• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan pada percobaan nitrogen dan fosfor tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah pelepah dan pertambahan pelepah baru pada tanaman induk sedangkan pada percobaan kalium tidak demikian. Perlakuan pemangkasan pada percobaan nitrogen, fosfor dan kalium memberikan pengaruh terhadap jumlah pelepah dan pertambahan pelepah baru pada anakan sagu. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemangkasan memberikan peluang anakan sagu menghasilkan pelepah baru yang lebih banyak dibanding tanpa pemangkasan.

Pemberian pupuk nitrogen, fosfor dan kalium meningkatkan jumlah pelepah baru pada anakan yang dipelihara. Hasil tersebut membantah pernyataan Ando et al. 2007, Purwanto et al. 2002, Kueh 1995 yang menyatakan bahwa pemberian pupuk tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan tanaman anakan sagu. Sebaliknya, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Jong et al.

2008, yang menyatakan bahwa tanpa pupuk NPK akan berpengaruh pada pertumbuhan anakan sagu. Hal tersebut diduga pemangkasan akan merangsang pertumbuhan vegetatif anakan sagu yang dipelihara.

Nitrogen adalah salah satu unsur yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan berperan penting dalam fisiologi tanaman (Eguci et al. 2006). Dosis pupuk nitrogen tertinggi (1215 g rumpun-1) dan pemangkasan menghasilkan pertambahan pelepah baru lebih tinggi dibandingan dosis pupuk dibawahnya dan tanpa pemangkasan. Perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk nitrogen berpengaruh terhadap akumulasi pelepah baru. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa laju munculnya pelepah baru dan akumulasi pelepah pada anakan sagu yang dipelihara sangat dipengaruhi oleh faktor pemangkasan dan pemupukan nitrogen dengan berbagai dosis. Pemberian pupuk dengan dosis nitrogen yang tertinggi (1215 g rumpun-1) menghasilkan akumulasi pelepah baru, walaupun memerlukan waktu yang sedikit lebih lambat dibandingkan dengan aplikasi pemangkasan. Pemangkasan memberikan peluang peningkatan intensitas sinar matahari dan ruang tumbuh yang lebih besar terhadap anakan yang dipelihara. Kondisi tersebut menyebabkan peluang jumlah pelepah dan pertambahan pelepah baru dapat lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemangkasan anakan.

Pemupukan nitrogen dan pemangkasan tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi batang tanaman induk. Namun terdapat kecenderungan bahwa pertambahan tinggi batang tanaman induk dalam rumpun yang dipangkas lebih besar daripada tanaman induk dalam rumpun yang tidak dipangkas yaitu 79 cm dan 53 cm. Pemberian pupuk nitrogen meningkatkan kandungan hara N daun, indeks hijau daun dan kerapatan stomata pada tanaman induk dan anakan sagu yang dipelihara.

Hasil analisis mengindikasikan bahwa unsur hara nitrogen yang diberikan melalui pemupukan diserap oleh tanaman. Jumlah nitrogen yang diserap anakan

46

sagu lebih lebih banyak dibanding tanaman induk. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Matsumoto et al. (1998) yang menyatakan bahwa konsentrasi nitrogen yang tinggi ditemukan pada daun tanaman fase roset sampai pada fase sebelum pembentukan batang.

Pemberian pupuk nitrogen memberikan pengaruh terhadap indeks hijau anakan sagu. Hal tersebut mengindikasikan bahwa anakan sagu lebih responsif dalam menyerap pupuk nitrogen daripada tanaman induk. Nilai indeks hijau daun dengan SPAD yang semakin tinggi menunjukkan tingkat intensitas warna hijau yang semakin tua. Nilai tersebut diduga berkaitan dengan kandungan klorofil total pada daun sagu (Hawkins et al. 2009), yaitu semakin tinggi kandungan klorofil, intensitas warna hijau daun akan meningkat sehingga nilai SPAD semakin besar.

Pemberian pupuk nitrogen meningkatan jumlah kerapatan stomata pada anakan sagu. Peningkatan kerapatan stomata tersebut akan berdampak pada proses pertukaran CO2, O2 dan H2O yang semakin meningkat sehingga berpengaruh terhadap laju fotosintesis. Semakin banyak kerapatan stomata, maka proses fotosintesis berlangsung semakin cepat sehingga laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh floem berlangsung lebih cepat (Lakitan 2008).

Pemberian pupuk fosfor meningkatkan jumlah pelepah baru tanaman induk dan anakan dipelihara. Dosis pupuk fosfor yang tinggi memiliki potensi untuk menghasilkan pelepah yang lebih banyak pada anakan yang terpelihara. Hasil penelitian pada tanaman induk menunjukkan bahwa makin tinggi dosis pupuk fosfor yang diberikan makin ada kecenderungan untuk menghasilkan pelepah lebih tinggi. Hal yang sama disampaikan Kakuda et al. (2005), pemberian pupuk makro dengan dosis yang tinggi mengakibatkan jumlah pelepah yang terbentuk makin banyak.

Perlakuan pemangkasan tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah pelepah tanaman induk tetapi berbeda pada anakan sagu. Adaptasi tanaman induk dalam menghasilkan pelepah terhadap pemberian pupuk fosfor dan pemangkasan memerlukan waktu cukup lama. Hal tersebut diduga pada tanaman induk dalam fase lambat sehingga proses inisiasi pelepah baru berlangsung lambat.

Perlakuan pemangkasan dan dosis pupuk fosfor tertinggi (648 g rumpun-1) menghasilkan pertambahan tinggi batang pada tanaman induk. Aplikasi pupuk fosfor pada rumpun tanaman sagu meningkatkan kandungan hara P daun, indeks hijau daun dan stomata pada tanaman induk dan anakan yang dipelihara. Pemberian pupuk kalium belum memberikan peningkatan jumlah pelepah baru pada tanaman induk dan anakan yang dipelihara. Fosfor dalam tanaman sangat diperlukan untuk pembentukan energi dalam bentuk ATP dan ADP. ATP dan ADP diperlukan untuk penyerapan hara lain seperti K, Ca dan Mg serta menjalankan reaksi reaksi dalam pembentukan pati (Salisbury and Ross 1995). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pemupukan fosfor sangat perlu dilakukan pada tanaman induk dan anakan sagu. Hal tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman

Pemberian pupuk kalium dan pemangkasan meningkatkan pertambahan tinggi batang, indeks hijau daun, stomata pada tanaman induk dan indeks hijau daun pada anakan yang dipelihara. Kalium dalam tanaman berperan dalam memelihara potensial osmotik dan mekanisme pengambilan air yang berkaitan dengan stomata, meningkatkan asimilasi CO2 dan tranlokasi gula hasil fotosintesis.

47 Pemberian pupuk kalium tidak meningkatkan kandungan hara kalium daun pada tanaman induk dan anakan yang dipelihara. Hal ini diduga bahwa tanah gambut memiliki tingkat kemasaman tanah yang tinggi menyebabkan defisiensi kalium. Defisiensi kalium disebabkan oleh lemahnya ikatan gambut terhadap unsur kalium, sehingga kemampuan untuk memfiksasi kalium menjadi lemah yang mengakibatkan sebagian besar kalium dalam larutan tanah sangat mudah tercuci. Tanaman yang tumbuh di tanah gambut dengan tingkat kemasaman yang tinggi (pH rendah) akan mengakibatkan konsentrasi K+ pada akar dan tangkai daun lebih tinggi dibanding pada anak daun (Ornprapa et al. 2012).

Salah satu ciri tanaman sagu adalah menghasilkan anakan tunas yang sangat banyak. Anakan yang terlalu banyak menyebabkan kompetisi mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari sehingga mempengaruhi pertumbuhan (Bintoro 2008). Kondisi tersebut menjadi kurang optimal bagi pertumbuhan tanaman.

Pengaturan anakan (sucker control) akan mendorong pertumbuhan, menjaga kepadatan pada batang dan mempertahankan produktivitas pati yang lebih tinggi pada tanaman induk. Pengaturan jumlah anakan dilakukan dengan penjarangan. Penjarangan anakan dilakukan sebagai upaya untuk memaksimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman sagu, ternyata berdampak pada bertambahnya individu baru dengan pertambahan jumlah anakan yang semakin meningkat setiap bulannya (Andany et al. 2009). Kondisi tersebut menjadi tidak optimal bagi pertumbuhan tanaman induk, karena terjadi persaingan dalam penyerapan unsur hara, air dan cahaya matahari (Bintoro 2010). Menurut Bintoro (2013), ada tiga cara penjarangan tanaman sagu, yaitu (1) membuang anakan, (2) pemangkasan batang sampai pada titik tumbuh, dan (3) pemangkasan daun sampai habis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangkasan daun sampai habis anakan yang tidak diinginkan pada ketiga percobaan menunjukkan penurunan karakter pertumbuhan tanaman yang diuji. Hasil yang diperoleh pada jumlah pelepah, tinggi anakan dan biomassa segar diduga disebabkan oleh kondisi anakan yang terganggu akibat pemangkasan yang dilakukan secara periodik. Pola penurunan pertumbuhan anakan yang dipangkas membentuk garis linier negatif yang mengindikasikan juga adanya penurunan persentase hidup disetiap periode pemangkasan. Pemangkasan dilakukan tiga bulan sekali secara berkala mengakibatkan kemampuan tanaman yang dipangkas akan tumbuh semakin kecil (Bintoro 2013). Perlakuan pemangkasan dapat menyebabkan kematian anakan terpangkas. Tingkat kematian akibat pemangkasan sebesar 10-20% atau rata rata 15% pada 10 BSP. Apabila periode pemangkasan diperpanjang dalam jangka tertentu, maka diperkirakan kematian anakan terpangkas dapat mendekati 100%.

Pemangkasan berkala akan memaksimalkan pertumbuhan tanaman induk, membentuk dan memelihara ukuran tanaman serta mengoptimalkan hasil metabolisme ke batang sebagai organ penyimpanan. Pemangkasan ternyata juga memberikan pengaruh yang positif terhadap pertambahan jumlah pelepah anakan yang dipelihara dan dapat mengurangi kompetisi penyerapan hara antara anakan serta membuka ruang bagi tanaman untuk mendapatkan cahaya. Besarnya cahaya yang diserap daun menentukan aktifitas fotosintesis, yang pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya asimilat (karbohidrat) yang dihasilkan.

Perlakuan pemangkasan dapat dilakukan dengan pertimbangan aspek biaya yang lebih murah dan efisiensi waktu di lapangan. Pemangkasan yang dilakukan secara periodik sangat diperlukan dalam pengusahaan perkebunan sagu.

48

Dokumen terkait