• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5. Hasil dan Pembahasan

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian, peneliti memaparkan masalah penelitian mengenai keefektifan air rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada penderita tekanan darah tinggi.

2.1.Karakteristik Demografi Responden

Berdasarkan usia responden dalam penelitian ini berada pada rentang usia 25- 60 tahun dengan (M=47.48, SD=8.22), responden pada kelompok intervensi berada pada rentang usia 25-60 tahun sedangkan pada kelompok kontrol respondennya berada pada rentang usia 37-60 tahun. Kelompok intervensi memiliki nilai M=44.95, SD=8.42, dan min-max= 31-59 sedangkan untuk kelompok kontrol memiliki nilai M=50, SD=7.38, dan min-max=38-60.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Muzakar & Nuryanto (2012) dengan subjek penelitian penderita hipertensi berusia diatas 20 tahun didapatkan hasil penelitian dengan usia penderita hipertensi banyak terdapat pada rentang usia 50-64 tahun dengan persentase 51% dan usia 30-49 tahun dengan persentase 32%.

Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit tekanan darah tinggi sering terjadi pada kelompok rentang usia diatas 31 tahun. Seperti yang dijelaskan oleh Dalimartha (2008) bahwa tekanan darah tinggi cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan pada umumnya menyerang pada usia diatas 31 tahun. Selain itu Palmer (2005) juga menjelaskan bahwa di Inggris, prevalensi tekanan darah tinggi terjadi pada usia pertengahan (dewasa tengah) adalah sekitar 20% dan akan meningkat lebih dari 50% pada usia di atas 60 tahun.

Hasil ini juga sesuai dengan pernyataan Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 yang menyatakan bahwa penderita hipertensi ditemukan pada penduduk dengan umur lebih dari 18 tahun dengan prevalensi sebesar 37.1% (Depkes, 2012).

Berdasarkan jenis kelamin dari seluruh responden pada penelitian ini 23 diantaranya adalah perempuan sebagai penderita tekanan darah tinggi terbanyak dari jumlah seluruh responden yang ada dengan persentase 57.5%. Pada kelompok intervensi (50%, n=10) dan pada kelompok kontrol (65%, n=13). Lewington (2002) menjelaskan bahwa angka kematian yang disebabkan oleh penyakit tekanan darah tinggi lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pada pria (Kaplan, 2006). Penelitian yang dilakukan Purwati dkk pada tahun 2006 menyatakan bahwa usia menjelang tua mengalami peningkatan prevalensi pada wanita dibandingkan pada pria. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi seperti kehamilan dan pemakaian alat kontrasepsi (Nuryanto & Muzakkar, 2012).

2.2.Tekanan Darah Responden Pre dan Post Pada Kelompok Intervensi

Dari pengumpulan data yang telah dikelompokkan, didapatkan bahwa responden pada kelompok intervensi sebanyak (60%, n=12) termasuk ke dalam klasifikasi hipertensi ringan dan sebanyak (40%, n=8) termasuk ke dalam klasifikasi hipertensi sedang. Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah penderita hipertensi pada kelompok intervensi lebih banyak kelompok hipertensi ringan dibandingkan dengan jumlah penderita hipertensi sedang.

Pada awalnya, pengobatan hipertensi hanya ditujukan untuk menurunkan tekanan darah menuju tingkat normal. Dalam perkembangannya, pengobatan diarahkan pada berbagai macam aspek. Pada dasarnya pengobatan hipertensi dilakukan dengan pengobatan farmakologis dan non farmakologis (Dalimartha, 2008). Pengobatan non farmakologis yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan terapi herbal salah satunya dengan menggunakan tanaman seledri (Apium graveolans Linn).

Dalam penelitian ini, setelah diberikan air rebusan seledri sebanyak dua kali pemberian pada pagi dan sore hari pada kelompok intervensi didapatkan bahwa tekanan darah responden mengalami penurunan yaitu sebesar (15%, n=3) berubah menjadi klasifikasi hipertensi ringan, sebesar (80%, n=16) responden yang hipertensinya menjadi kembali normal, dan sebanyak (5%, n=1) responden yang hipertensinya menjadi normal tinggi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Mursito (2002) bahwa seledri memiliki efek yang baik untuk menurunkan tekanan darah (hipotensi) pada penderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Tekanan darah umumnya mulai turun sehari setelah pengobatan yang diikuti dengan membaiknya subjektif seperti tidur terasa nyaman, dan jumlah urin yang dikeluarkan meningkat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muzakar & Nuryanto yang dimuat pada Jurnal Pembangunan Manusia (2012) bahwa seledri dapat menurunkan tekanan darah pada kelompok intervensi. Air rebusan seledri yang diberikan adalah sebanyak 40 gr yang direbus dengan 2 gelas air (400 cc) hingga

didapatkan segelas air (200 cc) selama 15 menit yang kemudian hasil rebusan tersebut diminum 2 kali sehari sebanyak 100 cc pada pagi hari dan 100 cc pada sore hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikan air rebusan seledri dan obat anti hipertensi selama 3 hari berturut-turut menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik. Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik 20,32 mmHg dan tekanan darah diastolik 7,09 mmHg.

2.3.Tekanan Darah Responden Pre dan Post Kelompok Kontrol

Dari pengumpulan data yang telah dilakukan terlihat bahwa pada kelompok kontrol lebih dari setengah responden (70%, n=14) masuk kedalam klasifikasi hipertensi ringan dan selebihnya (30%, n=6) adalah hipertensi sedang. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penderita hipertensi ringan lebih banyak mendominasi dibandingkan dengan penderita hipertensi sedang.

Pada penelitian ini setelah diberikan air rebusan seledri pada kelompok kontrol juga mengalami penurunan tekanan darah sebesar 10% dengan jumlah 2 responden masuk ke dalam klasifikasi hipertensi ringan, kemudian sebanyak 14 responden dengan persentase sebesar 70% tekanan darah kembali kepada keadaan normal, dan sebanyak 4 responden dengan persentase sebesar 20% masuk kedalam klasifikasi normal tinggi.

Pada kelompok kontrol terjadi penurunan tekanan darah disebabkan dari segi metodologi penelitian jumlah sampel yang kurang memadai untuk untuk dilakukan penelitian yakni sebesar 20 responden. Responden pada dasarnya memiliki tempat tinggal yang berdekatan dan hal ini dicurigai adanya komunikasi antara kedua

kelompok sehingga responden pada kelompok kontrol melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh kelompok intervensi. Selain itu, kontribusi penggunaan obat penurun tekanan darah (captopril) juga dapat menjadi penyebab tekanan darah responden menurun akibat kontrol yang kurang ketat kepada responden.

Dijelaskan oleh Palmer (2005) bahwa antagonis kalsium dalam seledri bekerja dengan menurunkan tekanan darah dengan memblokade masuknya kalsium ke dalam darah. Jika kalsium memasuki sel otot, maka akan berkontraksi. Dengan menghambat kontraksi otot yang melingkari pembuluh darah, pembuluh darah akan melebar sehingga darah mengalir dengan lancar dan tekanan darah akan menurun.

2.4.Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Pre dan Post Pada Kelompok

Intervensi

Pada penelitian ini diberikan air rebusan seledri dengan dua kali pemberian pada pagi dan sore hari dengan jumlah konsumsi masing-masing 150 ml setiap hari selama satu minggu pada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol diberikan air rebusan seledri dengan satu kali pemberian pada pagi atau sore hari dengan jumlah konsumsi yang sama yakni 150 ml setiap hari selama satu minggu. Pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum pemberian air rebusan seledri dan sesudah dilakukan pengukuran tekanan darah pada keesokan harinya pada jam pemberian yang telah ditetapkan untuk setiap harinya dengan menggunakan spyghmomanometer dan stethoscope yang hasilnya dicatat dalam lembar observasi pre dan post tekanan darah pemberian air rebusan seledri masing-masing pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa setelah diberikan air rebusan seledri pada kelompok intervensi dengan frekuensi pemberian sebanyak dua kali pada pagi dan sore hari mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan. Pada kelompok intervensi dengan menggunakan data Mean Arterial Pressure memiliki mean=4.46 dengan level of significance (p)=0.000. Hasil ini menunjukkan bahwa tekanan darah kelompok intervensi pre dan post pemberian air rebusan seledri sebanyak dua kali pemberian pada pagi dan sore hari memiliki perbedaan yang signifikan atau bermakna karena nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil dari nilai uji hipotesis (p<0.05).

Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Dalimartha (2008) bahwa apigenin yang terkandung dalam seledri bersifat hipotensif. Pernyataan ini diperkuat oleh Hartati (2007) bahwa seledri memiliki efek seperti kalsium antagonis disamping efek diuretik. Seledri mengandung senyawa aktif apigenin yang berfungsi sebagai kalsium antagonis yang dapat menurunkan hipertensi dan manitol yang berfungsi sebagai diuretik.

2.5.Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Kelompok Intervensi dengan

Kelompok Kontrol

Dari responden kelompok kontrol dan kelompok intervensi diperoleh hasil penelitian bahwa terjadi penurunan tekanan darah pre dan post pemberian air rebusan seledri dengan hasil yang bermakna. Hasil analisa data menggunakan Mean Arterial Pressure untuk kelompok kontrol memiliki mean=4.35 dengan level of significance=0.000. Hasil ini menunjukkan bahwa kelompok kontrol mengalami

penurunan tekanan darah dengan nilai level of significance memperlihatkan nilai yang bermakna.

Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan uji independent t-test didapatkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat efektifitas seledri terhadap penurunan tekanan darah tinggi. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas (p > 0.05) yaitu sebesar 0.749 untuk perbedaan post pemberian air rebusan seledri dan nilai probabilitas (p value) sebesar 0.694 untuk perbedaan pre pemberian air rebusan seledri kedua kelompok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima. Walaupun hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya keefektifan seledri untuk menurunkan tekanan darah, namun berdasarkan lembar observasi tekanan darah pre dan post pemberian air rebusan seledri yang dicatat selama penelitian berlangsung, terlihat progress yang baik dari tekanan darah setiap responden bahwa terdapat penurunan tekanan darah pada kedua kelompok.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2010) yang menunjukkan bahwa seledri dapat menurunkan tekanan darah tinggi dengan subjek penderita tekanan darah tinggi sejumlah 65 orang dengan menggunakan metode pengambilan sampel stratified sampling. Hasil penelitiannya menunjukkan tekanan darah penderita hipertensi sebelum diberikan rebusan seledri rata-rata sistolik 181,92 mHg dan diastoliknya 99,62 mmHg. Tekanan darah setelah diberi rebusan seledri rata-rata sistolik menjadi 140,46 mmHg dan diastoliknya menjadi 83 mmHg.

yang dilakukannya mengenai pemberian seledri dalam bentuk fitofarmaka 3 kali sehari (250 mg) selama 12 minggu, mampu menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik setara dengan amodipin sekali sehari (5 mg). Selain itu fitofarmaka tidak mempengaruhi kadar elektrolit plasma, kadar lipid plasma, maupun kadar gula darah, dan tidak ditemukan efek samping yang berarti pada fungsi hati dan ginjal (Hartati, 2007).

Dokumen terkait