• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUIDED TEACHING DALAM MENGORGANISASIKAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN SISTEM PEREDARAN DARAH DI MAN 1 SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GUIDED TEACHING DALAM MENGORGANISASIKAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN SISTEM PEREDARAN DARAH DI MAN 1 SEMARANG"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

i

GUIDED TEACHING DALAM MENGORGANISASIKAN KONSEP

PADA PEMBELAJARAN SISTEM PEREDARAN DARAH

DI MAN 1 SEMARANG

Skripsi

disusun untuk sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh

Didi Nur Jamaludin 4401406591

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul ’’Guided Teaching dalam Mengorganisasikan Konsep pada Pembelajaran Sistem Peredaran Darah di MAN 1 Semarang’’ disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dari dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi manapun.

Semarang Februari 2011

(3)

iii Skripsi yang berjudul:

Guided Teaching dalam Mengorganisasikan Konsep pada Pembelajaran Sistem

Peredaran Darah di MAN 1 Semarang disusun oleh:

nama : Didi Nur Jamaludin NIM : 4401406591

telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada tanggal 18 Februari 2011

Panitia.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Kasmadi Imam S, M.S Dra. Aditya Marianti, M.Si NIP 195111151979031001 NIP 19671217 199303 2001

Ketua Penguji

Parmin, S.Pd, M.Pd

NIP 197901232006041003

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Lisdiana, M.Si Dra. Aditya Marianti, M.Si

(4)

iv

Konsep pada Pembelajaran Sistem Peredaran Darah di MAN 1 Semarang. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dr. Lisdiana, M.Si dan Dra. Aditya Marianti, M.Si.

Pembelajaran Biologi membutuhkan pemahaman konsep yang baik. Hasil obeservasi di MAN 1 Semarang, menunjukan ketuntasan belajar siswa klasikal pada materi sistem peredaran darah 67,5%. Pemanfaatan media pembelajaran terus diupayakan, namun hasilnya belum memuaskan, sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui efektifitas metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada pembelajaran sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang.

Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Semarang semester gasal Tahun Pelajaran 2010/ 2011 dengan pre eksperimental design tipe one shot case study.

Data penelitian ini meliputi aktifitas belajar siswa, hasil belajar, tanggapan siswa dan tanggapan guru terhadap kegiatan pembelajaran.

Hasil penelitian diketahui bahwa rerata aktifitas belajar siswa kelas eksperimen 90,81% dan tingkat persentase ketuntasan kelas eksperimen mencapai 85%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep efektif dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar pada materi sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang.

(5)

v

Puji syukur kehadirat Allah swt, yang telah memberikan karunia rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ’’ Guided

Teaching dalam Mengorganisasikan Konsep pada Pembelajaran Sistem Peredaran

Darah di MAN 1 Semarang’’.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini, tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis merasa perlu menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi strata 1 Pendidikan Biologi FMIPA Unnes.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Biologi yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran administrasi dalam penyusunan skripsi.

4. Parmin, S.Pd, M. Pd, dosen penguji yang telah memberikan arahan, bimbingan serta motivasi dengan penuh kesabaran.

5. Dr. Lisdiana, M. Si, dosen pembimbing I, yang telah memberikan arahan, bimbingan serta motivasi dengan penuh kesabaran.

6. Dra. Aditya Marianti, M. Si, dosen pembimbing II serta dosen wali, yang telah memberikan arahan, bimbingan serta motivasi dengan penuh kesabaran.

7. Drs. Syaefudin, M. Pd Kepala MAN 1 Semarang, yang telah yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

8. Drs. Budi Santoso, Drs. Sutarno dan Dra. Sih Hartini, M.Si, guru Biologi MAN 1 Semarang yang telah memberikan ijin dan membantu dalam penelitian. 9. Ayahanda H. Sobirin, Ibunda Junaenah, kedua adik Muhammad Faqih Irsyad

dan Muhammad Yanuar Ibrahim yang selalu memberikan do’a, dukungan serta motivasi dengan penuh kasih sayang yang tiada henti.

(6)

vi

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan, oleh karena itu penulis mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun bagi pembaca. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini, dapat memberikan tambahan ilmu bagi pembaca untuk meningkatkan wawasan pengetahuan. Syukron jazakumullah ahsanuljaza.

Semarang, Februari 2011

(7)

vii

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Penegasan Istilah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Hipotesis Penelitan ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

B. Populasi dan Sampel ... 20

C. Variabel Penelitian ... 20

D. Rancangan Penelitian ... 20

E. Alat dan Bahan Penelitian... 20

F. Prosedur Penelitian ... 21

G. Metode Pengumpulan Data ... 27

H. Metode Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 30

(8)

viii

A. Simpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(9)

ix

Tabel Halaman

1. Jenjang kognitif Bloom……….………. 17

2. Hasil analisis validitas butir soal uji coba……….………. 22

3. Interval reliabilitas……….………. 23

4. Interval daya pembeda……….………... 23

5. Hasil analisis daya beda soal uji coba……….……….…….. 24

6. Interval tingkat kesukaran……….………. 24

7. Hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba……….…………...…… 24

8. Soal yang digunakan untuk postes materi sistem peredaran darah……….... 25

9. Aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen……….……...………. 30

10. Hasil belajar siswa kelas eksperimen……… …….…...………. 31

11. Tanggapan siswa pada kelas eksperimen……….……….………. 32

(10)

x

Gambar Halaman

1. Kerangka berfikir Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah ………….…….………..………….…. 19 2. Skema prosedur penelitian……….……….... 26 3. Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen.………... 30 4. Persentase ketuntasan belajar kelas eksperimen……..……….. 31 5. Aktifitas siswa sedang memberikan pendapat dan mendengarkan

penjelas dari siswa. (b). Hasil pengorganisasian konsep atas penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.……….….… 38 6. Hasil pengorganisasian konsep dari siswa dalam kegiatan proses belajar

(11)

xi

Lampiran Halaman

1. Silabus……….…..…… 53

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas eksperimen…….…….…. 56

3. Lembar soal post test……… 67

4. Kunci jawaban soal post test ……….………... 70

5. Kisi-kisi soal soal post test ………... . 71

6. Distribusi jenjang kognitif bloom pada soal post test………..… 72

7. Contoh lembar kerja siswa (LKS) kelas eksperimen pada praktikum uji golongan darah………..……... 73

8. Dokumen foto proses belajar mengajar (PBM) di kelas eksperimen….….. 75

9. Contoh lembar jawab post test materi sistem peredaran darah……..….…. 77

10. Hasil belajar siswa kelas eksperimen………..…………...…..…... . 78

11. Hasil mid semester gasal kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3………... 79

12. Contoh lembar observasi aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen…. 80 13. Rekapitulasi aktifitas belajar siswa kelas eksperimen………... 81

14. Contoh lembar tanggapan siswa kelas eksperimen……… 89

15. Contoh lembar tanggapan guru terhadap kelas eksperimen……...…….….. 91

16. Uji validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran pada soal uji coba.….. 93

17. Uji reliabilitas pada soal uji coba materi ……….……….... 95

18. Uji homogenitas populasi kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 ... 96

19. Uji normalitas hasil belajar kelas eksperimen……….…..… 98

20. Surat penetapan dosen pembimbing………... 99

21. Surat permohonan ijin observasi……….….. 100

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses belajar mengajar menjadi salah satu bagian yang mendapat perhatian serius dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, karena didalamnya mengandung kegiatan interaksi antara guru dan siswa serta komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Guru dalam interaksi proses belajar, perlu menanamkan suatu sikap dan nilai dalam membangun pengetahuan dan tidak hanya sebagai pusat penyampaian materi melainkan guru memberikan arahan dan bimbingan agar siswa dapat mandiri dalam mencari dan membangun pemahaman materi, karena proses belajar yang baik, tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered learning), guru semestinya tidak hanya sebatas memberikan pengetahuan kepada siswa melainkan berfungsi sebagai motivator terhadap siswa, agar bisa mandiri dan semangat dalam belajar. Peran guru juga sebagai evaluator terhadap penguasaan materi yang dipahami siswa sekaligus memunculkan guru sebagai pembimbing terhadap siswa yang mengalami kesulitan terhadap materi maupun memberikan bimbingan pengayaan lebih lanjut terhadap siswa yang sudah menguasai materi, sehingga peran siswa menjadi sentral dalam pembelajaran (student centered learning).

Melibatkan siswa dapat aktif belajar mandiri, perlu pemahaman karakteristik suatu materi pengetahuan, salah satu karakteristik materi Biologi adalah mempunyai obyek pembelajaran yang bersifat fakta-fakta yang memberikan kumpulan konsep. Pada materi sistem peredaran darah, banyak dijumpai konsep-konsep Biologi yang bersifat abstrak dan hubungan antar konsep-konsep mempunyai saling keterkaitan.

Hasil obeservasi di MAN 1 Semarang, sesuai standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada materi sistem peredaran darah, ketuntasan belajar yang ditetapkan secara individual > 66, siswa yang tuntas belajar secara klasikal 67,5%, meskipun pemanfaatan media pembelajaran sudah diupayakan, namun hasilnya belum memuaskan. Kesulitan siswa dalam memahami materi sistem peredaran darah, dikarenakan materi tersebut ada beberapa yang bersifat abstrak dan tingkat

(13)

keaktifan siswa yang kurang dalam proses belajar mengajar, sehingga ini menjadi kendala dalam pencapaian ketuntasan belajar (Hartini, 22 Juli 2009, Wawancara). Oleh karena itu, pengembangan inovasi pembelajaran menjadi hal yang diperlukan bagi guru, untuk meningkatan kualitas belajar siswa.

Upaya mengintegrasikan pemahaman konsep struktur, fungsi dan proses sistem peredaran darah manusia yang saling berhubungan dengan realitas kehidupan serta memiliki korelasi dengan materi Biologi lainnya, sehingga diperlukan formulasi membangun konsep yang dapat mengaitkan hubungan antar konsep dengan realita kehidupan. Strategi yang diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep abstrak salah satunya dengan latihan mengorganisasikan konsep (Erman 2006). Siswa dalam kegiatan tersebut, dilatih mengidentifikasi konsep, sehingga siswa diharapkan dapat memahami materi secara terstruktur dan menyeluruh.

Metode pembelajaran yang dapat membantu dalam mengorganisasikan konsep salah satunya dengan Guided Teaching, metode tersebut merupakan suatu metode berupa pertanyaan terstruktur yang diberikan guru kepada siswa yang dijadikan panduan dalam proses belajar mengajar. Keunggulan metode Guided

Teaching diantaranya, untuk mendiagnosa tingkat pemahaman awal siswa serta

(14)

mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah manusia, dengan demikian diharapkan siswa dapat interaktif dalam proses belajara mengajar. Menurut Trianto (2007), siswa dapat membangun pengetahuan melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar, kemudian pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru ketika menerapkan metode

Guided Teaching diantaranya saat guru membuat pertanyaan harus memperhatikan

efektifitas waktu dalam jam pelajaran, mengingat metode tersebut memerlukan ketepatan jumlah pertanyaan dengan kemampuan siswa dalam menjawab dan siswa harus memiliki buku ajar yang relevan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Untuk membuktikan apakah Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, efektif pada pembelajaran materi sistem peredaran darah, maka penelitian ini perlu dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka rumusan masalahnya, apakah Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, efektif pada pembelajaran sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang?

C. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penegasan istilah, untuk memberikan gambaran yang sama terhadap judul penelitian dan pengertian-pengertian yang terdapat dalam skripsi ini, sehingga perlu penegasan istilah sebagai berikut.

1. Guided Teaching merupakan metode yang dilakukan dengan cara guru

(15)

bekerjasama, melalui mengkomunikasikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru.

2. Mengorganisasikan konsep merupakan strategi pembelajaran yang melatih siswa mengorganisasi konsep yang memerlukan kemampuan memahami konsep (Erman 2006), dalam penelitian tersebut siswa mengorganisasikan konsep dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru (Guided Teaching)

dengan membentuk peta konsep.

3. Pembelajaran sistem peredaran darah pada penelitian ini, menggunakan metode

Guided Teaching dilengkapi dengan strategi mengorganisasikan konsep.

4.

Materi sistem peredaran darah diajarkan pada kelas XI IPA semester gasal, materi tersebut menjelaskan tentang struktur, fungsi dan proses sistem peredaran darah serta kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya terhadap sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat (salingtemas).

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas Guided Teaching

dalam mengorganisasikan konsep pada pembelajaran sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Siswa

a. Mendorong dan memberi rangsangan kepada siswa untuk aktif dalam proses belajar.

b. Membantu siswa dalam memahami materi sistem peredaran darah. 2. Guru

a. Mengetahui pandangan siswa terhadap pengajaran menggunakan metode

Guided Teaching dalam mengorgansiasikan konsep pada sistem peredaran

darah baik kelebihan dan kelemahannya.

(16)

c. Meningkatkan pengetahuan guru tentang strategi dan metode pembelajaran yang tepat.

3. Madrasah

a. Bahan masukan tentang metode/ strategi yang kreatif dan inovatif dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di madrasah.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Guided Teaching

Guided Teaching merupakan metode yang dilakukan dengan cara guru

menanyakan satu atau lebih pertanyaan untuk membuka pengetahuan mata pelajaran atau mendapatkan hipotesis atau kesimpulan siswa dan kemudian memilahnya ke dalam kategori-kategori. Kategori-kategori atau konsep yang tercatat, menjadi acuan untuk diajarkan. Guided Teaching dalam pembelajaran di perguruan tinggi disebut sebagai pengajaran terbimbing melalui dosen bertanya kepada mahasiswa satu atau lebih pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa atau untuk memperoleh hipotesis atau kesimpulan kemudian membaginya kepada kategori, metode tersebut merupakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang berbasis pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) serta berguna pada pengajaran konsep-konsep abstrak (Silberman 2009, Suprijono 2007, Zaini 2002).

Pembelajaran dengan menggunakan metode Guided Teaching urutan langkahnya sebagai berikut.

1. Menyampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pikiran dan kemampuan yang mereka miliki.

2. Memberikan waktu beberapa menit untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan.

3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil jawaban mereka dan catat jawaban-jawaban yang mereka sampaikan. Jika memungkinkan tulis di papan tulis dengan mengelompokan jawaban siswa dalam kategori-kategori yang nantinya akan disampaikan dalam pembelajaran.

4. Menyampaikan poin-poin (konsep) utama dari materi yang disampaikan guru dengan ceramah intreraktif.

5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawaban mereka dengan poin-poin (konsep) yang guru sampaikan (Suprijono 2007).

(18)

Cothran dan Kulinna (2008) berpendapat agar dapat mendorong partisipasi siswa aktif dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan serta menanggapi respon siswa secara positif, menggunakan pengalaman terstruktur, menggunakan beberapa instrumen dan metode variatif yang dapat melibatkan siswa lebih aktif. Hartono (2007) menyampaikan bahwa keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, memberikan pengaruh terhadap otak untuk terlatih dalam memecahkan suatu permasalahan, sehingga keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan daya ingat yang lebih, bila dibandingkan siswa hanya membaca teks atau mengingat sementara Pembelajaran konstruktivisme dapat dilakukan dengan menggunakan pengalaman dan merefleksikan pengalaman tersebut menjadi pengetahuan yang baru (Nurohman 2008).

Ausubel (Dahar 1988, dalam Trianto 2007), berpendapat dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dalam suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep-konsep yang akan dipelajari, itulah suatu proses belajar bermakna. Jeromer Burner (Dahar 1988, dalam Trianto 2007) dalam teori belajar penemuan (discovery learning) menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsisp-prinsip agar mereka memperoleh pengalaman dan dapat pula melakukan eksperimen-eksperimen yang dapat memberikan prinsip-prinsip secara mandiri.

Soeparwoto et al. (2006) menyampaikan bahwa usia 11 tahun ke atas merupakan tahapan formal operasional yakni pada tahap ini tiap individu dapat mengembangkan pikiran formalnya, mereka dapat menggunakan logika, rasio dan kemampuan abstraksinya, dengan melibatkan dalam suatu kegiatan akan memberikan pengaruh lebih positif dari pada sekedar menonton. Kegiatan praktik lebih baik dari pada kegiatan teori, namun demikian keduanya semestinya saling beriringan antara penguasaan praktik dan teori.

Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru dalam metode Guided

Teaching, dapat menjadi salah satu teknik efektif untuk menjadikan siswa dapat

(19)

siswa dalam menyelesaikan tugas, jangan sampai menimbulkan titik balik yang menimbulkan efek negatif dalam pembelajaran, semestinya tugas-tugas yang diberikan, mendukung antara penguasaan materi dan tingkat perkembangannya. Fungsi pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa, menurut Kauchak dan Eggen (1998) sebagai berikut.

a. Menilai pemahaman yang dimiliki (assessing current understanding)

Pertanyaan interaktif menjadi strategi alat evaluasi pemahaman informal yang dimiliki dalam topik yang dipelajari, pertanyaan guru juga dapat menjadi sumber informasi apakah siswa mengetahui atau tidak mengetahui, bagaimana mereka berfikir dalam suatu topik dan apakah mereka memiliki salah konsep. Pembelajaran yang efektif dapat disimpulkan melalui pemahaman siswa yang mengacu kepada respon atas pertanyaan yang dibuat guru.

b. Meningkatkan motivasi pembelajar (increasing learner motivation)

pertanyaan efektif dapat melatih siswa untuk berfikir penuh tantangan dan menyikapi masalah dengan penuh percaya diri. Pertanyaan yang telah didesain tujuanya akan memberikan kondisi efek meningkatkan motivasi pembelajar (siswa). c. Membimbing pembelajaran baru (guided new learning)

Pertanyaan guru sebagai aturan instruksional dapat membantu siswa untuk menghubungkan ide baru dan mengintegrasikan pembelajaran baru dengan pemahaman yang dimiliki. Strategi pertanyaan guru untuk menjadi efektif, harus dapat membuat siswa berfikir, sehingga harus dibuat perencanaan yang terbaik dan dalam pelaksanannya menjadi kurang bernilai jika tidak membuat siswa berfikir.

2. Konsep dan pengorganisasian konsep

Konsep dapat diartikan sebagai suatu jaringan hubungan dalam objek, kejadian dan lain-lain yang mempunyai ciri tetap sehingga konsep merupakan kata kunci. Siswa dapat membentuk konsep sesuai dengan pengelompokan stimulus-stimulus dengan cara tertentu serta pengalaman-pengalamanya masing-masing dan berkaitan dengan konsep dapat disimpulkan bahwa definisi tentang konsep selalu berkembang sesuai dengan persepsi personal (Rustaman et al. 2003).

(20)

setelah mengalami aktifitas belajar/ pembelajaran (Anni et al. 2006). Materi pelajaran yang memperhatikan aspek-aspek pembentukan konsep, serta memperhatikan aspek-aspek pembentukan konsep, serta memperhatikan hubungan antar konsep-konsepnya sejara jelas agar proses belajar yang terjadi menjadi bermakna bagi siswa. Hubungan antar konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran dapat diwujudkan dalam bentuk rumus-rumus untuk memecahkan masalah, grafik, bagan, poster, tabel dan bentuk hubungan lainnya, hal ini dapat menimbulkan belajar penemuan terpimpin (Rustaman et al. 2003).

Kegiatan belajar konsep adalah belajar mengembangkan inferensi logika atau membuat generlisasi logika atau membuat generalisasi fakta ke konsep dan belajar konsep juga memberikan represantasi internal seseorang (Suprijono 2007) (Nasution 2009). Guru dalam menjabarkan konsep materi, dikaitkan dengan pemahaman awal siswa, melalui keaktifan dalam memberikan contoh konsep dan melakukan penilaian terhadap kemajuan pemahaman konsep, sehingga siswa dapat terhindar dari konsep yang keliru dan belajar konsep hendaknya dapat memperbaiki konsep yang salah (ill defined concept) (Magliaro et al. 2005, Mulyati 2005). John et al (2004) menyampaikan dalam mengkonstruksi konsep dapat dilakukan dengan membaca secara komprehensip, melalui strategi: 1) mengaktifkan pengetahuan awal, 2) membuat pertanyaan, 3) mencari informasi, 4) meringkas, 5) mengorganisasikan grafik/ tulisan dan 6) identifikasi struktur cerita.

Pembelajaran menggunakan konsep mempunyai manfaat antara lain: a. mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam

mengategorisasikan beberapa stimulus terbatas. b. merupakan unsur-unsur pembangun berpikir c. merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi d. diperlukan untuk memecah masalah (Suprijono 2007).

(21)

Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran konsep (Hamalik 2003), diantaranya:

1) menetapkan tujuan pembelajaran.

tujuan pembelajaran ditetapkan, untuk menjadi pedoman keberhasilan belajar siswa setelah mempelajari konsep.

2) mengurangi atribut konsep yang komplek menjadi atribut-atribut penting dominan.

3) menyediakan mediator verbal.

guru mempunyai peranan sebagai mediator dalam memberikan stimulus kata-kata (verbal) dalam mendukung atribut konsep yang dimiliki siswa.

4) memberikan contoh positif dan negatif mengenai konsep.

guru memberikan contoh positif yakni sesuatu yang berisikan atribut-atribut suatu konsep, sedangkan contoh negatif yakni sesuatu yang tidak berisikan atribut suatu konsep.

5) guru mengkomunikasikan contoh-contoh konsep.

6) siswa mengkomunikasikan dan menguatan (reinforcemen) konsep.

guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan atribut-atrtibut konsep serta hubungan antar konsep lainnya dan memberikan penguatan suatu konsep.

7) menilai belajar konsep

guru memberikan penyimpulan (generalisasi) terhadap siswa dalam pemahaman konsep suatu materi.

(22)

kemampuan memahami konsep. Langkah-langkah dalam mengorganisasikan konsep dapat dirumuskan sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi konsep dalam suatu pokok bahasan.

2) Melengkapi setiap konsep yang identifikasi dengan atribut atau ciri-ciri yang karakteristik untuk setiap konsep.

3) Mengelompokan konsep berdasarkan hubungan fungsional antara konsep-konsep.

4) Mengurutkan konsep dalam suatu kelompok dari yang paling inklusif sampai dengan konsep yang lebih spesifik.

5) Menghubungkan konsep-konsep yang telah diurutkan dengan mengunakan proporsi-proporsi hingga menyerupai peta konsep (Erman 2006).

Nur (2000) dalam Trianto (2007) membagi peta konsep terdiri dari empat jenis yaitu pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (event chain), peta konsep siklus (cycle concept map) dan peta konsep laba-laba (spider concept map). Kemampuan pengorganisasian konsep, dapat dilakukan melalui penempatan konsep secara herarki dengan proposi-proporsi yang menghubungkan konsep yang berkaitan secara benar. Organisasi konsep yang baik akan sangat membantu seorang dalam belajar bermakna, bahkan akan sangat membantu siswa dalam melakukan analisis dan sintesis serta mengembangkan pemahamannya.

Pengorganisasian konsep bagi siswa mempunyai manfaat dalam penigkatan keaktifan pembelajaran, dengan melibatkan siswa dalam pengorganisasian konsep dapat mengurangi kepasifan siswa dan memacu minat serta partisipasi mereka dalam proses belajar mengajar secara bermakna. pengorganisasian konsep juga dapat melatih siswa untuk belajar efektif dan efisien. Melalui pengorganisasian konsep, siswa menjadi lebih proaktif dalam mengorganisasikan pengetahuan dan siswa berusaha membangun pengetahuannya secara mandiri (Erman 2006).

(23)

tindakan yang efektif untuk membantu siswa dalam belajar bermakna (Erman dan Wismanadi dalam Erman 2006).

Kelemahan pembelajaran dengan mengorganisasikan konsep, siswa kesulitan memahami konsep termasuk menidentifikasi sifat-sifat atau atributnya, sehingga mereka menjadi kesulitan dalam membuat proporsi untuk memberikan hubungan antar konsep yang saling berkaitan, disamping itu mengorganisasikan konsep memerlukan waktu yang relatif lama, karena siswa masih merasa kesulitan dalam mengindetifikasi konsep. Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan kemampuan guru dalam mengarahkan siswa dalam pembelajaran atau melalui diskusi kelompok, bahkan guru juga dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk memberikan arah kepada siswa tentang suatu konsep yang belum teridentifikasi oleh siswa, dengan cara ini siswa menjadi lebih mudah dalam memahami suatu konsep, sehubungan dengan hal itu, siswa harus terlebih dahulu mengetahui karakteristik setiap konsep dan hubungan saling keterkaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya, dengan kata lain siswa harus menguasai materi tersebut dengan baik terlebih dahulu atau mengetahui langkah-langkah dalam mengorganisasikan konsep. Kesulitan-kesulitan yang ada dalam pembelajaran, guru dituntut proaktif dalam memberikan bimbingan (Erman 2006).

Hasil penelitian yang dilakukan Erman (2006) di SMUN 5 and SMUN 8 Kediri pada materi kimia dengan menggunakan strategi latihan mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep abstrak siswa. Herunata et al.

(2006) melakukan penelitian tentang pemahaman konsep elektrokimia di SMA I Al

Ma’arif Singosari dengan Learning Cycle 5 fase berbantuan bahan ajar terpadu

berbasis pendekatan makroskopis-mikroskopis, menunjukan hasil belajar yang lebih

baik. Azis dan Jair (2009) juga melakukan penelitian tentang penggunaan peta

konsep di sekolah Selangor Malaysia, pada mata pelajaran Sejarah, hasilnya

menunjukan dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar. Berdasarkan tiga

sumber penelitian tentang konsep menunjukan, bahwa pemahaman konsep materi

dapat mempengaruhi hasil belajar dan aktifitas siswa, hal tersebut tentunya

(24)

Rustaman et al. (2003) bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi, yaitu konsep sebagai berikut:

1) atribut

konsep tersebut merupakan tanda atau ciri atau sifat-sifat dari suatu konsep yang membedakan dengan konsep lainnya.

2) stuktur

struktur menyatakan cara tegabungnya atribut-atribut suatu konsep. berdasarkan strukturnya konsep dapat dikelompokan sebagai berikut:

a) konjugatif adalah konsep yang menampilkan dua atau lebih sifat sehingga memenuhi syarat.

b) disjunktif adalah konsep yang menampilkan satu dari dua atau lebih sifat-sifat harus ada.

c) rasional adalah konsep yang menyatakan hubungan tertentu dengan atribut-atributnya.

d) keabstrakan

konsep yang memiliki keabstrakan jika gejala konsepnya tidak dapat dilihat dengan mata.

3) keinklusifan

bahwa setiap konsep memiliki kekhasan identitas atau karakteristik yang berhubungan dengan konsep lainnya.

4) generalitas

bahwa konsep memiliki karakteristik umum yang berhubungan dengan konsep lainnya.

5) ketepatan

konsep mempunyai kaitan dengan aturan-aturan yang berlaku. 6) kekuatan

Konsep yang dipelajari mengandung kekuatan materi esensial.

Usaha untuk melakukan analisis dan menetapkan bahwa konsep itu merupakan materi esensial sedikitnya memenuhi enam kriteria konsep dari sebelas kriteria antara lain:

(25)

c) mengandung aplikasi tinggi d) sebagai syarat materi berikutnya. e) memberikan motivasi baru.

f) terkait dengan mata pelajaran lain.

g) mengandung unsur pengembangan IPTEK. h) terkait lingkungan.

i) mudah dilaksankan untuk proses belajar mengajar (PBM). j) menunjang kebutuhan masyarakat luas.

k) sebagai tuntunan pembangunan.

Pembelajaran menggunakan peta konsep mempunyai dua tipe. Tipe pertama, peta konsep dibentuk melalui identifikasi konsep yang dilakukan siswa berdasarkan topik yang diberikan guru. Tipe kedua, pembelajaran peta konsep hanya sebagai media pembelajaran untuk melengkapi metode ceramah serta siswa hanya dikondisikan untuk aktif mendengarkan (Aziz dan Jair 2009, Erman dan Sukirman 2002 dalam Erman 2006, Trianto 2007). Guru dapat berinisiatif untuk menggunakan teknik pengajaran peta konsep pada semua mata pelajaran sebagai

satu cara untuk meningkatkan minat dan pencapaian hasil belajar siswa (Aziz dan

Jair 2009).

3. Pengaruh aktifitas siswa terhadap hasil belajar

(26)

sendir, sedangkan hasil belajar belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif, pada diri siswa minimal 75% (Mulyasa 2006).

Penelitian antara aktifitas siswa dan hasil belajar dilakukan oleh Kustanti (2005) dalam penerapan strategi Jigsaw pada konsep sistem saraf di MTs N Parakan Temanggung, menunjukan peningkatan yang berbanding lurus antara keaktifan siswa dan ketuntasan belajar, yakni pada siklus I keaktifan siswa 50% dan ketuntasan belajar 58,90%, siklus II keaktifan siswa 60,20% dan ketuntasan belajar 76,90% kemudian siklus III keaktifan siswa 87,10% dan ketuntasan belajar 89,70%, sehubungan dengan penelitian diatas, menunjukan semakin tinggi aktifivitas siswa dalam belajar akan mempengaruhi tingginya ketuntasan belajar. Penelitian hasil belajar yang dipengaruhi aktifitas juga dilakukan oleh Markhamah (2007), pada pokok bahasan lingkaran dengan model pembelajaran Quantum Teaching di SMPN 15 Semarang, menunjukan peningkatan yang berbanding lurus antara keaktifan siswa dan ketuntasan belajar, yakni pada siklus I keaktifan siswa 42,10% dan ketuntasan belajar 71,73%, siklus II keaktifan siswa 85,55% dan ketuntasan belajar 93,80%, sehingga ada kecenderungan siswa yang aktif dalam proses belajar, akan memperoleh hasil belajar yang baik.

Anni et al (2006) berpendapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar, bersumber dari kontribusi internal dan eksternal.

a) Kondisi internal

Kondisi internal mencakup kesehatan organ tubuh, kondisi psikis; seperti kemampuan intelektual, emosional dan kondisi sosial; seperti kondisi bersosialisasi dengan lingkungan. Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal siswa akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar, siswa yang bermotivasi rendah akan mengalami kesulitan di dalam persiapan belajar maupun proses belajar

b) Kondisi ekternal

(27)

Belajar Biologi sebagai upaya untuk mengenali proses kehidupan nyata di lingkungan, atau belajar Biologi dari aspek empiris (purpose in empirical avidence).

Belajar Biologi berarti upaya untuk mengenali diri sendiri sebagai makhluk (purpose

in human institution. Belajar Biologi diharapkan bermanfaat untuk peningkatan

kualitas dan kehidupan manusia dan lingkungannya (purpose in human life)

(Rustaman et al. 2003). Teori pembelajaran berbasis kognitif menekankan agar siswa dapat menyimpan pengetahuan melalui memori jangka panjang. Jika siswa dapat menggunakan memori jangka panjang, maka siswa dapat menghubungakan pengetahuan secara terstruktur dan pengetahuan tersebut dapat digunakan ketika suatu saat diperlukan (Jamudin 2002, dalam Aziz dan Jair 2009).

Motivasi mempunyai peranan yang besar dalam membuat siswa melakukan aktifitas belajar dan dapat juga menentukan berapa banyak siswa dapat belajar dari aktifitas yang dilakukan atau informasi yang dihadapi. Motivasi dapat berasal dari faktor ekstrinsik berupa apresiatif lingkungan luar berupa penilaian yang diharapkan dan faktor intrinsik dari karakteristik disiplin ilmu yang dipelajari maupaun dari individu yang didukung oleh minat yang cukup siap (Anni et al. 2006). Siswa yang menunjukan minat belajar, akan mempunyai keinginan untuk diajar atau belajar mandiri dan kecenderugan anak yang siap belajar, minat mereka tetap walaupun akan menghadapi hambatan maupun kesulitan, sehingga kesiapan belajar yang dimilki akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan walaupun sedikit demi sedikit dan bertahap (Soeparwoto et al. 2006).

4. Pembelajaran sistem peredaran darah

(28)

Bloom (dalam Rustaman et al. 2003) menyampaikan ada tiga ranah pencapaian pengetahuan meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik. Penguasaan materi pelajaran dikategorikan menggunakan jenjang kognitif Bloom meliputi enam jenjang yaitu hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi atau sering disebut jenjang C1, C2, C3, C4,C5 dan C6. Rincian kemampuan masing-masing jenjang dinyatakan dalam indikator pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Indikator menurut jenjang kognitif Bloom

* Diadaptasi dari Rustaman et al. (2003)

Pengetahuan dalam ranah afektif meliputi pandangan/ pendapat (opinion)

dan sikap atau nilai (attitude, value) sertaranah psikomotor ketrampilan (skills) dan kemampuan (ability) (Arikunto 2006). Untuk pengkuran ranah afektif dan psikomotorik dapat dilakukan dengan metode langsung berupa observasi terhadap siswa yang sedang memperlihatkan ketrampilan-ketrampilan yang menjadi hasil proses belajar dan metode tidak langsung berupa tes tertulis (Rustaman et al. 2003).

Kemampuan Indikator

Hafalan Kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, posedur yang telah dipelajari.

Pemahaman Kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik, menterjamahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematika atau sebaliknya, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu (mengekstrapolasikan), mengungkapkan konsep dengan kata sendiri.

Penerapan Kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang telah dipelajari, pada situasi baru atau pada situasi kongkrit.

Analisis Kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponen, sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.

Sintesis Kemampuan untuk mengitegerasikan bagian-bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. termasuk kedalamnya kemampuan merancanakan eksperimen, menyusun karangan (laporan artikel) cara baru untuk mengklasifikasikan objek, peristiwa dan informasi-informasi lainnya.

(29)

Pembelajaran sistem peredaran darah mengacu pada standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang ditetapkan oleh Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) sebagai berikut.

a. Standar kompetensi: menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya salingtemas.

b. Kompetensi dasar: menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah.

Materi sistem peredaran darah diajarkan pada kelas IPA XI semester I, materi tersebut menjelaskan tentang struktur, fungsi dan proses sistem peredaran darah serta kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya terhadap sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat (salingtemas).

Pembelajaran menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah, terdiri atas empat konsep utama.

a. Sistem peredaran darah manusia, meliuputi sub konsep darah, penggolongan darah, alat-alat peredaran darah dan proses peredaran darah.

b. Sistem limfe.

c. Kelainan serta gangguan sistem peredaran darah dan implikasinya terhadap sains, teknologi lingkungan dan masyarakat (salingtemas).

(30)
[image:30.595.101.546.83.600.2]

Mengacu pada uraian tinjauan pustaka, dapat dibuat kerangka berfikir sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka berfikir Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada meteri sistem peredaran darah.

B. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, efektif diterapkan pada pembelajaran peredaran darah di MAN 1 Semarang.

Perlu upaya peningkatan efektifitas proses belajar mengajar (PBM)

Penerapan metode Guided Teaching, tepat untuk materi yang berifat abstrak,

dapat memetakan pemahaman siswa, siswa terlatih mandiri dalam membangun pengetahuan, mengakomodir penerapan media pembelajaran, meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa

Dikombinasikan dengan strategi mengorganisasikan konsep

Diharapkan Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, efektif pada pembelajaran materi sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang Pembelajaran sistem peredaran darah menjadi kendala siswa dalam pencapaian KKM

di MAN 1 Semarang, karena prosesnya tidak dapat diamati secara langsung, kesulian dalam meintegrasikan antar konsep dan aktifitas belajar siswa kurang.

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di MAN 1 Semarang, dengan alokasi waktu semester gasal tahun pelajaran 2010/ 2011 bulan Juli-Nopember 2010

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 dan kelas XI IPA 3 dengan jumlah 80 siswa. Sampel penelitian terdiri dari satu kelas XI IPA yang diambil secara acak (random sampling).

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Guide Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada sistem peredaran darah.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan aktifitas siswa.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini, merupakan penelitian pre eksperimental design tipe one shot

case study dengan rancangan random sebagai berikut.

Keterangan:

X = perlakuan (treatment)

O = hasil observasi setelah treatmen (Arikunto 2006)

E. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan penelitian sebagai berikut. 1. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

X O

(32)

2. Lembar observasi siswa.

3. Lembar tanggapan guru dan siswa. 4. Soal postes siswa

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yakni tahap persiapan penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian. Kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahap terdiri dari:

a. Tahap persiapan penelitian

Tahap persiapan penelitian meliputi:

1. melakukan observasi awal untuk analisis penyebab masalah. 2. pemilihan strategi dan metode pembelajaran yang akan diujikan.

3. penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi aktifitas siswa dan tanggapan siswa serta lembar tanggapan guru terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang. 4. Melakukan uji homogenitas pada dua sampel kelas.

5. Memilih satu sampel kelas secara acak (random) sebagai kelas eksperimen yang diberikan treatmen pembelajaran metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.

6. melaksanakan uji instrumen (soal) penilaian, dengan mengujicobakan instrtumen di kelas lain (kelas diluar sampel).

7. setelah diuji cobakan, maka hasil dari uji coba dianalisis tentang: a) validitas

(33)

( )

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

− − − = Y Y N X X N Y X XY N rXY Keterangan:

rxy = koefisien korelasi tiap item

N = banyaknya subjek uji coba Σ X = jumlah skor item

ΣY = jumlah skor total

Σ X2 = jumlah kuadrat skor item Σ Y2 = jumlah kuadrat skor total

Σ XY = jumlah perkalian skor item dan skor total

Hasil rxy dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan α=5%. Jika rxy >

rtabel maka alat ukur dikatakan valid. Untuk mengukur validitas pengukuran

[image:33.595.117.526.249.701.2]

keterampilan kooperatif dilakukan dengan uji korelasi spearman rho. Bila hasil korelasi menghasilkan signifikansi ≤ 0,05 maka terdapat kesesuaian yang signifikan (Sugiyono 2007). Berikut ini hasil analisis validitas buti soal dari 30 soal yang diuji cobakan pada tebel 2 dibawah ini.

Tabel 2 Hasil analisis validitas butir soal uji coba

Kriteria Nomor Soal

Valid 2, 4, 8, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 23, 24, 28, 29, 30 Tidak valid 1, 3, 5, 6, 7, 12, 14, 18, 21, 22, 25, 26, 27

* data selengkapnya pada lampiran 18. b) reliabilitas

Realibilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketepatan alat evaluasi dalam mengukur. Analisis realibilitas bentuk tes pilihan ganda menggunakan KR-20 yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson.

              −

= 2

2

11 1 S pq S n n r Keterangan:

r11 = reabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi siswa yang menjawab benar

q = proporsi siswa yang menjawab salah (q =1 – p) Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes.

(34)

dikatakan soal yang diujikan reliabel. Harga r11 yang diperoleh diinterpretasikan

dengan derajat reabilitas pada tabel 3 dibawah ini. Tabel 3 Interval reliabilias (r11)

* Diadaptasi dari Arikunto (2006)

Hasil analisis uji reliabilitas soal diperoleh r11 = 0, 50, kemudian dibandingkan

dengan nilai r tabel pada α = 5% dengan n= 38 diperoleh r tabel = 0,32, sehingga nilai r11 > nilai rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen

tersebut reliabel. Nilai r11 diinterpretasikan dengan derajat reabilitas pada

interval 0,4-0,6 dikategorikan cukup reliabel. c) daya pembeda

Keterangan:

DP = daya pembeda

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

[image:34.595.116.523.124.637.2]

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Tabel 4 Interval daya pembeda

Interval DP Kriteria 0,00≤ DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Baik sekali * Diadaptasi dari Arikunto (2006).

Interval r11 Kriteria 0,00 < r11 < 0,20 sangat rendah 0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah

0,40 < r11≤ 0,60 Cukup 0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi 0,80 < r11< 0,10 sangat tinggi

DP PA PB

JB

BB

JA

BA

(35)
[image:35.595.117.524.128.632.2]

Berikut ini hasil analisis daya beda uji coba soal pada tabel 5, dibawah ini. Tabel 5 Hasil analisis daya beda soal uji coba

Kriteria Nomor Soal

Jelek 1, 2, 3, 5, 7, 11, 12, 14, 15, 21, 22, 25,27, 29,30 cukup 4, 6, 8, 10, 13, 18, 19, 23, 24, 26, 28

Baik 9, 16,17

* Data selengkapnya pada lampiran 18. d) tingkat kesukaran

Keterangan:

B = banyaknya siswa yang menjawab benar. JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.

Tingkat kesukaran diinterpretasikan pada tabel 6, dibawah ini. Tabel 6 Interval tingkat kesukaran

* Diadaptasi dari Arikunto (2006).

Berdasarkan analisis tingkat kesukaran soal uji coba pada tabel 7, dibawah ini. Tabel 7 Hasil analisis daya beda soal uji coba

Kriteria Nomor Soal

Mudah 1, 2, 8, 11, 12, 14, 20, 21, 22, 27, 28, 29,30 Sedang 3, 4, 6, 7, 9, 10, 13, 15,16,17,18, 19, 24, 26

Sukar 5, 23, 25

* Data selengkapnya pada lampiran

e) memilih item soal yang sudah diuji berdasarkan analsisis yang dilakukan.

Berdasarkan analsisis valisitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Soal yang digunakan penelitian ini adalah beberapa soal dalam kategori valid, dengan memperhatikan reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran dari mulai mudah sedang dan sulit, adapun soal yang digunakan dan tidak digunakan pada tabel 8 dibawah ini.

Interval P Kriteria

0,00≤ P ≤ 0,30 Sukar 0,30 < P ≤ 0,70 Sedang 0,70 < P ≤ 1,00 Mudah

JS B

(36)

Tabel 8 Soal yang digunakan untuk postes materi sistem peredaran darah

Kriteria Nomor Butir Soal

Digunakan Tidak digunakan

Pilihan Ganda

2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30.

1, 6, 14, 18,21

Jumlah 25 soal 5 soal

Soal yang digunakan untuk postes, ada beberapa soal yang belum valid. Hal tersebut tetap digunakan untuk tes dengan memperhatikan jumlah soal yang valid lebih dominan ada 68 % dan dari beberapa soal sebagian sudah mewakili ketercapaian indikator pembelajaran.

b. Tahap pelaksanaan penelitian

Memberikan treatmen pada satu kelas sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan metode Guide Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah selama 6 pertemuan (12 jam pelajaran), masing-masing terdiri atas 4 pertemuan berupa terori, 1 pertemuan berupa praktikum dan 1 pertemuan berupa postes. Urutan langkah pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep sebagai berikut:

1) membagi siswa menjadi dalam kelompok kecil yang masing-masing kelompok terdiri dari 2 orang.

2) memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pikiran dan kemampuan yang mereka miliki.

3) memberikan waktu beberapa menit untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dengan mengorganisasikan konsep seperti membentuk peta konsep.

4) memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil jawaban pada siswa pada buku catatan dan dari beberapa siswa diminta mengkomunikasikan baik langsung meupun tertulis didepan siswa.

(37)

6) menyampaikan poin-poin (konsep) utama dari materi yang disampaikan guru dengan ceramah intreraktif.

7) memberi kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawaban mereka dengan poin-poin (konsep) yang guru sampaikan.

8) Setelah pembelajaran selesai, siswa diberi kesempatan memberi tanggapan dan atau pertanyaan kemudian guru memberikan evaluasi dan penguatan terhadap pemahaman konsep materi.

Evaluasi proses belajar mengajar (PBM) melalui pengambilan data kelas eksperimen dengan postes, aktifitas siswa dievaluasi melalui lembar observasi selama PBM berlangsung, serta tanggapan siswa dan tangggapan guru. Untuk lebih mempermudah alur prosedur peneletian, dijelaskan dengan skema pada gambar 2 dibawah ini.

[image:37.595.112.512.253.735.2]

random sampling

Gambar 2. Skema prosedur penelitian Populasi

(Kelas XI IPA terdiri dari dua kelas dengan jumlah 80 siswa)

Proses belajar mengajar dengan metode Guide

Teaching dalam mengorgonisasikan konsep pada

materi sistem peredaran darah

pengambilan data meliputi: 1. hasil belajar

2. aktifitas siswa

3. tanggapan guru serta siswa

Analisis data meliputi:

1. hasil belajar dengan uji t-test

2. aktifitas siswa dengan deskriptif persentatif

3. tanggapan guru serta siswa dengan deskriptif kualitatif Kelas Eksperimen

(38)

G. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa.

2. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. hasil belajar siswa.

b. aktifitas siwa selama pembelajaran.

c. tanggapan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. d. tanggapan guru selama proses pembelajaran.

3. Cara pengambilan data

a. data hasil belajar siswa diambil melalui postes.

b. data tentang aktifitas siswa selama proses pembelajaran diambil dengan mengunakan lembar observasi aktifitas siswa

c. data tentang tanggapan siswa selama proses pembelajaran diambil dengan lembar angket.

d. data tentang tanggapan guru diambil dengan lembar angket.

H. Metode Analisis Data 1. Uji homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kelas mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kelas mempunyai varians yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen.

Untuk menguji homogenitas k buah (k ≥ 2) maka digunakan uji bartlett. Hipotesis statistik yang diuji adalah :

Ho:

Ha : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku. Adapun langkah-langkah pengujiannya sabagai berikut. a. menentukan varians gabungan dari setiap kelas

(

)

(

)

− − = 1 1 2 2 i i i n s n S

b. menentukan harga satuan B

(

)

(

)

= log S2 ni 1

B 2 3 2 2 2

1 σ σ

(39)

c. menentukan statistik chi kuadrat (x2)

(

)

{

(

)

}

= 2

2

log 1 10

ln B ni si

x

Berdasarkan uji homogenitas diperoleh uji chi kuadrat diperoleh chi hitung=13,10 dan untuk α = 5% dan dk = 1 harga chi tabel = 7,19. Nilai x2 hitung < nilai chi tabel, sehingga Ho diterima. Maka kelas kelas XI IPA 2 dan kelas XI IPA 3 dalam keadaan homogen (sama), sehingga dapat dilakukan pemilihan secara random sampling.

2. Uji normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa berdistribusi normal atau tidak pada kelas eksperimen. Untuk menghitung normalitas hasil belajar siswa digunakan rumus chi kuadrat, sebagai berikut:

Keterangan:

k = jumlah kelas interval O = frekuensi hasil pengamatan E = frekuensi yang diharapkan

Berdasarkan hasil uji normalitas untuk kelas eksperimen diperoleh X2 hitung

=34,05, untuk α = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh X² tabel = 7,81. Sehingga nilai X2 hitung > nilai X2 tabel, maka Ho ditolak. Hasil post test pada

kelas eksperimen berdistribusi tidak normal (Sudjana 2002). 3. Ketuntasan klasikal

Ketuntasan klasikal diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut; Ketuntasan klasikal = jumlah siswa yang tuntas x 100%

jumlah siswa keseluruhan

Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 2010 di MAN 1 Semarang pada materi sistem peredaran darah manusia, ketuntasan belajar individual yang ditetapkan > 68.

(

)

=

− = k

i I

I I

E E O x

1

(40)

4. Aktifitas siswa individual

Data aktifitas siswa selama selama pembelajaran diperoleh melalui lembar observasi dengan skala likert. Rentangan skor (rating scale) yang digunakan adalah 1-4. Apabila dibagi menjadi 4 kategori sebagai berikut:

Skor 16 – 20 = Sangat aktif Skor 11 – 15 = Aktif

Skor 6 – 10 = Kurang aktif Skor 1 – 5 = Tidak aktif 5. Aktifitas siswa klasikal

Aktifitas siswa klasikal dibuat dalam bentuk persentasi, melalui rumus berikut: aktifitas siswa klasikal = jumlah aktifitas siswa individual x 100%

jumlah siswa seluruhnya

Jenis aktifitas siswa klasikal terdiri dari siswa sangat aktif, aktif, kurang aktif dan tidak aktif. Persentase tingkat aktifitas siswa diperoleh dari data aktifitas siswa individual meliputi siswa sangat aktif dan aktif.

6. Analisis efektifitas pembelajaran

Pembelajaran dikatakan efektif jika hasil pembelajaran pada kelas eksperimen minimal 75% siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan minimal 75% telah mencapai ketuntasan belajar > 68.

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini meliputi aktifitas siswa, hasil belajar, tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran yang diterapkan.

1. Aktifitas belajar siswa kelas eksperimen

[image:41.595.111.519.246.715.2]

Hasil aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen, diperoleh melalui lembar observasi selama 5 kali pertemuan, pada tabel 9 berikut.

Tabel 9 Aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen.

Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen dibuat dalam bentuk grafik, pada gambar 3 dibawah ini.

Gambar 3. Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen. No

Kriteria aktifitas pembelajaran

Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen pada pembelajaran ke

1 2 3 4 5

1 Sangat aktif 30% 32,5% 12,82% 17,95% 25% 2 Aktif 62,5% 67,5% 53,75% 79,44% 72,5% 3 Kurang aktif 7,50% 0% 33,33% 2,56% 2,5%

4 Tidak aktif 0% 0% 0% 0% 0%

Persentase siswa sangat

aktif dan aktif 92,5% 100% 66,57% 97,49% 97,5%

Jumlah siswa 40 40 39 39 40

Persentase rata-rata siswa aktif dan sangat aktif = 90,81 %

(42)

2. Hasil belajar siswa kelas eksperimen

[image:42.595.113.516.161.607.2]

Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen, diperoleh melalui postes pada tabel 10 berikut.

Tabel 10 Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen

NO Komponen Hasil belajar

1 Jumlah Siswa 40

2 Nilai Tertinggi 88

3 Nilai Terendah 28

4 Range nilai 60

5 Rata-Rata 71, 82

6 Persentasi Ketuntasan 85%

* Data selengkapnya pada lampiran 10.

Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen dibuat dalam bentuk grafik, pada gambar 4 dibawah ini.

(43)

3. Tanggapan siswa kelas eksperimen

Tanggapan siswa terhadap pembelajaran metode Guided Teaching (GT) dalam mengorganisasikan konsep di kelas eksperimen melalui lembar angket dari 21 siswa sebagai responden, diperoleh data pada tabel 11 berikut.

Tabel 11 Hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran di kelas eksperimen.

No

Pertanyaan responden Ya Persentase jawaban Tidak Abstein

1

Metode Guided Teaching (GT) dalam mengorganisasikan konsep membantu dalam

memahami materi/konsep 100% 0% 0%

2

Metode GT dalam mengorganisasikan konsep membantu menghubungkan antar sub materi

peredaran darah atau materi Biologi lainnya 95,42% 4,58% 0%

3 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan semangat belajar 85,72% 14,28% 0%

4 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan keaktifan belajar 100% 0% 0%

5 Ada manfaat pembelajaran dengan metode GT dalam mengorganisasikan konsep 100% 0% 0%

6 Ada kendala pembelajaran dengan metode GT

[image:43.595.114.544.204.616.2]
(44)

4. Tanggapan guru pada kelas eksperimen

Tanggapan guru terhadap pembelajaran Guided Teaching (GT) dalam mengorganisasikan konsep di kelas eksperimen melalui lembar angket., diperoleh data pada tabel 12 berikut.

Tabel 12 Hasil angket tanggapan guru terhadap pembelajaran di kelas eksperimen.

No

Pertanyaan responden Jawaban

Ya Tidak Abstein 1 Metode Guided Teaching (GT) dalam

mengorganisasikan konsep sesuai dengan RPP

V - -

2 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep membantu dalam pemahaman siswa

V - -

3 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan semangat belajar

V - -

4 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan keaktifan belajar

V - -

5 Ada kendala pembelajaran dengan metode GT dalam mengorganisasikan konsep

- V -

6 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep

dapat diterapkan pada materi yang lain V

[image:44.595.115.544.188.601.2]
(45)

B. Pembahasan

Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan metode

Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. Pembelajaran sistem

peredaran darah dilaksanakan selama 6 kali pertemuan, masing-masing pembelajaran terdiri dari 4 kali pertemuan untuk teori, 1 kali untuk praktikum dan 1 kali pertemuan untuk tes. Data yang akan dibahas meliputi aktifitas belajar siswa, hasil belajar, tanggapan siswa dan tanggapan guru terhadap kegiatan pembelajaran.

Selama proses pembelajaran dilakukan pengamatan aktifitas belajar siswa melalui lembar observasi skala likert dengan kriteria sangat aktif, aktif, kurang aktif dan tidak aktif. Pada kelas eksperimen keaktifan belajar siswa dari pembelajaran pertama sampai dengan pembelajaran kelima menunjukan tingkat keaktifan belajar siswa yang fluktuatif.

Pertemuan pertama dan kedua menunjukan tingkat persentasi keaktifan tinggi dalam kategori sangat aktif dan aktif bila dibandingkan dengan pertemuan ketiga. Hal tersebut dikarenakan banyak siswa aktif melakukan studi pustaka, mencatat materi/konsep, berdiskusi, bertanya, dan berpendapat baik kepada guru maupun antar siswa bahkan pertemuan kedua mengalami peningkatan aktifitas belajar siswa. Pertemuan ketiga mengalami penurunan, hal itu dikarenakan guru pada pertemuan tersebut belum optimal dalam memberikan bimbingan dalam memberikan kesempatan diskusi, berpendapat, bertanya maupun membantu dalam mengorganisasikan konsep.

Siswa pada pertemuan keempat mengalami peningkatan, karena kegiatan pembelajaran berupa praktikum yang ditunjang dengan metode Guided Teaching

(46)

Kegiatan praktikum uji golongan darah dengan metode Guided Teaching

dalam mengorganisasikan konsep, telah memberikan motivasi siswa untuk belajar yang ditandai dengan peningkatan aktifitas diskusi, bertanya, berpendapat dan mentelaah studi pustaka. Pembelajaran melalui kegiatan praktikum sebagai upaya untuk memadukan pemahaman materi dengan studi kasus golongan darah di tiap individu siswa, sehingga belajar Biologi tidak sebatas bersumber pada buku (the

biology in books) melainkan upaya untuk mengenali proses kehidupan nyata di

lingkungan, atau belajar Biologi dari aspek empiris (purpose in empirical avidence).

Belajar Biologi berarti upaya untuk mengenali diri sendiri sebagai makhluk (purpose

in human institution). Belajar Biologi diharapkan bermanfaat untuk peningkatan

kualitas dan kehidupan manusia dan lingkungannya (purpose in human life)

(Rustaman et al. 2003).

Aktifitas belajar siswa yang kurang aktif terjadi pada pada pembelajaran pertama, disebabkan sebagian siswa belum bisa mengikuti pembelajaran secara maksimal, dengan menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. Pertemuan kedua aktifitas belajar siswa lebih aktif bila dibandingkan dengan pertemua pertama, hal tersebut disebabkan mereka sudah memahami metode yang diterapkan. Berdasarkan hasil tanggapan siswa juga berpendapat bahwa penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan keaktifan siswa maupun semangat dalam proses belajar mengajar.

Pertemuan ketiga aktifitas siswa kurang aktif mengalami peningkatan, disebabkan oleh kondisi internal baik dalam hal belum optimalnya kesiapan siswa dalam menerima materi maupun kesemangatan dalam mengikuti pembelajaran dan faktor eksternal lainnya termasuk belum optimalnya guru dalam memberikan pembelajaran, sehingga terjadi penurunan aktifitas siswa dalam hal pengkajian studi pustaka, pencatatan konsep, diskusi, bertanya maupun berpendapat, kemudian pertemuan keempat dan kelima aktifitas siswa kurang aktif mengalami penurunan, hal itu dikarenakan pembelajaran berupa praktikum menjadikan semangat untuk belajar lebih aktif ditunjang dengan pertanyaan yang diberikan guru pada Guided

Teaching memberikan sikap proaktif dalam mengkonstruksi jawaban dengan

(47)

bertanya maupun berpendapat, kesemangatan tersebut memberikan pengaruh pada pertemuan terakhir.

Siswa yang belum menunjukan keaktifan belajar yang lebih baik, dipengaruhi oleh kesemangatan belajar kurang. Hal tersebut ditunjukan hasil tanggapan siswa 14,28% (tabel 11) kesemangatan belajar kurang pada pembelajaran menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. Kesemangatan dalam mengikuti proses belajar mengajar bersumber dari faktor internal dan eksternal dari diri siswa. Anni et al. (2006) berpendapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar, bersumber dari kontribusi internal dan eksternal.

1. kondisi internal

Kondisi internal mencakup kesehatan organ tubuh, kondisi psikis; seperti kemampuan intelektual, emosional dan kondisi sosial; seperti kondisi bersosialisasi dengan lingkungan. Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal siswa akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar, siswa yang bermotivasi rendah akan mengalami kesulitan di dalam persiapan belajar maupun proses belajar.

2. kondisi ekternal

Kondisi eksternal berasal dari lingkungan siswa. Beberapa faktor yang mempepengaruhi tingkat kesulitan yang dipelajari, iklim, suasana lingkungan dan budaya belajar malasyarakat dengan lingkungan, akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar.

Tanggapan siswa secara umum mengemukakan bahwa penggunaan metode

Guided Teaching dalam mengorganisasikan dapat meningkatkan kesemangatan dan

(48)

ditunjukan dengan kesungguhan siswa dalam belajar, Soeparwoto et al (2006) menegaskan siswa yang menunjukan minat belajar, akan mempunyai keinginan mereka tetap walaupun akan menghadapi hambatan maupun kesulitan, sehingga kesiapan belajar yang dimilki akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan walaupun sedikit demi sedikit dan bertahap

Partisipasi siswa aktif dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan serta menanggapi respon siswa secara positif, menggunakan pengalaman terstruktur, menggunakan beberapa instrumen dan metode variatif yang dapat melibatkan siswa lebih aktif (Cothran dan Kulinna 2008). Pembelajaran konsep juga memberikan represantasi internal seseorang (Nasution 2009). Keaktifan siswa dalam belajar, sebagai upaya untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan. Siswa dapat belajar, aktif, inovatif kreatif dan menyenangan menjadi harapan dalam proses belajar mengajar. Menurut Djamarah dan Zain (2002) menuturkan, dalam proses belajar mengajar perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Perhatian siswa akan mempengaruhi pencapaiaan tujuan pendidikan, tercapainya tujuan pembelajaran manakala siswa menacapai penguasaan materi yang diberikan dalam pertemuan kelas.

Pengaruh metode pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, aktifitas siswa lebih banyak aktif mengerjakan jawaban soal yang diberikan guru melalui referensi studi pustaka, telah memberikan peluang siswa lebih aktif mandiri, baik dalam mengindentifikasikan konsep maupun diskusi untuk menyelesaikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru serta mendengarkan penjelasan guru maupun siswa, dari proses belajar tersebut telah memberikan penguatan pemahaman yang lebih. Trianto (2007) menuturkan pemahaman materi yang diperoleh hanya dengan sikap perhatian saja tanpa adanya proses pengulangan, proses masuknya informasi lebih bersifat jangka pendek, sehingga usaha yang dilakukan siswa dalam memahami materi agar dapat tersimpan dalam memori jangka pajang, mereka harus ada usaha mandiri melalui proses pengulangan materi secara terus menerus. Berikut ini dokumentasi aktifitas belajar siswa menggunakan metode Guided Teaching

(49)

Gambar 5. (a). Aktifitas siswa sedang memberikan pendapat dan mendengarkan penjelasan dari siswa. (b). Hasil pengorganisasian konsep atas penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. Kriteria siswa yang tidak aktif, pada kelas eksperimen tidak ada, dikarenakan siswa secara umum melakukan aktifitas belajar minimal memperoleh skor 6 dalam aktifitas belajarnya, sehingga interpretasi aktifitasnya terendah kategori kurang aktif. Tanggapam guru juga menunjukan penggunaaan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan membantu siswa dalam meningkatkan keaktifan dan kesemangatan belajar. pembelajaran dengan metode tersebut rata-rata keaktifan siswa klasikal, menunjukan keaktifan siswa kelas eksperimen 90,81% (tabel 9). Dari keaktifan siswa belajar pada kelas eksperimen, pembelajaran dengan metode

Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep termasuk kategori pembelajaran

efektif, karena lebih dari 75% telah menjadikan siswa aktif dalam belajar.

Mulyasa (2006) berpendapat bahwa keberhasilan suatu proses belajar mengajar memberikan acuan bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila minimal

Gambar

Gambar
Tabel 1  Indikator menurut jenjang kognitif Bloom
Gambar 1.  Kerangka berfikir Guided Teaching dalam  mengorganisasikan konsep
Tabel 2 Hasil analisis validitas butir soal uji coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

adalah questionnaire yaitu daftar pertanyaan yang mencakup semua pernyataan dan pertanyaan yang akan digunakan untuk mendapatkan data, baik yang. dilakukan melalui

Responden dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok, yaitu 30 wanita hamil trimester tiga dari Poli obsgin dan kelompok kontrol adalah wanita tidak hamil

Artinya bahwa perbankan syariah atau Bank Muamalat Indonesia (BMI) harus mampu memberikan layanan yang sesuai dengan harapan nasabah yang berdasarkan prinsisp-prinsip hukum

Menurut Arifin (dalam Rahman, 2009:76) syarat-syarat guru professional adalah 1) dasar Ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan tehadap masyrakat teknologi dan

Intoleransi terhadap keberadaan orang lain yang berbeda identitas meningkat jika dibandingkan dengan survei yang sama yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) tahun

Berdasarkan Undang – UndangRepublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab XI pasal 39 dijabarkan bahwa pendidik merupakan tenaga

 panitia mutu dan Ketua dan anggota keselamatan pasien Dokumen: Data indikator mutu Kepala unit kerja. Hasil evaluasi dan

Melalui kajian pustaka ini dapat dipelajari karakteristik dan konsep desain kapasitas lentur beton mutu tinggi yang meliputi sifat-sifat fisik, dan mekanik yang dapat