• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Hasil Belajar

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 57-62)

2) Pertemuan Ketiga

4.5 Pembahasan Hasil Belajar

Berdasarkan hasil penelitian tindakan pembelajaran dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas keterampilan berbicara, baik proses maupun hasil keterampilan berbicara itu sendiri dengan menggunakan model SAVI dan metode role playing pada siklus I dan siklus II. Secara garis besar, penelitian ini telah berhasil menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bagian bab I.

Pembahasan hasil penelitian ini akan dijabarkan secara garis besar bahwa proses dan hasil pembelajaran keterampilan berbicara dari siklus I dan

0 5 10 15 20 25 30

Tidak Tuntas Tuntas Prasiklus 22 14 Siklus I 14 22 Siklus II 5 30 61,1% 38,89% 33,33% 66,67% 14,29% 85,71%

siklus II dengan menggunakan model SAVI dan metode role playing. Pembahasan hasil penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:

4.5.1 Prasiklus

Pada prasiklus terlihat bahwa minat dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran masih tergolong rendah. Pembelajaran keterampilan berbicara masih menggunakan cara konvesional yaitu siswa diminta mengomentari persoalan faktual yang dikemukan guru pada saat mengajar secara individu.

Meskipun metode pembelajaran menuntut siswa untuk aktif, tetapi suasana pembelajaran terkesan membosankan. Selain itu, siswa masih terlihat malu dan gugup ketika diminta berbicara di depan kelas secara individu. Hal ini membuat siswa tidak antusias mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Akibatnya presentase nilai proses secara klasikal yang meliputi minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan masih tergolong rendah. Terbukti persentase proses klasikal pada tindakan awal ini mencapai 22% untuk minat, 36% untuk keaktifan, 19% untuk kerjasama dan 25% untuk kesungguhan.

Proses pembelajaran yang tergolong rendah ini berimbas pada hasil pembelajaran dimana seperti pembahasan pada sebelumnya bahwa jika proses belajar siswa rendah maka akan berdampak pada hasil belajar siswa juga. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya nilai keterampilan berbicara siswa yang diperoleh selama mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara. Pada prasiklus siswa yang belum tuntas KKM sebanyak 22 siswa atau sebesar 61,1%, sedangkan yang sudah tuntas hanya 14 siswa atau 38,89% dari 36 jumlah keseluruhan siswa. Nilai terendah pada prasiklus adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 92.

Selama prasiklus, nilai rata-rata klasikal yang dicapai adalah 64,2%. Nilai rata-rata ini dapat dikatakan rendah karena nilai yang diperoleh siswa pun juga masih tergolong rendah. Oleh karena itu, dilakukan tindakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

4.5.2 Siklus I

Berdasarkan tindakan yang sudah dilaksanakan pada siklus I terbukti adanya peningkatan proses dan hasil belajar keterampilan berbicara siswa. Dalam proses pembelajaran berbicara pada siklus I ini peneliti menggunakan model SAVI dan metode role playing. Siswa bermain peran dari tokoh drama yang dibuat secara berkelompok. Proses pembelajaran terkesan lebih hidup dan menyenangkan walaupun hasilnya belum maksimal karena beberapa siswa masih terlihat kaku dan malu-malu saat bermain peran.

Siswa lebih berminat dan mulai aktif dalam pembelajaran terutama ketika praktik berbicara secara berkelompok yang mengutamakan kerjasama dan keseriusan dari anggota kelompoknya masing-masing. Peningkatan proses berbicara ini dibuktikan dengan nilai presentase proses klasikal yaitu minat 69%, keaktifan 64%, kerjasama 78% dan kesungguhan 58%.

Dengan jumlah ketuntasan seperti itu, dapat dikatakan indikator kinerja siklus I telah tercapai.Akan tetapi, pada siklus I nilai siswa belum memuaskan karena kebanyakan siswa hanya memperoleh nilai pada interval nilai sedang.

Pengamatan dari tindakan pada siklus I ditemukan beberapa hal yang terkait faktor-faktor penilaian keterampilan berbicara siswa yaitu: pertama, rata-rata siswa menggunakan lafal dan intonasi yang cukup jelas dalam berbicaranya walaupun penggunaaan intonasi kadang kurang tepat, namun siswa sudah percaya diri dan tidak terlihat malu maupun takut ketika penampilannya dilihat oleh teman-teman sekelasnya.

Sedangkan untuk ekspresi berbicara siswa rata-rata nilainya masih kurang memuaskan, terkadang siswa berbicara tidak melihat kepada teman sekelompoknya atau lawan bicaranya, gerakan-gerakan tubuh belum begitu kelihatan pada siklus I sehingga hal ini mempengaruhi pada aspek ekspresi berbicara siswa yang masih tergolong monoton dan kaku.

Peningkatan proses dan hasil pada siklus I belum memuaskan dan masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki dan ditingkatkan oleh guru sehingga hal tersebut dapat menjadi harapan yang diinginkan sesuai dengan ketentuan batas KKM. Pada siklus I siswa yang belum tuntas KKM sebanyak

12 siswa atau sebesar 33,33%,sedangkan yang sudah tuntas terdapat 24 siswa atau sebesar 66,67% dari 36 jumlah keseluruhan siswa. Nilai terendah pada siklus I adalah 52 dan nilai tertinggi adalah 92.

Dengan memperoleh niai rata-rata pada siklus I yang berkisar sebesar 70,89% tersebut, maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II.

4.5.3 Siklus II

Pada tindakan siklus II terjadi peningkatan proses dan hasil yang signifikan dari tindakan sebelumnya. Dilihat dari proses pembelajaran keterampilan berbicara dengan model SAVI dan metode role playing, siswa semakin berminat ditandai dengan banyaknya siswa yang antusias dan memperhatikan jalannya proses pembelajaran berbicara yang dilakukan oleh guru.

Persentase minat siswa dapat dilihat melalui ketercapaiannya dalam mengikuti pembelajaran yaitu mencapai 92%, keaktifan mencapai 86%, kerjasama mencapai 72%, dan kesungguhan siswa mencapai 78%. Dari keempat aspek tersebut membuktikan bahwa pada saat mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara, siswa terlihat lebih aktif pada kelompoknya masing-masing, selain itu siswa juga sudah terlihat bertanggungjawab sebagai bagian dari kelompoknya.Hal ini terbukti pada pengamatan dari kesungguhan dan kerjasama yang terlihat pada saat siswa melakukan diskusi dan bermain peran (role playing).

Hasil keterampilan berbicara siswa pada siklus II terjadi peningkatan sesuai dengan yang diharapkan. Indikator ketercapaian hasil keterampilan berbicara pada siklus II adalah 28 siswa atau sebanyak 80% dari 35 siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe diharapkan mampu tuntas KKM dalam pembelajaran berbicara. Namun, setelah diadakan tindakan siklus II terdapat 30 siswa atau sebesar 85,71% tuntas KKM, hal ini membuktikan bahwa penelitian yang dilakukan menggunakan model SAVI dan metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik dari segi proses maupun hasil keseluruhan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia,

karena hanya terdapat 5 siswa atau sebesar 14,28% yang belum tuntas KKM. Hal ini dibuktikan dengan naiknya jumlah frekuensi pada tiap siklusnya.

Berdasarkan jumlah siswa yaitu 35siswa kelas 4 SDsetelah tindakan siklus II nilai terendah yang diperoleh adalah 60 dan nilai tertinggi 100.Dilihat dari nilai rata-rata klasikal siswa terdapat peningkatan. Nilai rata-rata klasikal pada siklus II sebesar 85,71%.

Peningkatan proses dan hasil keterampilan berbicara dengan menggunakan model SAVI dan metode role playing pada siklus II sudah memuaskan dan mencapai indikator ketercapaian. Oleh karena itu, pelaksanaan tindakan dapat dihentikan dan terbukti dinyatakan berhasil.

Berdasarkan atas tindakan yang dilakukan pada siklus I dan II, keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan model SAVI dan metode role playing dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:

a. Proses Pembelajaran

1) Siswa semakin berminat dalam mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara. Hal ini ditunjukkan dengan adanya siswa yang menunjukkan sikap yang memperhatikan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Selain itu, siswa mengikuti pembelajaran dengan antusias dan pembicaraan antar teman sekelasnya berkurang.

2) Siswa terlihat bersemangat dan aktif dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan ditandainya keaktifan siswa bertanya dan berpendapat saat diskusi dengan kelompoknya. Serta ketika memainkan perannya masing-masing, siswa sudah bisa menunjukkan peran tokoh yang seharusnya.

3) Siswa melakukan kerjasama dalam kegiatan pembelajaran. Kerjasama terlihat ketika siswa berdiskusi dan bermain peran di depan kelas. Siswa menunjukkan sikap empati terhadap teman kelompoknya.

4) Siswa memiliki kesungguhan dalam belajar. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya keseriusan siswa ketika bermain peran dengan kelompoknya untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

b. Hasil Pembelajaran

Nilai tes unjuk kerja keterampilan berbicara siswa dengan model SAVI dan metode role playing yang telah dilaksanakan guru menunjukkan peningkatan dari siklus I sampai siklus II dibandingkan dengan kondisi awal. Ketuntasan klasikal akhir siklus mencapai 85,71% dengan nilai rata-rata 85,71%.

Hasil keterampilan berbicara ditandai dengan meningkatnya aspek-aspek penilaian berbicara yang secara garis dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Siswa mampu berbicara ditandai dengan adanya pelafalan dan intonasi

yang cukup jelas. Secara klasikal siswa dapat melafalkan bunyi atau artikulasi bahasa dengan baik dan benar.

2) Siswa berbicara dengan intonasi yang cukup tepat. Ketepatan memberikan tekanan dalam berbicara siswa secara klasikal dalam kategori baik.

3) Siswa berbicara dengan lancar. Hal ini dibuktikan ketika siswa berbicara tidak menggunakan kata “ee…..” dan hanya sedikit siswa yang kurang lancar.

4) Siswa mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi berbicara yang dapat dikatakan baik. Secara umum, siswa sudah berbicara menggunakan ekspresi berbicara yang tepat sesuai peran tokoh drama seharusnya yang disertai dengan gerakan tubuh (mimik). Siswa juga terlihat mampu memperhatikan lawan bicaranya hal ini merupakan salah satu syarat keefektifan berbicara.

5) Siswa sudah berbicara sesuai isi atau tema drama yang diperankannya. Hal ini ditunjukkan dengan arah pembahasan/pembicaraan siswa dalam bermain peran sudah sesuai topik drama yang ditentukan.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 57-62)

Dokumen terkait