• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESI SANGGAR PRATIWI NIM F.1209021

INDIKATOR PERTANYAAN

D. Pembahasan hasil analisis

Setelah menilai model secara keseluruhan dan menguji hubungan regresi seperti yang dihipotesiskan, tahap selanjutnya adalah pembahasan hasil penelitian sebagai berikut :

1)Hipotesis 1a

Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah sikap kepatuhan konsumen terhadap hukum atas pemalsuan merek mewah berpengaruh pada niat pembelian pemalsuan merek mewah. Berdasarkan tabel IV.44 dapat dilihat bahwa variabel sikap kepatuhan konsumen terhadap hukum atas pemalsuan merek mewah (Y1) memiliki nilai t = 0,173; β= 0,011; signifikansi 0,891 yang berarti p>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

hipotesis 1a tidak didukung. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi sikap kepatuhan konsumen terhadap hukum atas pemalsuan merek mewah maka semakin besar niat pembelian konsumen atas pemalsuan produk. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menganggap pembelian terhadap produk palsu bukan merupakan suatu pelanggaran hukum yag fatal.

Hasil diatas didukung oleh hasil tanggapan responden pada kuisioner terbuka, pada hasil tersebut dinyatakan bahwa konsumen mendukung adanya produk Louis Vuitton palsu sebagai saranna alternative selain produk Louis Vuitton yang tidak dapat dijangkau konsumen.

commit to user

123

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Phau, Sequeira and Dix pada tahun (2009) yang menyatakan bahwa attitudes torward the lawfulness of counterfeit luxury brands berpengaruh positif pada willingness to knowingly purchase counterfeit luxury brand.

2)Hipotesis 1b

Hipotesis 1b bermaksud untuk menguji apakah sikap konsumen terhadap legalitas atas pemalsuan merek mewah berpengaruh pada niat pembelian pemalsuan merek mewah. Ditinjau dari tabel IV.44menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap legalitas atas pemalsuan merek mewah (Y2) mempunyai nilai t = 0,436; β= 0,035; signifikansi 0,664 yang berarti p>0,05, sehingga disimpulkan bahwa

hipotesis 1b tidak didukung. Maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi sikap konsumen terhadap legalitas atas pemalsuan merek mewah, semakin besar niat pembelian konsumen atas pemalsuan produk. Hasil tersebut memperlihatkan sikap konsumen yang mengilegalkan pemalsuan produk dengan merek mewah (Luxury Brand).

Hal tersebut juga didukung oleh hasil penyebaran kuisioner terbuka yang menunjukkan hasil bahwa walaupun secara tidak langsung konsumen menyadari bahwa tindakan pemalsuan adalah tindakan ilegal, akan tetapi sikap tersebut tidak mengurangi sikap dukungan terhadap adanya produk Tas merek Louis Vuitton Palsu.

commit to user

124

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Phau, Sequeira and Dix (2009) yang menyatakan bahwa

attitudes torward the legality of counterfeit luxury brands berpengaruh positif pada willingness to knowingly purchase counterfeit luxury brand.

3)Hipotesis 2a

Hipotesis 2a bertujuan untuk menguji apakah integritas berpengaruh pada sikap kepatuhan hukum dan legalitas konsumen atas pemalsuan merek mewah. Berdasarkan tabel IV.45 dapat dilihat bahwa variabel integritas (X1) tidak ditampilkan oleh sistem. Begitu jugapada tabel IV.46 menunjukkan variabel integritas (X1) tidak ditampilkan oleh sistemmaka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2a tidak didukung.Hal tersebut berartitidak terdapat hubungan antara integritas dengan sikap kepatuhan hukum dan legalitas konsumen atas pemalsuan merek mewah.

Hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Phau, Sequeira and Steve Dix pada tahun (2009) yang menyatakan bahwa Integrity

berpengaruh negatif pada attitudes torward the lawfulness and legality of counterfeit luxury brands.

4)Hipotesis 2b

Hipotesis ini bermaksud untuk menguji apakah status konsumsi berpengaruh pada sikap kepatuhan hukum dan legalitas konsumen atas pemalsuan merek mewah.Hasil perhitungan pada tabel IV.45

commit to user

125

menunjukkan bahwa status konsumsi (X2) mempunyai nilai t = 4,651; β=

0,345; signifikansi 0,000 yang berarti p<0,05. Sertadalam tabel IV.46 menunjukkan status konsumsi (X2) mempunyai nilai t = 2,202; β= 0,173; signifikansi 0,029 yang berarti p<0,05, sehingga disimpulkan bahwa

hipotesis 2b didukung. Maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi status konsumsi konsumen, semakin tinggi sikap kepatuhan hukum dan legalitas konsumen atas pemalsuan merek mewah. Hal ini berarti perhatian yang tinggi konsumen pada nilai status konsumsi suatu produk berdampak pada peningkatan sikap dukungan pada pemalsuan produk.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Phau, Sequeira and Dix pada tahun (2009) yang menyatakan bahwa Status Consumption berpengaruh positif pada

attitudes torward the lawfulness and legality of counterfeit luxury brands .

5)Hipotesis 2c

Hipotesis 2c bermaksud untuk menguji apakah materialisme berpengaruh pada sikap kepatuhan hukum dan legalitas konsumen atas pemalsuan merek mewah. Ditinjau dari tabel IV.45 terlihat bahwa materialisme (X3) mempunyai nilai t = 4,457; β= 0,330; signifikansi 0,000 yang berarti p<0,05. Serta berdasar tabel IV.46 terlihat bahwa materialisme (X3) mempunyai nilai t = 3,319; β= 0,261; signifikansi 0,001 yang berarti p<0,05, sehingga disimpulkan bahwa hipotesis 2c didukung.Maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat

commit to user

126

materialisme konsumen, semakin tinggisikap kepatuhan hukum dan legalitas konsumen atas pemalsuan merek mewah. Hal ini berarti sifat materialisme konsumen yang tinggi mengakibatkan sikap dukungan untuk tindakan pemalsuan produk merek mewah.

Hal tersebut didukung oleh hasil penyebaran kuisioner terbuka yang memberikan hasil bahwa konsumen memiliki tingkat materialisme yang tinggi dalam gaya hidup konsumen, berdampak pada keinginan untuk menggunakan produk yang dapat mencerminkan tingkat materi yang dimiliki, sehingga produk palsu menjadi salah satu alternative konsumen.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Phau, Sequeira and Dix (2009) yang menyatakan bahwaMaterialism berpengaruh negatif pada attitudes torward the lawfulness and legality of counterfeit luxury brands.

6)Hipotesis 3a

Hipotesis 3a bertujuan untuk menguji apakah integritas berpengaruh pada niat pembelian pemalsuan merek mewah. Berdasarkan tabel IV.47 dapat dilihat bahwa variabel integritas (X1) memiliki nilai t = 0,763; β= 0,280; signifikansi 0,439 yang berarti p>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3atidak didukung. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat integritas konsumen maka semakin tinggi niat pembelian pemalsuan merek mewah. Maka dapat diartikan bahwa

commit to user

127

konsumen yang tingkat integritasnya tinggi masih tetap berniat membeli produk palsu.

Hasil ini sesuai dengan kesimpulan tanggapan kuisioner terbuka yang menyatakan bahwa konsumen berpendapat sebagai individu yang berintegritas tinggi, akan tetapi mereka masih memiliki niat yang tinggi pada produk Louis Vuitton Palsu.

Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Phau and Teah (2009)dalam Devilwears (Counterfeit) Prada: A Study of Antecedents and Outcomes of Attitudes Towards Counterfeits of Luxury Brands yang menyatakan bahwaIntegrity berpengaruh positif pada purchase intention.

7)Hipotesis 3b

Hipotesis ini bermaksud untuk menguji apakah status konsumsi berpengaruh pada niat pembelian pemalsuan merek mewah. Hasil perhitungan pada tabel IV.47 menunjukkan bahwa status konsumsi (X2) mempunyai nilai t = 2,375; β= 0,185; signifikansi 0,018 yang berarti p<0,05, sehingga disimpulkan bahwa hipotesis 3b didukung. Maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi status konsumsi konsumen, semakin tingginiat pembelian pemalsuan merek mewah. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang sangat peduli dengan status konsumsi akan cenderung berniat membeli produk palsu.

Dalam hasil tanggapan kuisioner terbuka didapatkan kesimpulan yang sama yaitu konsumen memiliki tingkat status konsumsi yang tinggi,

commit to user

128

sehingga nilai prestice produk yang dianggap penting meningkatkan niat beli produk Louis Vuitton Palsu.

Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Phau, Sequeira and Dix pada tahun (2009) yang menyatakan bahwa Status Consumption berpengaruh negatif pada

willingness to knowingly purchase counterfeit luxury brand.

8)Hipotesis 3c

Hipotesis 3c bermaksud untuk menguji apakah materialisme berpengaruh pada niat pembelian pemalsuan merek mewah. Ditinjau dari tabel IV.47 terlihat bahwa materialisme (X3) mempunyai nilai t = 3,257; β= 0,138; signifikansi0,008 yang berarti p<0,05, sehingga disimpulkan bahwa hipotesis 3c didukung. Maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat materialisme konsumen, semakin tinggi juga niat pembelian pemalsuan merek mewah. Hal ini menunjukkan bahwa sifat materialisme konsumen yang tinggi tetapi tidak didukung secara materi akan berdampak pada peningkatan niat beli produk palsu.

Hal ini sejalan dengan hasil kuisioner terbuka yang menyatakan bahwa konsumen yang memiliki sifat materialisme tinggi cenderung berniat membeli produk palsu untuk memuaskan keinginannya dari segi materi.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Phau, Sequeira and Dix (2009) yang menyatakan

commit to user

129

bahwa Materialism berpengaruh negatif pada willingness to knowingly purchase counterfeit luxury brand.

9)Hipotesis 4a

Hipotesis 4a bertujuan untuk menguji apakah tampilan produk berpengaruh pada niat pembelian pemalsuan merek mewah. Berdasarkan tabel IV.48 dapat dilihat bahwa variabel tampilan produk (X4) memiliki nilai t = 3,463; β= 0,264; signifikansi 0,001 yang berarti p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 4a didukung. Hal tersebut berarti semakin baik tampilan produkpalsu maka semakin tinggi niat pembelian pemalsuan merek mewah. Maka hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang menilai tampilan produk palsu hampir sama dengan produk asli akan cenderung untuk berniat membeli produk palsu

Hasil diatas didukung oleh kesimpulan kuisioner terbuka yang menunjukkan hasil bahwa tampilan produk Louis Vuitton palsu yang sangat mirip dengan produk asli justru memberikan daya tarik yang tinggi. Sehingga memberikan alasan yang kuat bagi konsumen untuk berniat membeli produk palsu.

Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Phau, Sequeira and Dix (2009) yang menyatakan bahwa Product Performance berpengaruh negatif pada willingness to knowingly purchase counterfeit luxury brand.

commit to user

130

10)Hipotesis 4b

Hipotesis ini bermaksud untuk menguji apakah umur manfaat produk berpengaruh pada niat pembelian pemalsuan merek mewah. Hasil perhitungan pada tabel IV.48 menunjukkan bahwa status konsumsi (X5) mempunyai nilai t = -3,026; β=-0,231; signifikansi 0,003 yang berarti p<0,05, sehingga disimpulkan bahwa hipotesis 4b didukung. Maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi perhatian konsumen pada umur manfaat produk palsu, semakin rendah niat pembelian pemalsuan merek mewah. Hal ini berarti bahwa umur manfaat produk palsu yang cenderung rendah mengakibatkan konsumen berfikir ulang untuk bermiat membeli produk palsu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Phau, Sequeira and Dix pada tahun (2009) yang menyatakan bahwa usefull life berpengaruh negatif pada willingness to knowingly purchase counterfeit luxury brand.

commit to user

131

BAB V PENUTUP

Pada bab ini akan diuraikan tentang hal-hal yang terkait dengan kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan dan saran penelitian. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil analisis data dan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya pada penelitian ini. Selain kesimpulan akan disertakan saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh mengenai pengaruh variabel independen pada variabel dependen sebagai berikut :

1. Sikap konsumen terhadap kepatuhan hukum dan legalitas pemalsuan produk merek mewah (Luxury Brand) berpengaruh tidak signifikan pada niat pembelian. Hal ini menunjukan bahwa apabila semakin tinggi sikap kepatuhan hukum dan legalitas konsumen di Surakarta atas pemalsuan merek mewah maka, tidak akan mengurangi niat beli konsumen pada produk tas Louis Vuitton Palsu.

2. Faktor kepribadian(status konsumsi, materialisme) berpengaruh signifikanpada sikap konsumen terhadap kepatuhan hukum dan legalitas atas pemalsuan produk merek mewah (Luxury Brand). Hal ini menunjukan

commit to user

132

bahwa semakin tinggi status konsumsi dan materialisme konsumen di Surakarta berdampak semakin baik sikap konsumen atas pemalsuan produk tas Louis Vuitton.

3. Faktor kepribadian (integritas, status konsumsi, materialisme) mempunyai pengaruh signifikan pada niat pembelian produk palsu.Sehingga integritas konsumen di Surakarta yang semakin tinggi, tidak akan mengurangi potensi niat pembelian produk tas Louis Vuitton Palsu. Sedangkan tingkat status konsumsi dan materialisme konsumen di Surakarta yang semakin tinggi berakibat juga pada semakin tinggi potensi niat pembelian konsumen pada produk tas Louis Vuitton Palsu.

4. Faktor atribut produk (tampilan produk dan mur manfaat produk) berpengaruh signifikanpada niat pembelian produk merek mewah palsu. Makasemakin bagus tampilan produk tasLouis Vuitton palsu maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya niat pembelian konsumen di Surakarta.Selain itu, umur manfaat (useful life) produktas Louis Vuitton palsu yang singkat, akan berdampak pada semakin rendahnya niat pembelian konsumen di Surakarta.

B. Keterbatasan

Obyek pengamatan yang digunakan dalam studi ini hanya difokuskan produk Fashion tas Louis Vuitton Palsu sehingga berdampak pada generalisasi

commit to user

133

studi yang bersifat terbatas. Hasil studi penelitian dapat berbeda jika dilakukan pada produk palsu jenis lain, beberapa produk fashion palsu dengan merek yang samaatau produk merek mewah (luxury brand) yang lain.

Jumlah responden yang ditetapkan sebesar 160 didasarkanpada batas minimal yang disyaratkan. Sehingga peningkatan jumlah sampel dimungkinkan dapat berdampak pada perbedaan hasil secara statistik dari study penelitian ini.

Dalam pengukuran variabel sikap konsumen terhadap pemalsuan produk Luxury brand serta niat beli konsumen pada produk palsu, banyak faktor - faktor yang dapat mempengaruhinya diantaranya adalah faktor individual, faktor sosial, faktor lingkungan dan atribut produk. Sedangkan penelitian ini hanya menggunakan variabel individual dan atribut produk, sehingga hasilnya dapat berbeda jika meneliti semua faktor yang ada. Maka penelitian ini akan jauh lebih baik bila memasukan variabel faktor sosial, dan faktorhargasebagai variabel independen.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan studi penelitiaan diatas, peneliti memberikan beberapa saran berupa saran praktis maupun saran bagi stdui lanjutan. Saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut:

1. Saran untuk studi lanjutan

Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah sampel serta variabel-varibel lain yang mendukung atau

commit to user

134

memperkuat analisis sikap konsumen terhadap pemalsuan dan niat beli produk palsu seperti faktor sosial serta harga produk.

Selain itu alangkah baiknya pada penelitian selanjutnya juga menekankan pada jenis produk yang sama yaitu produk high involvment, untuk mengetahui lebih jelas seberapa jauhniat pembelian bila dibandingkan dengan produk merek pesaing sehingga hasil yang didapatkan lebih relevan.

2. Saran Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada para pemasar tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap konsumen terhadap pemalsuan produk serta niat beli konsumen atas produk palsu. Melalui pemahaman tersebut, pemasar dapat menetapkan strategi untuk meminimalisir tingkat permintaan konsumen pada produk palsu.

Selain itu perusahaan produsen produk Luxury Brand dapat menekan tingkat pemalsuan lewat produk yang sulit ditiru dan memenuhi harapan konsumen.

D. Implikasi

Peneliti berharap penelitian dapat memberikan impilkasi teoritis, praktis, metodologis serta studi lanjutan. Implikasi tersebut diharapkan mampu menambah pemahaman ilmiah untuk mengembangkan teori-teori penelitian dalam bidang studi pemasaran. Serta, penelitian ini diharapkan mampu

commit to user

135

memberikan gambaran situasi pasar sehingga dapat menjadi masukan bagi pemasar atau perusahaan untuk mengatasi dan memberikan upaya-upaya berkaitan studi penelitian diatas.

1. Implikasi Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman para akademisi mengenai konsep perilaku konsumen tentang pemalsuan produk merek mewah (Luxury Brand). Hal tersebut dikarenakan pada penelitian ini diulas mengenai beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penyesuaian variabel yang diamati dan model penelitian dengan setting penelitian menambah tingkat keberagaman informasi dalam penelitian ini. Selain itu penelitian ini diharapkan mampu untuk dimodifikasi serta diterapkan pada kondisi penelitian yang berbeda.

2. Implikasi Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan pemasar atau perusahaan tentang perilaku konsumen atas pemalsuan produk – produk luxury brand. Melalui pemahaman tersebut diharapkan pemasar maupun perusahaan dapat menciptakan terobosan strategi baru unutk meningkatkan daya tarik produk asli perusahaan serta strategi untuk mengurangi terjadinya pemalsuan.

commit to user

136 3. Implikasi Metodologis

Penelitian dilakukan melalui metode yang terstruktur yang sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Maka sumber dan tingkat kebenaran penelitian ini telah teruji. Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi informasi yang mampu dipahami bagi peneliti lain dalam rangka merancang penelitian berikutnya.

4. Implikasi Studi Lanjutan

Penelitian ini dilakukan dengan obyek berupa produk palsu kategori fashion yang lebih difokuskan lagi pada produk tas luxury brand

palsu (KW). Sehungga pada penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan diskusi atau dikembangkan dengan obyek yang berbeda.

commit to user

137

Dokumen terkait