• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Hasil Analisa pada Tanda dan Makna Tanda-tanda Tipe Simbol Simbol

STRUKTUR, IDENTIFIKASI, DAN KLASIFIKASI TANDA PADA TEKS THE SPIRIT OF KUDA LUMPING (IN TRANCE)

A. Analisis Struktur Teks The Spirit of Kuda Lumping (in Trance)

3. Pembahasan Hasil Analisa pada Tanda dan Makna Tanda-tanda Tipe Simbol Simbol

Dari hasil analisis, ditemukan empat tanda tipe simbol. Pada tanda-tanda tipe ini, interpretant mengarah pada pengolahan motif beruparepetisi yang mengacu pada karakter iringan kuda lumping. Secara holistik, The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) merupakan karya yang yang dibentuk dari struktuk pengolahan motif berupa pengulangan. Iwan Tanzil mengambil gagasan pokok berupa motif pada iringan kuda lumping dan dikembangkan dengan pengolahan nada,ritme, dinamika, dan lain-lain. Iwan Tanzil menyatakan bahwa bentuk musik pada karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) merupakan bentuk musik minimalis. Hal tersebut menunjukan interpretant bahwa The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) dibentuk melalui sesuatu yang bersifat minimal berupa motif pokok (minimal) yang menjadi dasar dari keseluruhan karya musik tersebut.

Musik memiliki frase layaknya bahasa. Frase dalam musik digolongkan menjadi dua, yaitu: frase tanya dan frase jawab. Salah satu penanda dari sebuah frase adalah kadens. Kadens dalam karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) pada dasarnya berbeda dengan kadens dalam karya-karya musik secara umum. Interpretant menunjukan bahwa Iwan Tanzil tidak sepenuhnya mengikuti aturan-aturan kadens. Kadens diwujudkan melalui kesan mengambang (frase tanya) dan

71

diperkuat dengan karakteristik iringan kuda lumping yang menekankan pada unsur ritmis daripada melodisnya. Kadens yang secara umum dinyatakan melalui progresi akor dan oleh Iwan Tanzil kadens dinyatakan melalui nada, rangkaian nada dan ritmis. Semuanya itu merupakan usaha komposer merepresentasikan kesenian kuda lumping melalui tanda dan hubungan antar tanda, baik yang bersifat konvensional maupun non-konvensional serta dapat melalui tanda yang mengacu objek representasinya dan objek yang memicu penciptaan tanda baru.

72 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka disimpulkan bahwa kesenian kuda lumping direpresentasikan melalui hubungan persamaan/simulasi antara tanda dan objek, hubungan sebab akibat antara tanda dan objek serta hubungan tanda dengan objek melaluikesepakatan/persetujuan. Representasi kesenian kuda lumping dalam karya The Spirit of Luda Lumping (in Trance) terdapat dua segitiga makna dalam rangkaian rantai semiosis. Rantai pertama menjelaskan bahwa unsur-unsur kesenian kuda lumping direpresentasikan melalui ide pokok berupa motif yang minimal dan diolah dengan teknik repetisi yang berkembang hingga menjadi karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) sepenuhnya. Hal ini mengacu pada pola iringan kuda lumping yang juga merupakan rangkaian repetisi yang terkesan monotone. Selain struktur motif, Iwan Tanzil merepresentasikan instrumen-instrumen kuda lumping yang sebagian besar adalah instrumen-instrument perkusi bernada dan tidak bernada melalui tanda golpe dan Tambora yang merujuk pada teknik permainan gitar dengan cara dipukul. Tanda-tanda tersebut mengacu pada unsur-unsur musikal pada kesenian kuda lumping. Selain merepresentasikan unsur-unsur-unsur-unsur musikal dari kesenian kuda lumping yang sebagian besar adalah instrument perkusi, Iwan Tanzil juga merepresentasikan unsur-unsur ekstra musikal dalam karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) melalui tanda-tanda yang menghasilkan efek suara (double staff, hammering on dan artificial harmonic) dan

73

melalui tanda-tanda ekspresi yang mengacu pada suasana misterius dalam kesenian kuda lumping (misterioso, tranquillo, scuro, dan lain-lain).

Selanjutnya karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) sebagai karya era modern dengan bentuk minimalis hadir sebagai rantai semiosis kedua. Era modern memicu penciptaan tanda dan pergeseran fungsi tanda. Hal tersebut disebabkan oleh objek yang diacu komposer era modern semakin berkembang. Objek-objek di luar musik direpresentasikan ke dalam tanda-tanda yang bersifat konvensional hingga tanda-tanda yang bersifat non-konvensional untuk tujuan visual maupun auditif.Bentuk musik minimalis mengacu pada bentuk musik era modern yang memiliki karakter motif berupa repetisi. Proses representasi kesenian kuda lumping dalam karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) menunjukan bahwa Iwan Tanzil tidak sepenuhnya menaati aturan-aturan musik pada umumnya. Hal tersebut sesuai dengan karakter komposer era modern yang membebaskan dirinya dari aturan-aturan, mengingat objek yang diacu dalam karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance)merupakan kesenian tari yang di dalamnya terdapat iringan musik dan fenomena-fenomena supranatural layaknya kesenian tradisi yang ada di Indonesia, dimana tanda-tanda yang bersifat konvensional, dalam konteks gitar klasik, belum dapat sepenuhnya memenuhi apa yang ingin direpresentasikan oleh komposer.

Objek di luar musik yang ingin digambarkan dalam teksThe spirit of Kuda Lumping (in Trance)meliputi hal-hal berikut ini:

1. Karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance)dimulai dengan gambaran seorang penari kuda lumping pada saat belum mengalami kesurupan

74

(trance)hingga kesurupan dan bagian akhir menggambarkan saat roh yang merasuki penari kuda lumping ke luar dari tubuh penari kuda lumping tersebut.

2. Pertunjukan kuda lumping di alun-alun Yogyakarta merupakan salah satu latar belakang terciptanya karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance). B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dikemukakan, berikut ini disampaikan saran-saran:

1. Bagi pengajar, karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) dapat menjadi bahan ajar yang memenuhi standar dari segi teknik dan interpretasi, mengingat tanda-tanda musik dalam karya tersebut dapat dimaknai melalui serangkaian proses interpretasi dimana kesenian kuda lumping merupakan objek acuan komposer. Tone, pitch, volume, dan duration dalam karya ini mengacu pada unsur musikal dan ekstra musikal yang terdapat di dalam kesenian kuda lumping sehingga pembaca teks harus mengkaji lebih dalam agar pesan yang ingin disampaikan komposer melalui tanda-tanda musikal dapat dimaknai oleh pembaca teks.

2. Hendaknya penelitian tentang karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance)mendapat respon bagi mahasiswa untuk lebih mengembangkan penelitian ini. Penelitian karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) memiliki kelebihan dan kekurangan dari segala bagian, serta masih sangat menarik untuk dikaji lebih dalam.

75

Dokumen terkait