• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini meliputi aktifitas siswa, hasil belajar, tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran yang diterapkan.

1. Aktifitas belajar siswa kelas eksperimen

Hasil aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen, diperoleh melalui lembar observasi selama 5 kali pertemuan, pada tabel 9 berikut.

Tabel 9 Aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen.

Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen dibuat dalam bentuk grafik, pada gambar 3 dibawah ini.

Gambar 3. Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen. No

Kriteria aktifitas pembelajaran

Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen pada pembelajaran ke

1 2 3 4 5

1 Sangat aktif 30% 32,5% 12,82% 17,95% 25% 2 Aktif 62,5% 67,5% 53,75% 79,44% 72,5% 3 Kurang aktif 7,50% 0% 33,33% 2,56% 2,5%

4 Tidak aktif 0% 0% 0% 0% 0%

Persentase siswa sangat

aktif dan aktif 92,5% 100% 66,57% 97,49% 97,5%

Jumlah siswa 40 40 39 39 40

Persentase rata-rata siswa aktif dan sangat aktif = 90,81 %

2. Hasil belajar siswa kelas eksperimen

Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen, diperoleh melalui postes pada tabel 10 berikut.

Tabel 10 Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen

NO Komponen Hasil belajar

1 Jumlah Siswa 40 2 Nilai Tertinggi 88 3 Nilai Terendah 28 4 Range nilai 60 5 Rata-Rata 71, 82 6 Persentasi Ketuntasan 85%

* Data selengkapnya pada lampiran 10.

Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen dibuat dalam bentuk grafik, pada gambar 4 dibawah ini.

3. Tanggapan siswa kelas eksperimen

Tanggapan siswa terhadap pembelajaran metode Guided Teaching (GT) dalam mengorganisasikan konsep di kelas eksperimen melalui lembar angket dari 21 siswa sebagai responden, diperoleh data pada tabel 11 berikut.

Tabel 11 Hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran di kelas eksperimen.

No

Pertanyaan responden Ya Persentase jawaban Tidak Abstein

1

Metode Guided Teaching (GT) dalam mengorganisasikan konsep membantu dalam

memahami materi/konsep 100% 0% 0%

2

Metode GT dalam mengorganisasikan konsep membantu menghubungkan antar sub materi

peredaran darah atau materi Biologi lainnya 95,42% 4,58% 0%

3 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan semangat belajar 85,72% 14,28% 0%

4 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan keaktifan belajar 100% 0% 0%

5 Ada manfaat pembelajaran dengan metode GT dalam mengorganisasikan konsep 100% 0% 0%

6 Ada kendala pembelajaran dengan metode GT

4. Tanggapan guru pada kelas eksperimen

Tanggapan guru terhadap pembelajaran Guided Teaching (GT) dalam mengorganisasikan konsep di kelas eksperimen melalui lembar angket., diperoleh data pada tabel 12 berikut.

Tabel 12 Hasil angket tanggapan guru terhadap pembelajaran di kelas eksperimen.

No

Pertanyaan responden Jawaban

Ya Tidak Abstein 1 Metode Guided Teaching (GT) dalam

mengorganisasikan konsep sesuai dengan RPP

V - -

2 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep membantu dalam pemahaman siswa

V - -

3 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan semangat belajar

V - -

4 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan keaktifan belajar

V - -

5 Ada kendala pembelajaran dengan metode GT dalam mengorganisasikan konsep

- V -

6 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep

dapat diterapkan pada materi yang lain V

B. Pembahasan

Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan metode

Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. Pembelajaran sistem

peredaran darah dilaksanakan selama 6 kali pertemuan, masing-masing pembelajaran terdiri dari 4 kali pertemuan untuk teori, 1 kali untuk praktikum dan 1 kali pertemuan untuk tes. Data yang akan dibahas meliputi aktifitas belajar siswa, hasil belajar, tanggapan siswa dan tanggapan guru terhadap kegiatan pembelajaran.

Selama proses pembelajaran dilakukan pengamatan aktifitas belajar siswa melalui lembar observasi skala likert dengan kriteria sangat aktif, aktif, kurang aktif dan tidak aktif. Pada kelas eksperimen keaktifan belajar siswa dari pembelajaran pertama sampai dengan pembelajaran kelima menunjukan tingkat keaktifan belajar siswa yang fluktuatif.

Pertemuan pertama dan kedua menunjukan tingkat persentasi keaktifan tinggi dalam kategori sangat aktif dan aktif bila dibandingkan dengan pertemuan ketiga. Hal tersebut dikarenakan banyak siswa aktif melakukan studi pustaka, mencatat materi/konsep, berdiskusi, bertanya, dan berpendapat baik kepada guru maupun antar siswa bahkan pertemuan kedua mengalami peningkatan aktifitas belajar siswa. Pertemuan ketiga mengalami penurunan, hal itu dikarenakan guru pada pertemuan tersebut belum optimal dalam memberikan bimbingan dalam memberikan kesempatan diskusi, berpendapat, bertanya maupun membantu dalam mengorganisasikan konsep.

Siswa pada pertemuan keempat mengalami peningkatan, karena kegiatan pembelajaran berupa praktikum yang ditunjang dengan metode Guided Teaching

dalam mengorganisasikan konsep yang memberikan pertanyaan kepada siswa, sehingga menjadi stimulus untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan praktikum. Pertemuan kelima mengalami kenaikan tingkat aktifitas belajar siswa sangat aktif dikarenakan mereka terlibat aktif melakukan studi pustaka, mencatat materi/konsep, berdiskusi, bertanya, dan berpendapat baik kepada guru maupun antar siswa. Adapun untuk persentase siswa kategori aktif pada pertemuan keempat dan pertemuan kelima mengalami penurunan dikarenakan ada perubahan persentase siswa sangat aktif pada pertemuan kelima mengalami peningkatan.

Kegiatan praktikum uji golongan darah dengan metode Guided Teaching

dalam mengorganisasikan konsep, telah memberikan motivasi siswa untuk belajar yang ditandai dengan peningkatan aktifitas diskusi, bertanya, berpendapat dan mentelaah studi pustaka. Pembelajaran melalui kegiatan praktikum sebagai upaya untuk memadukan pemahaman materi dengan studi kasus golongan darah di tiap individu siswa, sehingga belajar Biologi tidak sebatas bersumber pada buku (the

biology in books) melainkan upaya untuk mengenali proses kehidupan nyata di

lingkungan, atau belajar Biologi dari aspek empiris (purpose in empirical avidence).

Belajar Biologi berarti upaya untuk mengenali diri sendiri sebagai makhluk (purpose

in human institution). Belajar Biologi diharapkan bermanfaat untuk peningkatan

kualitas dan kehidupan manusia dan lingkungannya (purpose in human life)

(Rustaman et al. 2003).

Aktifitas belajar siswa yang kurang aktif terjadi pada pada pembelajaran pertama, disebabkan sebagian siswa belum bisa mengikuti pembelajaran secara maksimal, dengan menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. Pertemuan kedua aktifitas belajar siswa lebih aktif bila dibandingkan dengan pertemua pertama, hal tersebut disebabkan mereka sudah memahami metode yang diterapkan. Berdasarkan hasil tanggapan siswa juga berpendapat bahwa penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan keaktifan siswa maupun semangat dalam proses belajar mengajar.

Pertemuan ketiga aktifitas siswa kurang aktif mengalami peningkatan, disebabkan oleh kondisi internal baik dalam hal belum optimalnya kesiapan siswa dalam menerima materi maupun kesemangatan dalam mengikuti pembelajaran dan faktor eksternal lainnya termasuk belum optimalnya guru dalam memberikan pembelajaran, sehingga terjadi penurunan aktifitas siswa dalam hal pengkajian studi pustaka, pencatatan konsep, diskusi, bertanya maupun berpendapat, kemudian pertemuan keempat dan kelima aktifitas siswa kurang aktif mengalami penurunan, hal itu dikarenakan pembelajaran berupa praktikum menjadikan semangat untuk belajar lebih aktif ditunjang dengan pertanyaan yang diberikan guru pada Guided

Teaching memberikan sikap proaktif dalam mengkonstruksi jawaban dengan

bertanya maupun berpendapat, kesemangatan tersebut memberikan pengaruh pada pertemuan terakhir.

Siswa yang belum menunjukan keaktifan belajar yang lebih baik, dipengaruhi oleh kesemangatan belajar kurang. Hal tersebut ditunjukan hasil tanggapan siswa 14,28% (tabel 11) kesemangatan belajar kurang pada pembelajaran menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. Kesemangatan dalam mengikuti proses belajar mengajar bersumber dari faktor internal dan eksternal dari diri siswa. Anni et al. (2006) berpendapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar, bersumber dari kontribusi internal dan eksternal.

1. kondisi internal

Kondisi internal mencakup kesehatan organ tubuh, kondisi psikis; seperti kemampuan intelektual, emosional dan kondisi sosial; seperti kondisi bersosialisasi dengan lingkungan. Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal siswa akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar, siswa yang bermotivasi rendah akan mengalami kesulitan di dalam persiapan belajar maupun proses belajar.

2. kondisi ekternal

Kondisi eksternal berasal dari lingkungan siswa. Beberapa faktor yang mempepengaruhi tingkat kesulitan yang dipelajari, iklim, suasana lingkungan dan budaya belajar malasyarakat dengan lingkungan, akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar.

Tanggapan siswa secara umum mengemukakan bahwa penggunaan metode

Guided Teaching dalam mengorganisasikan dapat meningkatkan kesemangatan dan

keaktifan siswa dalam belajar. Kesemangatan dan keaktifan di pengaruhi oleh motivasi siswa dalam belajar. Anni et al. (2006) menyampaikan tentang motivasi, bahwa motivasi mempunyai peranan yang besar dalam membuat siswa melakukan aktifitas belajar dan dapat juga menentukan berapa banyak siswa dapat belajar dari aktifitas yang dilakukan atau informasi yang dihadapi. Motivasi dapat berasal dari faktor ekstrinsik berupa apresiatif lingkungan luar berupa penilaian yang diharapkan dan faktor intrinsik dari karakteristik disiplin ilmu yang dipelajari maupaun dari individu yang didukung oleh minat yang cukup siap. Motivasi yang kuat dapat

ditunjukan dengan kesungguhan siswa dalam belajar, Soeparwoto et al (2006) menegaskan siswa yang menunjukan minat belajar, akan mempunyai keinginan mereka tetap walaupun akan menghadapi hambatan maupun kesulitan, sehingga kesiapan belajar yang dimilki akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan walaupun sedikit demi sedikit dan bertahap

Partisipasi siswa aktif dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan serta menanggapi respon siswa secara positif, menggunakan pengalaman terstruktur, menggunakan beberapa instrumen dan metode variatif yang dapat melibatkan siswa lebih aktif (Cothran dan Kulinna 2008). Pembelajaran konsep juga memberikan represantasi internal seseorang (Nasution 2009). Keaktifan siswa dalam belajar, sebagai upaya untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan. Siswa dapat belajar, aktif, inovatif kreatif dan menyenangan menjadi harapan dalam proses belajar mengajar. Menurut Djamarah dan Zain (2002) menuturkan, dalam proses belajar mengajar perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Perhatian siswa akan mempengaruhi pencapaiaan tujuan pendidikan, tercapainya tujuan pembelajaran manakala siswa menacapai penguasaan materi yang diberikan dalam pertemuan kelas.

Pengaruh metode pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, aktifitas siswa lebih banyak aktif mengerjakan jawaban soal yang diberikan guru melalui referensi studi pustaka, telah memberikan peluang siswa lebih aktif mandiri, baik dalam mengindentifikasikan konsep maupun diskusi untuk menyelesaikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru serta mendengarkan penjelasan guru maupun siswa, dari proses belajar tersebut telah memberikan penguatan pemahaman yang lebih. Trianto (2007) menuturkan pemahaman materi yang diperoleh hanya dengan sikap perhatian saja tanpa adanya proses pengulangan, proses masuknya informasi lebih bersifat jangka pendek, sehingga usaha yang dilakukan siswa dalam memahami materi agar dapat tersimpan dalam memori jangka pajang, mereka harus ada usaha mandiri melalui proses pengulangan materi secara terus menerus. Berikut ini dokumentasi aktifitas belajar siswa menggunakan metode Guided Teaching

Gambar 5. (a). Aktifitas siswa sedang memberikan pendapat dan mendengarkan penjelasan dari siswa. (b). Hasil pengorganisasian konsep atas penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. Kriteria siswa yang tidak aktif, pada kelas eksperimen tidak ada, dikarenakan siswa secara umum melakukan aktifitas belajar minimal memperoleh skor 6 dalam aktifitas belajarnya, sehingga interpretasi aktifitasnya terendah kategori kurang aktif. Tanggapam guru juga menunjukan penggunaaan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan membantu siswa dalam meningkatkan keaktifan dan kesemangatan belajar. pembelajaran dengan metode tersebut rata-rata keaktifan siswa klasikal, menunjukan keaktifan siswa kelas eksperimen 90,81% (tabel 9). Dari keaktifan siswa belajar pada kelas eksperimen, pembelajaran dengan metode

Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep termasuk kategori pembelajaran

efektif, karena lebih dari 75% telah menjadikan siswa aktif dalam belajar.

Mulyasa (2006) berpendapat bahwa keberhasilan suatu proses belajar mengajar memberikan acuan bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila minimal 75% siswa terlibat secara aktif, baik fisik mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Pertanyaan yang diberiakan guru dalam metode Guided Teaching dapat menjadi salah satu teknik efektif untuk menjadikan siswa untuk belajar, sesuai dengan tanggapan guru berasal dari lembar angket yang diberikan kepada guru, sebagai respon timbal balik terhadap pembelajaran. Bahwa pelaksanaan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah dapat membantu pemahaman siswa, meningkatkan

semangat belajar siswa tentang konsep, meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal tersebut menunjukan kesesuaian dalam aktifitas belajar siswa.

Aktifitas belajar siswa memberikan pengaruh besar terhadap penguasaan pemahaman materi. Penelitian antara aktifitas siswa dan hasil belajar dilakukan oleh Kustanti (2005) dalam penerapan strategi Jigsaw pada konsep sistem saraf di MTs N Parakan Temanggung, menunjukan peningkatan yang berbanding lurus antara keaktifan siswa dan ketuntasan belajar. Penelitian hasil belajar terhadap aktifitas juga dilakukan oleh Markhamah (2007), pada pokok bahasan lingkaran dengan model pembelajaran Quantum Teaching di SMP N 15 Semarang, menunjukan peningkatan yang berbanding lurus antara keaktifan siswa dan ketuntasan belajar. Sehingga data tersebut menunjukan adanya hubungan korelasi antara aktifitas belajar dengan ketuntasan belajar.

Hasil belajar menjadi alat untuk mengetahui pencapaian siswa dalam menguasai materi yang menjadi tujuan pembelajaran sekaligus menjadi indikator efektif atau tidaknya suatu strategi, metode maupun pendekatan pembelajaran. Pada penelitian ini untuk mengetahui tingkat keefektifan metode Guided Teaching

dalam mengorganisasikan konsep, maka dilakukan postes sebagai alat ukur efektifitas pembelajaran. Anni et al. (2006) berpendapat hasil belajar siswa sebagai indikator merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktifitas belajar.

Keberhasilan pembelajaran yang diterapkan di MAN 1 Semarang diukur melalui ketuntasan penguasaan materi, yang ditandai melalui tes dengan perolehan nilai > 68, diharapkan dalam suatu kelas minimal 75% siswanya tuntas dalam penguasaan materi. Berdasarkan hasil postes pada kelas eksperimen menunjukan tingkat persentase ketuntasan kelas eksperimen mencapai 85% (tabel 10). Ketuntasan belajar siswa di kelas eksperimen menunjukan peningkatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan hasil nilai ujian mid sebelumnya baik di kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen maupun di kelas XI IPA 3, sehingga hipotesis penelitian menunjukan bahwa Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep diterapkan efektif pada pembelajaran sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang dan mengacu pada pendapat Mulyasa (2006) pembelajaran dikatakan berhasil

apabila terjadi perubahan perilaku yang positif, pada diri siswa minimal 75% yang ditandai dengan ketuntasan hasil belajar siswa.

Pembelajaran dengan menggunakan organisasi konsep diteliti oleh Erman (2006) di SMUN 5 and SMUN 8 Kediri pada materi kimia dengan menggunakan strategi latihan mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep abstrak siswa. Herunata et al. (2006) melakukan penelitian tentang pemahaman konsep elektrokimia di SMA I Al Ma’arif Singosari dengan Learning Cycle 5 fase berbantuan bahan ajar terpadu berbasis pendekatan makroskopis-mikroskopis, menunjukan hasil belajar yang lebih baik. Azis dan Jair (2009) juga melakukan penelitian tentang penggunaan peta konsep di sekolah Selangor Malaysia, pada mata pelajaran Sejarah, hasilnya menunjukan dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar. Berdasarkan tiga sumber penelitian tentang konsep menunjukan, bahwa pemahaman konsep materi dapat mempengaruhi hasil belajar dan aktifitas siswa, hal tersebut tentunya didukung oleh strategi, model, metode serta pendekatan pembelajaran yang tepat.

Metode Guided Teaching dalam mengorganisisikan konsep, telah mendorong keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, memberikan pengaruh terhadap otak untuk terlatih dalam memecahkan suatu permasalahan, sehingga keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan daya ingat yang lebih, bila dibandingkan siswa hanya membaca teks atau mengingat sementara (Hartono 2007). Melalui metode tersebut, siswa merefleksikan pengalaman pembelajaran menjadi pengetahuan yang baru. Trianto (2007) menyampaikan sebagai upaya dalam memasukan pemahaman materi kedalam memori jangka panjang, maka dapat dilakukan dengan cara latihan pengulangan organisasi informasi. Tingkat pemrosesan informasi, semakin banyak proses mental yang harus dilakukan terhadap stimulus, maka semakin banyak mengingat stimulus.

Ausubel (Dahar 1988, dalam Trianto 2007), berpendapat dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dalam suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep-konsep yang akan dipelajari, itulah suatu proses belajar bermakna. Jeromer Burner (Dahar 1988, dalam Trianto 2007) dalam teori belajar penemuan (discovery learning) menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi aktif dengan konsep-konsep dan

prinsisp-prinsip agar mereka memperoleh pengalaman dan dapat pula melakukan eksperimen-eksperimen yang dapat memberikan prinsip-prinsip secara mandiri. John et al (2004) menyampaikan dalam mengkonstruksi konsep dapat dilakukan dengan membaca secara komprehensip, melalui strategi: 1) mengaktifkan pengetahuan awal, 2) membuat pertanyaan, 3) mencari informasi, 4) meringkas, 5) mengorganisasikan grafik/ tulisan dan 6) identifikasi struktur cerita.

Hasil tanggapan siswa terhadap pembelajaran Guided Teaching dalam mengorganisisikan konsep, berpendapat metode tersebut membantu dalam hal; pemahaman materi, menghubungkan antar materi, meningkatkan motivasi serta meningkatkan aktifitasnya. Melalui kegiatan belajar konsep ada beberapa manfaatyang diperoleh siswa sebagai berikut:

1. mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam mengategorisasikan beberapa stimulus terbatas.

2. merupakan unsur-unsur pembangun berpikir 3. merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi 4. diperlukan untuk memecah masalah (Suprijono 2007).

Bull dan Ma (2001) berpendapat penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dapat menjadikan konsep yang rumit menjadi lebih mudah, dapat menghubungkan petunjuk konsep secara jelas dan pengajaran guru yang menjemukan menjadi pengajaran menyenangan. Aziz dan Jair (2009) mengatakan bahwa guru dapat berinisiatif untuk menggunakan teknik pengajaran peta konsep pada semua mata pelajaran sebagai satu cara untuk meningkatkan minat dan pencapaian hasil belajar siswa, senada dengan hal tersebut, guru menyampaikan

bahwa pembelajaran menggunakan metode Guided Teaching dalam

mengorganisasikan konsep dapat diterapkan dalam pembelajaran pada materi yang lain.

Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru pada penerapan metode Guided

Teaching dalam mengorganisasikan konsep, dapat menjadi salah satu teknik efektif

untuk menjadikan siswa dapat belajar. Pertanyaan interaktif menjadi dasar semua strategi pembelajaran dan dapat menjadi pertimbangan dalam proses pembelajaran. Fungsi pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa, menurut Kauchak dan Eggen (1998) diantaranya sebagai berikut.

a) Menilai pemahaman yang dimiliki (assessing current understanding)

Pertanyaan interaktif menjadi strategi alat evaluasi pemahaman informal yang dimiliki dalam topik yang dipelajari, pertanyaan guru juga dapat menjadi sumber informasi apakah siswa mengetahui atau tidak mengetahui, bagaimana mereka berfikir dalam suatu topik dan apakah mereka memiliki salah konsep. Pembelajaran yang efektif dapat disimpulkan melalui pemahaman siswa yang mengacu kepada respon atas pertanyaan yang dibuat guru. Berikut ini studi kasus pada proses belajar mengajar dalam menggunakan metode Guided Teaching dalam pengorganisasian konsep yang dilakukan siswa pada kelas eksperimen pada gambar 6 dibawah ini.

Gambar 6. Hasil pengorganisasian konsep dari siswa dalam kegiatan proses belajar di kelas eksperimen

Berdasarkan gambar diatas menunjukan pengorganisasian konsep yang dilakukan oleh siswa dalam materi komponen darah. Pembagian komponen darah dengan model jaringan (network tree) dari konsep general ke konsep spesifik (Nur 2000, dalam Trianto 2007), namun ada beberapa konsep yang menjadi kesulitan siswa dalam memahaminya. Terlihat pada gambar, konsep berupa bentuk dan fungsi antara sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit) terjadi kekeliruan. Pada gambar tampak bentuk antara sel eritrosit dan sel leukosit tampak sama berupa bikonkaf dan bentuknyapun belum jelas karakteristiknya. Penjelasan konsep sel eritrosit berentuk bikonkaf tanpa inti pada mamalia harus jelas dan begitu juga dengan konsep pada jenis sel leukosit yang berinti dengan bentuk granula

bergranula (agranulosit) berupa monosit dan limfosit. Siswa mengalami kesulitatan untuk memahami konsep materi tersebut dan siswa kesulitan menghubungkan antar satu kesatuan konsep dalam komponen darah pada sistem peredaran darah.

Siswa yang mengalami kendala pembelajaran dengan menggunakan metode

Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran

darah, tanggapannya cukup tinggi berkisar 42,86% (tebel 11). Kesulitan mereka umumnya dalam mengidentifikasikan konsep ataupun memahami suatu konsep pada materi, dari tanggapan siswa menunjukan beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan konsep yang satu dengan yang lain, hal tersebut memberikan peran bagi guru sangat besar dan harus lebih proaktif dalam membimbing konsep dan memberikan contoh konsep yang benar kepada siswa. Penggunaan metode pada kelas eksperimen secara umum 95,42% (tabel 11) siswa berpendapat dapat membantu menghubungkan antar sub materi peredaran darah atau materi Biologi lainnya.

Erman (2006) menuturkan kesulitan yang dialami siswa dalam pengorganisasian konsep seringkali siswa belum bisa mengindentifikasi konsep dalam suatu kalimat sampai paragrap. Kekurangan tersebut dapat diatasi dengan kemampuan guru dalam mengarahkan siswa dalam pembelajaran atau melalui diskusi kelompok, bahkan guru juga dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk memberikan arah kepada siswa tentang suatu konsep yang belum teridentifikasi oleh siswa, dengan cara demikian siswa menjadi lebih mudah dalam memahami suatu konsep.

Peran guru dalam menerapkan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep memiliki peran yang besar sebagai evaluator terhadap konsep yang dimiliki siswa. Dari evaluasi tersebut guru dapat memberikan bimbingan dan penguatan akan konsep-konsep yang benar, dengan cara demikian siswa bisa lebih memberikan pesan lebih kuat dalam memorinya, karena pemahaman yang mereka miliki berdasarkan, pada konsep yang mereka pahami secara mandiri. Hal tersebut dapat memberikan manfaat sikap mandiri, kritis dan menstimulus untuk terbukanya diskusi ilmiah, dari tanggapan siswa menguatkan bahwa penggunaan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep

pada sistem peredaran darah, dapat membantu menghubungkan antar sub materi sistem peredaran darah atau dengan materi Biologi lainnya.

Magliaro et al. (2005) berpendapat guru dalam menjabarkan konsep materi, perlu dikaitkan dengan pemahaman awal siswa, melalui keaktifan dalam memberikan contoh konsep dan melakukan penilaian terhadap kemajuan pemahaman konsep. Sehingga siswa dapat terhindar dari konsep yang keliru

Dokumen terkait