• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Biaya

Setiap kegiatan produksi yang dijalankan tidak terlepas dari biaya, khususnya pada usaha sate bandeng.Biaya dikeluarkan setiap usaha akan berbeda, tergantung jenis usaha yang dijalankan. Profitabilitas sebuah usaha akan diketahui dengan menganalisis biaya yang dikeluarkan. Biaya digolongkaan menjadi biaya tetap, biaya variabel, biaya semi tetap, dan biaya semi varibel. Terkait dengan itu berikut ini akan dijelaskan struktur biaya dari usaha sate bandeng yang menjadi objek dalam penelitian, terbagi ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak mengalami perubahan dalam kisaran volume kegiatan tertentu, yaitu terdiri atas beberapa faktor tergantung jenis kegiatan usahanya. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh suatu usaha tentunya akan berbeda. Faktor-faktor yang menjadi biaya tetap pada masing-masing usaha antara lain biaya penyusutan investasi, gaji, biaya peralatan, biaya penyusutan peralatan, dan biaya lainnya.

Usaha Sate Bandeng Ratu Toety

Biaya tetap yang dikeluarkan oleh pemilik usaha sate bandeng Ibu Ratu Toety meliputi biaya penyusutan investasi, biaya penyusutan peralatan, dan biaya tidak langsung lainnya. Tempat pengolahan memiliki luas bangunan 21 m2 . Biaya yang dikeluarkan untuk bangunan sebesar Rp 50 000 000.00. Bangunan digunakan sebagai tempat pengolahan dengan umur ekonomis selama dua puluh lima tahun, dengan penyusutan sebesar lima persen per tahun. Besarnya biaya penyusutan yang dikeluarkan adalah Rp 2 000 000.00. Selain itu, investasi yang dimiliki Ibu Ratu adalah kendaraan operasional berupa motor, yang berumur dua puluh tahun dengan biaya sebesar Rp 20 000 000. Adapun persentasi penyusutan untuk kendaraan tersebut adalah lima persen atau sebesar Rp 1 000 000 per tahun. Besarnya pengeluaran yang merupakan biaya tetap dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 11.

Tabel 11 Biaya tetap usaha sate bandeng Ratu Toety per tahun

No. Uraian Biaya per Bulan (Rp) Biaya per Tahun (Rp)

1. Biaya penyusutan investasi 250 000 3 000 000

2. Biaya penyusutan peralatan 203 092 2 455 100

3. Biaya tetap tidak langsung 8 054 167 95 670 000

Total 101 125 100

Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat komponen yang ada dalam biaya tetap yang dikeluarkan si pemilik sebesar Rp 101 125 100 per tahun. Biaya tetap yang

dikeluarkan berasal dari biaya penyusutan investasi, biaya penyusutan peralatan, dan biaya tidak langsung. Rincian biaya penyusutan peralatan dapat dilihat pada Lampiran 1. Peralatan produksi mesin giling berumur ekonomis 10 tahun memiliki persentase penyusutan sebesar sepuluh persen per tahun, yaitu sebesar Rp 250 000. Mesin vacum sealer yang berumur ekonomi lima belas tahun memiliki persentasi penyusutan sebesar tujuh persen atau Rp 560 000 per tahun.

Freezer mamiliki umur ekonomis lima belas tahun, dengan penyusutan sebesar tujuh persem per tahun. Biaya penyusutan freezer sebesar Rp 420 000 untuk dua unit freezer. Tungku dengan harga Rp 500 000 memiliki umur ekonomis sepuluh tahun. Penyusutan tungku sebesar sepuluh persen per tahun, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 100 000 untuk dua unit tungku. Peralatan lainnya adalah blender yang dimiliki dua unit dengan biaya masing-masing Rp 300 000, umur ekonomis tiga tahun. Penyusutan untuk blender sebesar tiga puluh tiga tahun, dengan total biaya penyusutan sebesar Rp 198 000 untuk dua unit blender. Tiga buah panci yang dibutuhkan pada usaha ini memiliki umur ekonomis tiga tahun. Penyusutan untuk panci sebesar tiga puluh tiga persen, dengan biaya penyusutan seluruhnya sebesar Rp 297 000.

Dua unit wajan dan sodet memiliki umur ekonomis masing-masing tiga dan dua tahun, dengan penyusutan sebesar tiga puluh tiga persen dan lima puluh persen. Biaya penyusutan masing-masing alat adalah sebesar Rp 99 000 dan Rp 30 000 untuk dua unit. Pemilik usaha ini juga membutuhkan empat baskom kecil dan baskom besar dengan umur ekonomis dua tahun. Penyusutan untuk kedua alat itu sebesar lima puluh persen, dengan biaya penyusutan masing-masing alat sebesar Rp 100 000 dan Rp 60 000 untuk empat unit.

Peralatan lainnya adalah talenan, dengan umur ekonomis tiga tahun. Penyusutan untuk alat tersebut sebesar tiga puluh tiga persen, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 23 100 untuk dua unit talenan. Pisau juga sangat diperlukan pada usaha ini, dimana si pemilik membutuhkan sepuluh unit pisau. Umur ekonomis pisau selama dua tahun, dengan penyusutan sebesar lima puluh tahun. Biaya penyusutan yang dibutuhkan seluruhnya sebesar Rp 100 000. Dua buah corong yang dibutuhkan pada usaha ini memiliki umur ekonomis sebesar satu tahun. Penyusutan alat ini sebesar seratus persen, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 30 000 untuk dua unit.

Adapun total biaya penyusutan peralatan produksi secara keseluruhan adalah sebesar Rp 2 455 100 per tahun. Faktor biaya lainnya yang juga termasuk dalam biaya tetap adalah biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung yaitu biaya yang dikeluarkan untuk hal yang tidak berhubungan secara langsung dalam produksi, namun dapat menunjang dalam proses produksi seperti perawatan mesin produksi. Adapun biaya tidak langsung yang termasuk kedalam biaya tetap usaha sate bandeng Ratu Toety, yang secara rinci dapat terlihat pada Lampiran 3.

Biaya tidak langsung yang dikeluarkan Ibu Ratu meliputi biaya listrik dan air, biaya komunikasi, komisi penjualan, biaya transportasi, upah tenaga kerja dan biaya perawatan. Biaya perawatan usaha sate bandeng Ratu merupakan biaya perawatan yang dilakukan pada periode waktu perawatan yang berbeda. Perawatan untuk mesin giling dilakukan setiap empat bulan sekali, dimana dalam

setahun perawatan membutuhkan biaya sebesar Rp 450 000. Mesin parut kelapa juga membutuhkan perawatan yang dilakukan dua sampai tiga kali perawatan dalam setahun, dengan biaya sebesar Rp 300 000 per setahun. Perawatan untuk kendaraan terdiri dari service dan ganti oli yang dilakukan setiap satu bulan sekali dengan biaya sebesar Rp 1 200 000 per tahun.

Faktor biaya tidak langsung usaha sate bandeng lainnya yang masuk dalam biaya tetap antara lain listrik dan air, komunikasi, dan transportasi. Biaya listrik dan air per bulannya adalah Rp 85 000 atau Rp 1 020 000 per tahun, biaya komunikasi per bulan sebesar Rp 100 000 atau Rp 1 200 000 per tahun. Sedangkan untuk transportasi yang digunakan untuk membeli bahan bakar kendaraan membutuhkan biaya sebesar Rp 375 000 per bulan atau Rp 4 500 000 per tahun.

Biaya komisi penjualan per tahunnya adalah sebesar Rp 12 000 000 yang dikeluarkan untuk dua pelanggan tetap yang merupakan toko kue. Upah tenaga kerja diberikan untuk lima orang pekerja yang masing-masing mendapat upah sebesar Rp 50 000 per hari atau Rp 15 000 000 per tahun. Berdasarkan keterangan sebelumnya maka diperoleh total biaya tidak langsung usaha sate bandeng Ratu Toety yang menjadi biaya tetap sebesar Rp 95 670 000 per tahun.

Usaha Sate Bandeng Hj. Mariyam

Biaya tetap yang dikeluarkan oleh pemilik usaha sate bandeng Hj. Mariyam meliputi biaya penyusutan investasi, biaya penyusutan peralatan, dan biaya tidak langsung lainnya. Tempat pengolahan memiliki luas bangunan 40 m2. Biaya yang dikeluarkan bangunan sebesar Rp 100 000 bangunan yang digunakan sebagai tempat pengolahan memiliki umur ekonomis selama dua puluh lima tahun, dengan penyusutan sebesar empat persen per tahun. Besarnya biaya penyusutan yang dikeluarkan adalah Rp 4 000 000. Pengeluaran yang merupakan biaya tetap dapat di lihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Biaya tetap usaha sate bandeng Hj Mariyam per tahun

No. Uraian Biaya per Bulan (Rp) Biaya per Tahun (Rp)

1. Biaya penyusutan investasi 333 333 4 000 000

2. Biaya penyusutan peralatan 146 233 2 226 800

3. Biaya tetap tidak langsung 28 850 000 348 000 000

Total 354 226 800

Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat pada komponen yang ada dalam biaya tetap yang dikeluarkan si pemilik sebesar Rp 353 226 800 per tahun. Biaya tetap yang dikeluarkan berasal dari biaya penyusutan investasi, biaya penyusutan peralatan, dan biaya tidak langsung. Rincian biaya penyusutan peralatan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Sama halnya seperti penyusutan pada investasi, persentase penyusutan untuk masing-masing peralatan produksi usaha sate bandeng Hj. Mariyam juga berbeda sesuai umur ekonominya. Peralatan produksi nampan dan saringan masing-masing memiliki umur ekonomis 2 tahun dengan persentase penyusutan

sebesar lima puluh persen per tahun, yaitu masing-masing sebesar Rp 35 000 per tahun dan Rp 45 000 per tahun. Blender yang berumur ekonomis tiga tahun memiliki persentasi penyusutan sebesar tiga puluh tiga persen atau Rp 198 000 per tahun untuk dua unit blender. Panci besar memiliki umur ekonomis tiga tahun, dengan penyusutan persentase sebesar tiga puluh tiga persen per tahun. Biaya penyusutan untuk lima unit panci besar sebesar Rp 412 500, dengan harga beli sebesar Rp 250 000 per unit.

Panci kukus mamiliki umur ekonomis lima tahun, dengan penyusutan sebesar dua puluh persen per tahun. Biaya penyusutan panci kukus sebesar Rp 56 000 per tahun. Tungku semen dengan harga Rp 1 500 000 memiliki umur ekonomis sepuluh tahun. Penyusutan tungku sebesar sepuluh persen per tahun, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 300 000 untuk dua unit tungku. Peralatan lainnya adalah baskom besar yang dimiliki delapan unit dengan biaya masing-masing Rp 50 000, umur ekonomis dua tahun. Penyusutan untuk baskom besar sebesar lima puluh tahun, dengan total biaya penyusutan sebesar Rp 200 000 untuk delapan unit baskom. Delapan buah pisau yang dibutuhkan pada usaha ini memiliki umur ekonomis dua tahun. Penyusutan untuk pisau sebesar tiga lima puluh persen, dengan biaya penyusutan seluruhnya sebesar Rp 100 000.

Tiga unit wajan dan sodet memiliki umur ekonomis masing-masing tiga dan dua tahun, dengan penyusutan sebesar tiga puluh tiga persen dan lima puluh persen. Biaya penyusutan masing-masing alat adalah sebesar Rp 148 500 dan Rp 45 000 untuk tiga unit. Pemilik usaha ini juga membutuhkan lima belas bakul dengan umur ekonomis lima tahun. Penyusutan untuk alat tersebut sebesar dua puluh persen, dengan biaya penyusutan bakul sebesar Rp 135 000 untuk lima belas unit bakul.

Peralatan lainnya adalah talenan, dengan umur ekonomis tiga tahun. Penyusutan untuk alat tersebut sebesar tiga puluh tiga persen, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 19 800 untuk dua unit talenan. Corong juga sangat diperlukan pada usaha ini, dimana si pemilik membutuhkan tiga unit corong. Umur ekonomis corong hanya satu tahun, dengan penyusutan sebesar seratus persen. Biaya penyusutan yang dibutuhkan seluruhnya sebesar Rp 60 000. Lima buah golok yang dibutuhkan pada usaha ini memiliki umur ekonomis sebesar sepuluh tahun. Penyusutan alat ini sebesar sepuluh persen, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 35 000 untuk lima buah golok.

Adapun total biaya penyusutan peralatan produksi secara keseluruhan adalah sebesar Rp 2 226 800 per tahun. Selain biaya produksi terdapat juga biaya tidak langsung yang termasuk kedalam biaya tetap usaha, yang secara rinci dapat terlihat pada Lampiran 4.

Berdasarkan Lampiran 4 terlihat adanya faktor biaya yang termasuk ke dalam biaya tidak langsung. Upah tenaga kerja diberikan untuk enam belas orang pekerja yang memiliki upah untuk masing-masing pekerja berbeda-beda. Tenaga kerja dengan upah Rp 100 000 per orang diberikan untuk empat orang, Rp 50 000 per orang untuk dua orang tenaga kerja, sedangkan untuk upah karyawan sebesar Rp 35 000 untuk sepuluh orang tenaga kerja. Seluruhnya upah tenaga kerja per hari sebesar Rp 850 000 atau Rp 255 000 000 per tahun.

Faktor biaya tidak langsung usaha sate bandeng lainnya yang masuk dalam biaya tetap antara lain listrik, transportasi, dan konsumsi harian bagi tenaga kerja. Biaya listrik per bulannya adalah Rp 50 000 atau Rp 600 000 per tahun. Biaya transportasi yang dibutuhkan pada usaha ini sebesar Rp 3 000 000 per tahun. Sedangkan untuk konsumsi harian bagi tenaga kerja per hari adalah sebesar Rp 290 000 atau Rp 87 000 000 per tahun. Berdasarkan keterangan sebelumnya maka diperoleh total biaya tidak langsung usaha sate bandeng Hj. Mariyam yang menjadi biaya tetap sebesar Rp 348 000 000 per tahun.

Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang totalnya dikeluarkan sebanding dengan perubahan volume yang diproduksi. Sama seperti biaya tetap, setiap usaha memiliki biaya variabel yang berbeda. Faktor-faktor yang menjadi biaya variabel pada masing-masing usaha antara lain biaya bahan baku utama, biaya bahan baku pendukung, kemasan, dan biaya lainnya.

Usaha Sate Bandeng Ratu Toety

Faktor biaya utama yang termasuk ke dalam biaya variabel pada usaha sate bandeng adalah biaya bahan baku, terdiri dari ikan bandeng segar, santan kelapa, bawang merah, bawang putih, gula merah, gula putih, ketumbar, garam, dan minyak goreng. Bahan baku terbagi menjadi dua, yaitu bahan baku utama dan bahan baku pendukung. Ikan bandeng segar termasuk dalam bahan baku utama,karena merupakan bahan baku dasar dari sate bandeng. sedangkan santan kelapa, bawang merah, bawang putih, gula merah, gula putih, ketumbar, garam, dan minyak goreng termasuk kedalam bahan baku pendukung, karena merupakan bahan baku penolong yang melengkapi proses produksi. Selain itu, ada bahan lainnya yang mendukung dalam proses produksi yaitu bambu, pelepah pisang, daun pisang, gas, minyak tanah, arang, kemasan, dan plastik. Pengeluaran total biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Biaya variabel usaha sate bandeng Ratu Toety per tahun

No. Uraian Biaya per Bulan (Rp) Biaya per Tahun (Rp) 1. Biaya Bahan Baku Utama 18 750 000 225 000 000 2. Biaya Bahan Baku Pendukung 9 175 000 110 100 000

3. Biaya Lainnya 154 759 000 166 608 000

Total 501 708 000

Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat pada komponen yang ada dalam biaya variabel yang dikeluarkan si pemilik sebesar Rp 501 708 000 per tahun. Biaya variabel yang dikeluarkan berasal dari biaya bahan baku utama, biya bahan baku pendukung, dan biaya lainnya. Banyaknya volume produksi bahan baku yang di olah dan biaya yang dikeluarkan oleh pemilik usaha secara jelas dapat terlihat pada Lampiran 5.

Berdasarkan Lampiran 5, dapat diketahui biaya untuk bahan baku ikan bandeng segar yaitu sebesar Rp 750 000 per hari atau Rp 225 000 000 per tahun dimana penggunaan ikan bandeng per harinya 30 kg atau 9 000 kg per tahun. Biaya bahan baku kelapa parut membutuhkan biaya Rp 200 000 per hari untuk 50 butir kelapa atau per tahun sebesar Rp 60 000 000 untuk 15 000 butir kelapa. Biaya bawang merah sebesar Rp 60 000 untuk 3 kg bawang merah atau Rp 18 000 000 per tahun. Bawang putih dengan biaya sebesar Rp 20 000 per hari atau Rp 6 000 000 per tahun. Bawang putih yang digunakan sebesar 300 kg per tahun. Gula merah membutuhkan biaya sebesar Rp 10 800 000 per tahun untuk 900 kg gula merah. Sedangkan gula putih membutuhkan biaya sebesar Rp 3 900 000 per tahun untuk 300 kg gula putih.

Biaya ketumbar yang dibutuhkan per tahunnya sebesar Rp 2 700 000 untuk 150 kg ketumbar. Garam pada usaha ini membutuhkan 900 bungkus garam dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 2 700 000 per tahun. Biaya untuk minyak goreng untuk menggoreng bawang merah dibutuhkan 600 liter dalam setahun dengan biaya sebesar Rp 6 000 000. Faktor biaya variabel lainnya yang mendukung dalam proses produksi seperti bambu, pelepah pisang, daun pisang, minyak tanah, arang, gas, kemasan, dan plastik. Biaya keseluruhan untuk bahan lainnya sebesar Rp 534 000 per hari atau Rp 166 608 000 per tahun.

Usaha Sate Bandeng Hj Mariyam

Ikan bandeng segar sebagai bahan baku utama akan digunakan kemudian diproses hingga siap diolah menjadi sate bandeng. Faktor biaya utama yang termasuk ke dalam biaya variabel pada usaha sate bandeng adalah biaya bahan baku, terdiri dari ikan bandeng segar, santan kelapa, bawang merah, gula merah, gula putih, ketumbar, garam, dan minyak goreng. Selain itu, ada bahan lainnya yang mendukung dalam proses produksi yaitu bambu, pelepah pisang, daun pisang, gas, minyak tanah, arang, dan kemasan. Pengeluaran total biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Biaya variabel usaha sate bandeng Hj Mariyam per tahun

No. Uraian Biaya per Bulan (Rp) Biaya per Tahun (Rp) 1. Biaya Bahan Baku Utama 56 250 000 675 000 000 2. Biaya Bahan Baku Pendukung 36 125 000 433 500 000

3. Biaya Lainnya 32 188 500 386 262 000

Total 1 494 762 000

Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat pada komponen yang ada dalam biaya variabel yang dikeluarkan si pemilik sebesar Rp 1 494 762 000 per tahun. Biaya variabel yang dikeluarkan berasal dari biaya bahan baku utama, biya bahan baku pendukung, dan biaya lainnya. Banyaknya volume produksi bahan baku yang diolah dan biaya yang dikeluarkan oleh pemilik usaha secara jelas dapat terlihat pada Lampiran 6.

Berdasarkan Lampiran 6, dapat diketahui biaya untuk bahan baku ikan bandeng segar yaitu sebesar Rp 2 250 000 per hari atau Rp 675 000 000 per tahun dimana penggunaan ikan bandeng per harinya 90 kg atau 27 000 kg per tahun. Untuk 90 kg ikan bandeng segar membutuhkan kelapa sebanyak 300 butir kelapa per hari dengan biaya Rp 1 200 000 atau Rp 360 000 000 per tahun untuk 90 000 butir kelapa dengan 27 000 kg ikan bandeng segar. Biaya bawang merah per hari sebesar Rp 100 000 untuk 5 kg bawang merah atau Rp 30 000 000 per tahun dengan menghabiskan 1 500 kg bawang merah.

Berbeda dengan usaha Ibu Ratu Toety, usaha ini tidak memerlukan bawang putih. Gula merah membutuhkan biaya sebesar Rp 6 600 000 per tahun untuk 600 kg gula merah. Sedangkan gula putih membutuhkan biaya sebesar Rp 18 000 000 per tahun untuk 1 500 kg gula putih. Biaya ketumbar yang dibutuhkan per tahunnya sebesar Rp 5 400 000 untuk 300 kg ketumbar. Garam pada usaha ini membutuhkan 900 bungkus garam dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 2 700 000 per tahun. Biaya untuk minyak goreng untuk menggoreng bawang merah dibutuhkan 900 liter dalam setahun dengan biaya sebesar Rp 10 800 000.

Faktor biaya variabel lainnya seperti bambu, pelepah pisang, daun pisang, minyak tanah, arang, gas, dan kemasan. Biaya keseluruhan untuk bahan lainnya sebesar Rp 1 287 540 per hari atau Rp 386 262 000 per tahun.

Total Biaya

Total biaya merupakan jumlah dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh usaha yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Total biaya usaha yng dikeluarkan oleh suatu usaha tentunya berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada faktor yang ada dalam biaya tetap dan biaya variabel suatu usaha. Keterangan mengenai biaya tetap dan biaya variabel telah dijelaskan sebelumnya, adapun total biaya dari kedua usaha sate bandeng dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 15.

Tabel 15 Total biaya usaha sate bandeng per tahun

No. Uraian

Usaha Sate Bandeng Ratu Toety

Usaha Sate Bandeng Hj Mariyam Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)

Biaya Tetap

1. Biaya Penyusutan Peralatan 2.455.100 2.226.800 2. Biaya Penyusutan Investasi 3.000.000 4.000.000

3. Biaya Tidak Langsung 95.670.000 348.000.000

Total Biaya Tetap 101.125.100 354.226.800

Biaya Variabel

7. Biaya Bahan Baku Utama 225.000.000 675.000.000 8. Biaya Bahan Baku Pendukung 110.100.000 433.500.000

9. Biaya Lainnya 166.608.000 386.262.000

Total Biaya Variabel 501.708.000 1.494.762.000

Tabel 15 menunjukkan total biaya yang dikeluarkan untuk usaha Ratu Toety sebesar Rp 602 833100 per tahun, yang merupakan jumlah dari biaya tetap sebesar Rp 101 125 100 per tahun dan biaya variabel sebesar Rp 501 708 000 per tahun. Total biaya usaha Hj Mariyam sebesar Rp 1 848 988 800 per tahun yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp 354 226 800 per tahun dan biaya variabel sebesar Rp 1 494 762 000 per tahun. Jika struktur biaya dari kedua usaha dibandingkan, maka terlihat bahwa usaha Hj Mariyam memiliki total biaya yang jauh lebih besar dari usaha Ratu Toety. Hal tersebut dikarenakan volume produksi yang dilakukan usaha Hj Mariyam memang lebih banyak dibandingkan dengan usaha Ratu Toety yang hanya memproduksi 30 kg per harinya.

Biaya penyusutan peralatan untuk usaha Ratu Toety sebesar Rp 2 455 100 per tahun, sedangkan biaya penyusutan peralatan untuk usaha Hj Mariyam sebesar Rp 2 226 800 per tahun. Artinya biaya penyusutan peralatan usaha Hj Mariyam terlihat lebih rendah dibandingkan usaha Ratu Toety, meskipun jumlah produksi usaha Hj Mariyam lebih banyak dibandingkan usah Ratu Toety. Ini terjadi karena usaha Ratu Toety memanfaatkan peralatan produksi yang lebih canggih dengan mengeluarkan biaya untuk pembelian peralatan. Berbeda dengan usaha Hj Mariyam hanya memanfaatkan peralatan tradisional dan lebih memanfaatkan sumber daya manusia untuk produksi usahanya. Oleh karena itu, pemilik usaha Hj Mariyam lebih banyak mengeluarkan biayanya untuk tenaga kerja.

Volume Penjualan

Sate bandeng yang telah di kemas siap untuk di jual ke konsumen. Sate bandeng di kemas dalam kemasan dus yang telah di beri label. Sate bandeng yang dihasilkan ibu Ratu Toety per hari adalah sebanyak 105 tusuk sate bandeng. Sate bandeng dalam kemasan di jual dengan harga Rp 27 000. Total penerimaan ibu Ratu Toety dari usaha pengolahan ikan bandeng menjadi sate bandeng adalah sebesar Rp 2 835 000 per hari atau dalam setahun mencapai Rp 850 500 000. Keuntungan yang dicapai ibu Ratu pertahunnya Rp 247 666 900 atau Rp 825 556 per hari atau Rp 7 862 per tusuknya.

Berbeda dengan usaha sate bandeng Hj. Mariyam yang ditangani oleh anaknya yaitu Pak Amung setiap harinya menghasilkan 315 tusuk sate bandeng. Sate bandeng juga dijual dengan harga Rp 27 000 per kemasan. Total penerimaan pak Amung dari usaha produksi sate bandeng adalah sebesar Rp 8 505 000 per hari atau sebesar Rp 2 551 500 000 per tahun. Keuntungan yang dicapai ibu Hj Mariyam per tahunnya Rp 702 511 200 atau Rp 2 341 704 per hari atau Rp 7 434 per tusuknya.

Analisis Profitabilitas

Setiap kegiatan usaha yang dilakukan diharapkan mampu menghasilkan profit atau keuntungan. Analisis profitabilitas adalah suatu analisis untuk

mengukur seberapa besar suatu usaha mampu memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh suatu usaha dipengaruhi oleh biaya, volume penjualan, dan harga jual yang ditentukan. Perhitungan profitabilitas harus terlebih dahulu menghitung nilai titik impas usaha.

Titik impas mampu memberikan informasi bahwa keadaan atau kondisi suatu usaha tidak menderita kerugian atau tidak memperoleh keuntungan. Penjualan pada tingkat tertentu akan menentukan besar kecilnya penerimaan yang

Dokumen terkait