• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA THE SPIRIT OF KUDA LUMPING (IN TRANCE): TELAAH SEMIOTIK PIERCEIAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA THE SPIRIT OF KUDA LUMPING (IN TRANCE): TELAAH SEMIOTIK PIERCEIAN."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

i

MAKNA THE SPIRIT OF KUDA LUMPING (IN TRANCE)

KARYA IWAN TANZIL: TELAAH SEMIOTIK PIERCEIAN

SKRIPSI

Diajukankepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

MARDIAN BAGUS PRAKOSA NIM 09208244027

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap

kekuatanmu.(Markus 12:30)

Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.

(Markus 12:31)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Berkat rahmat, dan Kuasa-Nya akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Makna The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) karya Iwan Tanzil: Telaah Semiotik Pierceian” untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Suminto A. Sayuti selaku Dosen pembimbing I, yang senantiasa mengarahkan dan membimbing dengan sabar hingga terselesaikannya skripsi ini;

2. Drs.Herwin Yogo Wicaksono, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II, yang senantiasa memberikan dorongan semangat belajar, wawasan ilmu, pengarahan dan dengan sabar telah membimbing hingga terselesaikannya skripsi ini;

3. Iwan Tanzil, Selaku komposer dan narasumber karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) yang telah mengijinkan penelitian ini serta memberikan informasi khususnya tentang karya tersebut.

4. Rahmat Raharjo, S.Sn., L.Mus.A., selaku narusumber dalam penelitian ini yang telah memberikan waktu dan informasi.

5. Bakti Setiaji, S.Pd, selaku narasumber yang telah memberikan wawasan dalam struktur musik dan memberikan banyak masukan berupa kritik dan saran yang bermanfaat, serta memberikan dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini;

(8)
(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori ... 8

1. Pengertian Struktur Komposisi ... 8

2. Musik Sebagai Tanda Dalam Komunikasi Estetis ... 15

3. Semiotik Pierceian ... 16

B. Penelitian Yang Relevan ... 18

C. Pertanyaan Penelitian ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 21

B. Tahap-tahap Penelitian ... 21

1. Tahap Pra-lapangan ... 22

2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 22

3. Tahap Analisis Data ... 22

(10)

x

C. Data Penelitian ... 23

D. Instrumen Penelitian ... 23

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 23

1. Observasi ... 24

2. Wawancara ... 24

3. Dokumentasi ... 25

4. Studi Kepustakaan ... 26

F. Teknik Analisis Data ... 26

G. Validitas Data ... 29

BAB IV. Struktur, Identifikasi, dan Klasifikasi Tanda Pada Teks The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) A. Analisis Struktur The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) ... 31

B. Identifikasi dan Klasifikasi Tanda ... 53

1. Makna Tanda-tanda Tipe Ikon ... 55

2. Makna Tanda-tanda Tipe Indeks ... 58

3. Tanda-tanda Tipe Simbol ... 63

C. Pembahasan ... 66

1. Pembahasan Hasil Analisa Pada Tanda dan Makna Tanda-tanda Tipe Ikon ... 66

2. Pembahasan Hasil Analisa Pada Tanda dan Makna Tanda-tanda Tipe Indeks ... 68

3. Pembahasan Hasil Analisa Pada Tanda dan Makna Tanda-tanda Tipe Simbol ... 70

BAB VI. Penutup A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 74

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Identifikasi Tanda Pada Karya The Spirit of Kuda Lumping

(in Trance) ... 53

Tabel 2 : Makna Tanda-tanda Tipe Ikon ... 55

Tabel 3 : Makna Tanda-tanda Tipe Indeks ... 58

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Introduction ... 32

Gambar 2 : Periode A ... 32

Gambar 3 : Periode A’... 33

Gambar 4 : Periode B ... 35

Gambar 5 : Periode C ... 36

Gambar 6 : Periode D ... 37

Gambar 7 :Periode E ... 38

Gambar 8 : Periode F... 39

Gambar9 : Periode E’ ... 40

Gambar 10 : Periode G ... 41

Gambar 11 : Periode H ... 42

Gambar 12 : Transisi ... 43

Gambar 13 : Periode I ... 43

Gambar 14 : Periode J ... 44

Gambar 15 : Periode J’ ... 45

Gambar 16 : Periode H’... 46

Gambar 17 : Periode K ... 47

Gambar 18 : Periode K’... 48

Gambar 19 : Periode L ... 49

Gambar 20 : Periode H” ... 50

Gambar 21 : Periode M ... 51

(13)

xiii

MAKNA THE SPIRIT OF KUDA LUMPING (IN TRANCE): TELAAH SEMIOTIK PIERCEIAN

Oleh

Mardian Bagus Prakosa 09208244027

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna dari tanda-tanda yang terdapat pada partitur The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) karya Iwan Tanzil.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini yaitu partitur lagu The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) karya Iwan Tanzil. Penelitian difokuskan pada karyaThe Spirit of Kuda Lumping (in Trance)sebagai representasi dari kesenian kuda lumping yang dikaji berdasarkan bentuk dan strukturnya terlebih dahulu, kemudian diidentifikasi dan dianalisis maknanya melalui pendekatan semiotik tipologi tanda dari Carles Sander Peirce. Data diperoleh dengan teknik observasi, wawancara dokumentasi, dan studi pustaka. Data dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif. Keabsahan data dilakukan melalui validitas (peer de breefing).

Hasil penelitian menunjukkan bahwamaknaThe Spirit of Kuda Lumping

(in Trance) karyaIwanTanzilsebagairepresentasidarikeseniankuda lumping

direpresentasikanmelalui hubungan persamaan/simulasi antara tanda dan objek, hubungan sebab akibat antara tanda dan objek serta hubungan tanda dengan objek melalui kesepakatan. Tanda dan hubungan antar tanda pada teks The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) yang teridentifikasi menunjukan bahwa karya tersebut merupakan karya modern dengan bentuk minimalis yang merepresentasikan unsur musikal dan ekstra musikal pada kesenian kuda lumping.

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Musik merupakan salah satu cabang kesenian yang sangat erat hubungannya dengan indra pendengaran. Ewen (1971: 4) menyatakan bahwa:

“musik merupakan ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmik dari nada-nada, baik vokal maupun instrumental, yang meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala sesuatu yang ingin diungkapkan terutama aspek emosional”.

Musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya yang ditandai dengan karakteristik jenis musik yang beranekaragam serta mengandung nilai dan norma-norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Danesi (2004: 195) bahwa musik memainkan peran dalam tiap masyarakat dan memiliki sejumlah gaya yang merupakan ciri dari wilayah geografis atau sebuah era sejarah. Maka dari itu, masyarakat memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai musik.Konteks sosial tempat bunyi itu muncul pun sering menentukan apakah bunyi itu dapat dianggap sebagai musik atau tidak.

Musik dan manusia merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.Manusia dapat menciptakan bunyi melalui dirinya sendiri ataupun melalui alat penghasil bunyi yang kita kenal sebagai alat musik atau instrumen. Banoe (1997:113) mengklasifikasikan instrumen musik menurut sumber bunyinya:

(15)

2

marakas, dan lain-lain; 2) instrumen musik yang sumber bunyinya berupa membran (membranophone), contohnyaseperti drum, kendang rebana, dan lain-lain; 3) instrumen musik yang sumber bunyinya berupa dawai (chordophone), contohnya seperti gitar, biola, piano, harpa, dan lain-lain; 4) Instrumen musik yang sumber bunyinya berupa udara (aerophone, contohnya seperti flute, trombon, harmonika, dan lain-lain; 5) instrumen musik yang sumber bunyinya berupa komponen elektronik (electrophone), contohnya seperti keyboard, gitar elektrik dan lain-lain.

Berdasarkan jenis-jenis instrumen tersebut, gitar merupakan instrumen musik yang paling umum dijumpai, baik dari kalangan masyarakat lapisan bawah hingga kalangan masyarakat lapisan atas. Kebutuhan masyarakat dalam konteks musik, dapat dipenuhi oleh adanya gitar, mengingat fungsi gitar secara umum merupakan instrumen pengiring yang mudah dibawa dan dapat dimainkan dimana saja. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh para produsen gitar.Para produsen memproduksi gitar dengan material yang memiliki kualitas yang beraneka ragam sehingga harga gitar sangat bervariasi dan dapat dijangkau oleh semua kalangan.Gitar klasik (nylon strings), gitar akustik (steel strings), gitar akustik elektrik, dan gitar elektrik merupakan jenis-jenis gitar yang umum digunakan. Penyebutan istilah gitar klasik dan gitar akustik merupakan suatu kesepakatan konvensional yang secara tidak langsung menunjukkan identitas gitar klasik sebagai gitar yang digunakan untuk memainkan karya klasik dan gitar akustik digunakan sebagai gitar yang digunakan untuk pengiring dalam band populer dan budaya musik populer lainnya, walaupun pada hakikatnya gitar klasik merupakan gitar akustik.

(16)

3

menyajikan unsur nada secara polifoni, homofoni,hingga special effects yang sering kita jumpai pada karya-karya modern. Karya musik gitar klasik dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu karya musik asli untuk gitar dan karya musik instrumen non-gitar yang diadaptasi ke dalam gitar (transkripsi).Grand Sonata Eroica karya Mauro Guliani, Julia Florida karya Agustin Barrios Mangore, Anatolian Folksong karya Carlo Domeniconi, De Un Fragmento karya Leo Brouwer, The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) karya Iwan Tanzil merupakan contoh-contoh karya asli untuk gitar. Di sisi lain,Chaconne karya J.S Bach, Asturias karya Isaac Albeniz, dan lain-lain merupakan contoh-contoh karya non-gitar yang ditranskripsikan untuk non-gitar.

(17)

4

menyatakan bahwa komposer banyak mendedikasikan karyanya untuk hal-hal yang bersifat relegius, kemudian era Klasik mulai menggeser fungsinya dengan musik-musik hiburan dan lain lain. Perbedaan fungsi tersebut disebabkan oleh pergeseran budaya dari jaman ke jaman. Komposer menangkap sesuatu yang menarik di sekitarnya sebagai inspirasi dalam pembuatan karya seperti: cinta; politik; dan sosial hingga hal-hal yang berhubungan dengan meditasi, ritual, dan lain-lain. Semuanya direpresentasikan menjadi komposisi musik yang mengandung pesan.

(18)

5

Iwan Tanzil lahir di Jakarta tahun 1963. Beliau belajar gitar pada usia 14 tahun. Tahun 1983, Iwan Tanzil belajar di College of Art Berlin, Jerman dan ujian akhir pada tahun 1988, kemudian lulus pada tahun 1991. Selama studinya beliau mengambil bagian dalam program international master yang berbeda dengan Javier Hinojosa, Vladimir Mikulka, Manuel Barrueco, Roberto Aussel dan Angelo Gilardino. Pada Tahun 1989, Iwan Tanzil menyandang juara pertama dalam Concorco internationale La Conquista della chitara Classica di Milan, Italia. Selain sebagai seorang pemain gitar klasik, Iwan Tanzil juga diakui sebagai seorang komposer.The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) merupakan salah satu karya Iwan Tanzil yang cukup populer dikalangan pemain gitar klasik Indonesia.Gagasan karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) diambil dari kesenian kuda lumping.

(19)

6

klasik. Iwan Tanzil mencoba menyajikan unsur-unsur kuda lumping ke dalam sebuah karya untuk gitar klasik solo melalui nada, ritmis, dan special effects. Kualitas nada dimodifikasi melalui teknik-teknik yang jarang muncul (special effects) dalam karya-karya klasik tradisional dengan tujuan untuk menggambarkan sebuah kesenian kuda lumping.

Iwan Tanzil merupakan salah satu dari banyak komposer modern yang yang ingin merepresentasikan unsur kesenian daerah ke dalam karyanya. Dalam dunia akademis yang mempelajari musik barat maupun timur, pemain musik menginterpretasikan pesan yang akan disampaikan oleh komposer melalui teks musik/partitur. Namun untuk menginterpretasikan pesan komposer melalui partitur musik, seorang pemain tidak hanya membunyikan apa yang dituliskan komposer di dalam partitur musik untuk dapat memaknai karya tersebut. Pada tahap memaknai pesan sebuah karya musik, seorang pemain kadang harus melihat dari sisi sejarah, teori musik, ilmu bentuk, hingga ilmu-ilmu lain yang tidak memiliki sifat musikal. Semua itu karena seorang komposer dapat secara bebas menemukan gagasan atau ide-ide dalam proses pembuatan komposisi musik seperti gagasan Iwan Tanzil dalam karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance).

(20)

7 B. Fokus Masalah

Masalah yang teridentifikasi cukup banyak dan ruang lingkupnya cukup luas. Namun, untuk mempermudah sistem pengkajian, dalam penelitian ini difokuskan pada struktur musik dan makna The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) sebagai representasi dari kesenian kuda lumping.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk hal-hal berikut:

1. Mendeskripsikan struktur musik The Spirit of Kuda Lumping (in Trance)sebagai dasar dalam proses penggarapan dan interpretasi karya. 2. Mendeskripsikan makna yang terkandung di dalam karya The Spirit of

Kuda Lumping (in Trance). D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, untuk menambah literatur penelitian tentang analisis karya seni musik, dan sebagai sumber bagi yang membutuhkan uraian makna dalam karyaThe Spirit of Kuda Lumping (in Trance).

(21)

8 BAB II

DESKRIPSI TEORI

A. Pengertian Struktur Komposisi

Menurut Poerwodharminto (1985:965), struktur merupakan cara bagaimana sesuatu disusun. Struktur memiliki unsur-unsur yang saling berkaitan antara yang satu dengan lainnya dan memiliki sifat totalitas serta transformatif. Djlantik (2001: 31) menyatakan bahwa kata struktur mengandung arti bahwa di dalam karya seni terdapat suatu pengorganisasian, penataan dan ada hubungan tertentu antara bagian-bagian yang tersusun tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut, struktur merupakan cara menyusun segenap unsur-unsur menjadi satu kesatuan yang utuh secara sistematis.

(22)

9 1. Irama

Irama merupakan rangkaian gerak yang berurutan dan menjadi unsur dasar dari musik. Irama terbentuk dari sekelompok bunyi dan diam, panjang pendeknya bunyi dan diam dalam waktu yang bermacam-macam membentuk pola irama serta bergerak menurut pulsedalam setiap ayunan birama(Jamlus,1998: 7). Pulse merupakan rangkaian denyutan yang terjadi berulang-ulang dan berlangsung secara teratur, dapat bergerak cepat maupun lambat (Ibid, 1998: 9). Menurut Sumaryo (dalam Joseph 2005: 52), irama secara populer adalah unsur-unsur dalam musik sebagai pembagian berlangsungnya waktu yang memberi pernyataan hidup kepada musik, irama membuat musik terasa mempunyai gerak. Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ritme berhubungan dengan waktu, kapan bunyi dan diam itu berlangsung dalam suatu komposisi musik.

2. Melodi

(23)

10

memiliki unsur ritme dan nada yang mengungkapkan suatu gagasan dan pikiran seorang komposer. Unsur yang terdapat dalam sebuah melodi diantaranya:

a. Motif

Motif merupakan unsur lagu yang mencakup nada, ritme, dan harmoni yang dipersatukan dengan suatu gagasan dan memiliki makna musikal, maka dari itu sebuah motif biasanya diulang-ulang dan diolah. Secara normal, sebuah motif memenuhi dua ruang birama (Prier, 2011: 3). Menurut Joseph (2005: 59), istilah motif dalam musik merupakan bagian terkecil dari kalimat musik yang sudah memiliki arti. Motif didukung dengan semua unsur-unsur musik seperti melodi, ritmis, dan harmoni. Meskipun unsur terkecil dalam musik adalah nada, tetapi nada yang berdiri sendiri belum merupakan suatu musik. Menurut Prier (1996:27) untuk pengolahan motif sendiri terdapat tujuh cara, antara lain :

1) Ulangan harafiah

Ulangan harafiah merupakan ulangan/repetisi motif. Ulangan harafiah mengungkapkan suatu kesan (misalnya keheningan malam) dan ulangannya bermaksud menegaskan suatu pesan untuk meningkatkan perhatian.

2) Sekuens (ulangan pada tingkat lain)

(24)

11

a). Sekuens naik: sebuah motif dapat diulang pada tingkat nada yang lebih tinggi. Sekuen naik sering terdapat didalam kalimat pertanyaan.

b). Sekuens turun: sebuah motif dapat diulang pada tingkat nada yang lebih rendah. Sekuens ini digunakan untuk menurunkan ketegangan dalam sebuah motif .

3) Perbesaran interval (augmentation of the ambitus)

Sebuah motif terdiri dari beberapa nada, dan dengan demikian terbentuklah pula beberapa interval yang dapat diperbesar. Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu peningkatan ketegangan

guna membangu “busur” kalimat.

4) Pemerkecilan interval (diminuation of the ambitus)

Pemerkecilan interval merupakan kebalikan dari perbesaran interval, di mana interval dapat diperkecil. Tujuan pemerkecilan nada selain sebagai variasi, juga mengurangi ketegangan dalam sebuah kalimat. Biasanya pemerkecilan tidak terjadi berulan-ulang.

5) Pembalikan (inversion)

(25)

12

6) Perbesaran nilai nada (augmentation of the value)

Suatu pengolahan melodis yang menggandakan nilai nada, sehingga melodi seakan-akan lebih lambat. Secara tidak langsung, perbesaran nilai nada merubah ritme sebelumnya.

7) Pemerkecilan nilai nada (diminuation of the ambitus)

Suatu pengolahan melodis yang membagi nilai nada sehingga melodi seakan-akan lebih cepat. Secara tidak langsung, pemerkecilan nilai nada merubah ritme sebelumnya.

b. Frase

Frase merupakan anak kalimat lagu, dalam tulisan musik lazim ditandai dengan lengkung pengikat (Banoe, 2003: 334). Menurut Joseph (2005: 59), istilah frase dalam musik merupakan gabungan beberapa motif menjadi satu. Frase dalam melodi terdiri atas frase pertanyaan dan frase jawaban. Frase merupakan bagian dari kalimat lagu seperti dalam kalimat bahasa dan dinyanyikan dalam satu pernafasan. Frase sederhana biasanya terdiri atas dua atau empat birama. Kalimat musik terbentuk dari sepasang frase dan dua kalimat musik atau lebih akan membentuk lagu. Fungsi frase ada dua, yaitu:

1) Kalimat pertanyaan/frase antecedens

(26)

13

biasa disebut dengan koma. Pada umumnya kalimat ini berhenti di dominan.

2) Kalimat jawaban / frase consequens

Kalimat jawaban / frase consequens merupakan bagian kedua dari kalimat (biasanya birama 5-8 atau 9-16), disebut sebagai jawaban karena melanjutkan pertanyaan dan berhenti dengan akor tonika. Kalimat jawaban memberikan kesan selesailah sesuatu di nada akhir kalimatnya.

3. Harmoni

Harmoni merupakan elemen musikal yang didasarkan atas penggabungan nada secara simultan, sebagaimana dibedakan oleh rangkaian nada-nada dan melodi. Melodi merupakan sebuah konsep horizontal, sedangkan harmoni merupakan konsep vertikal, oleh sebab itu harmoni sangat berhubungan dengan akor (Miller via Bramantyo, 1998: 48). Menurut Kodijat (1989: 32), menyatakan bahwa harmoni merupakan selaras, sepadan, bunyi serentak menurut harmoni, yaitu pengetahuan tentang hubungan nada-nada dalam akor serta hubungan antara akor yang satu dengan akor yang lainya.

(27)

14 4. Tema

Menurut Syafiq (2003: 299), tema adalah rangkaian nada yang merupakan pokok bentukan sebuah komposisi karena sebuah komposisi dapat memakai lebih dari satu tema. Menurut Rahma (2013:1), tema merupakan kumpulan dari beberapa kalimat musik. Tema merupakan gagasan utama dalam sebuah komposisi musik. Pada umumnya sebuah komposisi musik merupakan kumpulan dari beberapa tema. Disisi lain, tema merupakan wajah dari sebuah komposisi musik yang memberikan penekanan-penekanan tertentu sehingga pendengar memiliki pemahaman tertentu pada saat mendengarkan sebuah komposisi musik

5. Kadens

Menurut Sumaryanto (2001), wujud penerapan harmoni lebih lanjut dalam musik yaitu berupa rangkaian kord (progresi kord) yang mengiringi suatu melodi atau ritme tertentu dan rangkaian kord yang berada pada bagian akhir suatu melodi, frase,atau ritme disebut kadens (Cadence).Banoe (1997: 69-69) menyatakan bahwa kadens merupakan cara yang ditempuh untuk mengakhiri komposisi musik dengan berbagai kemungkinan kombinasi ragam akor, sehingga terasa efek berakhirnya sebuah lagu atau sebuah frasa lagu. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kadens merupakan rangkaian nada dan harmoni yang menunjukkan akhir dari kalimat. Terdapat beberapa macam kadens, antara lain:

(28)

15

c.Deceptif Kadens : progresi akor V – VI d.Kadens Setengah : progresi akor I – V – I – IV

B. Musik Sebagai Tanda dalam Komunikasi Estetis

(29)

16 C. Semiotika Pierceian

Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata Yunani

”Semeionyang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang

(30)

17

Konsep pemikiran semiotika salah satunya berasal dari Charles Sander Pierce. Teori dari Pierce sering disebut sebagai “ grand theory” dalam semiotika. Menurut Danesi (2004: 199) teori tersebut mengungkapkan bahwa

“Pierce mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Sebuah tanda atau representamen menurut Pierce merupakan sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu, oleh Pierce disebut interpretan dan pada giliranya akan mengacu pada objeknya”

.

Charles Sander Peirce juga membahas tentang teori trikotomi. Trikotomi adalah teori yang membahas mengenai tanda yaitu sign (tanda), objek, dan interpretan. Teori ini membahas hubungan tanda dengan tanda itu sendiri

(sign/representamen), tanda dengan objek, dan tanda dengan

interpretan.Peirce mengatakan bahwa dalam semiotika terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari ketiga unsur yang berbeda.Hubungan tersebut disebut triadik, yakni tanda atau representamen (sign), objek, dan interpretan.

1. Tiga Trikotomi Tanda Peirce

Trikotomi pertama yaitu hubungan tanda dengan tanda itu sendiri, di dalamnya tanda dibagi menjadi qualisign, sinsign, dan legisign.Qualisign yaitu tanda berdasarkan kualitasnya, sinsign adalah sebuah tanda tentang eksistensi keberadaannya, sedangkan legisign adalah sebuah tanda tentang aturan umum.

(31)

18

memiliki hubungan kesamaan dengan objeknya.Indeks adalah jika tanda tersebut menjadi penunjuk objeknya, sedangkan simbol adalah tanda konvensional.

Trikotomi ketiga adalah hubungan tanda kepada interpretan sebagai tanda tentang kemungkinan kualitatif (rheme), tentang fakta (decisign/dicentsign), dan tentang pemikiran (argument) (Peirce via Wahono dan Kustap 2007: 54).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka teori konsep trikotomi dari Peirce dianggap tepat untuk penelitian ini, karena di dalamnya berisi pembahasan yang diperlukan untuk langkah awal dalam mencari makna yang terdapat pada tanda-tanda musikal dalam lagu The Spirit of Kuda Lumping (in Trance).Namun agar penelitian dan analisis tidak meluas maka dalam penelitian ini hanya akan menggunakan analisis tanda berdasarkan trikotomi kedua yaitu hubungan tanda dengan objeknya. D. Penelitian yang relevan

Sebagai bahan acuan dan landasan dalam penelitian ini, peneliti mengambil penelitian yang berkaitan dan sudah pernah dilakukan sebelumnya yaitu:

1. Adagio Dari Concierto de Aranjuez untuk solo gitar dan Orkestra Karya Joaquin Rodrigo Prespektif Semiotika.

Penelitian ini ditulis oleh Sri Wahono dan Kustap yang diterbitkan

oleh jurnal ilmiah seni pertunjukan “Resital”.Tujuan dari penelitian ini

(32)

19

Aranjuez berdasarkan perspektif semiotika. Concierto de Aranjuez terdiri dari tiga bagian: Allegro con spirito, Adagio and Allegro

gentile. Bagian Adagio merupakan bagian yang paling umum

dimainkan.Bagian Adagio ini bertempo lambat dalam tangga nada minor sehingga melodi yang dimainkan terasa melankolis dan dapat

mendiskripsikan bahwa “pada melodinya tercium wangi bunga

magnolias, terdengar nyanyian burung-burung dan bisikan pancuran

air di taman istana Aranjuez”.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adagio dari Concierto de Aranjuez memiliki tanda-tanda legisign, index, ikon, symbol dan rheme yang akan menjadi awal untuk menemukan makna dari komposisi ini. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya yang ditulis oleh Kustap yang berjudul Semiotika Tripartisi Concierto de Aranjuez Bagian I Allegro con SpiritoKarya Joaquin Rodrigo.

2. Makna LaguKoyunbaba (Suite Für Gitarre Op.19) karya Carlo Domeniconi: Semiotik Pierceian

(33)

20

menunjukan bahwa tanda-tanda yang bersifat partikular dalam teks Koyunbaba (Suite Für Gitarre Op.19) tidak meninggalkan pondasi dasar dari sebuah musik suita, sehingga bisa dikatakan bahwa teksKoyunbaba (Suite Für Gitarre Op.19) ini merupakan representasi dari suita modern dengan ciri khas tersendiri.

Kedua penelitian ini dianggap relevan karena kesamaan dalam meneliti tanda-tanda dalam teks musik yaitu semiotik dari Peirce, serta kesamaan zaman dari karya yang diteliti.

E. Pertanyaan Penelitian

Iwan Tanzil menunjukan identitas tanah kelahirannya melalui karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance). Sebuah kesenian lokal diangkat menjadi sebuah karya musik untuk solo gitar klasik dengan struktur musik yang jarang digunakan dalam karya gitar klasik pada umumnya.

Berdasarkan fokus masalah dan kajian pustaka yang dituliskan dalam bab ini, maka peneliti menemukan beberapa penelitian yang akan dibahas lebih dalam sebagai fokus awal penelitian, yaitu:

1. Iwan Tanzil menggunakan struktur musik yang berbeda dari karya gitar klasik pada umumnya, seberapa jauh penggunaan struktur musik tersebut membawa makna tertentu?

(34)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini berhubungan dengan persepsi terhadap objek yang akan diteliti, maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan ditelaah dengan semiotikpierceian. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, dan kepercayaan terhadap obyek yang akan diteliti. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar dan bukan berupa angka-angka, seperti yang diungkapkan Bogdan dan Biklen (via Sugiyono, 2011: 13) bahwa penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka.Teori yang digunakan dalam penelitian ini tidak dipaksakan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal.Peneliti menggunakan dirinya sendiri sebagai perangkat penelitian, mengupayakan kedekatan dan keakraban antara dirinya dengan objek atau subjek penelitiannya. Data penelitian kualitatif berasal dari dokumentasi penelitian, pengawasan, evaluasi, pengamatan pendahuluan, dan pernyataan dari narasumber-narasumber yang dipercaya.

B. Tahap-tahap Penelitian

(35)

22 1. Tahap pra lapangan

Dalam tahap ini peneliti menentukan fokus penelitian, studi kepustakaan, mencari sember berupa partitur, audio dan video The Spirit of Kuda Lumping (in Trance).Selain itu, peneliti melakukan wawancara secara informal dengan pemain-pemain gitar klasik yang pernah memainkan karya tersebut.Tahap pra lapangan dilakukan peneliti selama bulan April-Juli 2014.

2. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap pekerjaan lapangan terkait dengan penelitian yang dilakukan di lapangan. Peneliti membaca dan memainkan karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance).Dalam proses penggarapan, peneliti menemukan keunikan-keunikan dalam karya tersebut. Struktur musik The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) merupakan struktur yang memiliki perbedaan dengan karya-karya gitar klasik pada umumnya. Berawal dari kesulitan-kesulitan yang dialami sendiri oleh peneliti, maka dari itu peneliti melakukan wawancara dengan Iwan Tanzil selaku komposer The Spirit of Kuda Lumping (in Trance).Selain itu, peneliti juga menempuh upaya konfirmasi ilmiah melalui penelusuran literatur buku dan referensi pendukung penelitian.

3. Tahap analisis data

(36)

23 4. Tahap evaluasi dan pelaporan

Pada tahap evaluasi dan pelaporan, peneliti melakukan konsultasi dan bimbingan dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan.

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa teks partitur dari lagu The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) karya Iwan Tanzil, ditambah dengan data-data pendukung berupa video pertunjukan untuk kepentingan audio visual, buku-buku, artikel dan wawancara dengan narasumber untuk kepentingan analisis, klasifikasi dan identifikasi tanda.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Moleong (2000:19), dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri atau bantuan orang lain adalah alat pengumpul data utama. Peneliti sebagai instrumen penelitian berfungsi dalam mengambil inisiatif yang berhubungan dengan penelitian.Inisiatif ini meliputi pencarian data, pembuatan pertanyaan untuk wawancara, dan sebagai pengolah data.Berdasarkan pengertian tersebut, maka instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

(37)

24 1. Observasi

Observasi berperan serta atau partisipatif (participant observation).Sugiono (2010: 204) mengatakan bahwa dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Selain melakukan pengamatan, penelitian juga melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan mengetahui makna dari setiap perilaku yang nampak.

Peneliti melakukan observasi, dengan cara berpartisipasi langsung baik sebagai penyaji maupun audience dalam beberapa pertunjukan musik yang menyajikan The Spirit of Kuda Lumping (in Trance). Selain observasi dalam pertunjukan musik, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap teks The Spirit of Kuda Lumping (in Trance).

2.Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada bapak Iwan Tanzil pada bulan Mei 2014.Iwan Tanzil adalah komposer The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) itu sendiri.Peneliti mendapatkan informasi berupa latar belakang karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance). Selain itu, Iwan tanzil juga memberikan gambaran visual prihal karya tersebut yang erat kaitanya dengan kesenian kuda lumping.

(38)

25

dalam analisis bentuk dan struktur musik.Peneliti mendapatkan informasi bahwa struktur music dalam karya ini terdiri dari pengulangan motif yang diperkembangkan.Selain itu narasumber menyatakan bahwa karakter iringan kuda lumping direpresentasikan dalam karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance).

Peneliti melakukan wawancara dengan bapak Rahmat Raharjo, S.Sn pada bulan Maret 2015.Beliau adalah pemain gitar klasik yang pertama kali memainkan The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) karya Iwan Tanzil. Peneliti mendapatkan informasi bahwa nara sumber (Rahmat Raharjo) adalah orang pertama yang membawakan karya tersebut. Selain itu narasumber melalui pengalaman empirisnya dalam penggarapan karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) memberikan petunjuk mengenai tanda-tanda musical yang memiliki kedekatan dengan iringan kuda lumping secara auditif.

3. Dokumentasi

(39)

26 4. Studi kepustakaan

Peneliti melakukan studi pustaka yang bertujuan untuk melengkapi data penelitian melalui penelusuran literatur mengenai analisis bentuk struktur musik dan teori tentang tanda serta makna, baik berupa buku, jurnal, maupun artikel dari internet untuk mendapatkan data yang menunjang penelitian ini.

F. Teknik analisis data

Menurut Creswell (2010: 275), analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Selain itu, analisis data melibatkan pengumpulan data yang terbuka, didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan umum, dan analisis informasi dari para partisipan.Keterkaitan hal-hal tersebut berpengaruh pada tingkat pemahaman dan interpretasi. Seperti dijelaskan oleh Creswell (2010: 274) bahwa peneliti perlu mempersiapkan data tersebut untuk diteliti, melakukan analisis-analisis yang berbeda, memperdalam pemahaman terhadap data tersebut, menyajikan data, dan membuat interpretasi makna yang lebih luas terhadap data tersebut.

Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan metode penelitian deskriptif kualitatif.Jadi data yang telah didapatkan kemudian dianalisis dan dideskripsikan dengan kenyataan yang ada, tujuannya yaitu untuk mendeskripsikan makna The Spirit of Kuda Lumping (in Trance).

(40)

27

gitar, kemudian menyajikannya dalam sebuah pementasan gitar klasik. Selain sebagai penyaji, peneliti juga terlibat dalam sebuah pementasan musik yang menyajikan repertoar The Spirit of Kuda Lumping (in Trance)sebagaiaudience. Langkah-langkah tersebut diambil agar peneliti mengalami keterlibatan langsung dalam proses penelitian.

Selanjutnya peneliti mengamati teks The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) dari segi bentuk dan struktur dengan acuan buku-buku analisis musik.Peneliti membagi berdasarkan pembagian terbesar dalam struktur musik yaitu periode sampai kepada pembagian frase dan motif. Langkah ini dilakukan agar sebuah teks musik menjadi jelas antara kalimat satu dengan kalimat yang lain serta untuk mengetahui apa saja yang terdapat pada teks tersebut. Seperti diketahui musik yang menggunakan lirik, musik instrumental atau musik tanpa lirik syair juga memiliki kalimat-kalimat di dalamnya. Kemudian pemilahan motif bertujuan untuk melihat sejauh mana motif-motif tersebut merepresentasikan kesenian kuda lumping.

(41)

28

dengan latar belakang budayanya, ingin merepresentasikan kesenian kuda lumping dengan fenomena-ffenomena supranaturalnya.Iwan Tanzil mentransformasikan suasana misterius melalui tanda musikal yang menghasilkan Special effect.Wawancara yang kedua dilakukan kepada Bapak Bakti Setiaji, S.Pd. Beliau seorang komposer dan ahli dalam bidang analisis bentuk struktur musik.Dalam wawancara tersebut peneliti memperoleh informasi mengenai motif karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) yang berupa repetisi.Narasumber yang ketiga yaitu bapak Rahmat Raharjo, S.Sn.Peneliti mendapatkan informasi bahwa narasumber (Rahmat Raharjo) adalah orang pertama yang membawakan karya tersebut.Selain itu narasumber melalui pengalaman empirisnya dalam penggarapan karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) memberikan petunjuk mengenai tanda-tanda musical yang memiliki kedekatan dengan iringan kuda lumping secara auditif.

(42)

29

tanda versi Charles S Peirce. Hasil identifikasi dan klasifikasi tanda kemudian dikonsultasikan dengan sesame peneliti.Peneliti memilih narasumber Birul walidaini, S.Pd yang juga pernah mengkaji karya musik dengan telaah semiotik pierceian. Narasumber memberikan informasi mengenai tanda-tanda yang belum disadari oleh peneliti.Langkah ini didukung dengan studi pustaka, dan langkah terakhir dalam teknik analisis data penelitian ini adalah memeriksa keabsahan atau validitas data.

G. Validitas Data

(43)

30

(44)

31 BAB IV

STRUKTUR, IDENTIFIKASI, DAN KLASIFIKASI TANDA PADA TEKS THE SPIRIT OF KUDA LUMPING (IN TRANCE)

A. Analisis Struktur Teks The Spirit of Kuda Lumping (in Trance)

The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) karya Iwan Tanzil merupakan karya untuk gitar klasik tunggal.Karya minimalis tersebut memiliki dua bagian. Pada bagian pertama komposer ingin merepresentasikan suasana awal pertunjukan kuda lumping sebelum terjadinya kesurupan(trance) dan bagian ke dua komposer merepresentasikan pertunjukan setelah terjadinya trance dimana tarian/gerakan pemain kuda lumping menjadi tidak teratur dan menjadi agresif bahkan membuat penonton menjadi takut/terpana. Pertunjukan berakhir dengan perginya roh dari tubuh pemain kuda lumping. Dalam proses penulisan lagu ini komponis lebih menekankan dan mementingkan aspek-aspek ritmis dalam gerakan-gerakan tarian daripada aspek musik dalam pertunjukan tersebut.

(45)

32

[image:45.595.122.507.120.338.2]

1. Introduction

Gambar 1: Introduction

Introduction dalam karya ini memenuhi 5 ruang birama (birama1-6).Rangkaian awal introduction ini dimulai pada birama gantung.Bagian introduction pada birama 1-6 merupakan rangkaian seperenambelasan yang diawali dengan hentakan kencang (forte) dengan nada E, dis, F, G,dan diakhiri dengan interval m5 (B dan F). Nada F dalam interval m5 merupakan artificial harmonic. Introduction berlanjut dengan pola iringan monotone yang sangat lembut (pp = pianissimo) dan dilanjutkan dengan perkembangan dinamika, ritmis dan melodi.

(46)
[image:46.595.121.507.115.366.2]

33

Gambar 2: Periode A

Periode A memenuhi 6 ruang birama (birama 7-12). Birama 7-10 merupakanfrase Tanya (a) dengan motif m1. Periode A diawali dengan pola iringan yang sama seperti bagiamintroduction. Pada birama ke 8 melodi dengan register bass masuk pada hitungan ke-2 dengan nada e, fis, gis dan ais. . Birama 11-12 merupakan frase jawab(a’) dengan motif m2.Pergerakan melodi pada frase jawab dimulai pada hitungan ke-3 pada birama 10 dengan nada b, ais, fis dan e.

(47)
[image:47.595.116.505.103.393.2]

34

Gambar 3: Periode A’

Periode A’ memenuhi 5 ruang birama (birama 13-17). Birama 13-14

(48)
[image:48.595.130.526.129.492.2]

35 4. Periode B

Gambar 4: Periode B

(49)

36

terdapat trill yang memiliki peran sebagai jembatan menuju periode/bagian yang dua.

[image:49.595.117.511.169.459.2]

5. Periode C

Gambar 5: Periode C

(50)
[image:50.595.115.505.120.500.2]

37 6. Periode D

Gambar 6: Periode D

(51)
[image:51.595.116.503.125.490.2]

38 7. Periode E

Gambar 7: Periode E

(52)

39

sebagai penutup periode E dan sebagai peralihan masuk periode baru yang tampak pada rangkaian melodi dua ketukan terakhir.

[image:52.595.116.527.178.522.2]

8. Periode F

Gambar 8: Periode F

(53)

40

50 dan 51 dengan motif q2 dan q3.Jenis motif pada periode ini adalah motif birama karena, satu motif memenuhi satu ruang birama.

[image:53.595.123.517.206.496.2]

9. Periode E’

Gambar 9: Periode E’

Periode E’’ (birama 52-55) terdiri dari 2 anak kalimat dan 4 motif.

(54)
[image:54.595.136.516.139.399.2]

41 10.Periode G

Gambar 10: Periode G

Periode F (birama 56-59) terdiri dari 2 anak kalimat dan 4 motif. Frase tanya(g)terdapat pada birama 56-57 dengan motif r dan r1. Pada Akhir motif r1 ritmis dikembangkan dengan nada-nada jembatan, sehingga pada motif tersebut

terkesan lebih “padat”.Frase jawab(g’)terdapat pada birama 58-59 dengan motif r2

(55)
[image:55.595.117.506.114.534.2]

42 11.Periode H

Gambar 11: Periode H

(56)
[image:56.595.115.452.142.295.2]

43 12.Transisi

Gambar 12: Transisi

Transisi (birama 66-70) merupakan jembatan menuju periode berikutnya.Ritme dan melodi pada bagian transisi ini sangat kontras dengan periode H dan terdiri dari 5 motif transisi.Pada bagian transisi, sukat yang semula 4/4 berubah menjadi 2/4 disertai dengan pengulangan-pengulangan motif yang bersifat monotone.

(57)
[image:57.595.120.506.115.292.2]

44

Gambar 13: Periode I

Periode I (birama 71-82) terdiri dari 9 motif dan2 anak kalimat.Pada periode ini, suasana yang dihasilkan sangat kontras karena sukat yang mengalami pergantian dan teknik yang digunakan juga mendukung perubahan suasana tersebut.Motif-motif pada periode ini merupakan rangkaian repetisi dan berakhir dengan cadenza.Cadenza terdiri dari rangkaian arpeggio.Frase tanya(i) terdapat pada birama 71-74 dengan motif t, t1, t2, t3, dan t4. Motif diolah dengan pengulangan harafiah dan menjadikan periode ini terkesan statis.Frase jawab (i’) terdapat pada birama 75-82 dengan motif t5, t6, t7, dan t8.Motif pada anak

kalimat i’ juga merupakan pengolahan motif dengan pengulangan harafiah.

(58)
[image:58.595.130.513.114.237.2]

45

Gambar 14: Periode J

Periode J (birama 83-89) terdiri dari 7 motif dan2 anak kalimat.Pada periode ini aksen ditonjolkan dengan teknik hammering on, sehingga pada periode ini terkesan perkusif.Frase tanya(j) terdapat pada birama 83 -85 dengan motif u, u1 dan u2. Frase jawab (j)terdapat pada birama 86-89 dengan motif v, v1, v2, dan v3.Motif v1 dan v3 dikembangkan dengan ritme triol dan terkesan perkusif.Ritme dan teknik yang digunakan pada periode ini member kesan perkusif yang dinamis.

15.Periode J’

Gambar 15: Periode J’

Periode J’ (birama 90-94) merupakan pengulangan dari periode J yang

[image:58.595.120.512.421.614.2]
(59)
[image:59.595.125.507.122.452.2]

46 16.Periode H’

Gambar 16: Periode H’

Periode H’ (birama 95-108) terdiri dari 14 motif dan2 anak kalimat.Frase

(60)
[image:60.595.122.507.125.460.2]

47 17.Periode K

Gambar 17: Periode K

(61)
[image:61.595.125.504.131.371.2]

48 18.Periode K’

Gambar 18: Periode K’

Periode K’ (birama 121-128) terdiri dari 6 motif dan2 anak kalimat.Periode ini

(62)
[image:62.595.121.509.121.557.2]

49 19.Periode L

Gambar 19: Periode L

(63)

50

anak kalimat ini diperkembangkan dengan pengulangan-pengulangan yang secara konvensional disebut dengan cadence yang diperpanjang.

[image:63.595.113.509.191.443.2]

20.Periode H’’

Gambar 20: Periode H’’

Periode H” (birama 145-148) terdiri dari 2 anak kalimat dan 4 motif.Pada

(64)
[image:64.595.138.524.139.439.2]

51 21.Periode M

Gambar 21: Periode M

(65)
[image:65.595.114.505.118.548.2]

52 22.Coda

Gambar 22: Coda

(66)

53 B. Identifikasi dan Klasifikasi Tanda

[image:66.595.131.490.384.755.2]

Identifikasi dan klasifikasi tanda pada penelitian ini dilakukan dengan mengadaptasi jenis-jenis tanda berdasarkan hubungan objek dengan tanda yang dikemukakan oleh Peirce. Pada teks The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) setelah dianalisis struktur musiknya dapat diidentifikasi dan diklasifikasikan beberapa jenis tanda dalam struktur teks sebagai unit analisis yang diteliti.Hasil identifikasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1: Identifikasi dan klasifikasi tanda pada teks The Spirit Kuda Lumping (inTrance)

Jenis

Tanda Penjelasan Unit Analisis

Ikon (icon)

Tanda dirancang untuk merepresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan, contoh: Peta, potret, dll

1. Penggunaan tanda kunci

2. Penggunaangolpe

(67)

54

4. Penggunaan double staff

Indeks (index)

Adanya kedekatan eksistensi antara tanda dengan objek atau adanya hubungan sebab akibat, contohnya sebuah tiang penunjuk jalan, ada asap maka ada api.

1. The Spirit of Kuda

Lumping (in Trance)

2. Nama komposer (Iwan Tanzil)

3. Tahun kelahiran komposer (1963)

4. Penggunaan notasi yang tidak dibunyikan

5. Penggunaan nada ke-2

(68)

55

7. Penggunaan hammering on

Simbol (symbol)

Hubungan ini bersifat konvensional dalam artian adanya persetujuan tertentu antara para pemakai tanda. Contohnya adalah bahasa, bendera.

1. Penggunaan teknik pengulangan/repetisi 2. Penggunaan kadens 3. Penggunaan tanda-tanda

ekspresi (misterioso, molto ritmico, tranquillo,

agiato, scuro, meno

mosso)

4. Penggunaan tanda tempo

1. Makna Tanda-tanda Tipe Ikon

[image:68.595.132.491.109.480.2]

Dari identifikasi dan klasifikasi pada tabel di atas, ditemukan beberapa tanda tipe ikon pada teks The Spirit of Kuda Lumping (in Trance).Tanda-tanda bersama maknanya dijelaskan melalui tabel 2. Tabel ini diadaptasi dari segitiga elemen makna Peirce.

Tabel 2:Makna Tanda – Tanda Tipe Ikon

No Tanda Objek Interpretant

1. Penggunaan tanda kunci Sama dengan tanda

(69)

56

.2. Penggunaan tanda Golpe Sama dengan tanda

Golpe dalam bahasa

indonesia memiliki arti pukulan. Secara khusus,

golpe merupakan teknik

tangan kanan dimana tangan kanan memukul body gitar. 3. Penggunaan tanda Tambora Sama dengan

tanda

Kata Tambora berasal dari alat musik tambor (perkusi) yang dibunyikan dengan cara dipukul. Teknik tambora pada gitar merupakan teknik tangan kanan dimana tangan kanan memukul senar gitar. 4. Penggunaan Double Staff Sama dengan

tanda

Double staff pada partitur gitar pada umumnya memiliki petunjuk agar pemain memilih salah satu

staff untuk dimainkan

(secondatura)

(70)

57

Tanda ikon nomor dua terdapat tanda golpe. Golpe dalam bahasa indonesia memiliki arti pukulan. Tanda ini mengacu pada teknik tangan kanan dimana tangan kanan memukul body gitar. Teknik ini merupakan adaptasi dari teknik gitar flamenco. Teknik golpe memiliki kesan tersendiri dan memiliki tujuan untuk merepresentasikan instrumen pada iringan kuda lumping yang sebagian besar merupakan instrument perkusi ke dalam instrument gitar.

Tanda ikon nomor tiga terdapat tanda tambora. Tambora berasal dari kata tambor.Tambor merupakan salah satu instrumen perkusi membranophone yang dibunyikan dengan menggunakan pemukul dan bisa juga dibunyikan langsung dengan tangan. Tanda tersebut mengacu pada sebuah teknik permainan gitar dengan cara memukul senar gitar dengan tangan kanan.Tambora dan golpe memiliki kesamaan objek yang diacu, yaitu instrumen pengiring kuda lumping yang sebagian besar merupakan instrumen perkusi.

(71)

58 2. Makna Tanda-tanda Tipe Indeks

Dari identifikasi dan klasifikasi pada tabel di atas, ditemukan beberapa tanda tipe indeks pada teks The Spirit of Kuda Lumping (in Trance).Tanda-tanda bersama maknanya dijelaskan melalui tabel 3. Tabel ini diadaptasi dari segitiga elemen makna Peirce.

Tabel 3:Makna Tanda – Tanda Tipe Indeks No

Tanda Objek Interpretant

1. Judul The Spirit Kuda Lumping (in

Trance)

Mengacu pada kesenian kuda lumping

1. Kuda lumping merupakan salah satu kesenian yang dalam pertunjukanya

menampilkan tarian prajurit berkuda.

2. In Trance merupakan

salah satu fenomena kesurupan yang menjadi salah satu identitas dari kesenian tersebut.

2. Nama Komposer (Iwan Tanzil)

Mengacu pada nama orang Indonesia

Nama seseorang dapat mencerminkan beberapa hal, yakni: Tempat kelahiran, marga, agama, dll.

“Iwan” dapat diartiakan

(72)

59

Indonesia, yaitu bumi atau tumbuhan, sedangkan dalam bahasa wales-inggris memiliki arti Tuhan yang Maha Pengasih. Nama

”Tanzil” berasal dari bahasa

sansekerta yang memiliki arti keindahan surga.

3. Tahun kelahiran composer (1963)

Mengacu pada zaman musik modern

Pada zaman modern struktur musik dan bentuk musik mengalami perkembangan yang berangsur-angsur. 4. Tanda petunjuk

untuk tangan kiri

Tanda musik Sebuah tanda bantu dalam partitur The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) yang digunakan composer sebagai petunjuk dalam memainkan karya tersebut. Komposer menggunakan tanda musik tersebut dengan tujuan pemain menekan senar dengan jari tangan kiri pada nada yang ditunjukan partitur tanpa membunyikanya. 5. Tanda petunjuk

untuk tangan kiri

(73)

60

tersebut pada dasarnya memiliki kaitan dengan tanda musik tipe indeks nomer empat. Petunjuk tersebut memberi perintah agar tangan kiri menekan senar tanpa dipetik oleh tangan kanan. Hasil yang diperoleh dari kombinasi tanda ini dan sebelumnya menghasilkan nada ke-2 yang diperjelas dengan notasi yang terdapat didalam tanda kurung.

6. Tanda hammering on

Tanda musik Sebuah tanda bantu yang memiliki tujuan agar pemain memukul senar dengan jari tangan kiri (hammering on).

7. Tanda petunjuk untuk senar dan tangan kanan

Tanda musik Sebuah tanda yang

menunjukan “p” untuk pulgar atau jempol tangan kanan dan angka 5 untuk nomer senar. Komposer menggunakan tanda tersebut dengan tujuan jempol menekan senar 5 hingga menyentuh permukaan leher gitar (fingerboard)dan petunjuk tersebut menghasilkan special

(74)

61

karakteristik bunyi yang unik.

Tanda indeks nomor satu merupakan judul karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance). Judul tersebut mengacu pada kesenian kuda lumping. Kuda lumping merupakan salah satu kesenian yang menampilkan tarian prajurit berkuda.Kuda Lumping merupakan kesenian tari yang menggunakan peralatan berupa kuda buatan yang terbuat dari anyaman bambu. Anyaman tersebut kemudian diberi aksesoris berupa mata, rambut, rambut dan tali (untuk memudahkan pemain dalam memainkanya saat menari). Tarian ini biasanya dimainkan oleh 10 orang penari atau lebih. Hampir semua kesenian tari sangat akrab dengan musik, termasuk kesenian kuda lumping. Soedarsono (1992: 88) menyatakan bahwa iringan merupakan salah satu aspek terpenting dari kesenian tari. Peran iringan tidak hanya sebagai pelengkap tari, Iringan juga merupakan bagian dari kesenian tari. Menurut Supanggah (2002: 14), iringan tari berfungsi sebagai tanda perubahan gerak, memberi tanda permulaan dan akhir penyajian.In Trance merupakan salah satu fenomena yang menjadi identitas kesenian tersebut. Iwan Tanzil dalam karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) ingin merepresentasikan kesenian kuda lumping melalui karya untuk solo gitar.

(75)

62

(Indonesia) diperkuat dengan arti nama Iwan Tanzil yang hanya dapat diartikan dengan bahasa Indonesia dan bahasa sansekerta. “Iwan” menurut bahasa Indonesia yaitu bumi atau tumbuhan dan ”Tanzil” berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki arti keindahan surga.

Tanda indeks nomer tiga merupakan tahun kelahiran komposer. Pembagian era dalam konteks musik dapat diklasifikasikan melalui beberapa hal yang salah satunya adalah tahun kelahiran komposer. Iwan Tanzil lahir di era modern (1963). Klasifikasi zaman musik menyatakan bahwa musik modern berkisar antara tahun 1910-saat ini.

Tanda indeks nomor empat merupakan tanda petunjuk untuk tangan kiri. Notasi dan tanda panah tersebut mengacu pada hubungan eksistensi antar tanda. Notasi menunjukan nada yang harus ditekan (tanpa dibunyikan) oleh tangan kiri, tanda panah menunjukan teritorial penggunaan tanda tersebut dan secara visual tanda tersebut memiliki perbedaan dengan notasi pada umumnya.

Tanda indeks nomer lima merupakan tanda yang mengacu pada teknik permainan tangan kiri. Tanda tersebut berhubungan dengan tanda indeks nomor empat. Tanda indeks nomer lima memiliki tujuan agar pemain memukul senar pada nada yang ditunjukan oleh partitur dengan jari tangan kiri. Kesan auditif yang dihasilkan oleh hubungan tanda indeks nomor empat dan lima adalah munculnya nada ke-2 yang secara visual ditunjukan oleh notasi dalam kurung.

(76)

63

tersebut dalam partitur gitar klasik memberi kesan berbeda dibandingkan penggunaannya didalam gitar electric. Kesan perkusif muncul sebagai akibat tanda tersebut dan pada dasarnya komposer ingin merepresentasikan sesuatu yang berhubungan dengan kesenian kuda lumping melalui penggunaan tanda tersebut.

Tanda indeks nomor tujuh merupakan tanda yang mengacu pada penggunaan jari tangan kanan dan senar yang digunakan. Gitar klasik memiliki petunjuk penggunaan tangan kanan yang salah satunya adalah pulgar (p) dan angka dalam lingkaran sebagai petunjuk penggunaan senar. Tanda tersebut memiliki tujuan agar jari pulgar/ibu jari menekan fingerboard pada senar nomor lima dan kesan auditif muncul sebagai nada ke-2.

3. Makna Tanda-tanda Tipe Simbol

[image:76.595.108.519.608.734.2]

Dari identifikasi dan klasifikasi pada tabel di atas, ditemukan beberapa tanda tipe indeks pada teks The Spirit of Kuda Lumping (in Trance).Tanda-tanda bersama maknanya dijelaskan melalui tabel 4. Tabel ini diadaptasi dari segitiga elemen makna Peirce.

Tabel 4:Makna Tanda – Tanda Tipe Simbol No

Tanda Objek Interpretant

1. Ulangan harafiah

Teknik pengolahan motif

(77)

64 2. Kadens Akhir dari sebuah

kalimat

Kadens memberikan kesan disetiap akhir frase dan dan menentukan frase tersebut kedalam frase Tanya ataupun frase jawab.

3. Tanda-tanda ekspresi (misterioso,

molto ritmico,

tranquillo,

scuro, meno

mosso)

Tanda musik Gabungan dari dinamika dan tempo yang memiliki tujuan membantu interpretan dalam menginterpretasikan sebuah karya.

4. Tanda tempo 

Tanda musik yang mengacu pada kecepatan

Tanda tempo merupakan tanda yang menentukan kecepatan pada sebuah karya. Satuan hitungan tempo adalah bpm/beat per minutes.

(78)

65

Tanda simbol nomor dua merupakan penggunaan kadens. Kadens merupakan salah satu poin terpenting dalam sebuah karya, yang memiliki fungsi sebagai penanda frase tanya dan jawab dalam kalimat/periode musik. Secara umum kadens memiliki aturan. Namun, dalam karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance), kadens tidak dinyatakan dengan cara yang konvensional. Kadens pada karya tersebut lebih menekankan kesan “selesailah sesuatu” dan kesan mengambang yang memiliki hakikat layaknya kalimat Tanya.

(79)

66

kuda lumping memiliki parameter-parameter yang berbeda dengan dengan iringan-iringan musik barat dan salah satunya adalah karakter irama; 3) Tranquillo, merupakan tanda yang merujuk pada suasana. Tranquillo dalam bahasa Indonesia mempunyai arti tenang. Pemain gitar klasik sepakat bahwa tenang dapat diwujudkan melalui tone, duration, pitch dan volume. Kesepakatan-kesepakatan berupa kualitas(tone, duration, pitch dan volume juga tampak pada kemunculan tanda-tanda tipe simbol yang lain, seperti: secure, meno mosso, dolce, dll.

Tanda tipe simbol nomor empat merupakan tanda tempo. Tanda tempo merupakan tanda yang berhubungan dengan waktu dan memiliki satuan bpm (beat/minutes).Tempo pada karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) adalah tempo 144. Secara umum, tanda tersebut bisa diartikan dalam satu menit terdapat 144 denyutan. Tempo sangat berkaitan dengan suasana suatu karya musik. Kesalahan tempo merupakan suatu kesalahan vatal yang mengakibatkan sebuah karya kehilangan jati dirinya. Pesan yang hendak disampaikan juga akan terasa kabur sebagai akibat kesalahan interpretasi dalam konteks tempo.

C. Pembahasan

1. Pembahasan Hasil Analisa pada Tanda dan Makna Tanda-tanda Tipe Ikon

(80)

67

komunikasi komposer dan pembaca teks musik. Tanda-tanda yang tampak pada teks musik The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) digolongkan menjadi dua, yaitutanda yang bersifat konvensional dan non-konvensional. Tanda kunci G merupakan salah satu tanda yang bersifat konvensional dan digunakan komposer sebagai tanda yang mengacu pada range nada gitar. Kemunculan tanda tersebut menyatakan bahwa The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) merupakan karya musik untuk gitar yang merepresentasikan unsur-unsur kuda lumping. Salah satu unsur dari kesenian kuda lumping adalah iringan musik kuda lumping yang dihasilkan dari instrumen-instrumen musik, seperti: saron, demung, kendang, gong, dan lain-lain. Instrumen yang digunakan dalam iringan kuda lumping sebagian besar merupakan instrumen perkusi bernada maupun tidak bernada. Berdasarkan hubungan tanda dan objeknya melalui persamaan atau simulasi pada teks The Spirit of Kuda Lumping (in Trance), Interpretan menunjukan bahwa unsur-unsur iringan pada kesenian kuda lumping direpresentasikan melalui tanda yang menghasilkan special effect, yaitu tambora dan golpe. Secara auditif, penggunaan tanda golpe dan tambora menunjukan bahwa instrumen-instrumen perkusi bernada dan tidak bernada direpresentasikan melalui tanda tersebut.

(81)

68

berada didalamnya, secara visual tanda tersebut mengacu pada objek dinamis. Objek dinamis yang dimaksud merupakan objek yang memicu penciptaan/peralihan fungsi tanda, dalam konteks karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance), tanda tersebut tidak menunjukan bahwa pemain harus memilih salah satu staff untuk dimainkan melainkanmemiliki petunjuk agar pemain harus memainkan keduanya. fungsi tanda tersebut memudahkan komposer dalam merepresentasikan objek yang diacunya dan memudahkan pembaca dalam menginterpretasikan tanda tersebut. Secara auditif, tanda tersebut mengacu pada efek suara yang sangat jarang muncul dalam karya-karya gitar klasik pada umumnya. Menurut informasi yang didapatkan peneliti dalam proses wawancara dengan komposer,interpretan menunjukan bahwa makna yang terbentuk dari kemunculan tanda tersebut mengacu pada suasana misterius dalam kesenian kuda lumping.

2. Pembahasan Hasil Analisa pada Tanda dan Makna Tanda-tanda Tipe Indeks

Dari hasil analisis di atas ditemukan enam tanda indeks. Representasi kesenian kuda lumping dalam kelompok tanda ini beberapa mengacu pada suatu tempat dan masa sebagai objeknya. Selain itu juga ada tanda panah yang menjadi penunjuk eksistensi hubungan tanda dan objeknya. Jika semua tanda-tanda ini dihubungkan, maka tanda-tanda tersebut akan mengungkap makna-makna yang tersembunyi. Peneliti mengambil beberapa interpretant dalam pembahasan ini: 1. The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) merupakan karya musik yang

(82)

69

2. The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) merupakan karya musik untuk solo gitar klasik yang merepresentasikan kesenian kuda lumping melalui tanda-tanda yang mengacu pada aspek musikal (iringan) dan ekstra musikal (fenomena supranatural). Nada pentatonis, ritmis, dinamika, dan lain-lain dalam karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) merupakan wujud representasi dari aspek musikal pada kesenian kuda lumping. Lain halnya dengan efek-efek suara yang menghasilkan nada ke-2. Nada ke-2 mengacu pada aspek ekstra musikal dalam kesenian kuda lumping, dalam konteks karya ini merujuk pada fenomena supranatural dalam pertunjukan tersebut. 3. Eramodern memicu penciptaan dan penggunaan tanda dalam teks musik.

(83)

70

objek dinamis yang memicu penciptaan tanda baru. Hal-hal tersebut tampak pada kemunculan nada ke-2.

3. Pembahasan Hasil Analisa pada Tanda dan Makna Tanda-tanda Tipe Simbol

Dari hasil analisis, ditemukan empat tanda tipe simbol. Pada tanda-tanda tipe ini, interpretant mengarah pada pengolahan motif beruparepetisi yang mengacu pada karakter iringan kuda lumping. Secara holistik, The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) merupakan karya yang yang dibentuk dari struktuk pengolahan motif berupa pengulangan. Iwan Tanzil mengambil gagasan pokok berupa motif pada iringan kuda lumping dan dikembangkan dengan pengolahan nada,ritme, dinamika, dan lain-lain. Iwan Tanzil menyatakan bahwa bentuk musik pada karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) merupakan bentuk musik minimalis. Hal tersebut menunjukan interpretant bahwa The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) dibentuk melalui sesuatu yang bersifat minimal berupa motif pokok (minimal) yang menjadi dasar dari keseluruhan karya musik tersebut.

Musik memiliki frase layaknya bahasa. Frase dalam musik digolongkan menjadi dua, yaitu: frase tanya dan frase jawab. Salah satu penanda dari sebuah frase adalah kadens. Kadens dalam karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) pada dasarnya berbeda dengan kadens dalam karya-karya musik secara umum. Interpretant menunjukan bahwa Iwan Tanzil tidak sepenuhnya mengikuti aturan-aturan kadens. Kadens diwujudkan melalui kesan mengambang (frase tanya) dan

(84)

71

(85)

72 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

(86)

73

melalui tanda-tanda ekspresi yang mengacu pada suasana misterius dalam kesenian kuda lumping (misterioso, tranquillo, scuro, dan lain-lain).

Selanjutnya karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) sebagai karya era modern dengan bentuk minimalis hadir sebagai rantai semiosis kedua. Era modern memicu penciptaan tanda dan pergeseran fungsi tanda. Hal tersebut disebabkan oleh objek yang diacu komposer era modern semakin berkembang. Objek-objek di luar musik direpresentasikan ke dalam tanda-tanda yang bersifat konvensional hingga tanda-tanda yang bersifat non-konvensional untuk tujuan visual maupun auditif.Bentuk musik minimalis mengacu pada bentuk musik era modern yang memiliki karakter motif berupa repetisi. Proses representasi kesenian kuda lumping dalam karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) menunjukan bahwa Iwan Tanzil tidak sepenuhnya menaati aturan-aturan musik pada umumnya. Hal tersebut sesuai dengan karakter komposer era modern yang membebaskan dirinya dari aturan-aturan, mengingat objek yang diacu dalam karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance)merupakan kesenian tari yang di dalamnya terdapat iringan musik dan fenomena-fenomena supranatural layaknya kesenian tradisi yang ada di Indonesia, dimana tanda-tanda yang bersifat konvensional, dalam konteks gitar klasik, belum dapat sepenuhnya memenuhi apa yang ingin direpresentasikan oleh komposer.

Objek di luar musik yang ingin digambarkan dalam teksThe spirit of Kuda Lumping (in Trance)meliputi hal-hal berikut ini:

(87)

74

(trance)hingga kesurupan dan bagian akhir menggambarkan saat roh yang merasuki penari kuda lumping ke luar dari tubuh penari kuda lumping tersebut.

2. Pertunjukan kuda lumping di alun-alun Yogyakarta merupakan salah satu latar belakang terciptanya karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance). B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dikemukakan, berikut ini disampaikan saran-saran:

1. Bagi pengajar, karya The Spirit of Kuda Lumping (in Trance) dapat menjadi bahan ajar yang memenuhi standar dari segi teknik dan interpretasi, mengingat tanda-tanda musik dalam karya tersebut dapat dimaknai melalui serangkaian proses interpretasi dimana kesenian kuda lumping merupakan objek acuan komposer. Tone, pitch, volume, dan duration dalam karya ini mengacu pada unsur musikal dan ekstra musikal yang terdapat di dalam kesenian kuda lumping sehingga pembaca teks harus mengkaji lebih dalam agar pesan yang ingin disampaikan komposer melalui tanda-tanda musikal dapat dimaknai oleh pembaca teks.

(88)

75

DAFTAR PUSTAKA

Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.

Miller. 1998. Pengantar Apresiasi Musik. Terjemahan: Triyono Bramantyo Yogyakarta: Yayasan Penerbit Untuk Indonesia. Judul Asli: Introduction to Music a Guide to Good Listening.

Creswell, John W 2010. Research Desain Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Danesi, Marcel. 2012. Pesan,Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra. Djlantik. 2001. Ilmu Estetika Kesenian. Jakarta: Sinar Harapan

Ewen, David. 1971. The Book of Musical Knowledge, New Jersey: Engliwood Jamalus, 1981. Musik untuk PSG. Jakarta: Depdikbud.

Jamalus, 1988. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Depdikbud.

Joseph, Machlis, 2005. The Enjoyment of Music. New York : Erlangga Kurniawan. 2001. Semiologi Roland Bhartes. Magelang: Indonesia Tera. Kodijat, Latifa.1983. Istilah-istilah Musik. Jakarta: Balai Pustaka

Mack, Dieter. 1995. Sejarah Musik Jilid III. Yogyakarta: pusat musik liturgi. Martinet, Jeanne. 2010. Semiologi. Terjemahan: Stephanus Aswar Herwinarko.

Yogyakarta: Jalasutra. Judul Asli: Clefs Pour La Semiologie.

Miller, Hugh. (tanpa tahun). Pengantar Apresiasi Musik. Terjemahan: Triyono, Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Band

Gambar

Gambar 1: Introduction
Gambar 2: Periode A
Gambar 3: Periode A’
Gambar 4: Periode B
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk kapasitas lentur yang terjadi pada ketiga bentuk variasi pelat lantai beton grid dengan tulangan wire mesh, untuk mengetahui

Inisiasi Menyusu Dini (IMD)/ early initation atau permulan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segara setelah lahir, kontak kulit dengan kulit segera setelah lahir

Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di rumah sakit.. menjadi

Dengan mengucapakan puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat dan izin Allah jualah penyusun dapat menyelesaikan sebuah Program Kerja tahunan yang dapat

Untuk lebih mengetahui bagaimana kemampuan setiap unit pembangkit dalam melayani beban pada sistem interkoneksi Gorontalo dengan Minahasa, maka kedua sistem ini

Melihat banyaknya kasus korupsi di Indonesia terutama dilakukan oleh pegawai negeri sipil ( PNS ), korupsi diibaratkan sudah menjadi budaya yang sulit untuk diberantas.

[r]

NAMA LENGKAP TEMPAT LAHIR TANGGAL LAHIR ANGK... KH