• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Analisis ragam dalam populasi pada semua karakter galur selfing-1 varietas NK-33 menunjukan bahwa jika dalam populasi galur selfing-1 berbeda nyata maka akan berpengaruh pada nilai heritabilitas. Jika hasil analisis ragam pada masing-masing galur selfing-1 berbeda nyata signifikan nilai heritabiltas akan tinggi. Keragaman antar populasi galur selfing-1 varietas NK-33 hanya terjadi pada karakter seperti daya hidup, panjang tanaman 14 HST dan 28 HST dan saat bunga jantan keluar sedangkan pada karakter jumlah daun, tanaman tidak sehat, komponen hasil dan panjang tanaman 42 HST menunjukan tidak bedanyata, hal ini juga dapat dilihat dari nilai heritabilitas. Galur selfing-1 varietas NK-33 menunjukan bebepa karakter tanaman jagung memiliki penurunan yang nyata dibandingkan dengan tetua varietas NK-33, tetapi secara kualitas dengan jumlah biji yang sma yaitu 100 tidak menunjukan beda nyata dengan tetuanya. 4.2.1 Penampilan karakter galur selfing-1 varietas NK-33

Hasil analisis ragam galur-galur selfing-1 varietas NK-33 dengan karakter panjang tanaman, jumlah daun, berat kering tongkol + klobot, berat kering tongkol, berat kering biji, berat 100 biji, saat bunga jantan keluar, saat bunga betina keluar, saat masak, persentase tanaman vigor ,persentase tanaman hidup dan persentase tanaman tidak sehat menunjukkan bahwa galur S1-04 dan S1-06 merupakan galur yang baik untuk selfing-2 ditunjukkan oleh semua karakter pengukuran terutama pada persentase tanaman vigor, persentase tanaman

35

hidup, panjang tanaman, jumlah daun dan saat bunga jantan keluar. galur S1-01 merupakan yang paling jelek untuk selfing-2 ditunjukkan oleh semua terutama karakter panjang tanaman, persentase tanaman hidup dan saat bunga jantan keluar. Tetapi komponen hasil pada galur S1-04 memiliki nilai rata-rata yang paling rendah dibandingkan dengan galur-galur selfing-1 yang lain, hal ini disebabkan oleh persaingan hara yang merupakan resiko dari daya hidup yang tinggi sehingga populasinya lebih besar dibandingkan dengan galur-galur selfing- 1 lainnya. Roy Efendi dan Suwardi (2010) mengungkapkan bahwa populasi

tanaman yang tinggi menimbulkan kompetisi penyerapan, o2, co2, unsur hara

tanaman, meningkatkan senescence daun, tinggi tanaman, konsumsi air, tongkol mandul dan penurunan diameter batang. Galur selfing-1 varietas NK-33 yang paling baik berdasarkan persentase tanaman hidup yang sehat, tanaman yang paling panjang, jumlah daun paling banyak, waktu keluar bunga jantan dan betina paling cepat, saat masak paling cepat dan komponen hasil terutama berat biji dan berat 100 biji paling berat, digunakan untuk generasi selfing-2 adalah S1- 02, S1-04 dan S1-06.

Analisis ragam dalam populasi menunjukkan galur S1-03 merupakan galur yang tidak berbeda nyata antar setiap tanaman untuk karakter panjang tanaman, jumlah daun, berat kering tongkol + klobot, berat kering tongkol, berat kering biji, berat berat 100 bji, saat bunga jantan keluar saat bunga betina keluar dan saat masak, sedangkan galur S1-01 menunjukkan galur yang berbeda nyata untuk karakter saat bunga jantan keluar, saat bunga betina keluar dan saat masak tongkol. Analisis ragam menunjukkan bahwa antar galur S1-01,S1-02, S1-03 ,S1-04, S1-05 dan S1-06 karakter produksi seperti berat kering tongkol + klobot, berat kering tongkol, berat kering biji, berat 100 biji, saat bunga betina keluar dan saat masak tidak berbeda nyata. Karakter lain yang menunjukkan tidak berbeda nyata adalah persentase tanaman tidak sehat.

36

Menurut Kustera, (2008) keragaman fenotipe yang tinggi disebabkan oleh adanya keragaman yang besar dari lingkungan dan keragaman genetik akibat segregasi. Keragaman yang teramati merupakan keragaman fenotipik yang dihasilkan karena perbedaan genotip. Menurut Mangoendidjojo, (2003) hasil dari silang dalam akan membentuk populasi tanaman yang cenderung merupakan kumpulan suatu lini murni (pure lines), yang menunjukkan proporsi homozigot baik yang dominan atau resesif secara terpisah. Hasil Analisis ragam menunjukkan bahwa homozigozitas dari tanaman jagung mulai terlihat pada beberapa karakter pengamatan dalam populasi galur maupun antar galur seperti, galur S1-03 pada karakter karakter panjang tanaman, jumlah daun, berat kering tongkol + klobot, berat kering tongkol, berat kering biji, berat berat 100 bji, saat bunga jantan keluar saat bunga betina keluar dan saat masak

4.2.2 Penurunan karakter galur selfing-1 varietas NK-33

Penuranan karakter galur selfing-1 varietas NK-33 dibanding dengan tetua menggunakan uji t pada karakter panjang tanaman, jumlah daun, berat kering tongkol + klobot, berat kering tongkol, berat kering biji menunjukkan secara umum berbeda nyata dengan tetua varietas kecuali pada karakter panjang tanaman galur S1-02, S1-03, dan S1-06 dan berat tongkol galur S1-01. S1-03, dan S1-06. Berat 100 biji galur-galur selfing-1 varietas NK-33 dengan tetua varietas NK-33 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Menurut Takdir et al, (2008)Pengaruh silang dalam akan mengakibatkan terjadinya segregasi pada lokus yang heterozigot, frekuensi genotipe yang homozigot bertambah dan heterozigot berkurang. Apabila pada populasi f(A) = f(a) = 0,5 sehingga f(Aa) = 0,5, maka dengan silang dalam satu kali f(Aa) berkurang setengahnya menjadi 0,25. Silang dalam memperbesar peluang dua allel dalam suatu lokus berasal dari gen yang sama.

37

Persentase penurunan karakter galur-galur varietas NK-33 dapat menunjukkan segregasi lokus yang heterozigot, sehingga terjadi penurunan penampilan atau karakter pada tanaman jagung. Karakter yang digunakan adalah panjang tanaman, jumlah daun, berat kering tongkol + klobot, berat kering tongkol, berat kering biji dan berat kering 100 biji, rata penurunan masing-masing karakter adalah 34.71%, 21.25%, 52,20%, 57,65%, 53,22% dan 11,86%. Penurunan yang paling rendah dialami oleh karakter berat 100 biji. Penurunan yang paling banyak terjadi pada galur S1-04 hal ini disebabkan jumlah tanaman yang lebih banyak dibanding galur lain sehingga terjadi persaingan

memperebutkan unsur hara, cahaya matahari, o2 dan co2. Penurunan yang paling

sedikit terjadi pada galur S1-02 dan S1-06. Segregasi lokus heterozigot menunjukkan depresi silang dalam yang dialami oleh galur- galur tanaman jagung varietas NK-33.

Menurut Takdir et al, (2008) Efek dari silang dalam (inbreeding) pada tanaman adalah: 1. Timbul keragaman fenotipe, penampilan tanaman kurang baik dibanding tanaman asalnya, seperti hasil lebih rendah, tanaman lebih pendek, defisiensi klorofil yang nampak dengan timbulnya noda-noda pada daun tanaman. Sifat lain yang jarang terjadi adalah timbulnya endosperm yang tidak berguna dan resistensi terhadap beberapa penyakit seperti karat, hawar, dan bercak daun Helminthosporium. Keragaman fenotipe sangat berguna untuk memilih tanaman yang dikehendaki. 2. Silang dalam beberapa generasi akan mengakibatkan adanya perbedaan antargalur, tetapi antartanaman dalam galur yang sama akan semakin seragam. 3. Ciri utama akibat silang dalam adalah berkurangnya vigor yang diikuti oleh pengurangan hasil, dan ini berhubungan erat dengan pengurangan tinggi tanaman, panjang tongkol, dan beberapa karakter lain. Pengurangan hasil akan berlangsung terus meskipun pengurangan ukuran tanaman sudah tidak nampak

38

4.2.3 Nilai heritabilitas beberapa karakter dan galur generasi selfing-1 varietas NK-33

Variasi genetik yang di tunjukan nilai heritabilitas galur-galur selfing-1 varietas NK-33 dengan karakter panjang tanaman, jumlah daun, berat kering tongkol + klobot, berat kering tongkol, berat kering biji, berat kering 100 biji, saat bunga jantan keluar, saat bunga betina keluar, saat masak, persen tanaman hidup dan persen tanaman tidak sehat menunjukkan bahwa galur S1-03 memiliki nilai heritabilitas rendah yang ditunjukan oleh karakter panjang tanaman, jumlah daun, berat kering tongkol + klobot, berat kering tongkol, berat kering biji, berat berat 100 bji, saat bunga jantan keluar saat bunga betina keluar artinya keragaman yang muncul pada galur S1-03 dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan merupakan galur yang seragam. Galur S1-01 menunjukkan nilai heritabilitas yang tinggi pada karakter panjang tanaman, jumlah daun, berat kering tongkol + klobot, berat kering tongkol, berat kering biji, berat berat 100 bji, saat bunga jantan keluar saat bunga betina keluar. Hal ini menunjukkan keragaman yang muncul pada galur S1-01 dipengaruhi oleh faktor genetic dan merupakan galur yang beragam. Nilai heritabilitas menunjukkan galur S1-03 mempunyai keragaman yang rendah karena faktor lingkungan dan galur S1-01 menunjukkan faktor genetik lebih berpengaruh terhadap keragaman genetik dan dapat dilanjutkan untuk selfing-2.

Menurut Sembiring (2010) nilai heritabilitas menunjukkan persentase pengaruh genetik terhadap fenotip yang diwariskan tetua. Semakin tinggi nilai heritabilitas maka varian genetik lebih berpengaruh dari varian lingkungan dan sebaliknya. Heritabilitas juga menentukan keberhasilan seleksi karena heritabilitas dapat memberikan petunjuk suatu sifat lebih dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor lingkungan. Ragam genetik terjadi sebagai akibat bahwa tanaman jagung mempunyai karakter genetik berbeda, dapat dilihat pada

39

varietas yang sama dan galur yang berbeda ditanam pada lingkungan yang sama. Hal ini sesuai dengan Budiyanti (2007) yang meyebutkan Heritabilitas merupakan suatu karakter genetik yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu genotip dalam populasi tanaman dalam mewariskan karakter-karakternya baik yang dikendalikan secara kuantitatif maupun kualitatif.

4.2.4 Pendugaan gen yang mengendalikan warna bunga jantan

Tetua jagung varietas NK-33 memiliki bunga jantan berwarna merah tetapi pada galur selfing-1 varietas NK-33 tidak semua warna bunga jantan merah hal ini menunjukkan bahwa tetua merupakan tanaman heterozigot dengan warna merah dominan, merah hijau intermediet dan hijau resesif.

Analisis warna bunga jantan menggunakan analisis kualitatif chi square menunjukkan bahwa galur-galur varietas NK-33 yang mengikuti nisbah mendel semidominan yaitu S1-01, S1-02 dan S1-03 dengan Selang kepercayaan warna bunga jantan tanaman jagung selfing-1 varietas NK-33 menunjukkan pada galur S1-01 dan S1-02 paling tinggi dengan nilai 25%-50% dan S1-03 yaitu 10%- 25% sedangkan galur S1-04, S1-05 dan S1-06 tidak memenuhi nisbah mendel karena selang kepercayaan <10% warna bunga yang muncul yaitu merah, merah hijau dan hijau.

Hal ini sesuai dengan modifikasi nisbah mendel semidominan. Peristiwa semi dominansi terjadi apabila suatu gen dominan tidak menutupi pengaruh alel resesifnya dengan sempurna, sehingga pada individu heterozigot akan muncul sifat antara (intermedier). Dengan demikian, individu heterozigot akan memiliki fenotipe yang berbeda dengan fenotipe individu homozigot dominan (nugroho, 2012).

Dokumen terkait