• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan data yang dimulai pada 14 Mei 2016 - 18 Juni 2016 dengan jumlah responden 100 orang. Hasil analisa data dalam penelitian ini meliputi data demografi dan gambaran faktor risiko penyebab konstipasi dan pola BAB pada lansia di Desa Ajijahe, Kab.Karo.

5.1.1 Data demografi

Responden dalam penelitian ini adalah lansia di Desa Ajijahe, Kab.Karo. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang. Karateristik dalam

responden ini meliputi umur, jenis kelamin dan pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur lansia di Desa Ajijahe, Kab.Karo adalah lanjut usia tua (elderly) sebanyak 52 orang (52%), jenis kelamin lansia di Desa Ajijahe, Kab.Karo adalah perempuan sebanyak 57 orang (57%)dan pekerjaan lansia di Desa Ajijahe, Kab.Karo adalah petani sebanyak 100 orang (100%).

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan persentase Kar akter istik Lansia di Desa Ajijahe, Kab.Karo (n=100 lansia)

Data Demografi Frekuensi (f) Persentase (% ) Umur Elderly (60-74 tahun) 48 48 Old (75-90 tahun) 52 52 J enis Kelamin Laki-laki 43 43 Perempuan 57 57 Pekerjaan Petani 100 100

5.1.2 Gambar an Faktor Risiko Penyebab Konstipasi dan Pola BAB pada lansia di Desa Ajijahe, Kab.Karo.

5.1.2.1 Gambar an Faktor Risiko Penyebab Konstipasi

Dari hasil penelitian diketahui bahwa 48% lansia di Desa Ajijahe, Kab.Karo memiliki asupan serat yang normal. Dimana 48 responden menyatakan bahwa sering mengonsumsi buah-buahan dan sayuran. Lansia yang tidak pernah mengonsumsi buah-buahan dan sayuran sebanyak 52 orang.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa 43% lansia di Desa Ajijahe, Kab.Karo memiliki intake cairan yang normal. Dimana 43 responden menyatakan bahwa tidak memiliki riwayat penyakit ginjal dan mengonsumsi air mineral 6-8 gelas/hari. Lansia yang mengonsumsi air mineral < 6-8 gelas/hari sebanyak 57 orang.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa 67% lansia di Desa Ajijahe, Kab.Karo memiliki aktivitas fisik yang normal. Dimana 67 responden menyatakan bahwa tidak

memiliki riwayat penyakit nyeri persendian dan rutin jalan pagi/sore selama 2 x 30 menit dalam 3 hari seminggu. Lansia yang melakukan aktivitas fisik < 2 x 30 menit dalam seminggu sebanyak 33 orang.

Tabel 5.1.2.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Risiko Penyebab Konstipasi lansia di Desa Ajijahe, Kab.Karo (n=100)

Faktor Risiko Penyebab Frekuensi (f) Persentase (% ) Konstipasi

Asupan Serat

Mengonsumsi serat 48 48

Tidak mengonsumsi serat 52 52

Intake Cair an

6-8 gelas/hari 43 43

< 6-8 gelas/hari 57 57

Aktivitas Fisik

2x30 menit dalam 3 hari 67 67

seminggu

< 2x30 menit dalam 3 hari 33 33

seminggu

5.1.2.2 Gambar an Pola BAB pada lansia di Desa Ajijahe, Kab.Karo

Hasil penelitian diketahui bahwa 43% lansia di Desa Ajijahe, Kab.Karo memiliki pola BAB yang normal. Dimana 43 responden menyatakan bahwa 3 kali dalam seminggu. Lansia yang memiliki pola BAB tidak normal sebanyak 57 orang. Tabel 5.1.2.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pola BAB pada Lansia di Desa Ajijahe, Kab.Karo (n=100)

Gamb ar an Pola BAB Frekuensi (f) Persentase (% )

Normal (3 kali dalam 43 43

seminggu)

Tidak normal (< 3 kali 57 57 dalam seminggu

5.2 Pembahasan

5.2.1 Gambar an Faktor Risiko Penyebab Konstipasi 5.2.1.1 Asupan Serat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Ajijahe, Kab.Karo diperoleh bahwa lansia yang tidak mengonsumsi buah-buahan serta sayuran Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Talitha (2012) bahwa semua lansia di Panti Sosial Sukma Raharja dan Salam Sejahtera kurang mengonsumsi buah dan sayuran dengan alasan kurang suka, faktor fisiologis yaitu gigi yang sudah tidak kuat untuk mengunyah makanan yang bertekstur keras.

Berdasarkan teori, lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan buah banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia yang dengan mengonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan melancarkan buang air besar dan tidak perlu mengonsumsi suplemen makanan (Arisman,2007).

Menurut Rumu (2007), pola makan lansia dipengaruhi gaya hidup dan faktor budaya sehingga makanannya mengarah ke santapan siap saji yang tinggi kandungan lemak, garam tetapi rendah kandungan serat

Penelitian yang dilakukan Imel (2010), sebagian besar lansia yang ada di Pantai Sosial Sabai Nan Aluih Sicincin diketahui adalah asupan seratnya yang kurang.

5.2.1.2 Intake Cairan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Ajijahe, Kab.Karo diperoleh bahwa lansia mengonsumsi cairan <6-8 gelas/hari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Talitha (2012), secara keseluruhan lansia telah

mengonsumsi cairan dengan cukup akan tetapi masih ada yang kurang mengonsumsi cairan yang disebabkan oleh ketidakmauan untuk minum dengan alasan tidak merasa haus.

Menurut teori, selain mengonsumsi sayur dan buah, lansia juga harus mengonsumsi air putih sebanyak 6-8 gelas/hari. Air berguna untuk mencegah konstipasi karena untuk penyerapan makanan dalam usus (Arisman,2009). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imel (2010), lebih dari separuh lansia di Pantai Sosial Sabai Nan Aluih Sicincin diketahui adalah asupan cairan yang cukup dan penelitian yang dilakukan Sriwaty (2007), penelitan yang dilakukan selama satu tahun diadapatkan bahwa kebutuhan cairan yang dialami lansia di bangsal penyakit dalam RSUP Dr.Kariadi Semarang sebanyak 37,7%.

5.2.1.3 Aktivitas Fisik

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Ajijahe, Kab.Karo diperoleh bahwa lansia rutin dalam melakukan aktivitas fisik.

Menurut Rosmalina dan Permaesih (2008) aktivitas fisik merupakan faktor utama yang membedakan kebutuhan energi, selain itu juga berat badan dan umur.

Aktivitas fisik sehari mencakup lama dan jenis aktivitas yang biasa dilakukan akan mempengaruhi jumlah energi yang dikeluarkan.

Berdasarkan teori, aktivitas fisik terutama ditujukan pada usus untuk memperlancar proses pencernaan. Kesulitan buang air besar pada lansia, selain diatasi dengan makanan berserat dan banyak minum, perlu ditambah dengan aktivitas fisik perangsang peristaltik usus.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pepin,dkk (2015) diperoleh bahwa mayoritas lansia melakukan aktivitas fisik secara rutin agar mengurangi intensitas nyeri sendi.

5.2.2 Gambar an Pola BAB

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di Desa Aijahe diperoleh bahwa lansia memiliki pola BAB yang tidak normal.

Berdasarkan teori, setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol defekasi yang berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengontrol secara penuh, dan pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan (Hidayat, 2006)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Nuzulul, 2011), lansia yang memiliki pola BAB tidak lancar dan fesesnya mengeras. Evaloy (2011), lansia yang ada di Surabaya memiliki pola BAB yang tidak teratur.

BAB 6

Dokumen terkait