• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Penderita Tekanan Darah Tinggi di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Penderita Tekanan Darah Tinggi di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

Effektifitas Seledri Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Tinggi Pada Penderita Tekanan Darah Tinggi

Di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan

Kabupaten Simalungun

SKRIPSI

Oleh

FAZAR AZ ZAHARA WANY NIM : 111121032

(2)
(3)

Judul Efektifitas Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Penderita Tekanan Darah Tinggi di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun

Peneliti Fazar Az Zahara Wany

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

NIM 111121032

Abstrak

Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai risiko tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar 100/60 sampai 140/90 mmHg. Tanaman seledri (Apium graveolans Linn) merupakan tanaman herbal yang memiliki efek untuk menurunkan tekanan darah (hipotensi) pada penderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Kandungan apigenin yang merupakan komponen utama flavonoid di dalam tanaman seledri memiliki efek hipotensif yang bekerja dengan cara melebarkan pembuluh darah dengan mekanisme penghambatan kontraksi yang disebabkan oleh pelepasan kalsium.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tekanan darah sebelum diberikan seledri, mengidentifkasi tekanan darah setelah diberikan seledri, dan mengidentifikasi perbedaan tekanan darah pada kedua kelompok. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen jenis control time series design. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling didapatkan jumlah sampel sebesar 40 responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Subjek pada penelitian ini adalah penderita tekanan darah tinggi kategori hipertensi ringan dan sedang dengan rentang 140/90-179/109 mmHg. Hasil penelitian ini menggunakan analisa univariat digunakan untuk menggambarkan variabel data demografi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisa bivariat yang digunakan adalah uji paired t-test untuk mengidentifikasi tekanan darah tinggi sebelum dan sesudah pemberian air rebusan seledri pada kedua kelompok dan uji independent t-test untuk melihat perbedaan penurunan tekanan darah tinggi kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

(4)

PRAKATA

Bismilahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya yang selalu memberikan pertolongan, perlindungan dan kesehatan, serta salawat dan salam kepada Rasulullah SAW beserta ahlul baytnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Efektivitas Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Penderita Tekanan Darah Tinggi di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

(5)

2. Ibu Fatwa Imelda, S.Kep, Ns, M.Biomed sebagai penguji I dan Ibu Rika Endah nurhidayah, S.Kp, M.Pd sebagai penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat untuk penulisan skripsi ini.

3. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan dan saran bagi penulis.

4. Seluruh keluargaku tercinta, Ayahanda Tugiman dan Ibunda Suhartini atas do’a, motivasi, dukungan moril dan materi serta kasih sayangnya kepada penulis, serta untuk adikku tersayang Nur’Ainun dan Abdul Malik yang selalu memberikan dukungan dan do’a kepada penulis.

5. Sahabat-sahabat terbaikku Suryani, Putri Handayani, Junita Nurmala Sari, untuk Murabbiku tersayang kakanda Rahmitha Sari yang memberikan semangat dan dukungannya, untuk teman-teman halaqohku yang tetap berjuang untuk istiqomah dijalan-Nya dan teman-teman seperjuanganku angkatan 2011 yang telah memberikan motivasi, semangat, dan memberikan dukungan.

6. Staf administrasi di Program Studi Fakultas Keperawatan USU yang memberikan bantuan dalam kelancaran selama proses penelitian berlangsung. 7. Bapak Bahrum selaku Kepala Desa Naga Jaya I beserta staf di desa Naga Jaya I

yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

(6)

9. Seluruh warga desa Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun yang telah bersedia menjadi responden selama penelitian ini berlangsung.

10. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak memberi bantuan dan perhatian dalam penyelesaian proposal ini.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rezeki serta perlindungan dan kesehatan dalam melanjutkan ibadah kepada-Nya serta dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan selanjutnya.

Medan, Januari 2013

(7)

DAFTAR ISI

1.1. Pengertian Tekanan Darah Tinggi ... 7

1.1.1. Tekanan Darah Daistolik Sistolik ... 8

1.2. Klasifikasi Tekanan DarahTinggi ... 10

1.3. Faktor Risiko Tekanan Darah Tinggi ... 12

1.4. Keluhan atau Gejala Tekanan Darah Tinggi ... 15

1.5. Penatalaksanaan Tekanan Darah Tinggi ... 16

1.5.1. Pengobatan Farmakologis ... 17

1.5.2. Pengobatan non farmakologis ... 19

2. Seledri Sebagai Terapi Herbal ... 24

2.1. Taksonomi ... 25

1. Kerangka Penelitian ... 36

2. Defenisi Operasional ... 36

3. Hipotesa ... 37

(8)

2. Populasi dan Sampel ... 39

2.1.Populasi ... 39

2.2.Sampel ... 39

3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41

4. Pertimbangan Etik ... 42

5. Instrumen Penelitian ... 44

6. Alat dan Bahan ... 44

6.1.Lembar Observasi Tekanan Darah Pre dan Post ... 44

6.2.Alat dan Bahan ... 44

7. Pengumpulan Data ... 45

8. Analisa Data ... 48

Bab 5. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian ... 50

2. Pembahasan ... 60

Bab 6. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Kesimpulan ... 68

2. Rekomendasi ... 69

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

1. Inform Consent

2. Jadwal Tentatif Penelitian 3. Taksasi Dana

4. Instrumen Penelitian 5. Analisa Data

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rekomendasi Tindak Lanjut Berdasarkan Penetapan Tekanan Darah Awal untuk Orang Dewasa ... 8 Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Diatas

Diatas Usia 18 Tahun ... 11 Tabel 3. Karakteristik Demografi Responden ... 50 Tabel 4. Tekanan Darah Responden pre dan post Kelompok Intervensi

dengan Kelompok Kontrol ... 52 Tabel 5. Perbedaan Tekanan Darah pre dan post Kelompok Intervensi

Dengan Kelompok Kontrol ... 54 Tabel 6. Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Kelompok Intervensi

(11)

DAFTAR GRAFIK

(12)

Judul Efektifitas Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Penderita Tekanan Darah Tinggi di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun

Peneliti Fazar Az Zahara Wany

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

NIM 111121032

Abstrak

Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai risiko tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar 100/60 sampai 140/90 mmHg. Tanaman seledri (Apium graveolans Linn) merupakan tanaman herbal yang memiliki efek untuk menurunkan tekanan darah (hipotensi) pada penderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Kandungan apigenin yang merupakan komponen utama flavonoid di dalam tanaman seledri memiliki efek hipotensif yang bekerja dengan cara melebarkan pembuluh darah dengan mekanisme penghambatan kontraksi yang disebabkan oleh pelepasan kalsium.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tekanan darah sebelum diberikan seledri, mengidentifkasi tekanan darah setelah diberikan seledri, dan mengidentifikasi perbedaan tekanan darah pada kedua kelompok. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen jenis control time series design. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling didapatkan jumlah sampel sebesar 40 responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Subjek pada penelitian ini adalah penderita tekanan darah tinggi kategori hipertensi ringan dan sedang dengan rentang 140/90-179/109 mmHg. Hasil penelitian ini menggunakan analisa univariat digunakan untuk menggambarkan variabel data demografi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisa bivariat yang digunakan adalah uji paired t-test untuk mengidentifikasi tekanan darah tinggi sebelum dan sesudah pemberian air rebusan seledri pada kedua kelompok dan uji independent t-test untuk melihat perbedaan penurunan tekanan darah tinggi kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

Hasil uji paired t-test pada kelompok kontrol menunjukkan nilai p=0.000 (p<0.05) dan pada kelompok intervensi menunjukkan nilai p=0.000 artinya terdapat efektifitas seledri terhadap penurunan tekanan darah tinggi. Sedangkan uji independent t-test memperlihatkan bahwa nilai p=0.749 lebih besar dari nilai uji hipotesis dengan p=0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat keefektifan seledri terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada penderita tekanan darah tinggi ringan dan sedang.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan kehidupan yang semakin modern dan IPTEK yang berkembang pesat menjadikan hidup lebih mudah dalam berbagai hal. Seluruh aktivitas manusia banyak digantikan oleh penggunaan teknologi dan mesin yang akhirnya mengubah gaya hidup manusia. Konsumsi makanan cepat saji, kurang olahraga, konsumsi alkohol, konsumsi kopi secara berlebihan dan merokok telah menjadi trend kehidupan masa kini. Kebiasaan tersebut merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah dan salah satunya adalah hipertensi (Smeltzer, 2002).

Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi dan lebih dari 90% diantara mereka mengalami hipertensi esensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya (Smeltzer, 2002).

(14)

Tuminah, 2009). Menurut Sheps (2002) penyakit yang paling sering ditemui di Amerika Serikat adalah tekanan darah tinggi. Hampir 50 juta orang Amerika menderita tekanan darah tinggi. Tujuh puluh persen diantara penderita menyadari keadaannya dan hanya 34% saja yang berkunjung ke dokter.

Menurut Boedhi darmojo (1991) prevalensi hipertensi masyarakat Indonesia berkisar antara 8,6%-10% (Raflizar, 2000). Kemudian berdasarkan hasil dari Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi nasional hipertensi pada pendudukumur lebih dari 18 tahun dengan nilai sebesar 37,1% (Depkes, 2012). Pada tahun 2012, Departemen Kesehatan Republik Indonesia melaporkan bahwa tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia (Depkes, 2012). Menurut hasil Riskesdas (2007) sebagian kasus tekanan darah tinggi di masyarakat belum terdeteksi, sehingga akan sangat membahayakan bagi masyarakat (Depkes, 2012). Dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2007, prevalensi penderita tekanan darah tinggi menunjukkan peningkatan, sehingga dikhawatirkan jumlah penderita hipertensi ini berpotensi meningkat di tahun-tahun mendatang.

(15)

Terapi herbal merupakan terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka (Depkes, 2007). Di Indonesia sendiri banyak sekali dijumpai tanaman yang dapat digunakan sebagai pengobatan. Menurut Yus (1992) dari empat puluh ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, tiga puluh ribu jenis diantaranya tumbuh di Indonesia dan 26% dibudidayakan serta sisanya masih tumbuh liar (Endang, 2003). Dari semua jenis tanaman herbal yang telah dibudidayakan (kurang lebih 7.000 jenis), lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional (Endang, 2003).

Tanaman seledri (Apium graveolans Linn) memiliki efek yang baik untuk menurunkan tekanan darah (hipotensi) pada penderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Efek hipotensif tersebut berasal dari senyawa apigenin yang terdapat di dalam tanaman seledri (Dalimartha, 2008). Terdapat beberapa penelitian yang telah menunjukkan manfaat seledri dalam menurunkan tekanan darah tinggi.

(16)

penderita lainnya diberikan amlodipin. Setelah 12 minggu pemberian, tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara efek seledri dan amlodipin (Zhahara, 2012).

Berdasarkan informasi tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai efektifitas seledri terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada penderita tekanan darah tinggi di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Naga Jaya I dikarenakan wilayah tersebut belum pernah dijadikan sebagai lahan penelitian sebelumnya. Selain itu berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan bahwa penyakit tekanan darah tinggi ini menempati urutan nomor empat dari beberapa penyakit yang terdaftar di Puskesmas tersebut yang sering dikeluhkan oleh penduduk di wilayah Kelurahan Naga Jaya I. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini di wilayah tersebut.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasi bagaimana efektifitas seledri terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada penderita tekanan darah tinggi di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

3. Tujuan Penelitian

3.1.Tujuan Umum

(17)

3.2.Tujuan Khusus

3.2.1. Untuk mengetahui Tekanan Darah sebelum (pre) diberikan air rebusan seledri pada penderita tekanan darah tinggi pada kelompok intervensi sebanyak 300 ml untuk dikonsumsi dua kali dan pada kelompok kontrol sebanyak 150 ml untuk dikonsumsi satu kali di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

3.2.2. Untuk mengetahui Tekanan Darah setelah (post) diberikan air rebusan seledri pada penderita tekanan darah tinggi pada kelompok intervensi sebanyak 300 ml untuk dikonsumsi dua kali dan pada kelompok kontrol sebanyak 150 ml untuk dikonsumsi sebanyak satu kali di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

3.2.3. Untuk mengetahui perbedaan Tekanan Darah sebelum (pre) dan setelah (post) diberikan air rebusan seledri pada penderita tekanan darah tinggi pada kelompok intervensi sebanyak 300 ml untuk dikonsumsi dua kali dan pada kelompok kontrol sebanyak 150 ml untuk dikonsumsi sebanyak satu kali di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

4. Manfaat Penelitian

(18)

4.1. Pendidikan Keperawatan

Sebagai informasi ilmiah dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa keperawatan bahwa seledri memiliki efek hipotensif terhadap tekanan darah tinggi.

4.2. Praktik Keperawatan

Sebagai alternatif lain yang dapat dijadikan pilihan di bidang pelayanan keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat dalam mengontrol tekanan darah tinggi pasien melalui pengobatan komplementer lain dengan penggunaan air rebusan seledri.

4.3. Penelitian Keperawatan

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tekanan Darah Tinggi

1.1. Pengertian Tekanan Darah Tinggi

Smeltzer (2002) menjelaskan bahwa tekanan darah tinggi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefenisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.

Tekanan darah tinggi merupakan risiko morbiditas dan mortalitas prematur, yang meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik. Laporan Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure tahun 1993 (Smeltzer, 2002) yang kelima mengeluarkan panduan baru mengenai deteksi, evaluasi dan penanganan hipertensi. Komite ini juga memberikan klasifikasi tekanan darah pada individu berumur 18 tahun keatas, yang akan sangat berguna sebagai kriteria tindak lanjut bila digunakan berdasarkan pemahaman bahwa diagnosis didasarkan pada rata-rata dua pengukuran yang dilakukan secara terpisah (Tabel 2).

(20)

Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan awal 50-an dan secara bertahap menetap (Smeltzer, 2002). Pada suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat dan “maligna” yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan cepat (Smeltzer, 2002).

1.1.1. Tekanan Darah Diastolik Sistolik

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan volume laju serta kekentalan (viskositas) darah (Smeltzer, 2002). Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklik. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.

Tabel 1. Rekomendasi Tindak Lanjut Berdasarkan Penetapan Tekanan Darah Awal untuk Orang Dewasa

Screening Awal Tekanan Darah,

mmHg Rekomendasi Tindak Lanjut

Sistolik Diastolik

< 130 < 85 Periksa ulang selama 2 tahun 130-139 85-89 Periksa ulang dalam 1 tahun 140-159 90-99 Pastikan dalam 2 bulan

160-179 100-109 Evaluasi atau rujuk ke pusat asuhan dalam 1 bulan

180-209 110-119 Evaluasi atau rujuk ke pusat asuhan dalam 1 minggu

≥210 ≥120 Evaluasi atau rujuk ke pusat asuhan segera Sumber : The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of

High Blood Pressure USA (Smeltzer, 2002)

(21)

140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer, 2002). Hal ini sesuai dengan pernyataan Ganong (2003) bahwa tekanan arteri secara konvensional ditulis sebagai tekanan sistolik diatas tekanan diastolik, misalnya 120/70 mmHg.

Tekanan darah diastolik Tekanan darah diastolik Tidak ada <90 mmHg >90 mmHg

tindak lanjut Pertimbangan

penanganan obat

Tanpa penanganan obat Tanpa Penanganan obat Gambar 1. Algoritma dari American College of Physician memperlihatkan strategi untuk mengintegrasikan pengukuran non medis tersendiri, pengukuran tekanan darah rawat jalan dalam mendiagnosa tekanan darah tinggi (Smeltzer, 2002).

Pengukuran tekanan darah

non medis

Pengkajian faktor risiko kardiovaskuler dan penyakit organ sasaran

Pengukuran tekanan darah di luar lingkungan medis

(22)

Tekanan darah arteri dalam brakialis pada orang dewasa muda pada posisi duduk atau berbaring mendekati 120/70 mmHg. Tekanan arteri adalah hasil curah jantung dan tahanan perifer, dipengaruhi oleh kondisi yang mempengaruhi salah satu atau kedua faktor tersebut (Ganong, 2003).

Emosi, misalnya meningkatkan curah jantung, dan mungkin sulit menentukan tekanan darah istirahat sebenarnya pada orang yang gelisah atau tegang. Secara umum, peningkatan curah jantung meningkatkan tekanan sistolik, sedangkan peningkatan tahanan perifer meningkatkan tekanan diastolik. Terdapat kontroversi mengenai penentuan batas tekanan darah normal dan tinggi (hipertensi), terutama pada orangtua. Namun bukti tampaknya sesuai dengan apa yang terlihat pada orang yang sehat mengenai kenaikan tekanan sistolik dan diastolik dengan peningkatan umur (Ganong, 2003).

Penyebab penting dari peningkatan tekanan sistolik adalah penurunan distensibilitas arteri, pada tingkat yang sama dengan curah jantung, tekanan sistolik lebih tinggi pada orangtua dibandingkan orang muda karena peningkatan volume dari sistem arteri selama sistolik lebih sedikit untuk mengakomodasi jumlah darah yang sama (Ganong, 2003).

1.2. Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi

Berdasarkan penyebabnya tekanan darah tinggi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu :

(23)

Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi yang berkisar 95%. Penyebabnya tidak diketahui, walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivasi) dan pola makan (Palmer, 2005).

Penderita tekanan darah tinggi esensial merupakan golongan terbesar, sehingga penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan untuk penderita tekanan darah tinggi pada golongan ini (Dalimartha, 2008).

1.2.2. Tekanan darah tinggi sekunder

Merupakan penyakit ikutan dari penyakit yang sebelumnya diderita. Adapun penyakit yang memicu timbulnya tekanan darah tinggi sekunder diantaranya penyakit pada ginjal, pada kelenjar adrenal, pada kelenjar tiroid, efek obat-obatan, dan karena kelainan pembuluh darah, serta pada kehamilan (pre-eklamsia) (Dalimartha, 2008).

Selain itu, hipertensi juga dapat dikelompokkan berdasarkan tinggi rendahnya tekanan diastolik dan sistlolik. Klasifikasi hipertensi disusun berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (Dalimartha, 2008).

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa diatas usia 18 tahun dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Diatas Usia 18 Tahun No. Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

1. Normal < 130 < 85

(24)

5. Stadium 2 (sedang/moderate) 160-179 100-109 6. Stadium 3 (berat/severe) 180-209 110-119 7. Stadium 4 (sangat berat/very

severe) > 210 > 120

Sumber : The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure USA (Smeltzer, 2002)

Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefenisikan sebagai tekanan darah normal. Adapun tekanan darah diatas 140/90 mmHg sudah termasuk hipertensi dan harus dianggap sebagai faktor risiko sehingga sebaiknya mendapatkan perawatan (Dalimartha, 2008).

1.3.Faktor Risiko Tekanan Darah Tinggi

Faktor risiko hipertensi adalah faktor yang bila semakin banyak menyertai penderita tekanan darah tinggi maka dapat menyebabkan seseorang tersebut akan menderita tekanan darah yang lebih berat lagi. Terdapat faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifkasi (Raflizar, 2000).

1.3.1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

Berikut ini beberapa faktor yang tidak dapat dimodifikasi (Palmer, 2005), yaitu :

a. Usia. Tekanan darah cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada umumnya, tekanan darah tinggi menyerang pria pada usia di atas 31 tahun, sedangkan pada perempuan terjadi setelah usia 45 tahun (menopause) (Dalimartha, 2008).

(25)

cenderung mengalami tekanan darah tinggi apabila orangtuanya juga menyandangnya. Tekanan darah tinggi juga banyak dijumpai pada penderita yang kembar monozigot (satu telur) apabila salah satunya menderita tekanan darah tinggi. Dugaan ini mendukung bahwa faktor genetik mempunyai peran dalam terjadinya tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008).

c. Etnis. Tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada orang Amerika keturunan Afrika (Smeltzer, 2002).

d. Jenis kelamin. Tekanan darah tinggi sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita. Hal itu kemungkinan karena laki-laki banyak memiliki faktor pendorong terjadinya tekanan darah tinggi, seperti stres, kelelahan, dan makan tidak terkontrol. Adapun tekanan darah tinggi pada perempuan peningkatan risiko terjadi setelah masa menopause (sekitar 45 tahun) (Dalimartha, 2008).

Tekanan darah tinggi kadang-kadang disebabkan oleh sesuatu yang spesifik. Misanya, tekanan darah tinggi sekunder biasanya timbul akibat penyakit lain (seperti penyakit ginjal atau gangguan kelenjar adrenal), atau akibat peggunaan obat-obatan (seperti pil KB kombinasi atau steroid) (Palmer, 2005).

White coat hypertension adalah suatu contoh dimana tekanan darah seseorang meningkat ketika mereka berada di rumah sakit atau di ruang praktik dokter, namun tekanan darah akan kembali normal di luar waktu tersebut (Palmer, 2005).

1.3.2. Faktor yang dapat dimodifikasi

(26)

tinggi esensial. Walaupun demikian, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya tekanan darah tinggi meliputi:

a. Kelebihan berat badan (kegemukan). Telah dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi di kemudian hari. Walaupun belum dapat dijelasakan hubungan antara obesitas dan tekanan darah tinggi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan tekanan darah tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita tekanan darah tinggi dengan berat badan normal (Dalimartha, 2008).

b. Kurang olahraga. Olahraga isotonik, seperti bersepeda, jogging, dan aerobik yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Orang yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung mengalami kegemukan (Dalimartha, 2008).

(27)

d. Kurang mengkonsumsi buah dan sayuran (Palmer, 2005).

e. Konsumsi alkohol berlebih. Adanya konsumsi alkohol yang berlebihan kadang-kadang diketahui setelah pemeriksaan darah rutin. Pada umumnya, orang yang menderita tekanan darah tinggi harus membatasi konsumsi alkohol. Batas yang masih aman mungkin berkisar 2 unit sehari (1 unit dapat berupa 1 seloki minuman keras, segelas anggur atau seperempat liter bir). Namun, akan lebih baik apabila penderita tekanan darah tinggi tidak mengkonsumsi alkohol sama sekali (Dalimartha, 2008).

f. Stres. Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam jangka waktu pendek dengan cara mengaktifkan bagian otak dan sistem saraf yang biasanya mengendalikan tekanan darah secara otomatis. Stres sulit untuk diberi batasan atau diukur, karena peristiwa yang menimbulkan stres pada seseorang belum tentu sama. Tidak dapat ditentukan apakah sedikit peningkatan tekanan akibat stres yang berulang kali hingga pada akhirnya akan menyebabkan tekanan darah tinggi yang menetap (Dalimartha, 2008).

1.4. Keluhan atau Gejala Tekanan Darah Tinggi

(28)

Pangabean (2007) mengelompokkan beberapa gejala tekanan darah tinggi sebagai berikut :

1. Peninggian tekanan darah itu sendiri seperti berdebar-debar, rasa melayang (dizzy) dan impoten.

2. Penyakit jantung hipertensi vaskular seperti cepat lelah, sesak napas, sakit dada (iskemia miokard atau diseksi aorta), bengkak kedua kaki atau perut. Gangguan vaskular lainnya adalah epistaksis hematuria, pandangan kabur karena perdarahan retina, transient serebral ischemic.

3. Penyakit dasar seperti pada tekanan darah tinggi sekunder berupa polidipsia, poliuria, dan kelemahan otot aldosteronisme primer, peningkatan berat badan dengan emosi labil pada sindrom Cushing. Feokromositoma dapat muncul dengan keluhan episode sakit kepala, palpitasi, banyak keringat dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy).

1.5. Penatalaksanaan Tekanan Darah Tinggi

Pada awalnya, pengobatan hipertensi hanya ditujukan untuk menurunkan tekanan darah menuju tingkat normal. Dalam perkembangannya, pengobatan diarahkan pada berbagai macam aspek. Pada dasarnya pengobatan hipertensi dilakukan dengan pengobatan farmakologis dan non farmakologis (Dalimartha, 2008).

1.5.1. Pengobatan Farmakologis

(29)

a. Diuretik

Menurunkan tekanan darah dengan memusatkan kerja pada ginjal. Diuretik menyebabkan ginjal mengeluarkan kelebihan garam dalam darah melalui urin. Hal ini akan mengurangi volume cairan dalam sirkulasi dan kemudian menurunkan tekanan darah (Palmer, 2005). Contoh golongan obat ini adalah chlortalidone (hygroton), quinethazone (hydromox), chlorotiazide (diuril), hydrochlorotiazide (esidrix, hydrodiuril), furosemide (lasix), spironolactone (aldactone), triamterene (dyrenium), (Smeltzer, 2002).

b. Apha Bloker

Menurunkan tekanan darah dengan memblokade reseptor pada otot yang melapisi pembuluh darah. Jika reseptor tersebut diblokade, pembuluh darah akan melebar (berdilatasi) sehingga darah mengalir dengan lebih lancer dan tekanan darah menurun (Palmer, 2005). Contoh golongan obat ini adalah doxazosin (cardura), terazosin (hytrin) (Palmer, 2005).

c. Beta Bloker

(30)

d. Antagonis Kalsium

Cara kerjanya adalah menurunkan tekanan darah dengan memblokade masuknya kalsium ke dalam sel. Jika kalsium memasuki sel otot, maka otot akan berkontraksi. Dengan menghambat kontraksi otot yang melingkari pembuluh darah, pembuluh akan melebar sehingga darah mengalir dengan lancar dan tekanan darah menurun. Efek kerja antagonis kalsium ini sama dengan mekanisme kerja seledri dalam menurunkan tekanan darah yang disebabkan oleh senyawa aktif apigenin yang terkandung di dalam seledri (Hartati, 2007). Contoh obatnya adalah amlodipine (tensivask, istin), felodipine (plendil), dilitiazem hydrochloride (cardizem), nifedipine (procardea), verapamil (calan, isoptin) (Smeltzer, 2002). Dalam hal in

e. Penghambat enzim Konversi Angiotensin

Cara kerjanya adalah menurunkan tekanan darah dengan memblokade produksi hormon angoitensin II yang menyebabkan konstriksi pembuluh darah. Dengan demikian, obat golongan ini dapat memperlebar pembuluh darah dan mengurangi tekanan darah. Contoh obatnya adalah captopril (capoten), ramipril (triatec), perindopril (coversyl) (Palmer, 2005).

f. Penghambat reseptor Angiotensin II

(31)

maka pebuluh akan melebar (berdilatasi) dan tekanan dalam sistem sirkulasi berkurang (Palmer, 2005). Contoh golongan obat ini adalah losartan (cozaar), irbesartan (aprovel) (Palmer, 2005).

g. Vasodilator

Cara kerja obat ini adalah menurunkan tekanan darah perifer dengan merelaksasi otot polos pembuluh darah sehingga tejadi penurunan tekanan vaskular. Contoh obat yang termasuk ke dalam golongan obat ini adalah hydralazine hydrochloride (apresoline), minoxidil, natrium nitroprusside (nipride, nitropress), nitroglycerin, dan diazoxide (hyperstat) (Smeltzer, 2002).

1.5.2. Pengobatan non farmakologis

Penderita hipertensi membutuhkan perubahan gaya hidup yang sulit untuk dilakukan dalam jangka pendek. Oleh karenanya, faktor yang menentukan dan membantu kesembuhan pada dasarnya adalah diri sendiri. Upaya pengobatan non farmakologis, termasuk mengubah pola atau gaya hidup yang tidak sehat.

Berikut ini beberapa pengobatan non farmakologis, yaitu : a. Penurunan berat badan

(32)

b. Penurunan diet garam

WHO-ISH (1999) menyatakan bahwa diet tinggi garam dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah dan prevalensi tekanan darah tinggi. Efek diperkuat dengan diet kalium yang rendah. Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 gr) per hari menjadi 80-100 mmol (4, 7-5, 8 gr) per hari menurunkan tekanan darah sistolik 46 mmHg. Penurunan diet natrium menjadi 40 mmol (2,3 gr) per hari ternyata cukup aman pada orang tua. Tujuan diet rendah natrium adalah sampai < 100 mmol (5,8 gr) per hari atau <6 gr NaCl per hari (Joewono, 2003).

c. Perubahan diet yang kompleks

Vegetarian mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pemakan daging dan diet vegetarian pada penderita tekanan darah tinggi dapat menurunkan tekanan darah. Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 3 mmHg dan diastolik sebesar 1 mmHg, sedangkan dengan mengurangi diet lemak akan menurunkan tekanan darah sebesar 6 mmHg pada sistolik dan 3 mmHg pada diastolik. Pada penderita tekanan darah tinggi, kombinasi keduanya dapat menurunkan tekanan darah 11/6 mmHg. Adanya diet tinggi kalsium, magnesium dan kalium akan berperan terhadap efek tersebut. Makan ikan secara teratur sebagai cara mengurangi berat badan akan meningkatkan penurunan tekanan darah pada penderita gemuk dan bertujuan memperbaiki profil lemak (Joewono, 2003).

d. Konsumsi alkohol sedang

(33)

antihipertensi, tetapi efek presor ini menghilang dalam 1-2 minggu dengan mengurangi minum alkohol sampai 80% dibatasi 20-30 gr etanol per hari untuk pria dan 10-20 gr etanol per hari pada wanita (Joewono, 2003).

e. Peningkatan aktifitas fisik

Menurut WHO-ISH (1999), latihan fisik aerobik sedang secara teratur (seperti jalan atau renang) selama 30-45 menit dengan frekuensi 3-4 kali seminggu akan lebih efektif menurunkan tekanan darah dibandingkan dengan olahraga berat seperti lari, jogging. Tekanan darah sistolik turun 4-8 mmHg. Latihan fisik isometrik seperti angkat besi dapat meningkatkan tekanan darah dan harus dihindari pada penderita tekanan darah tinggi (Joewono, 2003).

f. Berhenti merokok

Merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit kardiovaskular dan nonkardiovaskular pada penderita tekanan darah tinggi (Joewono, 2003).

1.5.3. Dalimartha, (2008) menguraikan beberapa jenis terapi non farmakologis lainnya yang dapat dilakukan oleh penderita tekanan darah tinggi, antara lain :

a. Terapi Air.

(34)

b. Terapi Batu Giok

Batu giok dapat difungsikan untuk membantu mengembalikan vitalitas, merangsang regenerasi sel, meningkatkan daya tahan tubuh, merangsang tubuh melawan penyakit, serta melancarkan peredaran darah.

c. Terapi Bekam

Bekam atau hijamah (bahasa lainnya adalah canduk, canthuk, kop, cupping) adalah membersihkan tubuh dari darah yang mengandung toksin dengan penyayatan tipis di permukaan kulit (disebut juga sebagai cara untuk mengeluarkan darah kotor). Bekam dapat digunakan sebagai terapi untuk sakit kepala, migrain, vertigo, bisul, jerawat, hipertensi, asma, dan lain sebagainya. d. Terapi Diet

Untuk menjaga dan mengatasi hipertensi dengan baik, penderita harus mengontrol dan mengatur pola makan sehari-hari yang baik dan seimbang. Untuk membantu menanggulangi tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan pola diet makanan baik dan seimbang. Secara garis besar terdapat empat macam diet, yaitu diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas, diet tinggi serat, serta diet rendah kalori bagi yang kegemukan.

e. Terapi Herbal

(35)

diolah menjadi obat ramuan ataupun dimasak sebagai pelengkap menu sehari-hari.

f. Terapi Olahraga

Peningkatan akivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik sehari-hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga teratur terbukti dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko terhadap stroke, serangan jantung, gagal ginjal, gagal jantung, dan penyakit pembuluh darah lainnya. Selain itu, olahraga dinilai cukup mudah dan efek sampingnya kecil bila dilakukan sesuai aturan.

g. Terapi Yoga

Yoga adalah keterampilan spiritual yang mengolah fisik dan jiwa. Gerakan yoga menyeimbangkan energi dan memberi kenyamanan tubuh bahkan juga meremajakan sel-sel kulit. Disiplin gerakan yoga bermanfaat untuk menguatkan fisik, menghilangkan kekakuan sendi dan otot, serta mengontrol kesehatan saraf dan kelenjar tubuh.

h. Terapi Meditasi

(36)

2. Seledri Sebagai Terapi Herbal

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kekayaan alam, khususnya dalam berbagai jenis flora. Menurut Yus (1002) dari empat puluh ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, tiga puluh ribu jenis diantaranya tumbuh di Indonesia dan 26% dibudidayakan serta sisanya masih tumbuh liar (Endang, 2003). Yus juga menjelaskan bahwa dari semua jenis tanaman herbal yang telah dibudidayakan (kurang lebih 7.000 jenis), lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional (Endang, 2003). Sebagai bentuk aplikasinya yang saat ini banyak digunakan adalah terapi herbal yang dijadikan sebagai terapi komplementer untuk pengobatan berbagai penyakit.

Hal tersebut menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk melestarikan pengobatan tradisional sebagai pendamping dari pengobatan modern masih terjaga. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Santoso (1993) bahwa sampai saat ini masyarakat masih mengakui dan memanfaatkan pengobatan obat tradisional (Endang, 2003).

Terapi herbal merupakan terapi yang menggunakan tanaman yang memiliki khasiat dalam mengatasi berbagai penyakit. Sebelum membuat ramuan, pengenalan jenis tanaman sangat diperlukan, demikian pula sifat dan cita rasa tanaman tersebut (Dalimartha, 2008).

(37)

Sedangkan lima cita rasa dari tanaman obat yaitu pedas, manis, asam, asin, dan pahit. Cita rasa ini dapat digunakan untuk tujuan tertentu karena selain berhubungan dengan organ tubuh juga mempunyai khasiat dan kegunaan.

Tata cara penyajian terapi herbal ini pun bermacam-macam, misalnya dengan konsumsi secara langsung, atau diubah ke dalam bentuk yang lain seperti jus dan air rebusan sesuai dengan keinginan (Dalimartha, 2008).

Banyak jenis tanaman obat yang dilaporkan mempunyai efek untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan salah satunya adalah seledri. Pada pengobatan tradisional, sari air herba seledri telah digunakan untuk sebagai obat antihipertensi dan khasiat tersebut telah dibuktikan oleh peneliti terdahulu (Juheini, 2002).

2.1. Taksonomi

Taksonomi tanaman seledri diklasifikasikan seperti berikut ini (Najib, 2009):

Kingdom : Plantae (Tanaman)

Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Subdivisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae (Berkeping dua)

Subclassis : Dialipetalae

Ordo : Umbelliferae/Apiales

Familia : Apiaceae/Umbelliferae

(38)

2.2. Penamaan

Nama lokal dari tanaman ini adalah Celery (Inggris), Celeri (Prancis), Seleri (Italia); Selinon, Parsley (Jerman), Seledri (Indonesia), Sledri (Jawa), Saledri (Sunda) (UPT-Balai informasi teknologi LIPI, 2009). Nama simplisia tanaman ini adalah Apii graveolentis Herba (herba seledri), Apii graveolantis Radix (akar seledri), Apii graveolentis Foilum (daun seledri), Apii graveolentis Fructus (buah seledri) (Dalimartha, 2000).

Pascal menerapkan nama umum ke beberapa seledri hijau. Di Eropa, seledri merupakan istilah yang sering pada sayuran akar, Apium graveolens L. varitas Rapaceum, DC. Seledri liar dapat mengacu pada Vallisneria spiralisl, merupakan tumbuhan akuatis yang tumbuh menahun (Najib, 2009).

2.3. Morfologi Tanaman

Tanaman ini kecil dengan tinggi dapat mencapai satu meter, daun majemuk berwarana hijau atau hijau keputih-putihan, ujung runcing, tepi bergerigi, bertangkai, berpangkal pada batang mendekati tanah, menyirip ganjil berbentuk lekuk tangan, panjang 2-7,5 cm dan lebar 2-5 cm, pertulangan daun menyirip, mempunyai anak daun 3-7 helai dan terkenal karena aroma daunnya yang khas (Badan POM, 2008).

(39)

Tanaman seledri terdiri dari dua, yaitu seledri tangkai dan seledri umbi. Seledri tangkai ditandai dengan tangkai daun yang tebal berisi, lebih besar serta lebih tinggi dibanding seledri jenis lain. Sedangkan seledri umbi ditandai dengan umbi yang bulat dengan diameter umbi rata-rata 10 cm. Tanaman ini banyak tumbuh di dataran tinggi sebagai tanaman perkebunan (Dalimartha, 2008).

Seledri dipanen setelah berumur enam minggu sejak ditanam. Tangkai daun yang sedikit tua dipotong 1 cm diatas pangkal daun. Daun muda dibiarkan tumbuh untuk dipanen kemudian. Tangkai daunnya yang berdaging dan berair dapat dimakan mentah sebagai lalap, sedangkan daunnya digunakan untuk penyedap sup. Jika seledri ditanam di daerah tropik, ukuran batangnya kurang besar sehingga seluruh bagian tanaman digunakan sebagai sayur. Seledri dapat diperbanyak dengan biji (Dalimartha, 2000).

2.4. Kandungan Kimia Apium graveolen

(40)

UPT-Balai Informasi Teknoligi LIPI (2009) menjelaskan dalam 100 gram seledri mengandung kalori sebanyak 20 kalori, protein 1 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 4,6 gram, kalsium 50 miligram, fosfor 40 miligram, besi 1 miligram, vitamin A 130 SI, vitamin B1 0,03 miligram, vitamin C 11 miligram, dan 63% bagian dapat dimakan. Daun seledri juga banyak mengandung apiin, disamping sebagai substansi diuretik yang bermanfaat untuk meningkatkan output urin. Apigenin yang terdapat pada bagian daun berkhasiat hipotensif yang merupakan kandungan kimia utama dari seledri (Dalimartha, 2008).

Berikut ini kandungan kimia seledri yang bermanfaat sebagai antihipertensi, yaitu:

2.4.1. Flavonoid

(41)

Gambar 2. Struktur umum senyawa flavonoid

Menurut Heldt (1997) flavonoid umumnya secara alami terbentuk dibawah pengaruh biflavonoid (vitamin D) yang selalu ada dalam tanaman dan memiliki efek yang bermanfaat terhadap lebih dari 50 penyakit (Zamri, 2008). Flavonoid tertentu juga mempengaruhi rasa makanan secara signifikan (Heinrich, 2009). Contoh tanaman yang mengandung flavonoid antara lain seledri, lada (hanya luteolin), dan peterseli (hanya apigenin) (Lee, 2000).

Flavonoid memiliki efek biologis dalam sistem sel mamalia yang berperan dalam kesehatan manusia. Menurut Markham (1989) yang dikutip oleh Hertog et al (1992), disarankan agar setiap harinya manusia mengkonsumsi beberapa gram flavonoid (Zamri, 2008). Flavonoid memiliki ikatan difenilpropana (C6-C3-C6) yang diketahui sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik (Najib, 2009).

2.4.2 Apigenin

Apigenin merupakan komponen flavonoid utama dari seledri yang termasuk ke dalam golongan flavon (Harborne, 1986). Struktur senyawa apigenin adalah 5,7,4’-OH. Gambar 3 menunjukkan struktur kimia apigenin menurut Markham (1988).

(42)

dihidroksi-2-(4- hidroksifenil)-4H-1-benzopiran-4-on. Apigenin merupakan aglikon dari apiin, yang diisolasi dari daun tanaman peterseli dan seledri.

Gambar 3. Struktur apigenin

Senyawa apigenin memiliki kemampuan antara lain sebagai zat antiradang, antibakteri, untuk mengatasi permasalahan lambung (Cadenas & Packer, 2002). Selain itu, apigenin juga bermanfaat sebagai hipotensif (Dalimartha, 2008).

(43)

2.5. Efek Farmakologi

Seledri memiliki efek yang baik untuk menurunkan tekanan darah (hipotensi) pada penderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Hipertensi yang dapat diobati adalah hipertensi esensial, hipertensi karena kehamilan, dan hipertensi klimakterik. Tekanan darah umumnya mulai turun sehari setelah pengobatan yang diikuti dengan membaiknya subjektif seperti tidur terasa nyaman, dan jumlah urin yang dikeluarkan meningkat (Mursito, 2002).

2.6. Manfaat Tanaman Seledri

Selain berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah, seledri juga berkhasiat memicu enzim pencernaan sehingga nafsu makan meningkat (stomakika), meningkatkan haluaran urin (diuretika), memelihara elastisitas pembuluh darah (antihipertensi), mengurangi rasa sakit pada penyakit arthritis rheumatoid, serta antikejang dan nyeri pada lambung. Untuk pemakaian luar, seledri banyak digunakan untuk perawatan rambut (Mursito, 2002).

Hasil penelitian di Jerman dan Cina pada tahun 1970-1980 menunjukkan bahwa minyak atsiri yang terdapat dalam seledri mempunyai efek yang lembut terhadap sistem saraf pusat dan berfungsi sebagai penurun tekanan darah. Kandungannya yang lain bersifat antispasmodinamik, sedatif, dan antikonvulsan (Hariana, 2011).

Berikut ini beberapa hasil penelitian mengenai manfaat seledri :

(44)

Akan tetapi, akan berbeda nyata jika dibandingkan dengan probenecid pada 7, 5, dan 9 jam pemberian (Fimelda, 1988) (Dalimartha, 2000).

2. Pemberian ekstrak etanol daun seledri mempunyai aktivitas sebagai antidiare dengan dosis 20 mg/20 g BB dapat menurunkan frekuensi defekasi, jumlah feses lembek/cair dan bobot feses setara dengan loperamid dosis 0,06 mg/20 g BB pada mencit jantan. Ekstrak etanol daun seledri juga dapat memperlambat transit intestinal, namun masih lebih kecil jika dibandingkan dengan loperaamid dosis 0,06 mg/20 g BB pada mencit jantan (Fifteen, 2009).

3. Dilaporkan bahwa suatu infusa daun seledri 20% dapat menurunkan kadar asam urat darah yang setara dengan alopurinol 3,6 mg/200 g berat badan, pada tikus yang dibuat hiperurikemia terlebih dahulu dengan pemberian jus hati ayam. Pada penelitian selanjutnya terhadap fraksi polar flavonoid menunjukkan bahwa pada dosis 0,1264 g/kg berat badan dan 0,6320 g/kg berat badan, fraksi tersebut mempunyai efek penurunan kadar asam urat yang setara dengan alopurinol 18 mg/kg berat badan, yaitu masing-masing sebesar 37,18 dan 43,18% (Badan POM, 2008).

(45)

5. Seledri telah dilakukan uji klinis oleh Supari (2006) yang dimuat dalam Medical Journal of Indonesia menyatakan bahwa uji klinis yang dilakukannya mengenai pemberian seledri dalam bentuk fitofarmaka 3 kali sehari (250 mg) selama 12 minggu, mampu menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik setara dengan amodipin sekali sehari (5 mg). Selain itu fitofarmaka tidak mempengaruhi kadar elektrolit plasma, kadar lipid plasma, maupun kadar gula darah, dan tidak ditemukan efek samping yang berarti pada fungsi hati dan ginjal (Hartati, 2007).

(46)

rebusan seledri berpengaruh untuk menurunkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

2.7. Efek Toksik Seledri

Seledri mengandung senyawa psoralen merupakan toksin alami pada tanaman pangan yang juga termasuk ke dalam golongan kumarin. Senyawa ini dapat menimbulkan sensitivitas pada kulit jika terkena sinar matahari. Untuk menghindari efek toksik psoralen, sebaiknya hindari terlalu banyak mengkonsumsi seledri mentah, dan akan lebih aman jika seledri dimasak sebelum dikonsumsi karena psoralen dapat terurai melalui proses pemasakan (BPOM, 2008).

(47)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Dari tinjauan pustaka diatas, dapat dibentuk kerangka penelitian sebagai berikut :

2. Defenisi Operasional

2.1. Tekanan darah tinggi adalah tekanan darah pada penderita yang mengalami tekanan darah tinggi dengan rentang 140/90-179/109 mmHg yang diukur dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop sebelum dan sesudah diberikan air rebusan seledri yang dicatat dalam bentuk lembar observasi tekanan darah selama tujuh hari berturut-turut.

2.2. Seledri adalah minuman herbal yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi yang terbuat dari 16 tangkai daun seledri yang segar direbus dengan 400 ml air putih hingga menjadi 300 ml air yang kemudian air rebusannya setelah dingin lalu disaring untuk dikonsumsi dua kali sehari yaitu 150 ml pada pagi hari dan 150 ml sore hari setelah makan selama tujuh hari berturut-turut setelah tekanan darah diukur sebelumnya.

Tekanan Darah (Pos test) Seledri (Apium

graveolans) Tekanan Darah

(48)

3. Hipotesa

Berdasarkan kerangka penelitian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut :

3.1. Ho : Tidak terdapat pengaruh seledri terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada penderita tekanan darah tinggi di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

3.2. Ha : Terdapat pengaruh seledri tehadap penurunan tekanan darah tinggi pada penderita tekanan darah tinggi di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

(49)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental (eksperimen semu). Rancangan ini berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimental (Nursalam, 2009). Desain ini tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas (Notoatmodjo, 2010). Menurut Pratiknya (2008) penelitian quasi eksperimental adalah penelitian yang dilakukan apabila peneliti tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel luar, sehingga perubahan yang terjadi pada efek tidak sepenuhnya oleh pengaruh perlakuan. Sugiono (2011) menyatakan bahwa bentuk desain ini merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

(50)

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rangkaian waktu dengan kelompok pembanding (control time series design). Pada dasarnya rancangan ini adalah rangkaian waktu, hanya saja menggunakan kelompok pembanding (kontrol). Rancangan ini lebih memungkinkan adanya kontrol terhadap validitas internal sehingga keuntungan dari rancangan ini lebih menjamin adanya validitas internal yang tinggi (Notoatmodjo, 2010). Bentuk rancangan tersebut adalah sebagai berikut :

Pretest Perlakuan Postest Kel. Percobaan

Kel. Kontrol

2. Populasi dan Sampel

2.1.Populasi

Populasi adalah seluruh penderita tekanan darah tinggi pada rentang 140/90-179/109 mmHg di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 10 Juli 2012 sampai dengan 26 Agustus 2012 yang bersumber dari buku pencatatan di Puskesmas Bandar Huluan, diketahui jumlah pasien yang mengalami tekanan darah tinggi dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2012 adalah berjumlah 50 orang.

2.2. Sampel

Pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki (tujuan/masalah dalam

(51)

penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2009). Menurut Lameshow et al (1990, dikutip dari Notoatmodjo, 2010) untuk menghitung jumlah sampel yang tidak diketahui populasinya, maka digunakan rumus :

n = �1−α/2 × P (1−P) d

Keterangan :

n = Besar sampel

Z21-�/2 = Nilai Z pada derajat kemaknaan (95%= 1,96)

P = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, apabila tidak diketahui proporsinya, ditetapkan 50% (0,50)

d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan: 10% (0,10), 5% (0,05), 1% (0,01).

Maka :

n = �1−α/2 × P (1−P) d

n = (1,96) ×0,50 (1−0,50) (0,01)

n

=

(1,96)×0,50 (0,5) 0,01

n = 1,96×0,25 0,01

(52)

n = 49

Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 49 responden dengan kriteria sebagai berikut :

2.2.1. Penderita hipertensi/tekanan darah tinggi kategori ringan dan sedang yang tidak rutin mengkonsumsi obat hipertensi,

2.2.2. Tidak merokok dan tidak minum alkohol, 2.2.3. Pria/wanita dewasa berusia 25-60 tahun,

2.2.4. Bersedia mengikuti penelitian dengan meminum air rebusan seledri selama satu minggu tanpa henti sesuai jadwal yang ditentukan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol,

Pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditetapkan. Hasil penetapan rumus tersebut adalah jumlah sampel yang akan diberikan rebusan seledri oleh peneliti yaitu sebanyak 40 orang. Dari sampel yang berjumlah 40 orang tersebut dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok intervensi sebanyak 20 orang (dipilih berdasarkan nomor urut ganjil) dan kelompok kontrol sebanyak 20 orang (dipilih berdasarkan nomor urut genap).

3. Waktu dan Tempat Penelitian

(53)

dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 10 juli sampai 26 Agustus 2012.

4. Pertimbangan etik

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti setelah mendapatkan rekomendasi atau persetujuan dari pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, setelah itu peneliti mengirimkan surat permohonan kepada Kepala Lurah Naga Jaya I dan Puskesmas Bandar Huluan sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan, peneliti kemudian mengunjungi Puskesmas untuk melihat data penderita tekanan darah tinggi pada tahun 2012 di Kelurahan Naga Jaya I, lalu dipilih sesuai dengan kriteria sampel. Berdasarkan data tersebut peneliti mengunjungi calon responden yang memenuhi kriteria sampel untuk dijadikan sebagai responden dan diberikan informed consent sebagai bukti pernyataan akan mengikuti penelitian ini (informed consent). Sebelum responden mengisi dan menandatangani lembar persetujuan, peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud, tujuan, dan prosedur penelitian. Penelitian ini tidak menimbulkan risiko bagi individu yang menjadi responden, baik fisik maupun psikis (protection from discomfort).

(54)

Selama pemberian terapi, kelompok intervensi dan kelompok kontrol akan terus dipantau tekanan darahnya selama satu minggu untuk mengetahui terjadi hipotensi atau tidak. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak 1 kali sehari. Pada kelompok intervensi diberikan air rebusan seledri sebanyak dua kali dengan jumlah 300 ml, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan sebanyak satu kali dengan jumlah 150 ml. Karena alasan faktor pertimbangan etik sehingga pada kelompok kontrol juga diberikan air rebusan seledri tanpa ada upaya untuk mengganggu hasil penelitian dan mengubah bentuk desain penelitian.

Apabila pada saat melakukan pemberian minuman seledri tekanan darah responden menjadi drop, maka intervensi segera dihentikan dan peneliti akan segera membawa responden ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapat pertolongan dan biaya pengobatan akan ditanggung oleh peneliti.

Apabila tekanan darah responden sudah normal, maka pemberian minuman seledri akan dihentikan sebelum tujuh hari.

(55)

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan berupa data demografi responden yang meliputi inisial subjek, usia, jenis kelamin, pekerjaan/aktivitas, pendidikan, suku bangsa dan jenis obat hipertensi yang dikonsumsi. Data demografi ini bertujuan untuk memudahkan peneliti mengetahui latar belakang responden yang dapat berpengaruh terhadap penelitian ini.

6. Alat dan Bahan

6.1.Lembar Observasi Tekanan Darah Pre dan Post Pemberian Air Rebusan Seledri

Pada lembar observasi terdapat nomor urut responden, tekanan darah sebelum dan setelah meminum air rebusan seledri selama satu minggu yang dapat dilihat pada lampiran.

6.2.Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sphygmomanometer GEA, stethoscope GEA yang digunakan untuk memeriksa tekanan darah pasien, gelas ukur pyrex, 16 tangkai daun seledri yang masih segar, serta air putih yang digunakan untuk merebus.

7. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

(56)

b. Peneliti mengajukan surat permohonan izin ke Puskesmas untuk mendapatkan data responden yang pernah berkunjung sebelumnya yang terdiagnosa menderita tekanan darah tinggi.

c. Diantara seluruh penderita yang terdiagnosa tekanan darah tinggi, peneliti memilihnya sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan.

d. Peneliti mengunjungi calon responden di rumahnya masing-masing dengan menjelaskan tujuan, manfaat, dan prosedur pengumpulan data yang akan dilakukan. Setelah calon responden setuju dengan prosedur penelitian yang akan dilakukan, peneliti memberikan informed consent untuk ditandatangani sebagai bukti persetujuan untuk menjadi responden.

e. Peneliti mengelompokkan responden yang bersedia mengikuti kegiatan penelitian kedalam dua kelompok besar yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang dipilih secara acak. Kelompok intervensi dengan jumlah dua puluh responden (dipilih berdasarkan nomor urut ganjil) sedangkan pada kelompok kontrol berjumlah dua puluh responden (dipilih berdasarkan nomor urut genap). Proses pengumpulan data pada kelompok intervensi adalah sebagai berikut : a. Tekanan darah diukur pada hari pertama untuk mendapatkan data pre test

sebelum diberikan air rebusan seledri, kemudian hasil pengukuran dicatat kedalam lembar observasi tekanan darah responden selama satu minggu.

(57)

c. Pengukuran tekanan darah pada hari berikutnya dilakukan untuk mendapatkan data tekanan darah post test sebelum diberikan minuman seledri lagi. Selama satu minggu peneliti mengukur tekanan darah responden dengan tujuan untuk mengetahui terjadi hipotensi atau tidak.

d. Pengukuran tekanan darah dilakukan secara time series, artinya setiap hari dilakukan pengukuran tekanan darah pada rentang waktu yang sama untuk setiap responden dan pada jam yang sama pula baik pre maupun post. Setelah satu minggu pemberian air rebusan seledri, pada hari berikutnya peneliti mengukur tekanan darah responden untuk mendapatkan data tekanan darah post-test.

Proses pengumpulan data pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut :

a. Pada kelompok kontrol diberikan perlakuan yang sama, yaitu dengan memberikan air rebusan seledri yang sebelumnya telah dilakukan pengukuran tekanan darah. Namun, air rebusan seledri tersebut hanya dikonsumsi satu kali sehari pada sore hari dengan jumlah 150 ml untuk sekali minum selama satu minggu. Kelompok kontrol berjumlah 20 orang (dipilih berdasarkan nomor urut genap).

(58)

Seledri yang digunakan dalam penelitian ini adalah seledri yang masih segar. Proses pembuatan air rebusan seledri adalah sebagai berikut:

a. Air rebusan seledri dilakukan satu jam sebelum diberikan kepada responden dengan tujuan untuk menghindari reaksi kimia.

b. Air rebusan seledri terbuat dari 16 tangkai seledri segar untuk satu orang responden yang direbus kedalam 400 ml air hingga menjadi 300 ml. Air rebusan ini dikonsumsi sebanyak dua kali dengan jumlah 150 ml pada pagi hari dan 150 ml lagi pada sore hari.

c. Air rebusan yang telah matang didinginkan terlebih dahulu sebelum dikemas ke dalam botol. Setelah itu, botol-botol yang telah diisi dengan air rebusan seledri tersebut dibagikan kepada setiap responden untuk dikonsumsi pada pagi hari. Kemudian pada sore harinya, peneliti melakukan perebusan kembali untuk diberikan kepada responden untuk dikonsumsi pada sore hari.

d. Setelah didapatkan data dari kedua kelompok tersebut selama satu minggu penuh, peneliti akan mulai mengolahnya dengan menggunakan komputerisasi untuk mengetahui perubahan dan perbandingan nilai tekanan darah pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

8. Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka dilakukan analisa data yaitu sebagai berikut :

(59)

univariat bertujuan untuk menggambarkan masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi (jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, suku bangsa, jenis obat hipertensi yang dikonsumsi) dan menggunakan deskriptif (usia untuk melihat mean dan standar deviasi).

8.2. Analisis Bivariat. Adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis hubungan dua variabel. Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

8.2.1. Uji paired t-test digunakan untuk menguji dua sampel berpasangan, apakah mempunyai rata-rata yang berbeda secara signifikan pada data yang bertipe riel. Maka, uji paired t-test (t test berpasangan) digunakan untuk meneliti efektifitas seledri dan madu terhadap penurunan tekanan darah tinggi dengan melihat nilai P (Probabilitas) diterima atau ditolak. Sebelum menggunakan uji Paired t-test, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan Shapiro-Wilk dan ditemukan bahwa data tersebut berdistribusi normal.

(60)
(61)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab berikut ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan mengenai efektifitas seledri terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada penderita tekanan darah tinggi di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 10 Juli 2012 sampai dengan tanggal 26 Agustus 2012. Penelitian ini melibatkan 40 responden yang dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok intervensi dengan jumlah 20 responden dan kelompok kontrol dengan jumlah 20 responden. Kedua kelompok diberikan air rebusan seledri dengan jumlah frekuensi pemberian dua kali yakni sebanyak 300 ml untuk dua kali konsumsi pada kelompok intervensi sedangkan pada kelompok kontrol diberikan air rebusan seledri dengan frekuensi satu kali pemberian sebanyak 150 ml.

Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden, tekanan darah pre dan post pemberian air rebusan seledri, perbedaan tekanan darah pre dan post pemberian air rebusan seledri, dan perbedaan penurunan tekanan darah antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

1.1. Karakteristik Demografi Responden

(62)

demografi mencakup usia, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, dan jenis obat hipertensi yang dikonsumsi.

Responden penelitian ini seluruhnya berada pada rentang usia 25-60 tahun yang merupakan usia dewasa akhir (M=47.48, SD=8.22), lebih dari setengah responden (55.0%) pada kelompok intervensi berada pada rentang usia 37-48 tahun, lebih dari setengah responden (60.0%) pada kelompok kontrol berada pada rentang usia 49-60 tahun.

Berdasarkan jenis kelamin, responden pada kelompok intervensi memiliki jumlah yang sebanding antara responden laki-laki yakni sebesar 50% dan responden perempuan sebesar 50%, sedangkan pada kelompok kontrol untuk responden laki-laki memiliki jumlah sebesar 35% dan responden perempuan sebesar 65%.

Berdasarkan jenis suku dalam penelitian ini, pada kelompok intervensi suku terbanyak adalah suku jawa yakni sebesar 60% dan ditemukan hal yang sama pula pada kelompok kontrol yaitu suku jawa (85%) sebagai suku terbanyak.

Responden pada kelompok intervensi berdasarkan tingkat pendidikan, urutan teratas terdapat pada responden yang berpendidikan SMA dengan persentase sebesar 50% dan pada kelompok kontrol responden yang berpendidikan SD dan SMA memiliki jumlah persentase yang sama yakni sebesar 35%.

Menjadi petani (40%) adalah pilihan terbanyak berdasarkan kategori pekerjaan pada kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol ditemukan hal yang sama yaitu petani menjadi pilihan terbanyak dengan jumlah persentase sebesar 50%.

(63)

darah tinggi yaitu dengan jumlah persentase sebesar 100%. Karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik Data Demografi

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol

Frekuensi Persentase 2. Jenis Kelamin

Perempuan 10 50.0 6. Obat Hipertensi

Hipertensi 20 100

(64)

1.2.Tekanan Darah Responden Pre dan Post Pemberian Air Rebusan Seledri

Pada Penderita Tekanan Darah Tinggi (Kelompok Intervensi)

Kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan spyghmomanometer dan stestoskop pada waktu yang telah ditetapkan. Tekanan darah sistolik dan diastolik yang diukur dikelompokkan berdasarkan klasifikasi tekanan darah dimana hipertensi ringan dengan rentang 140-159 untuk tekanan sistolik, rentang 90-99 untuk tekanan diastolik. Sedangkan hipertensi sedang dengan rentang 160-179 untuk tekanan sistolik, rentang 100-109 untuk tekanan diastolik (JNC V, 1993 dalam Smeltzer 2002). Hasil pengukuran tekanan darah pada kedua kelompok dicatat dengan menggunakan lembar observasi tekanan darah pre dan post pemberian air rebusan seledri.

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah yang dicatat dalam lembar observasi diketahui bahwa tekanan darah pre pemberian air rebusan seledri pada kelompok intervensi sebanyak (60%, n=12) masuk ke dalam klasifikasi hipertensi ringan dan sebanyak (40%, n=8) masuk ke dalam klasifikasi hipertensi sedang.

(65)

Tabel 4. Tekanan darah responden pre dan post pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol

Kelompok

Grafik 3. Tekanan darah kelompok intervensi

0

(66)

Grafik 3. Tekanan darah kelompok kontrol

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa terdapat penurunan tekanan darah responden post pemberian air rebusan seledri pada kelompok intervensi. Penurunan tekanan darah ini diperoleh dari pengukuran tekanan darah pre dan post pemberian air rebusan seledri dengan menggunakan nilai mean arterial pressure tekanan darah yang dilakukan dengan uji paired t-test. Hasil uji paired t-test ini adalah MAP tekanan darah pre dan post pada kelompok intervensi : t= 12.44, p= 0.000, mean= 4.46.

Hasil ini menunjukkan bahwa nilai p < 0.05 (0.000) yang diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Maka hal ini menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang signifikan antara sebelum diberikan rebusan air seledri dengan setelah diberikan air rebusan seledri sebanyak dua kali pemberian

0

(67)

pada pagi atau sore hari pada kelompok intervensi. Perbedaan tekanan darah pre dan post pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Perbedaan tekanan darah pre dan post pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Kelompok Nilai Mean Difference t p

Intervensi MAP pre dan post 4.46 12.44 0.000

Kontrol MAP pre dan post 4.35 18.70 0.000

1.3.Tekanan Darah Responden Pre dan Post Pemberian Air Rebusan Seledri

Pada Penderita Tekanan Darah Tinggi (Kelompok Kontrol)

(68)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa tekanan darah pada responden kelompok kontrol mengalami perubahan penurunan tekanan darah. Pengukuran ini didasarkan atas pengukuran tekanan darah pre dan post pemberian air rebusan seledri sebanyak satu kali pemberian pada pagi atau sore hari (kelompok kontrol) berdasarkan perhitungan dengan uji paired t-test. Hasil uji paired t-test ini adalah MAP tekanan darah pre dan post pada kelompok kontrol : t=18.70, p=0.000, mean =4.35.

Hasil ini menunjukkan bahwa nilai p < 0.05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan. Maka dari hasil uji paired t-test tersebut diketahui bahwa pemberian air rebusan seledri pada kelompok kontrol dengan pemberian satu kali pada pagi atau sore hari dapat menurunkan tekanan darah secara bermakna. Hasil uji paired t-test untuk tekanan darah pre dan post pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 5.

1.4. Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Pre dan Post Antara Kelompok

Intervensi Dengan Kelompok Kontrol

1.4.1. Perbedaan Tekanan Darah Pre dan Post Kelompok Intervensi

Sebelum diberikan air rebusan seledri, terlebih dahulu dilakukan pengukuran tekanan darah pada responden. Berdasarkan pengukuran tekanan darah yang dilakukan diperoleh 60% dengan jumlah responden 12 orang termasuk ke dalam klasifikasi hipertensi ringan dan sebanyak 40% dengan jumlah responden sebanyak 8 orang termasuk ke dalam klasifikasi hipertensi sedang.

(69)

responden mengalami penurunan tekanan darah dengan persentase sebesar 15% dengan jumlah 3 responden berubah menjadi klasifikasi hipertensi ringan. Kemudian persentase sebesar 80% dengan jumlah 16 responden yang hipertensinya menjadi kembali normal, dan sebanyak 5% dengan 1 responden hipertensinya menjadi normal tinggi.

1.4.2. Perbedaan Tekanan Darah Pre Dan Post Kelompok Kontrol

Sebelum diberikan air rebusan seledri pada kelompok kontrol, terlebih dahulu dilakukan pengukuran tekanan darah pada responden. Berdasarkan pengukuran tekanan darah yang dilakukan diperoleh hasil bahwa persentase sebesar 70% dengan 14 responden masuk ke dalam klasifikasi hipertensi ringan dan sebesar (30%, n=6) masuk ke dalam klasifikasi hipertensi sedang.

Sesudah diberikan air rebusan seledri sebanyak satu kali, dilakukan pengukuran tekanan darah keesokan harinya dan terdapat penurunan tekanan darah sebesar 10% dengan jumlah 2 responden masuk ke dalam klasifikasi hipertensi ringan, kemudian sebanyak 14 responden dengan persentase sebesar 70% tekanan darah kembali kepada keadaan normal, dan sebanyak 4 responden dengan persentase sebesar 20% masuk kedalam klasifikasi normal tinggi. Hasil pengukuran tekanan darah dapat dilihat pada tabel 4.

1.4.3.Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Kelompok Intervensi

Dengan Kelompok Kontrol

(70)

pagi atau sore hari (kelompok kontrol) maka analisa statistik yang digunakan adalah uji independent t-test. Pada tabel 6 berikut ini dapat dilihat hasil analisa uji independent t-test dengan memperlihatkan nilai rata-rata tekanan darah (mean arterial pressure)responden pre dan post pemberian air rebusan seledri.

Tabel 6. Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Kelompok Intervensi Dengan Kelompok Kontrol

No Variabel

Kelompok Kelompok

Intervensi Kontrol t p value

Mean SD Mean SD

1. MAP Tekanan Darah 107.21 4.32 106.65 4.60 0.396 0.694 Pre

2. MAP Tekanan Darah 102.75 4.21 102.30 4.60 0.322 0.749 Post

Gambar

Tabel 1. Rekomendasi Tindak Lanjut Berdasarkan Penetapan Tekanan Darah Awal untuk Orang Dewasa
Gambar 1. Algoritma dari American College of Physicianuntuk mengintegrasikan pengukuran non medis tersendiri, pengukuran tekanan darah  memperlihatkan strategi rawat jalan dalam mendiagnosa tekanan darah tinggi (Smeltzer, 2002)
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Diatas Usia 18 Tahun
Gambar 3. Struktur apigenin
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter geologi daerah penelitian, mengetahui korelasi antara fasies sedimen dengan potensi likuifaksi, dan untuk

Media pembelajaran yang dirancang untuk mata kuliah saluran transmisi dinyatakan baik dengan hasil rating keseluruhan sebesar 80,6% sehingga job sheet

untuk mengukur TURNOVER RATE adalah jumlah total buku yang dipinjam (atau digunakan di perpustakaan untuk kasus lain) selama satu tahun, dan jumlah koleksi (eksemplar) atau

Keadaan ini bertepatan dengan kajian kualiti air yang telah dilakukan oleh pengkaji-pengkaji sebelum ini yang menunjukkan kualiti air badan air sama ada air

Pengertian dari prognosis adalah penentuan alternatif pemecahan masalah yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh konseli. Setelah melakukan beberapa

Sedangkan 13,4% dari responden yang memiliki pengetahuan terhadap perusahaan tinggi, menyatakan intensitas pesan siaran Dialog Interaktif PDAM Kota Bandung tidak baik

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dimana hasil yang didapatkan sebelum senam otak dan setelah senam otak pada kelompok perlakuan dimana p = 0,000 atau p &lt;

[r]