Hasil pengamatan terhadap diferensial leukosit mencit (M. musculus) yang terinfeksi P. berghei, setelah pemberian infusa daun
sambiloto (A. paniculata), sebagai berikut :
Neutrofil Mencit Jantan
Hasil pengamatan persentase rata-rata neutrofil pada mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa daun sambiloto (A. paniculata) dosis bertingkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Gambar 10 Rata-rata persentase neutrofil pada mencit (M. musculus) jantan yang
diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata). KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1:
pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6 Berdasarkan Tabel 2 pada hari ke-2, 4, 6, 8 dan ke-10 setelah infeksi terlihat pada kelompok SB1, SB2 dan SB3 cenderung terjadi peningkatan persentase jumlah neutrofil dibandingkan dengan kelompok KN. Pada hari ke-2 dan ke-4 setelah infeksi, persentase jumlah neutrofil pada kelompok SB2 cenderung lebih tinggi dibandingkan perlakuan kelompok KN, SB1 dan SB3.
Neutrofil Mencit Betina
Hasil pengamatan persentase rata-rata neutrofil pada mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa daun sambiloto (A. paniculata) dosis bertingkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Gambar 11 Rata-rata persentase neutrofil pada mencit (M. musculus) betina yang
diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata). KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1:
pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6 Berdasarkan Tabel 3 pada hari ke-4, 6, 8, 9, 10 dan ke-11 setelah infeksi, persentase jumlah neutrofil pada kelompok perlakuan SB3 cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok perlakuan KN, SB1 dan SB2. Secara keseluruhan, persentase jumlah neutrofil kelompok perlakuan sambiloto cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN.
0 10 20 30 40 50 0 2 4 6 8 9 10 11 Hari P e r s e nt a s e KNO KN SB1 SB2 SB3
Tabel 2 Rata-rata persentase neutrofil pada mencit (M. musculus) jantan yang diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata)
Kelompok Perlakuan
Waktu Pengamatan (Hari ke-….setelah infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 30.33 ± 10.40 abc 39.00 ± 0.00 bc 39.67 ± 8.96 bc 37.33 ± 3.78 cd 38.67 ± 12.50 bc 39.00 ± 14.00 bc 33.33 ± 19.00 abc 28.00 ± 5.00 abc
KN 30.00 ± 8.54 abc 28.67 ± 1.52 abc 32.67 ± 5.03 abc 21.00 ± 2.65 a 31.00 ± 8.72 abc 39.33 ± 16.20 bc 35.33 ± 3.06 abc 37.00 ± 10.82 bc
SB1 30.67 ± 8.33 abc 38.00 ± 3.46 bc 34.67 ± 4.04 abc 28.67 ± 3.78 abc 38.33 ± 1.52 bc 36.67 ± 1.52 bc 40.00 ± 1.00 bc 37.67 ± 1.00 bc
SB2 33.67 ± 5.85 abc 42.00 ± 6.55 c 39.67 ± 6.11 bc 41.00 ± 4.58 c 37.33 ± 2.52 bc 37.00 ± 2.00 bc 37.67 ± 3.22 bc 35.00 ± 3.46 abc
SB3 25.00 ± 2.64 ab 30.67 ± 8.50 abc 30.33 ± 17.38 abc 38.67± 1.52 bc 39.00 ± 0.00 bc 38.00± 0.00 cd 38.00± 0.00 cd 40.00 ± 0.00 bc
Keterangan : Huruf superskrip yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf P>0.05 KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1: pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6
Tabel 3 Rata-rata persentase neutrofil mencit (M. musculus) betina yang diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata)
Kelompok Perlakuan
Waktu Pengamatan (Hari ke-….setelah infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 26.33 ± 1.85 abcdefg 29.67 ± 15.89 abcdefg 31.00 ± 6.56 abcdefg 33.00 ± 5.29 bcdefg 41.67 ± 4.51 g 30.67 ± 3.21 abcdefg 27.33 ± 6.03 abcdefg 41.66 ± 13.58 g
KN 25.67 ± 1.53 abcdef 38.67 ± 2.08 cdefg 21.33 ± 9.07 a 39.00 ± 9.54 defg 39.67 ± 3.21 efg 41.50 ± 1.50 fg 40.00 ± 1.00 efg 42.00 ± 0.00 g
SB1 23.67 ± 4.35 abc 36.67 ± 3.05 abcdefg 25.00 ± 6.24 abcde 34.00 ±8.55 abcdefg 34.33 ± 17.50 abcdefg 40.00 ± 0.00 efg 38.67 ± 1.15 cdefg 40.00 ± 0.00 efg
SB2 26.33 ± 3.21 abcdefg 29.33 ± 10.50 abcdefg 38.67 ± 10.21 cdefg 30.33 ± 12.67 abcdefg 31.00 ± 3.00 abcdefg 38.67 ± 11.93 cdefg 35.33 ± 7.64 abcdefg 39.67 ± 14.98 efg
SB3 24.33 ± 5.04 abcde 35.67 ± 3.22 abcdefg 22.67 ± 4.72 ab 23.67 ± 11.02 abcd 30.67 ± 4.93 abcdefg 37.67 ± 6.51 bcdefg 29.67 ± 10.50 abcdefg 36.00 ± 6.00 abcdefg
Keterangan : Huruf superskrip yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf P>0.05 KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1: pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6
0 10 20 0 2 4 6 8 9 10 11 Hari P e r s e nt a s e KNO KN SB1 SB2 SB3
Monosit Mencit Jantan
Hasil pengamatan persentase rata-rata monosit pada mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa daun daun sambiloto (A. paniculata) dosis bertingkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Gambar 12 Rata-rata persentase monosit pada mencit (M. musculus) jantan yang
diinfeksi P.berghei setelah pemberian infisa daun sambiloto (A. panuculata). KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1:
pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6 Pada hari ke-6, 8, 9, 10 dan ke-11 setelah infeksi, kelompok SB1, SB2 dan SB3 cenderung mengalami kenaikan persentase monosit yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok KN. Kelompok SB2 memiliki persentase jumlah monosit yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan SB1 dan SB3 pada hari ke-2 dan ke-9 setelah infeksi.
0 10 20 0 2 4 6 8 9 10 11 Hari P e rs e n ta s e KNO KN SB1 SB2 SB3
Monosit Mencit Betina
Hasil pengamatan persentase rata-rata monosit pada mencit betina diinfeksi P. berghei dan diberi infusa daun daun sambiloto (A. paniculata) dosis bertingkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Gambar 13 Rata-rata persentase monosit pada mencit (M. musculus) betina yang
diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata). KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1:
pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6 Pada hari ke-2, 4, 6, 8, 9, dan 10 setelah infeksi, kelompok SB1, SB2 dan SB3 mengalami kenaikan persentase jumlah monosit yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok KN. Pada kelompok SB3 memiliki persentase jumlah monosit yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan SB1 dan SB2 pada hari ke-6 dan ke-11 setelah infeksi.
Tabel 4 Rata-rata persentase monosit mencit (M. musculus) jantan yang diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata)
Kelompok Perlakuan
Waktu Pengamatan (Hari ke-….setelah infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 4.00 ± 2.65 abc 11.33 ± 4.51bcde 8.33 ± 2.08 abcde 4.67 ± 4.62 abcd 12.67 ± 7.57 de 11.67 ± 3.21 bcde 10.00 ± 5.00 abcde 13.00 ± 2.00 de
KN 2.33 ± 0.57a 12.33 ± 5.13 cde 7.67 ± 4.51 abcde 8.33 ± 4.93 abcde 3.67 ± 1.54 ab 6.33 ± 8.39 abcde 5.00 ± 6.25 abcd 3.33 ± 1.53 abc
SB1 9.67± 4.50 abcde 6.67± 2.08abcde 8.67± 1.52 abcde 10.33± 1.52 abcde 6.67± 3.05 abcde 12.67± 3.21 de 10.67± 1.52 abcde 10.67± 3.21 abcde
SB2 8.33± 3.78 abcde 11.00± 8.18 bcde 5.67± 0.58 abcd 10.00± 4.58 abcde 7.67± 2.30 abcde 14.00± 8.00 e 8.00±2.64 abcde 8.33 ± 3.05 abcde
SB3 8.67± 6.42 abcde 9.33± 2.52 abc 11.67± 2.88 bcde 8.67± 5.50 abcde 11.00± 1.00bcdefgh 11.00± 0.00 bcde 10.00± 0.00 abcde 10.00± 00.00 abcde
Keterangan : Huruf superskrip yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf P>0.05 KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1: pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6
Tabel 5 Rata-rata persentase monosit mencit (M. musculus) betina yang diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata)
Kelompok Perlakuan
Waktu Pengamatan (Hari ke-….setelah infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 3.00 ± 1.73 ab 6.33 ± 1.53 abcd 9.00 ± 8.54 bdef 12.33 ±1.53 cdef 8.33 ± 2.31 abcd 9.33 ± 3.06 bcdef 9.67 ± 4.13 bcdef 6.00 ± 2.00 abc
KN 1.67 ± 0.58 a 3.33 ± 2.31 ab 6.00 ± 4.36 abc 8.67 ± 3.06 abcde 5.67 ± 5.69 abc 3.00 ± 1.00 ab 8.00 ± 2.00 abcd 9.50 ± 0.50 bcdef SB1 6.00 ± 2.00bc 7.67 ± 2.30 abcde 11.67 ± 1.15 cdef 8.67 ± 1.52 abcdef 13.00 ± 6.08 cdef 6.00 ± 3.00 abc 11.67 ± 6.65 cdef 6.00 ± 0.00 abc
SB2 8.33 ± 0.58 abcd 11.33 ± 1.52 cdef 8.33 ± 3.52 abcd 11.33 ± 6.02 cdef 12.00 ± 3.00 cdefg 16.00 ± 5.56 f 15.67 ± 3.78 ef 8.67 ± 2.52 abcde SB3 8.00 ± 3.60 abcde 8.33 ± 3.52 abcd 11.33 ± 3.52 cdef 12.67 ± 3.78 cdef 7.67 ± 1.15 cdef 11.67 ± 2.52 cdef 12.00 ± 4.00 cdef 13.67 ±0.57 def
Keterangan : Huruf superskrip yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf P>0.05 KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1: pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6
0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 2 4 6 8 9 10 11 Hari P e r s e nt a s e KNO KN SB1 SB2 SB3
Limfosit Mencit Jantan
Hasil pengamatan persentase rata-rata limfosit pada mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa daun sambiloto (A. paniculata) dosis bertingkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Gambar 14 Rata-rata persentase limfosit pada mencit (M. musculus) jantan yang
diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata). KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1:
pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6 Pada hari ke-4, 6, 8, 9, 10 dan ke-11 setelah infeksi, kelompok SB1, SB2 dan SB3 memiliki persentase jumlah limfosit yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kelompok KN. Kelompok SB2 memiliki persentase jumlah neutrofil yang cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok SB1 dan SB3 pada hari ke-8 dan ke-11 setelah infeksi.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0
2
4
6
8
9
10
11
Hari P e r s e n t a s e KNO KN SB1 SB2 SB3Limfosit Mencit Betina
Hasil pengamatan persentase rata-rata limfosit pada mencit betina diinfeksi P. berghei dan diberi infusa daun sambiloto (A. paniculata) dosis bertingkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Gambar 15 Rata-rata persentase limfosit pada mencit (M. musculus ) betina yang
diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata). KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1:
pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6 Pada hari ke-2, dan ke-4 setelah infeksi kelompok SB1, SB2 dan SB3, memiliki persentase jumlah limfosit yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kelompok KN. Pada kelompok SB3, hari ke-6, 9 dan ke-10 setelah infeksi memiliki persentase jumlah limfosit yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok SB1 dan SB2.
Tabel 6 Rata-rata persentase limfosit mencit (M. musculus) jantan yang diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun Sambiloto (A. paniculata)
Kelompok Perlakuan
Waktu Pengamatan (Hari ke-….setelah infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 60.00 ± 16.37 bcd 47.67 ± 4.16 abcd 47.33 ± 10.50 abc 55.00 ± 3.00 abcd 46.67 ± 17.50 abc 45.33 ± 15.04 ab 54.00 ± 20.30 abcd 58.00 ± 3.00 abcd
KN 66.33 ± 9.54 abcd 52.33 ± 6.81 abcd 56.33 ± 9.81 abcd 68.67 ± 7.02 d 62.00 ± 9.54 bcd 52.33 ± 27.21 abcd 55.00 ±12.49 abcd 55.33 ± 13.65 abcd
SB1 55.33± 5.50 abcd 48.67± 7.09 abc 52.67± 3.78 abcd 57.33± 4.72 abcd 50.00± 13.12 abcd 49.00± 2.64 abcd 52.00± 4.00 abcd 50.67± 7.51 abcd
SB2 52.33± 11.67 abcd 43.33± 3.52 ab 52.67± 5.68 abcd 46.33± 5.50 ab 53.33± 3.05 abcd 47.67± 6.12 abc 50.67± 7.23 ab 53.67± 8.08 abcd
SB3 61.33± 8.08 bcd 54.00± 5.00 abcd 56.00± 15.09abcd 46.67± 1.52 abc 44.67± 0.57 ab 40.00± 0.00 a 50.00± 0.00 abcd 40.00± 6.66 a
Keterangan : Huruf superskrip yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf P>0.05 KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1: pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6
Tabel 7 Rata-rata persentase limfosit mencit (M. musculus) betina yang diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata)
Kelompok Perlakuan
Waktu Pengamatan (Hari ke-….setelah infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 67.33 ± 2.89 def 62.33 ± 14.15 cdef 58.00 ±12.17 abcdef 50.00 ± 2.00 abcd 47.00 ± 4.36 abc 56.00 ± 1.73 abcdef 61.67 ± 5.51 cdef 48.33 ± 13.79 abc
KN 71.33 ±1.15 f 57.00 ± 3.46 abcdef 69.33 ± 15.01 ef 46.00 ± 15.72 abc 53.67 ± 4.04 abcde 54.00 ± 3.00 abcdef 48.50 ± 2.50 abc 46.00 ± 1.00 abc
SB1 62.33± 9.29 cdef 52.67± 2.8 abcde 59.67± 5.78 bcdef 54.33± 8.14 abcdef 50.00± 13. abcd 49.67± 1.52 abc 45.00± 7.00 abc 52.00± 0.00 abcde
SB2 59.67± 5.50 bcdef 54.67± 12.05 abcdef 48.33± 11.67 abc 54.67± 7.23 abcdef 56.67 ± 5.50 abcdef 43.67± 10.06 ab 47.67± 11.50 abc 51.67± 15.56 abcd
SB3 60.67± 2.52 bcdef 51.33± 6.65 abcd 58.00± 10.53 abcdef 59.00± 13.85 abcdef 41.67± 10.78 a 60.00± 5.29 bcdef 58.00± 8.00 abcdef 49.67± 5.50 abc
Keterangan : Huruf superskrip yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf P>0.05 KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1: pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6
0 10 0 2 4 6 8 9 10 11 Hari P e r s e nt a s e KNO KN SB1 SB2 SB3
Eosinofil Mencit Jantan
Hasil pengamatan persentase rata-rata eosinofil pada mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa daun sambiloto (A. paniculata) dosis bertingkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Gambar 16 Rata-rata persentase eosinofil pada mencit (M. musculus ) jantan yang
diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata). KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1:
pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6 Pada hari ke-2 setelah infeksi, persentase rata-rata eosinofil kelompok kelompok SB1, SB2 dan SB3 cenderung lebih rendah dibandingkan dengan KN. Kelompok SB3 pada hari ke-8 setelah infeksi, memiliki persentase jumlah eosinofil yang lebih tinggi dibandingkan dengan KN, SB1 dan SB2. Pada hari ke- 11 setelah infeksi, pada kelompok SB1, SB2 dan SB3 mengalami penurunan yang lebih rendah dari kelompok KN.
0 15 0 2 4 6 8 9 10 11 Hari P e r s e nt a s e KNO KN SB1 SB2 SB3
Eosinofil Mencit Betina
Hasil pengamatan persentase rata-rata eosinofil pada mencit betina diinfeksi P. berghei dan diberi infusa daun sambiloto (A. paniculata) dosis bertingkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Gambar 17 Rata-rata persentase eosinofil pada mencit (M. musculus ) betina yang
diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata). KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1:
pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6 Berdasarkan Tabel 9 hari ke-4 setelah infeksi pada kelompok SB2 dan SB3 persentase eosinofil mencit betina lebih tinggi dibandingkan kelompok KN dan SB1. Pada SB3 terjadi peningkatan yang siginifikan sebesar 8% dibandingkan kelompok SB1 dan SB2. Pada hari ke-10 dan ke-11 setelah infeksi, persentase jumlah eosinofil pada kelompok SB2 dan SB3 lebih rendah dari kelompok KN.
Tabel 8 Rata-rata persentase eosinofil mencit (M. musculus) jantan yang diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata)
Kelompok Perlakuan
Waktu Pengamatan (Hari ke-….setelah infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 5.00 ± 2.65 bcdef 2.00 ± 1.00 abcde 4.67 ± 3.79 bcdefg 2.67 ± 2.08 abcde 2.00 ± 0.00 abcde 4.00 ± 1.73 bcde 2.67 ± 1.53 abcde 1.00 ± 0.00 ab
KN 1.33 ± 0.58 abc 8.33 ± 4.73 f 3.00 ± 1.00 abcde 2.00 ± 2.65 abcde 3.33 ± 1.53 abcde 2.00 ± 2.65 abcde 3.33 ± 4.16 abcde 3.33 ± 0.58 abcde
SB1 4.67 ± 2.51 bcdef 5.33 ± 3.52 cdef 4.00 ± 1.00 abcde 3.00 ± 1.73 abcde 2.67 ± 0.58 abcde 2.33 ± 2.08 abcde 1.67 ± 0.58 abcd 1.00 ± 1.00 ab
SB2 5.00 ± 1.73 bcdef 3.33 ± 2.08 abcdef 2.00 ± 1.00 abcde 2.67 ± 2.51 abcde 2.67 ± 1.15 abcde 1.33 ± 1.15 abc 3.67 ± 1.52 abcde 3.00 ± 2.64 abcde
SB3 5.00 ± 3.78 abcdef 6.00 ± 1.00 efg 2.00 ± 1.73 abcde 1.00 ± 0.00 ab 5.67 ± 0.58 def 3.00 ± 0.00 abcde 2.00 ± 0.00 abcde 0.00 ± 0.00 a
Keterangan : Huruf superskrip yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf P>0.05 KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1: pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6
Tabel 9 Rata-rata persentase eosinofil mencit (M. musculus) betina yang diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata)
Kelompok Perlakuan
Waktu Pengamatan (Hari ke-….setelah infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11
KNO 3.00 ± 1.73 abcde 1.67 ± 0.58 abc 2.00 ±1.00 abc 4.67 ± 2.08 abcd 2.33 ± 2.52 abcde 3.67 ± 2.08 abcdef 1.33 ± 1.53 ab 4.00 ± 2.00 abcdef
KN 1.33 ± 0.58 ab 1.00 ± 1.00 ab 3.33 ± 3.21 abcdef 6.00 ± 3.61 defg 1.00 ± 1.00 ab 1.50 ± 0.50 abc 3.50 ± 1.50 abcdef 2.50 ± 0.50 abcde
SB1 7.33 ± 3.21 fg 3.00 ± 3.00 abcde 3.33 ± 0.57 abcdef 2.67 ± 1.52 abcde 2.67 ± 3.05 abcde 1.67 ± 1.52 abc 4.67 ± 2.51 bcdefg 2.00 ± 0.00 abcd
SB2 5.67 ± 4.04 cdefg 4.67 ± 0.58 bcdefg 4.67 ± 2.08 bcdefg 3.67 ± 1.52 bcdefg 1.00 ± 1.00 ab 1.67 ± 1.15 abc 1.33 ± 1.15 ab 0.00 ± 0.00 a SB3 6.33 ± 4.04 cde 4.67 ± 1.52 bcdefg 8.00 ± 3.46 g 4.33 ± 1.52 bcdefg 1.67 ± 0.58 abc 2.00 ±1.00 abc 2.67 ± 0.58 abcde 1.00 ± 1.00 ab
Keterangan : Huruf superskrip yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf P>0.05 KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1: pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6
0 5 0 2 4 6 8 9 10 11 Hari P e r s e nt a s e KNO KN SB1 SB2 SB3
Basofil Mencit Jantan
Hasil pengamatan persentase rata-rata basofil pada mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa daun sambiloto (A. paniculata) dosis bertingkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Gambar 18 Rata-rata persentase basofil pada mencit (M. musculus ) jantan yang
diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata). KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1:
pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6 Berdasarkan Tabel 10, secara umum rata-rata persentase basofil pada semua kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05), Pada kelompok SB1, SB2 dan SB3 tidak ditemukannya basofil hingga hari ke-11 setelah infeksi.
0
5
0
2
4
6
8
9
10
11
Hari
P e r s e nt a s eKNO
KN
SB1
SB2
SB3
Basofil Mencit Betina
Hasil pengamatan persentase rata-rata basofil pada mencit betina diinfeksi
P. berghei dan diberi infusa daun sambiloto (A. paniculata) dosis bertingkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Gambar 19 Rata-rata persentase basofil pada mencit (M. musculus ) betina yang
diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata). KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1:
pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6 Pada hari ke-0 sampai dengan hari ke-11 setelah infeksi pada semua kelompok perlakuan, persentase jumlah basofil terlihat tidak ada perbedaan yang nyata dan masih dalam kadar basofil normal yaitu 0-3.1% (Sturkie dan Grimminger 1976).
Tabel 10 Rata-rata persentase basofil mencit (M. musculus) jantan yang diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata)
Kelompok Perlakuan
Waktu Pengamatan (Hari ke-….setelah infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11 KNO 0.67 ±1.15 abc 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.33 ± 0.58 ab 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a KN 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.33 ± 0.58 ab 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 1.33 ± 1.53 c 1.00 ± 1.73 bc SB1 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a SB2 0.67 ± 1.15 abc 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a SB3 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a
Keterangan : Huruf superskrip yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf P>0.05 KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1: pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-6
Tabel 11 Rata-rata persentase basofil mencit (M. musculus) betina yang diinfeksi P. berghei setelah pemberian infusa daun sambiloto (A. paniculata)
Kelompok Perlakuan
Waktu Pengamatan (Hari ke-….setelah infeksi)
0 2 4 6 8 9 10 11 KNO 0.33 ± 0.58 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0. 00±0.00 a 0.67 ±1.15 ab 0.33 ± 0.58 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a KN 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.33 ± 0.58 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a SB1 1.33± 1.52 b 0.33 ± 0.58 a 0.33 ± 0.58 a 0.33 ± 0.58 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a SB2 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a SB3 0.67 ±1.15 ab 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.33 ± 0.58 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a
Keterangan : Huruf superskrip yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf P>0.05 KNO: Kontrol normal, KN: Kontrol negatif, SB1: pengenceran 1x10-2, SB2: pengenceran 1x10-4, SB3: pengenceran 1x10-
Pembahasan
Neutrofil pada mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa sambiloto cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok KN. Hal ini terjadi diduga pemberian infusa sambiloto pada mencit jantan kurang berespon terhadap persentase jumlah neutrofil. Menurut Shen et al (2002), andrographolid yang terkandung di dalam sambiloto berfungsi sebagai antiradang dengan menekan adhesi dan transmigrasi neutrofil. Berbeda dengan mencit jantan, pada mencit betina kelompok sambiloto cenderung memiliki persentase jumlah neutrofil yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok KN. Hal ini diduga pada mencit betina yang diberi sambiloto lebih berespon sebagai antiradang dibandingkan dengan mencit jantan. Namun pada mencit betina memiliki persentase jumlah parasitemia yang lebih tinggi dibandingkan dengan mencit jantan (Haryanti 2009). Pada mencit jantan, persentase jumlah neutrofil cenderung tinggi pada hari ke-2 dan ke-6 setelah infeksi ada pada kelompok SB2. Tingginya persentase jumlah neutrofil pada SB2 mengakibatkan jumlah parasit dapat ditekan sehingga parasitemia pada kelompok SB2 lebih rendah dibandingkan dengan SB1 dan SB3 (Haryanti 2009). Pada mencit betina persentase jumlah neutrofil cenderung terendah ada pada kelompok SB3, dengan jumlah parasitemia yang lebih rendah dibandingkan kelompok perlakuan sambiloto lainnya (Haryanti 2009). Hal ini disebabkan pada kelompok SB3 memiliki partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok SB1 dan SB2. Perbedaan persentase jumlah neutrofil pada kelompok SB1, SB2 dan SB3 dikarenakan tingkat pengenceran yang berbeda. Pengenceran dan pengocokkan yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk memperkecil partikel zat aktif sehingga memudahkan dan mempercepat perjalanan obat menuju targetnya.
Pada kelompok mencit jantan maupun mencit betina yang diberi infusa sambiloto, persentase jumlah monosit cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan KN. Hal ini disebabkan oleh aktivitas andrographolid yang terkandung dalam sambiloto berfungsi sebagai imunostimulan (Puri et al
1993). Selain itu, andrographolid memiliki persamaan mekanisme kerja yang dimiliki oleh vaksin malaria yaitu menghambat siklus hidup P. berghei
Persentase jumlah limfosit pada kelompok perlakuan sambiloto cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kelompok KN dari hari ke-4 sampai dengan hari ke-11 setelah infeksi (pada mencit jantan) dan hari ke-2 serta hari ke-4 setelah infeksi (pada mencit betina). Hal ini dikarenakan senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun sambiloto berfungsi sebagai antiradang (Bujhbal et al
2008). Pada mencit betina di hari ke-6, 9, dan ke-10 setelah infeksi, kelompok SB3 memiliki persentase jumlah limfosit yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok SB1 dan SB2. Mencit jantan memiliki persentase jumlah limfosit yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan mencit betina. Hal ini terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2009) membuktikan bahwa mencit betina memiliki persentase parasitemia yang lebih tinggi dibandingkan dengan mencit jantan. Kelompok sambiloto memiliki persentase limfosit yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan KN. Hal ini terjadi karena tubuh mencit pada kelompok KN tidak mendapat bantuan untuk melawan agen penyakit sehingga persentase jumlah parasitemia pada kelompok KN lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya (Haryanti 2009).
Persentase eosinofil pada kelompok sambiloto pada mencit jantan (hari ke- 2, 10 dan ke-11 setelah infeksi) maupun mencit betina (hari ke-6 dan ke-11 setelah infeksi) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok KN merupakan pengaruh senyawa flavonoid (Bujhbal et al 2008) dan turunan lakton yang terkandung dalam daun sambiloto yang berperan sebagai antiradang (Prapanza dan Lukito 2003). Pada mencit jantan maupun mencit betina yang diberi infusa sambiloto cenderung tidak berespon terhadap persentase jumlah basofil.