• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2. Seledri Sebagai Terapi Herbal

2.1. Taksonomi

Taksonomi tanaman seledri diklasifikasikan seperti berikut ini (Najib, 2009):

Kingdom : Plantae (Tanaman)

Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Subdivisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae (Berkeping dua) Subclassis : Dialipetalae

Ordo : Umbelliferae/Apiales Familia : Apiaceae/Umbelliferae Genus : Apium

2.2. Penamaan

Nama lokal dari tanaman ini adalah Celery (Inggris), Celeri (Prancis), Seleri (Italia); Selinon, Parsley (Jerman), Seledri (Indonesia), Sledri (Jawa), Saledri (Sunda) (UPT-Balai informasi teknologi LIPI, 2009). Nama simplisia tanaman ini adalah Apii graveolentis Herba (herba seledri), Apii graveolantis Radix (akar seledri), Apii graveolentis Foilum (daun seledri), Apii graveolentis Fructus (buah seledri) (Dalimartha, 2000).

Pascal menerapkan nama umum ke beberapa seledri hijau. Di Eropa, seledri merupakan istilah yang sering pada sayuran akar, Apium graveolens L. varitas Rapaceum, DC. Seledri liar dapat mengacu pada Vallisneria spiralisl, merupakan tumbuhan akuatis yang tumbuh menahun (Najib, 2009).

2.3. Morfologi Tanaman

Tanaman ini kecil dengan tinggi dapat mencapai satu meter, daun majemuk berwarana hijau atau hijau keputih-putihan, ujung runcing, tepi bergerigi, bertangkai, berpangkal pada batang mendekati tanah, menyirip ganjil berbentuk lekuk tangan, panjang 2-7,5 cm dan lebar 2-5 cm, pertulangan daun menyirip, mempunyai anak daun 3-7 helai dan terkenal karena aroma daunnya yang khas (Badan POM, 2008).

Batang seledri tidak berkayu, bersegi, beralur, beruas, dan bercabang tegak dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk, berbentuk payung dengan tangkai 2 cm berjumlah 8-12, benang sari berjumlah 5, berlepasan, berseling dengan mahkota, ujung runcing, mahkota berbagi 5 dan bagian pangkal berlekatan berwarna putih. Buah kotak berbentuk kerucut dengan panjang 1-1,5 mm berwarna hijau kekuningan. Berakar tunggang dengan warna putih kotor (Badan POM, 2008).

Tanaman seledri terdiri dari dua, yaitu seledri tangkai dan seledri umbi. Seledri tangkai ditandai dengan tangkai daun yang tebal berisi, lebih besar serta lebih tinggi dibanding seledri jenis lain. Sedangkan seledri umbi ditandai dengan umbi yang bulat dengan diameter umbi rata-rata 10 cm. Tanaman ini banyak tumbuh di dataran tinggi sebagai tanaman perkebunan (Dalimartha, 2008).

Seledri dipanen setelah berumur enam minggu sejak ditanam. Tangkai daun yang sedikit tua dipotong 1 cm diatas pangkal daun. Daun muda dibiarkan tumbuh untuk dipanen kemudian. Tangkai daunnya yang berdaging dan berair dapat dimakan mentah sebagai lalap, sedangkan daunnya digunakan untuk penyedap sup. Jika seledri ditanam di daerah tropik, ukuran batangnya kurang besar sehingga seluruh bagian tanaman digunakan sebagai sayur. Seledri dapat diperbanyak dengan biji (Dalimartha, 2000).

2.4. Kandungan Kimia Apium graveolen

Badan POM (2008) menyatakan bahwa seluruh bagian tanaman seledri mengandung flavonoid senyawa apiin, apigenin, luteolin 7-O-apiosil, fenol, isoquersetin, saponin, umbiliferon, mannite, inosite, asparagin, glutamine, kolin, provitamin A (karotenoid), vitamin C, vitamin B. Biji mengandung senyawa kumarin berupa bergapten, seselin, isoimperatorin, astenol, isopimpinelin, dan apigrafin (Mursito, 2002). Daun mengandung minyak menguap seperti (+) limonene, myrcene, beta selinene, alfa terfinoel, carveol, dihidrocarvron, geranyl asetate dan senyawa phthalide yang memberikan bau aromatik yaitu 3-butiliden phthalid, 3-butil phthalid dan 3-isobutiliden dihidrophthalid (Badan POM, 2008).

UPT-Balai Informasi Teknoligi LIPI (2009) menjelaskan dalam 100 gram seledri mengandung kalori sebanyak 20 kalori, protein 1 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 4,6 gram, kalsium 50 miligram, fosfor 40 miligram, besi 1 miligram, vitamin A 130 SI, vitamin B1 0,03 miligram, vitamin C 11 miligram, dan 63% bagian dapat dimakan. Daun seledri juga banyak mengandung apiin, disamping sebagai substansi diuretik yang bermanfaat untuk meningkatkan output urin. Apigenin yang terdapat pada bagian daun berkhasiat hipotensif yang merupakan kandungan kimia utama dari seledri (Dalimartha, 2008).

Berikut ini kandungan kimia seledri yang bermanfaat sebagai antihipertensi, yaitu:

2.4.1. Flavonoid

Falvonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenolik di samping fenol sederhana, fenilpropanoid, dan kuinonfenolik (Harborne, 1986). Sebanyak 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tanaman diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berhubungan erat dengannya (Markham, 1988). Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida (Sirait, 2007). Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Semuanya mengandung 15 atom C dalam inti dasarnya yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik dihubungkan oleh 3 karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Cincin diberi nama A, B, dan C, atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka untuk cincin A dan C serta angka beraksen untuk cincin B (Markham, 1988). Struktur umum senyawa flavonoid (Markham, 1988) dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Struktur umum senyawa flavonoid

Menurut Heldt (1997) flavonoid umumnya secara alami terbentuk dibawah pengaruh biflavonoid (vitamin D) yang selalu ada dalam tanaman dan memiliki efek yang bermanfaat terhadap lebih dari 50 penyakit (Zamri, 2008). Flavonoid tertentu juga mempengaruhi rasa makanan secara signifikan (Heinrich, 2009). Contoh tanaman yang mengandung flavonoid antara lain seledri, lada (hanya luteolin), dan peterseli (hanya apigenin) (Lee, 2000).

Flavonoid memiliki efek biologis dalam sistem sel mamalia yang berperan dalam kesehatan manusia. Menurut Markham (1989) yang dikutip oleh Hertog et al (1992), disarankan agar setiap harinya manusia mengkonsumsi beberapa gram flavonoid (Zamri, 2008). Flavonoid memiliki ikatan difenilpropana (C6-C3-C6) yang diketahui sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik (Najib, 2009).

2.4.2 Apigenin

Apigenin merupakan komponen flavonoid utama dari seledri yang termasuk ke dalam golongan flavon (Harborne, 1986). Struktur senyawa apigenin adalah 5,7,4’-OH. Gambar 3 menunjukkan struktur kimia apigenin menurut Markham (1988).

dihidroksi-2-(4- hidroksifenil)-4H-1-benzopiran-4-on. Apigenin merupakan aglikon dari apiin, yang diisolasi dari daun tanaman peterseli dan seledri.

Gambar 3. Struktur apigenin

Senyawa apigenin memiliki kemampuan antara lain sebagai zat antiradang, antibakteri, untuk mengatasi permasalahan lambung (Cadenas & Packer, 2002). Selain itu, apigenin juga bermanfaat sebagai hipotensif (Dalimartha, 2008).

Apigenin yang terkandung dalam seledri bersifat vasorelaksator atau vasodilator (melebarkan pembuluh darah) dengan mekanisme penghambatan kontraksi yang disebabkan oleh pelepasan kalsium (mekanisme kerja seperti kalsium antagonis). Antagonis kalsium bekerja dengan menurunkan tekanan darah dengan memblokade masuknya kalsium ke dalam darah. Jika kalsium memasuki sel otot, maka akan berkontraksi. Dengan menghambat kontraksi otot yang melingkari pembuluh darah, pembuluh darah akan melebar sehingga darah mengalir dengan lancar dan tekanan darah akan menurun (Palmer, 2005). Pernyataan ini diperkuat oleh Hartati (2007) bahwa seledri memiliki efek seperti kalsium antagonis disamping efek diuretik. Seledri mengandung senyawa aktif apigenin yang berfungsi sebagai kalsium antagonis yang dapat menurunkan hipertensi dan manitol yang berfungsi sebagai diuretik.

2.5. Efek Farmakologi

Seledri memiliki efek yang baik untuk menurunkan tekanan darah (hipotensi) pada penderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Hipertensi yang dapat diobati adalah hipertensi esensial, hipertensi karena kehamilan, dan hipertensi klimakterik. Tekanan darah umumnya mulai turun sehari setelah pengobatan yang diikuti dengan membaiknya subjektif seperti tidur terasa nyaman, dan jumlah urin yang dikeluarkan meningkat (Mursito, 2002).

2.6. Manfaat Tanaman Seledri

Selain berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah, seledri juga berkhasiat memicu enzim pencernaan sehingga nafsu makan meningkat (stomakika), meningkatkan haluaran urin (diuretika), memelihara elastisitas pembuluh darah (antihipertensi), mengurangi rasa sakit pada penyakit arthritis rheumatoid, serta antikejang dan nyeri pada lambung. Untuk pemakaian luar, seledri banyak digunakan untuk perawatan rambut (Mursito, 2002).

Hasil penelitian di Jerman dan Cina pada tahun 1970-1980 menunjukkan bahwa minyak atsiri yang terdapat dalam seledri mempunyai efek yang lembut terhadap sistem saraf pusat dan berfungsi sebagai penurun tekanan darah. Kandungannya yang lain bersifat antispasmodinamik, sedatif, dan antikonvulsan (Hariana, 2011).

Berikut ini beberapa hasil penelitian mengenai manfaat seledri :

1. Infus daun seledri dengan kadar 10% sebanyak 5 ml/kg BB akan memberikan efek penurunan kadar asam urat darah kera secara nyata, jika dibandingkan

Akan tetapi, akan berbeda nyata jika dibandingkan dengan probenecid pada 7, 5, dan 9 jam pemberian (Fimelda, 1988) (Dalimartha, 2000).

2. Pemberian ekstrak etanol daun seledri mempunyai aktivitas sebagai antidiare dengan dosis 20 mg/20 g BB dapat menurunkan frekuensi defekasi, jumlah feses lembek/cair dan bobot feses setara dengan loperamid dosis 0,06 mg/20 g BB pada mencit jantan. Ekstrak etanol daun seledri juga dapat memperlambat transit intestinal, namun masih lebih kecil jika dibandingkan dengan loperaamid dosis 0,06 mg/20 g BB pada mencit jantan (Fifteen, 2009).

3. Dilaporkan bahwa suatu infusa daun seledri 20% dapat menurunkan kadar asam urat darah yang setara dengan alopurinol 3,6 mg/200 g berat badan, pada tikus yang dibuat hiperurikemia terlebih dahulu dengan pemberian jus hati ayam. Pada penelitian selanjutnya terhadap fraksi polar flavonoid menunjukkan bahwa pada dosis 0,1264 g/kg berat badan dan 0,6320 g/kg berat badan, fraksi tersebut mempunyai efek penurunan kadar asam urat yang setara dengan alopurinol 18 mg/kg berat badan, yaitu masing-masing sebesar 37,18 dan 43,18% (Badan POM, 2008).

4. Suatu ekstrak etanol daun seledri dengan dosis 20 mg/100 g berat badan yang diberikan dalam bentuk suspensi pada tikus secara oral satu kali sehari selama lima hari, juga dilaporkan menunjukkan aktivitas sebagai peluruh batu ginjal kalsium. Selain itu, ekstrak etanol seledri dosis 25 mg/200 g berat badan dan 50 mg/200 g berat badan juga memberikan efek penurunan kadar kolesterol dan trigliserida darah secara bermakna pada tikus jantan galur Wistar yang diberikan kuning telur 10 mL/kg berat badan (Badan POM, 2008).

5. Seledri telah dilakukan uji klinis oleh Supari (2006) yang dimuat dalam Medical Journal of Indonesia menyatakan bahwa uji klinis yang dilakukannya mengenai pemberian seledri dalam bentuk fitofarmaka 3 kali sehari (250 mg) selama 12 minggu, mampu menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik setara dengan amodipin sekali sehari (5 mg). Selain itu fitofarmaka tidak mempengaruhi kadar elektrolit plasma, kadar lipid plasma, maupun kadar gula darah, dan tidak ditemukan efek samping yang berarti pada fungsi hati dan ginjal (Hartati, 2007).

6. Nugroho (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Kelurahan Sidanegara Kecamatan Cilacap tengah. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment dengan rancangan one group pre test-post test design tanpa menggunakan kelompok kontrol. Analisis dengan uji t dependent (paired t-test), dengan standar eror 0.05 dan jumlah sampel 65 yang diambil dengan menggunakan stratified sampling. Seledri yang digunakan adalah sebanyak 16 tangkai yang direbus dengan 400 ml air hingga menjadi 300 ml air. Seledri dikonsumsi dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari masing-masing 150 ml. Penelitian ini dilakukan selama satu minggu dan dilakukan pengukuran setiap harinya. Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah penderita hipertensi sebelum diberi rebusan seledri rata-rata sistolik 181,92 mmHg dan diastoliknya 99,62 mmHg. Tekanan darah setelah diberi rebusan seledri rata-rata sistolik 140,46 mmHg dan diastoliknya 83 mmHg. Dengan kata lain bahwa pemberian

rebusan seledri berpengaruh untuk menurunkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

Dokumen terkait