka nilai skoring akan akan diubah melalui Metode Succesive Interval (MSI) untuk memperoleh nilai skoring yang lebih akurat (lihat lampiran 6). Dari hasil MSI, maka dapat diperoleh nilai skala kategori jawaban untuk setiap item pernyataan yang digunakan (lampiran 7) untuk mengukur tingkat motivasi responden. Dari hasil tersebut, maka diperoleh kriteria penilaian tingkat motivasi responden dengan menggunakan rumus penentuan interval kelas, yaitu :

Keterangan : i = interval

bkt = batas kelas tertinggi bkr = batas kelas terendah k = jumlah kelas

Melalui rumus penentuan interval kelas di atas, maka diperoleh kriteria penilaian tingkat motivasi adalah sebagai berikut :

Skor 12,00 – 20,79 = Tingkat Motivasi Rendah Skor 20,80 – 29,59 = Tingkat Motivasi Sedang Skor 29,60 – 38,39 = Tingkat Motivasi Tinggi

Dari hasil rataan yang diperoleh dari data (lampiran 8), maka diperoleh rataan tingkat motivasi responden adalah sebesar 25,364, yang berarti adalah tingkat motivasi responden di daerah penelitian adalah Sedang.

Dengan kata lain, responden di daerah penelitian tidak sepenuhnya mengeluarkan upaya dan dayanya (usaha) untuk bersekolah. Hal ini terbukti dengan banyaknya anak usia sekolah yang putus sekolah yaitu mencapai 31%. Kurangnya daya dan usaha responden untuk sekolah adalah dikarenakan pola fikir anak yang menganggap bahwa sekolah itu tidak terlalu penting dan tidak terlalu berpengaruh terhadap masa depannya, yang pada akhirnya akan melaut juga (menjadi nelayan mengikuti jejak ayah) sehingga motivasi mereka untuk sekolah pun biasa saja, serta kurangnya perhatian orang tua terhadap anak mereka yang disebabkan karena tingginya aktivitas bekerja. Selain itu, anak nelayan juga memiliki kesempatan untuk ikut bekerja sampingan yang membuat mereka memiliki penghasilan sendiri atau penghasilan tambahan. Karena merasa mampu untuk menghasilkan uang, maka anak nelayan lebih memilih untuk bekerja daripada sekolah yang membuat bergesernya orientasi belajar menjadi orientasi bekerja di usia sekolah. Tak jarang beberapa anak nelayan di daerah penelitian sering tidak masuk sekolah untuk bekerja. Beberapa contoh pekerjaan anak nelayan di daerah penelitian adalah ikut melaut, membubu (mencari kepiting),

menjala ikan, mencari kerang, memilah-milah udang, mengupas tritip dan siting. Selain alasan di atas, alasan lainnya adalah anak-anak nelayan sebagian kurang mampu untuk mengikuti mata pelajaran (dikarenakan tidak bisa membaca, dan sebagainya) yang membuat mereka malas untuk bersekolah. Ada juga sebagian kecil anak malas untuk bersekolah dikarena lingkungan sekolah yang selalu memperolok-olok mereka dengan sebutan “anak laut” yang membuat kurangnya rasa percaya diri pada anak dan menimbulkan rasa minder yang berlebihan terhadap teman-temannya, sebaliknya, ada juga anak yang memiliki motivasi tinggi dikarenakan pengalaman saudara-saudaranya (abang atau kakak) yang putus sekolah diakibatkan keterbatasan dana atau karena tidak ingin meniru saudara-saudaranya yang putus sekolah akibat malas, alasan ini yang menimbulkan minat anak-anak tersebut untuk sekolah.

Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Anak

Nelayan untuk Sekolah

Berbagai variabel sosial ekonomi yang dikaji pengaruhnya terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah (Y) yang berdasarkan atas kerangka pemikiran adalah sebagai berikut :

X1 = Total Pendapatan Keluarga (Rupiah/Tahun) X2 = Jumlah Tanggungan Keluarga

X3 = Persepsi Nelayan

X4 = Tingkat Kosmopolitan Nelayan X5 = Infrastruktur

Data setiap variabel sebagai hasil survey terhadap responden disajikan pada lampiran 31. Sedangkan hasil pengujian analisis regresi linier berganda menggunakan SPSS dapat dilihat pada lampiran 32, maka diperoleh persamaan regresi yakni sebagai berikut :

Y = 0,909 + 0,00000009026X1 – 0,698X2 + 1,376X3 + 0,118X4 - 0,139X5

Dimana :

Y = Motivasi anak nelayan untuk sekolah X1 = Pendapatan keluarga

X2 = Jumlah tanggungan keluarga X3 = Persepsi nelayan

X4 = Tingkat kosmopolitan nelayan X5 = Infrastruktur

Nilai R Square (R2) pada lampiran 32 (model 1) adalah sebesar 0,705. Hal ini berarti persentase sumbangan pengaruh variabel pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, persepsi nelayan, tingkat kosmopolitan nelayan dan infrastruktur terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah adalah sebesar 70,5 %, sedangkan sisanya 29,95 % dipengaruhi atau dijelaskan oleh faktor atau variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.

Dari hasil uji F atau uji ANOVA pada model 1 (model lengkap) menghasilkan : Fhitung sebesar 11,446 > Ftabel sebesar 2,545 dengan probabilitas 0,000 < 0,050 (tingkat signifikansi, α = 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, persepsi nelayan, tingkat kosmopolitan nelayan dan infrastruktur secara bersama-sama berpengaruh terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah (tolak Ho, terima H1).

Dari output Coefficient (lampiran 32), diperoleh nilai t hitung dan signifikansi adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Anak Nelayan untuk Sekolah

Variabel Bebas Koefisien

Regresi t-hitung t-tabel Probabilitas

Pendapatan 0,0000000909 1,033 1,711 0,312 Jumlah Tanggungan Keluarga -0,698 -0,690 1,711 0,497 Persepsi Nelayan 1,376 4,776 1,711 0,000* Tingkat Kosmopolitan 0,118 0,624 1,711 0,539 Infrastruktur -0,139 -0,252 1,711 0,803 t-tabel (α = 5%; df = n-k-1 = 30-5-1 = 24) = 1,711 *= berpengaruh nyata n = jumlah data

k-1 = jumlah variabel independen – 1 r2 = 0,705

Sumber : Analisis Data Primer dari Lampiran 32

Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa koefisien regresi variabel persepsi nelayan (X3) adalah 1,376 dengan nilai thitung 4,776 > ttabel 1,711 dan probabilitas 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa hanya variabel persepsi nelayan yang berpengaruh nyata terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah.

Untuk mengurangi variabel-variabel independen yang dianggap tidak berpengaruh terhadap variabel dependen pada penggunaan model regresi linier berganda, maka selanjutnya digunakan Metode Backward Elimination. Hasil analisa Metode Backward Elimination selengkapnya di sajikan pada lampiran 32.

Selanjutnya, variabel independent yang diperkirakan mempengaruhi motivasi anak nelayan untuk sekolah namun tidak layak masuk karena tidak berpengaruh nyata, maka harus dikeluarkan satu per satu (secara bertahap) dari model. Pada model 2 variabel yang dikeluarkan adalah variabel infrastruktur (X5), pada model 3 variabel yang dikeluarkan adalah variabel jumlah tanggungan keluarga (X2), pada model 4 variabel yang dikeluarkan adalah variabel tingkat

kosmopolitan (X4) dan pada model 5 variabel yang dikeluarkan adalah variabel pendapatan (X1). Setelah melalui 5 tahap maka diperoleh persamaan regresi linier sederhana dengan model persamaan regresi adalah sebagai berikut :

Y = - 0,650 + 1,468X3

Dimana :

Y = Motivasi anak nelayan untuk sekolah X3 = Persepsi nelayan

Nilai R Square (R2) pada lampiran 32 setelah melalui 5 tahap adalah sebesar 0,680. Persentase sumbangan pengaruh variabel persepsi nelayan terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah adalah sebesar 68 %, sedangkan sisanya 32 % dipengaruhi atau dijelaskan oleh faktor atau variabel lain yang tidak dimasukk an dalam model ini.

Berdasarkan lampiran 32 pada tabel Coefficients, dapat dilihat bahwa koefisien regresi variabel persepsi nelayan (X3) adalah 1,468 dengan nilai thitung 7,706 > ttabel 1,711 dan probabilitas 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel persepsi nelayan berpengaruh nyata terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah. Hal ini logis mengingat bahwa dengan meningkatnya persepsi nelayan terhadap pendidikan ke arah yang positif, maka akan meningkat pula kecenderungan untuk memberikan motivasi dan dukungan serta perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya. Sehingga anak nelayan dapat bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi lagi tentunya dengan dukungan para nelayan (orang tua).

Pengaruh variabel lain terhadap Y cukup besar yakni sebesar 32 %. Variabel ini diperkirakan terdiri atas variabel yang belum dikaji atau tidak

termasuk dalam model ini seperti kondisi lingkungan sekolah (baik teman atau guru) maupun musim pasang-surut yang terjadi di daerah penelitian.

Dokumen terkait