KERAGAAN GENERASI SELFING-1
TANAMAN JAGUNG (Zea mays) VARIETAS NK33
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Program Studi Agroteknologi
oleh
ERICK SETIAWAN GUNAWAN NPM : 1025010007
kepada
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR
Tim Dosen Penguji,
TANAMAN JAGUNG (Zea mays) VARIETAS NK33
Diajukan oleh :
ERICK SETIAWAN GUNAWAN 1025010007
Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi : Agroteknologi fakultas pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 20 januari 2014
Telah direvisi
Tanggal :...2014
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
SURAT PERNYATAAN
Berdasar Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan
Permendiknas N0. 17 Tahun 2010, Pasal 1 Ayat 1 tentang plagiarisme
Maka saya sebagai Penulis Skripsi dengan judul :
Keragaan Generasi Selfing-1 Tanaman Jagung (Zea Mays) Varietas Nk33
Menyatakan bahwa Skripsi tersebut di atas bebas dari plagiarism.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar - benarnya dan saya sanggup mempertangungjawabkan sesuai dengan hukum dan perundangan yang berlaku.
Surabaya,…,ferbruari.2014 Yang Membuat Pernyataan,
Erick Setiawan Gunawan NPM : 1025010007
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KERAGAAN GENERASI SELFING-1 TANAMAN JAGUNG (Zea mays) VARIETAS NK-33”
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ibu Ir. Makhziah, MP, selaku dosen pembimbing utama, yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Juli Santoso, MP selaku dosen pembimbing pendamping yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis.
3. Bapak Ir. Mulyadi, MS selaku kaprogdi Agroteknologi yang telah memberikan petunjuk-petunjuk untuk meyelesaikan skripsi.
4. Bapak Dr. Ir. Ramdan Hidayat MS selaku dekan Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Ir. Yonny Koentjoro, MM, yang memberi arahan dalam penelitian dalam penilitian.
6. Wiangga Purba dan Imelda Virgo sebagai teman yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi.
Semoga Tuhan membalas kebaikan dan ketulusan semua dengan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Skripsi ini masih banyak kekurangan dan hal-hal yang perlu disempurnakan, oleh sebab itu saya sangat diharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi sempurnanya skripsi ini.
Surabaya, Januari 2014
DAFTAR ISI
2.2 Varietas Tanaman Jagung ... 6
2.3 Selfing Tanaman Jagung ... 8
2.4 Heritabilitas ... 9
2.5 Keragaman Fenotipe dan Genotipe ... 10
2.6 Progenitas ... 11
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 12
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 12
3.2 Bahan Dan Alat ... 12
3.3 Metode Penelitian ... 12
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 12
3.5 Parameter Pengamatan ... 15
3.6 Analisa Statistik ... 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
4.1 Hasil Penelitian ... 20
4.1.1 Penampilan karakter galur selfing-1 varietas NK-33 ... 20
4.1.2 Penurunan karakter galur selfing-1 varietas NK-33 ... 25
4.2.1 Nilai heritabilitas beberapa karakter dan galur generasi selfing-1 varietas NK-33 ... 30
4.1.4 Pendugaan gen yang mengendalikan warna bunga jantan ... 32
ii
4.2.1 Penampilan karakter galur selfing-1 varietas NK-33 ... 34
4.2.2 Penurunan karakter galur selfing-1 varietas NK-33 ... 36
4.2.3 Nilai heritabilitas beberapa karakter dan galur generasi selfing-1 varietas NK-33 ... 38
4.2.4 Pendugaan gen yang mengendalikan warna bunga jantan ... 39
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
5. 1 Kesimpulan ... 40
5. 2 Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 42
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Analasis Ragam Antar Populasi ... 17
2. Analisis Ragam Dalam Populasi... 17
3. Persetase tanaman hidup (%) dan tidak sehat (%)generasi selfing-1
varietas NK-33 ... 20
4. Nilai Rata – rata panjang tanaman (cm) pada waktu 14 HST, 28 HST dan 42 HST generasi selfing-1 varietas NK-33 ... 21
5. Nilai Rata – rata Jumlah daun pada waktu 14 HST, 28 HST dan
42 HST generasi selfing-1 varietas NK-33 ... 22
6. Nilai Rata – rata saat bunga jantan(HST) dan betina keluar (HST) dan saat masak (HST) generasi selfing-1 varietas NK-33 ... 23
7. Nilai rata-rata komponen hasil (g) generasi selfing-1 varietas NK-33... 24
8. Perbandingan rata-rata panjang tanaman (cm) antara tetua dan galur
selfing-1 varietas NK-33 ... 25
9. Perbandingan rata-rata jumlah daun antara tetua dan galur selfing-1
varietas NK-33 ... 26
10. Perbandingan rata-rata berat tongkol + Klobot (g)antara tetua dan
galur selfing-1 varietas NK-33 ... 27
11. Perbandingan rata-rata berat tongkol(g).antara tetua dan Galur
selfing-1 varietas NK-33 ... 28
12. Perbandingan rata-rata berat biji(g/tongkol)). antara tetua dan Galur
selfing-1 varietas NK-33. ... 28
13. Perbandingan rata-rata berat 100 biji (g) antara tetua dan Galur
selfing-1 varietas NK-33 parameter ... 29
14. Nilai heritabilitas semua galur selfing-1 tanaman jagung varietas NK-33... 32
15. Nilai heritabilitas masing-masing galur selfing-1(S1-01, S1-02, S1-03,
S1-04, S1-05, S1-06). ... 33
iv Lampiran
1. Analisa ragam persen tanaman hidup galur selfing-1 varietas NK-33 ... 45
2. Analisa ragam persen tanaman sakit galur selfing-1 varietas NK-33 ... 45
3. Analisa ragam panjang tanaman(cm) galur selfing-1 varietas NK-33 pada umur 14 HST ... 45
4. Analisa ragam panjang tanaman(cm) galur selfing-1 varietas NK-33 pada umur 28 HST ... 45
5. Analisa ragam panjang tanaman(cm) galur selfing-1 varietas NK-33 pada umur 42 HST ... 45
6. Analisa ragam jumlah daun galur selfing-1 varietas NK-33 pada umur 14 HST ... 46
7. Analisa ragam jumlah daun galur selfing-1 varietas NK-33 pada umur 28 HST ... 46
8. Analisa ragam jumlah daun galur selfing-1 varietas NK-33 pada umur 42 HST ... 46
9. Analisa ragam saat bunga jantan keluar (HST) galur selfing-1 varietas NK-33 ... 46
10. Analisa ragam saat bunga betina keluar (HST) galur selfing-1 varietas NK-33 ... 47
11. Analisa ragam saat masak (HST) galur selfing-1 varietas NK-33 ... 47
12. Analisa ragam berat tongkol + klobot galur selfing-1 varietas NK-33 ... 47
13. Analisa ragam berat tongkol galur selfing-1 varietas NK-33 ... 47
14. Analisa ragam berat biji galur selfing-1 varietas NK-33 ... 47
15. Analisa ragam berat 100 biji galur selfing-1 varietas NK-33 ... 48
16. Analisa ragam panjang tanaman galur S1-01 varietas NK-33 pada umur 48 HST ... 48
17. Analisa ragam panjang tanaman galur S1-02 varietas NK-33 pada umur 48 HST ... 48
18. Analisa ragam panjang tanaman galur S1-03 varietas NK-33 pada umur 48 HST ... 48
20. Analisa ragam panjang tanaman galur S1-05 varietas NK-33 pada umur
48 HST ... 49
21. Analisa ragam panjang tanaman galur S1-06 varietas NK-33 pada umur 48 HST ... 49
22. Analisa ragam jumlah daun galur S1-01 varietas NK-33 pada umur 48 HST ... 49
23. Analisa ragam jumlah daun galur S1-02 varietas NK-33 pada umur 48 HST ... 49
24. Analisa ragam jumlah daun galur S1-03 varietas NK-33 pada umur 48 HST ... 49
25. Analisa ragam jumlah daun galur S1-04 varietas NK-33 pada umur 48 HST ... 50
26. Analisa ragam jumlah daun galur S1-05 varietas NK-33 pada umur 48 HST ... 50
27. Analisa ragam jumlah daun galur S1-06 varietas NK-33 pada umur 48 HST ... 50
28. Analisa ragam berat tongkol + klobot (g) galur S1-01 pada umur 48 HST ... 50
29. Analisa ragam berat tongkol + klobot (g) galur S1-02 pada umur 48 HST ... 51
30. Analisa ragam berat tongkol + klobot (g) galur S1-03 pada umur 48 HST ... 51
31. Analisa ragam berat tongkol + klobot (g) galur S1-04 pada umur 48 HST ... 51
32. Analisa ragam berat tongkol + klobot (g) galur S1-05 pada umur 48 HST ... 51
33. Analisa ragam berat tongkol + klobot (g) galur S1-06 pada umur 48 HST ... 52
34. Analisa ragam berat tongkol (g) galur S1-01 pada umur 48 HST ... 52
35. Analisa ragam berat tongkol (g) galur S1-02 pada umur 48 HST ... 52
36. Analisa ragam berat tongkol (g) galur S1-03 pada umur 48 HST ... 52
37. Analisa ragam berat tongkol (g) galur S1-04 pada umur 48 HST ... 53
vi
39. Analisa ragam berat tongkol (g) galur S1-06 pada umur 48 HST ... 53
40. Analisa ragam berat biji (g) galur S1-01 pada umur 48 HST ... 53
41. Analisa ragam berat biji (g) galur S1-02 pada umur 48 HST ... 53
42. Analisa ragam berat biji (g) galur S1-03 pada umur 48 HST ... 54
43. Analisa ragam berat biji (g) galur S1-04 pada umur 48 HST ... 54
44. Analisa ragam berat biji (g) galur S1-05 pada umur 48 HST ... 54
45. Analisa ragam berat biji (g) galur S1-06 pada umur 48 HST ... 54
46. Analisa ragam berat 100 biji (g) galur S1-01 pada umur 48 HST ... 54
47. Analisa ragam berat 100 biji (g) galur S1-02 pada umur 48 HST ... 55
48. Analisa ragam berat 100 biji (g) galur S1-03 pada umur 48 HST ... 55
49. Analisa ragam berat 100 biji (g) galur S1-04 pada umur 48 HST ... 55
50. Analisa ragam berat 100 biji (g) galur S1-05 pada umur 48 HST ... 55
51. Analisa ragam berat 100 biji (g) galur S1-06 pada umur 48 HST ... 55
52. Analisa ragam saat bunga jantan keluar (HST) galur S1-01 pada umur 48 HST ... 56
53. Analisa ragam saat bunga jantan keluar (HST) galur S1-02 pada umur 48 HST ... 56
54. Analisa ragam saat bunga jantan keluar (HST) galur S1-03 pada umur 48 HST ... 56
55. Analisa ragam saat bunga jantan keluar (HST) galur S1-04 pada umur 48 HST ... 56
56. Analisa ragam saat bunga jantan keluar (HST) galur S1-05 pada umur 48 HST ... 56
57. Analisa ragam saat bunga jantan keluar (HST) galur S1-06 pada umur 48 HST ... 57
58. Analisa ragam saat bunga betina keluar (HST) galur S1-01 pada umur 48 HST ... 57
60. Analisa ragam saat bunga betina keluar (HST)galur S1-03
pada umur 48 HST ... 57
61. Analisa ragam saat bunga betina keluar (HST)galur S1-04 pada umur 48 HST ... 57
62. Analisa ragam saat bunga betina keluar (HST)galur S1-05 pada umur 48 HST ... 58
63. Analisa ragam saat bunga betina keluar (HST) galur S1-06 pada umur 48 HST ... 58
64. Analisa ragam saat masak (HST) galur S1-01 pada umur 48 HST ... 58
65. Analisa ragam saat masak (HST) galur S1-02 pada umur 48 HST ... 58
66. Analisa ragam saat masak (HST) galur S1-03 pada umur 48 HST ... 58
67. Analisa ragam saat masak (HST) galur S1-04 pada umur 48 HST ... 59
68. Analisa ragam saat masak (HST) galur S1-05 pada umur 48 HST ... 59
69. Analisa ragam saat masak (HST) galur S1-06 pada umur 48 HST ... 59
70. Variabilitas genotip(vg), fenotip(Vp), lingkungan(ve) dan heritabilitas (H) selfing-1 varietas NK-33 ... 60
71. Variabilitas genotip(vg), fenotip(Vp), lingkungan(ve) dan heritabilitas (H) masing-masing selfing-1 varietas NK-33 ... 61
72. Uji t-test panjang tanaman masing-masing galur selfing-1 ... 62
73. Uji t-test jumlah daun masing-masing galur selfing-1 ... 63
74. Uji t-test berat tongkol + klobot masing-masing galur selfing-1 ... 64
75. Uji t-test berat tongkol masing-masing galur selfing-1 ... 65
76. Uji t-test berat biji masing-masing galur selfing-1 ... 66
77. Uji t-test berat 100 biji masing-masing galur selfing-1 ... 67
78. Uji chi square pada masing-masing galur selfing-1 varietas NK-33 ... 68
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Denah Percobaan ... 14
2. Bunga jantan tanaman jagung selfing -1 varietas Nk-33 berwarna
KERAGAAN GENERASI SELFING-1
TANAMAN JAGUNG (Zea mays) VARIETAS NK33
Erick Setiawan Gunawan, Makhziah dan Juli Santoso Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya
ABSTRAK
Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang merupakan salah satu pangan dunia yang terpenting selain gandum dan padi. Salah satu upaya peningkatan produksi jagung adalah dengan menggunakan varietas unggul yaitu varietas hibrida yang merupakan generasi pertama hasil persilangan antar tetua berupa galur inbred yang homozigot sehingga menghasilkan F1 yang sangat vigor. Tujuan penelian mengevaluasi galur inbred generasi selfing-1 dari jagung varietas NK-33 dan mendapatkan galur selfing-1 yang baik untuk kegiatan selfing-2. Penelitian dilakukan pada Lahan percobaan Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur, Galur selfing-1 ditanam menggunakan Rancagan Acak Kelompok yang di ulang 3 kali. Tanaman mempunyai jarak tanam 70 cm x 20 cm dengan baris tunggal. Analisa statistik yang digunakan adalah analisis ragam untuk mencari perbedaan antar galur dan dalam galur, nilai heritabilitas untuk melihat keragaman genetik, uji T untuk membandingkan tetua dengan galur selfing-1 dan analisis chi square untuk menduga komposisi gen bunga jantan. Galur yang terbaik adalah galur S1-02, S1-04 dan S1-06. Galur S1-02 menunjukkan penampilan terbaik untuk karakter,panjang tanaman, jumlah daun, berat tongkol+klobot, berat tongkol, berat biji dan berat 100 biji. Galur S1-02 juga mempunyai penurunan karakter yang rendah (35.45%) dengan tetuanya untuk karakter panjang tanaman, jumlah daun, berat tongkol+klobot, berat tongkol dan berat 100 biji. Galur S1-04 menunjukkan penampilan terbaik untuk karakter, persentase tanaman vigor (70,83%), panjang tanaman, jumlah daun dan saat
PERFORMANCE OF SELFING GENERATION – 1 CORN ( ZEA MAYS ) VARIETIES NK33
Erick Gunawan Setiawan. Makhziah and Juli Santoso Faculty of Agriculture UPN " Veteran " East Java, Surabaya
ABSTRACT
Corn is one of the cereal crops is one of the world's most important food in addition to wheat and rice. One of the efforts to increase maize production is to use high yielding varieties are hybrid varieties that are first generation elders from crosses between inbred strains are homozygous form to produce F ¬ 1 very vigor. The purpose of evaluating penelian selfing generation inbred lines of maize varieties - 1 NK - 33 and get a selfing - 1 strains are good for selfing - 2 activity. The study was conducted at the Faculty of Agricultural Land trial UPN " Veteran " East Java. selfing - 1 strains are grown using the Randomized Rancagan repeated 3 times. Plants have a spacing of 70 cm x 20 cm with a single line. The statistical analysis used was analysis of variance to look for differences among strains and within strains. heritability to see genetic diversity. T test to compare the elders with selfing strain - 1 and chi square analysis to estimate the composition of the gene of interest is male. The best strain is strain S1 - 02. S1 - 04 and S1 - 06. Strain S1 - 02 showed the best performance for the character. the length of the plant. number of leaves. cobs + klobot weight. cob weight. 100 seed weight and seed weight. Strain S1 - 02 also had a reduction in low character ( 35.45 % ) with the parent plant to the character length, number of leaves. cobs + klobot weight, cob weight and the weight of 100 seeds. Strain S1 - 04 showed the best performance for the character, the percentage of plant vigor ( 70.83 % ), plant length. number of leaves and flowers while the male out early. Strain S1 - 06 has the best character to character. plant vigor ( 47.50 % ). plant length. number of leaves. cobs + klobot weight. cob weight. seed weight. while male flowers out and when ripe, has a low decline ( 35.97 % ) the characters, the length of plant. number of leaves, cobs + klobot weight, cob weight. 100 seed weight and seed weight.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang bisa tumbuh hampir
di seluruh daerah di Indonesia dan salah satu pangan dunia yang terpenting
selain gandum dan padi. Potensi pemasaran jagung terus mengalami
peningkatan. Hal tersebut bisa dilihat dari semakin berkembangnya industri
peternakan, yang secara tidak langsung akan meningkatkan permintaan jagung
sebagai campuran bahan pakan ternak dan perkembangan produk pangan dari
jagung dalam bentuk pipilan untuk cemilan maupun dalam bentuk tepung yang
dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan produk pangan.
Menurut badan pusat statistik (2012) produksi jagung pada tahun 2010
sebesar 18.33 juta ton, meningkat sebanyak 697.89 ribu ton (3.96%)
dibandingkan tahun 2009. Angka ramalan I (Aram I) produksi jagung tahun 2011
sebesar 17.93 juta ton. Jumlah ini turun sekitar 438 960 ton atau 2.39%
dibandingkan produksi tahun lalu. Sedangkan untuk produktivitas jagung di
Indonesia pada tahun 2009 sebesar 4.24 ton/ha mengalami peningkatan pada
tahun 2010 sebesar 4.48% menjadi 4.43 ton/ha. Angka ramalan II (Aram II),
produktivitas jagung tahun 2011 sebesar 4.46 ton/ha. Produksi jagung 2012
(ARAM I) diperkirakan sebesar 18,95 juta ton pipilan kering atau naik sebesar
1,30 juta ton (7,38%) dibandingkan 2011. Kenaikan produksi tersebut terjadi
karena adanya perkiraan peningkatan luas panen seluas 132,78 ribu hektar
(3,44%) dan produktivitas sebesar 1,74 kuintal/hektar (3,81%).
Salah satu upaya peningkatan produksi jagung adalah dengan
menggunakan varietas unggul yaitu varietas hibrida yang merupakan generasi
pertama hasil persilangan antar tetua berupa galur inbred yang homozigot
2
dominan yang mampu untuk memberi hasil tinggi. Penggunaan jagung varietas
hibrida selain meningkatkan hasil, juga memberikan beberapa keuntungan lain
yaitu lebih toleran terhadap hama penyakit, lebih tanggap terhadap pemupukan,
pertanaman dan tongkol lebih seragam, di samping itu jumlah biji lebih banyak
dan lebih berat. (Dahlan, 1988 dalam Takdir, Sunarti, dan Mejaya, 2008).
Langkah penting dalam pembentukan hibrida: 1. Pembentukan galur inbred,
dengan melakukan beberapa generasi silang dalam (selfing); 2. Penilaian galur
inbred berdasarkan uji daya gabung umum dan uji daya gabung khusus untuk
menentukan kombinasi persilangan terbaik dengan metode persilangan dialel; 3.
Pembentukan benih hibrida dengan persilangan di antara galur inbred yang
terpilih. Metode yang digunakan dalam program pemuliaan tanaman adalah
meliputi pemilihan tetua, hibridisasi, seleksi dan pengujian daya adaptasi
(Hasyim, 2007).
Galur murni dihasilkan dari penyerbukan sendiri hingga diperoleh tanaman
yang homozigot. Galur murni memerlukan waktu lima hingga tujuh generasi
penyerbukan sendiri yang terkontrol. Dalam membentuk galur murni baru,
seorang pemulia mulai dengan individu tanaman yang heterozigot. Dengan
penyerbukan sendiri, terjadi segregasi dan penurunan vigor. Penurunan vigor
akan terlihat pada tiap generasi penyerbukan sendiri hingga galur homozigot
terbentuk. Sekitar setengah dari total penurunan vigor terjadi pada generasi
pertama penyerbukan sendiri, kemudian menjadi setengahnya pada generasi
berikutnya. Selain mengalami penurunan vigor, individu tanaman yang diserbuk
sendiri menampakkan berbagai kekurangan seperti: tanaman bertambah pendek,
cenderung rebah, peka terhadap penyakit, dan bermacam-macam karakter lain
yang tidak diinginkan. Munculnya fenomena-fenomena tersebut dikenal dengan
istilah depresi tangkar dalam atau inbreeding depression (Poehlman, 1983 dalam
3
tinggi tanaman (10.4%) lebih rendah dari tekanan silang dalam terhadap hasil
(32.9%) (Jones dan Bingham, 1995dalam Suwarno, 2008)
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil adalah
1. Bagaimana penampilan karakter galur selfing-1 varietas NK-33?
2. Apakah terjadi penurunan penampilan generasi selfing-1 dibandingkan
dengan tetua varietas NK-33?
3. Apakah terdapat variasi genetik pada penampilan generasi selfing-1 varietas
NK-33?
4. Bagaimana Komposisi gen yang mengendalikan warna bunga jantan selfing-1
dari varietas NK-33?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitiaan pada jagung varietas NK-33 adalah untuk
mengevaluasi generasi selfing-1 dari jagung varietas NK-33 dan mendapatkan
galur selfing-1 yang baik untuk kegiatan selfing-2.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah
1. Menghasilkan galur murni sebagai tetua dari varietas hibrida.
2. Munculnya potensi-potensi genetik tanaman jagung.
3. Dapat menghasilkan varietas jagung yang unggul.
1.5 Hipotesis
1. Penampilan karakter generasi selfing-1 varietas NK-33 menunjukkan
4
2. Terjadinya penurunan penampilan dan hasil produksi generasi selfing-1
dibandingkan tetua tanaman jagung NK-33.
3. Nilai heritabilitas yang tinggi pada penampilan generasi selfing-1 varietas
NK-33.
4. Gen yang mengendalikan warna bunga jantan generasi selfing-1 adalah
dominan, semidominan dan resesif.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Tanaman Jagung
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar
seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah
akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal
akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan
akar seminal akan berhenti pada fase V3 (Syafruddin 2002).
Daun tanaman jagung mampu berkembang hingga 20-21 helai daun,
walaupun jagung mempuyai 20 helai daun namun hanya 14-15 saja yang
menyelesaikan stadia vegetatifnya (Farnham, Benson and Pearce, 2003).
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga
jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul
dari axillary apices tajuk (Subekti, Syafruddin, Efendi dan Sunarti, 2007).
Suhu yang dikehendaki tanaman jagung adalah antara 210 C-300 C. Akan
tetapi, untuk pertumbuhan yang baik bagi tanaman jagung khusunya jagung
hibrida, suhu optimum adalah 230C-270C. Suhu yang terlalu tinggi dan
kelembaban yang rendah dapat mengganggu proses persarian. Jagung hibrida
memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan, terutama saat berbunga dan
pengisian biji. Curah hujan normal untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah
jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus agar dapat tumbuh
optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah yang dapat
ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi), latosol,
grumosol, tanah berpasir (Wulandari dan Ayu, 2011).
Tanaman jagung adalah protandry, di mana pada sebagian besar
6
betina muncul (silking). Serbuk sari (pollen) terlepas mulai dari spikelet yang
terletak pada spike yang di tengah, 2-3 cm dari ujung malai (tassel), kemudian
turun ke bawah. Satu bulir anther melepas 15-30 juta serbuk sari. Serbuk sari
sangat ringan dan jatuh karena gravitasi atau tertiup angin sehingga terjadi
penyerbukan silang. Hampir 95% dari serbuk sari tersebut berasal dari tanaman
lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Sehingga
pada tanaman jagung di alam mempunyai komposisi gen yang heterozigot
(Subekti dkk, 2007).
2.2 Varietas Tanaman Jagung
Varietas adalah individu tanaman yang memiliki sifat yang dapat
dipertahankan setelah melewati berbagai proses pengujian keturunan. Varietas
berdasarkan teknik pembentukannya dibedakan atas varietas hibrida, varietas
sintetik dan varietas komposit (Mangoendidjojo, 2003).
Varietas jagung bersari bebas dapat berupa varietas sintetik maupun
komposit. Varietas sintetik dibentuk dari beberapa galur inbrida yang memiliki
daya gabung umum yang baik, sedangkan varietas komposit dibentuk dari galur
inbrida, varietas bersari bebas, dan hibrida. Dalam pembentukan varietas bersari
bebas yang perlu diperhatikan adalah populasi dasar yang akan diperbaiki dan
metode yang digunakan dalam perbaikan populasi tersebut. Varietas sintetik
adalah populasi bersari bebas yang berasal dari silang sesamanya (intercross)
antar galur inbrida, yang diikuti oleh perbaikan melalui seleksi. Pembentukan
varietas sintetik diawali dengan pengujian silang puncak (persilangan galur
dengan penguji) untuk menguji galur, terutama untuk menentukan daya gabung
umum galur-galur yang jumlahnya banyak. Oleh karena itu varietas sintetik
merupakan hasil sementara dari program pembentukan hibrida (Mejaya, Azrai,
7
persilangan antara tetua berupa galur inbrida. Varietas hibrida dapat dibentuk
pada tanaman menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang (Takdir
et al
.2008).Hibrida dikembangkan berdasarkan gejala hybrid vigor atau heterosis dengan
menggunakan populasi generasi F1 sebagai tanaman produksi. Oleh karena itu,
varietas hibrida selalu dibuat atau diperbaharui untuk mendapatkan generasi F1
(Departemen pertanian, 2007).
Produksi jagung berbeda antar daerah, terutama disebabkan oleh
perbedaan kesuburan tanah, ketersediaan air, dan varietas yang ditanam. Variasi
lingkungan tumbuh akan mengakibatkan adanya interaksi genotipe dengan
lingkungan (Allard and Brashaw, 1964 dalam Iriany, Yasin dan.Takdir, 2008),
yang berarti agroekologi spesifik memerlukan varietas yang spesifik untuk dapat
memperoleh produktivitas optimal (Iriany dkk,2008).
Sedangkan menurut Johnson (1991) Jagung dapat dikelompokkan menurut
umur dan bentuk biji. Menurut umur, dibagi menjadi 3 golongan:
1. Berumur pendek (genjah): 75-90 hari, contoh: Genjah Warangan, Genjah
Kertas, Abimanyu dan Arjuna.
2. Berumur sedang (tengahan): 90-120 hari, contoh: Hibrida C 1, Hibrida CP 1
dan CPI 2, Hibrida IPB 4, Hibrida Pioneer 2, Malin,Metro dan Pandu.
3. Berumur panjang: lebih dari 120 hari, contoh: Kania Putih, Bastar, Kuning,
Bima dan Harapan.
Sedangkan menurut bentuk bijinya (kernel) ada 6 tipe utama jagung,
yaitu: dent, flint, flour, sweet, pop dan pod corns (Darrah, McMullen dan Zuber,
2003). Jagung jenis dent dicirikan dengan adanya corneous, horny endosperm
pada bagian sisi dan belakang kernel, serta pada bagian tengah inti jagung
menjulur hingga mahkota endospermanya lunak dan bertepung. Jagung jenis flint
8
granula tengah, kecil dan halus. Jagung jenis flour merupakan salah satu jenis
jagung yang sangat tua dimana hampir seluruh endospermanya berisi pati yang
lunak dan mudah dibuat tepung (Darrah et al.,2003). Jagung jenis sweet diyakini
sebagai jenis jagung mutasi yang mengandung sedikit pati dengan endosperma
berwarna bening. Jagung ini biasanya dikonsumsi sebagai campuran sayuran.
Jagung jenis pop memiliki kernel kecil dan keras seperti jenis flint dengan
kandungan pati yang lebih sedikit. Sedangkan jagung jenis pod merupakan
jagung hias dengan kernel tertutup dan pada umumnya jagung jenis ini tidak
ditanam secara komersil (Johnson, 1991).
2.3 Selfing Tanaman Jagung
Selfing adalah suatu metode dalam pemuliaan tanaman. Pelaksanaanya
adalah dengan cara melakukan penyerbukan sendiri. Penyerbukan sendiri
adalah perpindahan serbuk sari dari anther ke stigma dalam satu bunga. Tujuan
penyerbukan sendiri adalah untuk mengatur karakter-karakter yang diinginkan
dalam kondisi homozigot sehingga genotipe tersebut dapat dipelihara tanpa
perubahan genetik. Vigor yang hilang selama periode penyerbukan sendiri
diperoleh kembali pada progeni F1 ketika galur murni tersebut disilangkan
dengan galur murni lain yang tidak berhubungan (Sembiring, 2010).
Selfing pada tanaman menyerbuk silang akan mengakibatkan terjadinya
segregasi pada lokus yang heterozigot, frekuensi yang homozigot bertambah,
dan genotype heterozigot berkurang. Hal tersebut akan menyebabkan penurunan
vigor dan produktivitas tanaman, atau disebut juga depresi silang dalam
(inbreeding depression)
(
Takdir et al, 2008).
Menurut Mangoedidjojo (2003) kemunduran sifat-sifat ini sering disebut
adanya inbreeding depression. Selfing yang apabila berlanjut sampai beberapa
9
dengan komposisi genetiknya dalam kondisi yang homozigot. Kemunduran yang
terjadi pada suatu galur inbred sebagai akibat proses selfing dari generasi ke
generasi akan mengalami kemajuan genetik pada F1 bila dua galur inbred yang
tidak berkerabat disilangkan sesuai dengan teori munculnya heterosis .
2.4 Heritabilitas
Heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian dari
keragaman total (yang diukur dengan ragam) dari suatu sifat yang diakibatkan
dalam dua konteks. Secara luas, pengaruh keturunan termasuk semua pengaruh
gen, yaitu gen aditif, dominan dan epistatik. Heritabilitas dalam arti luas ini
biasanya dituliskan dengan H. Akan tetapi, taksiran pengaruh genetik aditif
biasanya lebih penting dari pengaruh genetik total. Heritabilitas dalam arti luas
hanya dapat menjelaskan berapa bagian dari keragaman fenotipik yang
disebabkan oleh pengaruh genetik dan berapa bagian pengaruh faktor
lingkungan, namun tidak dapat menjelaskan proporsi keragaman fenotipik pada
tetua yang dapat diwariskan pada turunannya. Untuk menentukan heritabilitas
suatu sifat adalah dengan melakukan percobaan seleksi untuk beberapa
generasi dan menentukan kemajuan yang diperolehnya, yang dibandingkan
dengan jumlah keunggulan dari tetua terpilih dalam semua generasi dari
percobaan seleksi. (Crowder, 1997).
Nilai heritabilitas suatu sifat tergantung pada tindak gen yang
mengendalikan gen tersebut. Jika heritabilitas dalam arti sempit suatu sifat
bernilai tinggi, maka sifat tersebut dikendalikan oleh tindak gen aditif pada kadar
yang tinggi. Sebaliknya jika heritabilitas alam arti sempit bernilai rendah, maka
sifat tersebut dikendalikan oleh tindak gen bukan aditif (dominan dan epistasis)
10
didominasi oleh varians aditif karena pengaruh aditif setiap alel akan diwariskan
dari tetua kepada progeninya (Suprapto dan Kairuddin, 2007).
2.5 Keragaman Genotipe Dan Fenotipe
Keragaman penampilan tanaman terjadi akibat sifat dalam tanaman
(genetik) atau perbedaan lingkungan kedua-duanya. Perbedaan susunan genetik
merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman.
Program genetik merupakan suatu untaian susunan genetik yang akan
diekspresikan pada satu atau keseluruhan fase pertumbuhan yang berbeda dan
dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan
fungsi tanaman dan akhirnya menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman
(Wulandari dan Ayu 2011).
Keragaman genetik berasal dari mutasi gen, rekombinasi ( pindah silang).
Pemisahan dan pengelompokan alel secara rambang ( random ) selama meiosis,
dan perubahan struktur kromosom. Keragaman ini menyebabkan perubahan
perubahan dalam jumlah bahan genetik yang menyebabkan perubahan fenotip
(Crowder, 1997).
Gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali jika
mereka berada di lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruh
terhadap perkembangan karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan
lingkungan terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari
bahwa keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan
oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap
variabilitas di dalam sifat yang lain, pertama disebabkan oleh perbedaan
lingkungan dimana individu berada (Allard, 2005).
Pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang bebeda
11
dalam penampilan fenotip dari tanaman bersangkutan, dan salah satunya dapat
dilihat dari pertumbuhannya (Darliah, Suprihatin, Vrees, Handayati, Herawati dan
Sutater, 2001).
2.6 Uji Progenitas
Uji progenitas dipergunakan sebagai suatu sistem evaluasi mengukur
karakter terbaik setiap induk yang dapat digunakan pada persilangan selanjutnya
dalam seleksi berulang. Uji keturunan tersebut dengan demikian tidak
mempersoalkan asal dari keturunan. Setiap produksi sistem keturunan berguna
dalam mengidentifikasi karakter induk yang dapat dipergunakan dalam program
pemuliaan spesifik (Welsh, 1991 dalam Sembiring, 2010).
Pada tanaman menyerbuk sendiri individu tanaman adalah homozigot.
Secara genotip dapat diproduksi pada keturunan dan kemungkinan dapat
dievaluasi melalui progeny test/pengujian keturunan (Hasyim, 2007).
Metode seleksi yang dikembangkan untuk meningkatkan proporsi karakter
yang diinginkan pada populasi tanaman secara konvensional tergantung dari
sistem perkembangbiakan tanaman dan peran gen-gen yang mengendalikan
karakter tersebut. Metode seleksi berdasarkan peran gen yang mengendalikan
karakter menduduki peranan yang lebih penting, dimana metode ini
dikembangkan atas dasar gen yang mengendalikan karakter tersebut, yang
mana gen ini diwariskan ke generasi-generasi berikutnya. Peran dan jumlah gen
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan tempat penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan adalah kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan ketinggian 3
-6 meter diatas permukaan laut pada bulan Juli – Oktober 2014.
3.2 Bahan dan alat
Bahan berupa benih hasil generasi selfing ke 1 dari ttetua varietas NK-33,
Pupuk SP-36, KCl, Urea (diberikan 3 kal)i dan pupuk kompos agrivet.
Alat berupa tugal, cangkul, meteran , clipboard, kertas pengamatan, pensil,
pena, bak plasitik kantong plastik dan klip plastik ukuran 7×10 cm, 8,7×13 cm
dan 12×8 cm.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian disusun menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) 1 faktor
yaitu generasi selfing pertama (S1) dengan 6 level yang terdiri dari : S1 - 01,
S1 - 02, S1 - 03, S1 - 04, S1 - 05 dan S1 - 06, masing-masing 3 ulangan.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
1. Seleksi benih
Seleksi benih jagung dilakukan dengan memilih benih jagung yang
berukuran yang seragam bentuk dan ukurannya pada masing – masing urutan
selfing. Selain itu benih jagung yang dipilih adalah benih yang bebas hama,
penyakit dan masih utuh.
2. Penanaman
Penanaman dilakukan pada bedengan dengan ukuran 450 cm x 90 cm dan
13
lubang tanam 1 bedeng adalah 40. Lubang tanam ditanami dengan 2 benih
jagung. Pada umur 1 minggu benih jagung yang belum tumbuh disulam atau di
Tanami kembali, dan pada minggu ke 2 tanaman jagung yang mulai tumbuh di
jarangkan menjadi 1 tanaman perlubang tanam.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman dilakukan bila tidak terjadi
hujan, pemupukan yaitu pupuk SP-36 100 kg/ha(1,126 g/lubang tanam
/pemupukan), KCl 75 kg /ha (0,646 g/lubang tanam/pemupukan), urea 200 kg/ha
(1,726 g/lubang tanam/pemupukan) diberikan 3 kali yaitu pada umur 1 minggu, 3
minggu dan minggu 6, pupuk organik pada lubang tanam, penyiangan gulma
setiap minggu dan peyulaman benih yang tidak tumbuh.
14
450cm
Keterangan
I, II,III : Ulangan
S1-1, S1-6 : Urutan generasi selfing
I II III
15
3.5 Parameter Pengamatan
1. Panjang tanaman
Mengukur dari atas tanah sampai daun tertinggi, dilakukan 2 minggu sekali
sampai selesai masa vegetatif tanaman jagung yang ditandai keluarnya bunga
jantan.
2. Jumlah daun
Jumlah daun diukur 2 minggu sekali. daun yang diukur adalah daun yang
membuka sempurna.
3. Persentase tanaman Hidup.
Melakukan pendataan dilakukan satu kali pada saat awal masa generatif,
untuk mengetahuii presentase pertumbuhan tanaman jagung yang hidup.
Persentase tanaman hidup = ∑tanaman hidup
∑tanaman X 100%
4. Persentase tanaman tidak sehat.
Melakukan pendataan pada saat awal masa generatif untuk mengetahuii
presentase pertumbuhan tanaman jagung yang tidak sehat.
Persetase tanaman tidak sehat=∑tanaman tidak sehat
∑tanaman X 100%
5. Saat bunga jantan keluar.
Menghitung waktu (hari) keluar bunga dari awal tanam sampai tanaman
jagung telah mengeluarkan bunga jantan
6. Saat bunga betina keluar.
Menghitung waktu (hari) keluar bunga dari awal tanam sampai tanaman
jagung telah mengeluarkan bunga betina.
7. Warna bunga.
Mencatat warna bunga jantan yang keluar, penghitungan dilakukan setelah
16
8. Saat masak.
Mengihitung waktu (hari) tongkol dari tanam sampai tongkol telah menguning.
9. Berat kering klobot.
Menimbang berat klobot / tanaman.
10. Berat kering tongkol.
Menimbang berat tongkol / tanaman.
11. Berat kering biji.
Menimbang berat seluruh biji jagung yang telah di pipil.
12. Berat kering 100 biji/tongkol.
Menimbang berat 100 biji tiap tongkol.
13. Persen penurunan karakter
Persen penurunan karakter =Nilai karakter tetua-Nilai karakter S1
Nilai karakter tetua x 100%
3.6 Analisis statistik
Data yang diperoleh dianalisa dengan teknik analisis ragam (anova)
dalam populasi dan antar populasi. Jika hasil analisa menunjukkan F hitung > F
tabel maka dapat dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu Beda Nyata Jujur (BNJ)
5%. Analisa yang juga digunakan adalah uji progenitas mengunakan uji,
heritabilitas dan persen penurunan karakter.
1. Anova antar populasi
Anova antar populasi digunakan untuk membandingkan rata-rata dari
masing kelompok keseluruhan secara bersama untuk melihat keragaman antar
17
Tabel 1.analisis ragam antar populasi (Sudarka, 2011)
db jk Kt V fhit Ftab
Anova dalam populasi digunakan untuk membandingkan nilai setiap
individu pada masing kelompok, untuk melihat tingkat keragaman. Digunakan
untuk semua para meter pengamatan.
Tabel 2. Analisis ragam dalam populasi (Sudarka, 2011)
Db Jk kt fhit Ftab
3. Rumus Heritabilitas (dalam arti luas)
Nilai heritabilitas bermanfaat untuk memprediksi nilai pemuliaan dan nilai
18
Kriteria nilai heritabilitas (h2bs) terdiri dari tiga kelas yaitu:
Heritabilitas rendah : h2 < 0.2
Heritabilitas sedang : 0.2 ≤ h2≤ 0.5
Heritabilitas tinggi : 0.5 < h2 < 1
4. Uji T
Uji T dipergunakan sebagai suatu sistem evaluasi mengukur karakter
terbaik setiap induk yang dapat digunakan pada persilangan selanjutnya dalam
seleksi berulang. Digunakan untuk parameter panjang tanaman, jumlah daun,
19
Rumus T hitung (Pandiangan, 2008).
t hitung = F - F1 S2(k11 -k21 )
Jika : hitung t ≤ t.05/2 (dbe) : Tidak nyata
t ≥ t. 05/2 (dbe) : Nyata
keterangan
S2 : KTG
F : Nilai tetua
F1 : Nilai S1
k1 : Jumlah kelompok tetua
k2 : Jumlah kelompok S1
(Pandiangan, 2008).
5. Chi-square
Chi-square digunakan untuk penilaian secara visual ataupun dengan
pengukuran semuanya didasarkan apa yang dilihat atau kualitatif. Digunakan
untuk menganalisis warna bunga jantan.
Rumus Chi-square (Wijayanto, 2009)
X2= ∑(F0-Fe) Fe
keterangan
X2 = nilai chi- square
Fe = frekuensi yang di harapkan
F0 = frekuensi yang muncul
Jika : hitung X2 ≤ X2 05/2 : Tidak nyata
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Penampilan karakter galur selfing-1 varietas NK-33
A. Daya hidup (vigorus) galur selfing-1.
Hasil Analisis ragam untuk persentase daya ketegaran tanaman jagung
yang diketahui dari persentase tanaman yang hidup (Tabel lampiran 1) dan
persentase tanaman tidak sehat (Tabel lampiran 2). Menunjukkan galur selfing-1
bengaruh sangat nyata pada persentase tanaman yang hidup tetapi tidak nyata
pada persentase tanaman tidak sehat. Hal ini menunjukkan galur selfing-1
berpengaruh nyata terhadap jumlah tanaman yang tumbuh.
Tabel 3. Persentase tanaman hidup (%) dan tidak sehat (%)generasi selfing-1 varietas NK-33.
Tanaman Vigor (%) Tanaman tidak sehat(%) Tanaman hidup(%)
S1-01 22.50a 7.50 30.00a
S1-02 32.50a 2.50 35.00a
S1-03 23.33a 10.00 33.33a
S1-04 70.83c 9.17 80.00c
S1-05 26.67a 10.00 36.67a
S1-06 47.50b 10.83 58.33b
BNJ 5% 14.93 tn 14.93
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%; HST : Hari setelah tanam; tn : tidak nyata.
Pada Tabel 3 dapat dilihat besarnya persentase tanaman vigor, hidup dan
tidak sehat galur selfing-1 varietas NK-33, menunjukkan bahwa galur 01,
S1-02, S1-03 dan S1-05 tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan S1-06
dan S1-04. Galur selfing-1 yang memiliki ketegaran rata-rata persen tanaman
hidup dan vigor paling tinggi adalah S1-04. Rata – rata persentase tanaman
21
tidak berbeda nyata, tetapi nilai rata –rata persen galur S1-02 memiliki
persentase tanaman tidak sehat paling rendah.
B. Panjang tanaman (cm)
Penampilan genotipe selfing-1 untuk panjang tanaman menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (Tabel lampiran 3 dan 4) pada umur 14 HST dan
28 HST, tetapi pada umur 42 HST menunjukkan tidak berbeda nyata (Tabel
lampiran 5). Perbedaan ini menunjukkan galur mempengaruhi panjang tanaman
pada masa vegetatif dan tidak mempengaruhi pada masa generatif.
Tabel 4. Nilai rata – rata panjang tanaman (cm) pada waktu 14 HST, 28 HST dan 42 HST generasi selfing-1 varietas NK-33.
Panjang tanaman(cm) setelah tanam; tn : tidak nyata.
Pada Tabel 4 menunjukkan perbedaan antara galur selfing-1 pada umur
14 HST dapat dilihat dari 01 berbeda nyata dengan galur 02, 03,
S1-04, S1-05 dan S1-06 . Galur S1-02 tidak berbeda nyata dengan S1-03 S1-04 dan
05, galur 04 dan 06 tidak berbeda nyata. Umur 28 HST pada galur
S1-01 dan S1-05 tidak berbeda nyata, tetapi dengan galur S1-02, S1-03, S1-04 dan
S1-06 berbeda nyata, galur S1-02 tidak berbeda nyata dengan S1-03, S1-04
dan S1-05 tetapi berbeda nyata. Perbedaan hanya terjadi pada umur 14 HST
22
48 HST tidak berbeda nyata di sebabkan galur yang lebih cepat tumbuhnya
memasuki masa generatif lebih cepat sehingga pertumbuhan berhenti dan galur
yang lebih lambat tetap bertumbuh sampai memasuki masa generatif. Pada umur
14 HST galur generasi selfing-1 yang memiliki rata-rata panjang tanaman paling
tinggi adalah 04 dan 06, pada umur 28 HST 02, 03 04 dan
S1-06 dan pada umur 42 HST semua galur memiliki panjang tanaman yang tidak
berbeda nyata, tetapi nilai rata-rata panjang tanaman yang paling tinggi adalah
S1-06.
C. Jumlah daun
Hasil Analisis ragam penampilan genotipe jagung selfing-1 berdasarkan
untuk jumlah daun menunjukkan pada umur 14 HST (Tabel lampiran 6), 28 HST
(Tabel lampiran 7) dan 42 HST (Tabel lampiran 8) jumlah daun antar galur tidak
berbeda nyata.
Keterangan : HST : Hari setelah tanam; tn : tidak nyata.
Pada Tabel 5 rata – rata jumlah daun dari galur selfing-1 menunjukkan
S1-01, S1-02, S1-03, S1-04, S1-05 dan S1-06 tidak berpengaruh nyata pada
penampilan karakter jumlah daun. Tetapi rata - rata jumlah daun yang paling
23
adalah 28 HST S1-05 dan S1-06 dan pada umur 42 HST adalah S1-02 dan
S1-06.
D. Waktu keluar bunga dan masak tongkol (HST)
Hasil Analisis ragam penampilan karakter jagung selfing-1 pada karakter
saat bunga jantan keluar (Tabel lampiran 9) menunjukkan galur berpengaruh
sangat nyata tetapi karakter saat bunga betina keluar (Tabel lampiran 10) dan
saat masak (Tabel lampiran 11) menunjukkan galur tidak berpangaruh nyata.
Tabel 6. Nilai rata – rata saat bunga jantan(HST) dan betina keluar (HST) dan saat masak (HST) generasi selfing-1 varietas NK-33.
Saat bunga jantan setelah tanam; tn : tidak nyata.
Pada Tabel 6 rata- rata hari saat bunga jantan keluar menunjukkan galur
S1-04, S1-05 dan S1-06 tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan galur
01, 02 dan 03. Hal ini menunjukkan bahwa galur 04, 05 dan
S1-06 memiliki rata-rata waktu keluar bunga jantan lebih cepat atau rata-rata hari
lebih sedikit dari galur S1-01, S1-02 dan S1-03, sehinga galur tersebut dapat
digunakan untuk generasi selfing-2 dalam membentuk sifat genjah. Rata- rata
hari saat bunga betina keluar menunjukkan tidak nyata perbedaan antar galur
selfing-1, begitupun hasil Analisis ragam berat tongkol menunjukkan tidak nyata
24
keluar galur S1-04 memiliki nilai rata-rata jumlah hari lebih sedikit dibandingkan
dengan galur-galur yang lain dan pada saat masak S1-04, S1-05 dan S1-06
memiliki nilai rata-rata hari yang lebih sedikit dibandingkan galur S1-01, S1-02
dan S1-03.
E. Komponen hasil (g)
Hasil Analisis ragam penampilan karakter jagung selfing-1 pada komponen
hasil yaitu berat tongkol + klobot (Tabel lampiran 12), berat tongkol (Tabel
lampiran 13), berat biji (Tabel lampiran 14) dan berat 100 biji (Tabel lampiran 15)
menunjukkan tidak berbeda nyata.
Tabel 7. Nilai rata-rata komponen hasil (g) generasi selfing-1 varietas NK-33.
Berat tongkol +
Keterangan : tn : tidak nyata.
Rata – rata berat komponen hasil yang meliputi berat tongkol + klobot,
berat tongkol, berat biji dan berat 100 biji menunjukkan galur selfing-1 tidak
berbeda nyata. Rata- rata berat komponen hasil menunjukkan galur 01,
S1-02, S1-03, S1-04, S1-05 dan S1-06 tidak mempengaruhi secara nyata terhadap
komponen hasil, tetapil untuk nilai berat tongkol + klobot galur S1-01, S1-02 dan
S1-06 memiliki rata-rata lebih tinggi dibanding galur S1-02, S1-04 dan S1-05,
untuk berat tongkol galur S1-06 memiliki nilai rata-rata paling tinggi, untuk berat
biji galur 02 memiliki nilai rata-rata paling berat untuk berat 100 biji galur
25
4.1.2 Penurunan karakter galur selfing-1 varietas NK-33 dibandingan dengan tetua NK-33
A. Panjang tanaman (cm)
Penurunan karakter galur selfing-1 varietas NK-33 berdasarkan uji T-test
5% antara tetua dengan galur selfing-1 karakter panjang tanaman (Tabel
lampiran 72) menunjukkan beberapa galur selfing-1 berbeda nyata dan beberapa
tidak berbada nyata dengan tetua varietas NK-33.
Tabel 8 .Perbandingan rata-rata panjang tanaman (cm) antara tetua dan galur selfing-1 varietas NK-33
Panjang tanaman(cm)
Tetua NK-33 Selfing-1 t-test t05 Persentase penurunan
S1-01 245.67 152.42 2.04 * 1.81 37.96
tetua jagung NK-33 dengan nilai rata – rata panjang tanaman galur selfing-1 yaitu
S1-01, S1-02, S1-03, S1-04, S1-05 dan S1-06 menunjukkan perbedaan nilai
T-test antara tetua dengan masing-masing galur selfing-1. Nilai rata - rata panjang
tanaman jagung tetua varietas NK-33 dengan nilai rata - rata galur selfing-1
menunjukkan bahwa panjang tanaman galur-galur tersebut berbeda nyata
dengan tetua varietas NK-33. Pada S1-02, S1-03 dan S1-06 menunjukkan
bahwa panjang tanaman pada galur teserbut tidak berbeda nyata dengan tetua
varietas NK-33. Hal ini menunjukkan galur S1-02, S1-03 dan S1-06 mempunyaii
persentase penurunan panjang tanaman lebih rendah dari tetua varietas NK-33
26
panjang tanaman galur selfing-1 dari tetua varietas NK-33 berkisar antara
31.68 % - 37.96 % dengan rata-rata 34.71%.
B. Jumlah daun
Penurunan karakter galur selfing-1 varietas NK-33 berdasarkan uji T-test
5% antara tetua dengan galur selfing-1 karakter karakter jumlah daun (Tabel
lampiran 73) menunjukkan rata-rata jumlah daun galur selfing-1 berbeda nyata
dengan rata-rata jumlah daun tetua varietas NK-33.
Tabel 9. Perbandingan rata-rata jumlah daun antara tetua dan galur selfing-1 varietas NK-33
Jumlah daun
Tetua NK-33 Selfing-1 t-test t05 Persentase penurunan
S1-01 13.5 10.29 82.78 * 1.812 23.79
S1-02 13.5 11.03 63.61 * 18.28
S1-03 13.5 10.51 77.11 * 22.16
S1-04 13.5 10.20 91.44 * 26.28
S1-05 13.5 11.99 38.82 * 18.49
S1-06 13.5 11.00 64.33 * 18.49
Keterangan : * : nyata
Pada Tabel 9 perbandingan antara tetua jagung NK-33 dengan galur
selfing-1 yaitu S1-01, S1-02, S1-03, S1-04, S1-05 dan S1-06 menggunakan T-tes
menunjukkan berberda nyata antara tetua dengan masing-masing galur selfing-1.
Karakter jumlah daun galur S1-02, S1-05 dan S1-06 mengalami penurunan lebih
tinggi yaitu 18.28%, 18.49% dan 18.49%. dari galur S1-02, S1-05 dan S1-06
yaitu 23.79%, 22.16 % dan 26.28 %, dengan rata – rata penurunan karakter
27
C. Komponen hasil
Penurunan karakter galur selfing-1 varietas NK-33 berdasarkan uji T-test
5% antara tetua dengan galur selfing-1 karakter pada komponen hasil yaitu
karakter berat tongkol + klobot (Tabel lampiran 74), berat tongkol(Tabel lampiran
75), berat biji (Tabel lampiran 76) dan berat 100 biji (Tabel lampiran 77)
menunjukkan galur selfing-1 berpengaruh terhadap penurunan komponen hasil
seperti berat tongkol + klobot pada beberapa galur, berat tongkol dan berat bji
menunjukkan berbeda nyata pada semua galur selfing-1dan berat 100 biji tidak
berbeda nyata pada semua galur selfing-1.
Tabel 10. Perbandingan rata-rata berat tongkol + Klobot (g)antara tetua dan galur selfing-1 varietas NK-33
Berat tongkol + Klobot (g)
Tetua NK-33 Selfing-1 t-test t05 Persentase penurunan
S1-01 207.83 105.77 1.76 tn 1.812 49.11
S1-02 207.83 105.82 1.76 tn 49.09
S1-03 207.83 94.67 1.95 * 54.45
S1-04 207.83 82.13 2.17 * 60.48
S1-05 207.83 98.73 1.88 * 52.50
S1-06 207.83 108.92 1.71 tn 47.59
Keterangan : * : nyata ; tn : tidak nyata
Perbandingan pada karakter berat tongkol + klobot tetua varietas NK-33
dengan galur S1-01, S1-02, S1-03, S1-04, S1-05, dan S1-06 varietas NK-33
berdasarkan Uji T-tes. Pada galur S1-01, S1-02, S1-06 menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan tetua dan galur S1-03, S1-04 dan S1-05 menunjukkan
berbeda nyata dibandingkan dengan rata-rata berat tongkol + klobot tetua.
Karakter berat tongkol + klobot galur S1-06 mengalami penurunan paling rendah
yaitu 47.59% dan galur S1-04 mengalami penuruanan paling tinggi yaitu 60.48
28
Tabel 11. Perbandingan rata-rata berat tongkol(g).antara tetua dan Galur selfing-1 varietas NK-33.
Berat tongkol(g)
Tetua NK-33 Selfing-1 t-test t05 Persentase penurunan
S1-01 189.75 83.77 2.22 * 1.812 55.85
Perbandingan pada karakter berat tongkol antara tetua varietas NK-33
dengan galur S1-01, S1-02, S1-03, S1-04, S1-05, dan S1-06 varietas NK-33
adalah berbeda nyata. penurunan karakter pada karakter berat tongkol paling
rendah terjadi pada galur S1-06 dengan berat 52.07 g dan penurunan berat
tongkol paling tinggi adalah 64.80 pada galur S1-04. Sedangkan galur S1-01,
S1-02, S1-03 dan S1-05 Memiliki nilai persentase penurunan berkisar 52.07% -
64.80%. Rata – rata Penurunan seluruh galur selfing-1 pada karakter berat
tongkol adalah 57.65 %.
Tabel 12. Perbandingan rata-rata berat biji(g/tongkol)). antara tetua dan Galur selfing-1 varietas NK-33.
Berat biji(g/tongkol)
Tetua NK-33 Selfing-1 t-test t05 Persen penurunan
29
dengan Uji T-tes adalah berbeda nyata. Penurunan karakter pada karakter berat
biji penurunan berat biji paling rendah adalah 47.46% pada galur S1-02 dan
paling tinggi terjadi pada galur S1-04 dengan berat 61.18% . Sedangkan galur
S1-01, S1-03, S1-05 dan S1-06 Memiliki nilai rata-rata persen penurunan
berkisar 47.46%- 61.18%.
Tabel 13. Perbandingan rata-rata berat 100 biji (g/tongkol) antara tetua dan Galur selfing-1 varietas NK-33 karakter
Berat 100 biji(g/tongkol)
Tetua NK-33 Selfing-1 t-test ttab05 Persentase penurunan
S1-01 31.03 27.26 0.65 tn 1.812 12.12 lajur t tes tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji; tn : tidak nyata
Hasil uji t karakter berat biji tetua varietas NK-33 dengan galur 01,
S1-02, S1-03, S1-04, S1-05, dan S1-06 varietas NK-33 adalah tidak berbeda nyata.
Galur S1-05 tidak mengalami penurunan karakter karena nilai penurunan
karakter -2.48 dari galur S1-01, S1-02, dan S1-03 yaitu 12.12%, 10.40% dan
13.96%, tetapi Karakter Berat 100 bijj galur S1-04 dan S1-06 mengalami
penurunan paling tinggi yaitu 19.80% dan 17.38%.
Persen penurunan karakter galur- galur varietas NK-33 pada karakter
jumlah daun, tinggi tanaman , berat tongkol + klobot, berat tongkol, berat biji dan
berat 100 biji memiliki rata-rata penurunan 34.71%, 21.25%, 52,20%, 57,65%,
53,22% dan 11,86 %. Karakter berat tongkol, berat biji dan berat tongkol + klobot
pada hampir setiap galur mengalami penurunan penurunan lebih besar yaitu 50
30
Pada galur selfing-1varietas NK-33 rata - rata penurunan pada semua karakter
paling sedikit dialami oleh galur S1-02 yaitu 35.45% dan yang mengalami
penurunan paling besar adalah S1-04 dengan rata – rata penurunan pada semua
karakter yaitu 44.52%.
4.1.3 Nilai heritabilitas beberapa karakter dan galur generasi selfing-1 varietas NK-33
Generasi selfing-1 varietas NK-33 memiliki nilai heritabilitas yang tinggi
kecuali pada beberapa karakter seperti panjang tanaman 42 HST, berat tongkol
+klobot(g), berat tongkol(g), berat 100 biji (g/tongkol) dan saat tongkol masak
(HST).
Tabel 14. Nilai heritabilitas beberapa karakter galur selfing-1 tanaman jagung varietas NK-33
Heritabilitas
Karakter H Kategori
panjang tanaman 14 HST 0.83 Tinggi
panjang tanaman 28 HST 0.72 Tinggi
panjang tanaman 42 HST -0.57 Rendah
jumlah daun 14 HST 0.66 Tinggi
jumlah daun 28 HST 0.67 Tinggi
jumlah daun 42 HST 0.67 Tinggi
berat tongkol +klobot(g) 0.12 Rendah
berat tongkol(g) 0.13 Rendah
berta biji(g/tongkol) 0.00 Rendah
berat 100 biji (g/tongkol) -0.48 Rendah
saat bunga jantan masak (HST) 0.89 Tinggi
saat bunga benita masak (HST) 0.58 Tinggi
saat tongkol masak (HST) -0.23 Rendah
Keterangan : Jika nilai heritabilitas min dianggap 0; H<0,2 : nilai heritabilitas rendah ;0,2≤H≤0,5 : nilai heritabilitas sedang; H>0,5: nilai heritabilitas tinggi.
Nilai heritabiltas pada karakter panjang tanaman, 14 HST dan 24 HST yaitu
0.829 dan 0.721 termasuk kategori heritabilitas tinggi Karena melebihi 0.5 artinya
31
48 HST nilai heritabilitas -0.568 menunjukkan keragaman yang muncul
ldipengaruhi oleh faktor lingkungan. karakter jumlah daun dari galur - galur
tanaman NK-33 pada 14 HST, 24 HST dan 48 adalah 0.658, 0.667 dan 0.6687.
Nilai heritabiltas digolongkan dalam nilai heritabiltas tinggi karena keragaman
yang muncul dipengaruhi oleh faktor genetik. Karakter berat tongkol + klobot
varietas NK-33 antar galur adalah 0.1239, karakter berat tongkol varietas NK-33
antar galur 0.1303, karakter berat biji varietas NK-33 antar galur 0.001, Nilai
heritabilitas karakter berat biji varietas NK-33 -0.475 termasuk nilai heritabilitas
rendah karena keragaman yang muncul pada komponen hasil dipengaruhi oleh
faktor lingkungan.
Nilai heritabilitas antar populasi karakter saat bunga jantan keluar adalah
0.892, saat bunga betina keluar adalah 0.578 termasuk nilai heritabilitas tinggi
karena keragaman yang muncul dipengaruhi oleh faktor genetik. sehingga
pengaruh gentetik lebih besar. Nilai heritabilitas saat masak antar galur varietas
NK-33 adalah -0.475. Nilai heritabilitas karakter saat masak varietas NK-33 antar
galur termasuk nilai heritabilitas rendah karena keragaman yang muncul
dipengaruhi faktor lingkungan.
Nilai heritabilitas dalam populasi yang memiliki nilai tinggi adalah panjang
tanaman galur S1-01, S1-05 dan S1-06, jumlah daun S1-01 dan S1-06, berat
tongkol + klobot 01, 02, 05 dan 06, berat tongkol 01, 02,
05 dan 06, berat biji 01, 02, 05, 06 dan 06, berat 100 biji
S1-01, S1-02 dan S1-06, saat bunga jantan keluar S1-S1-01, S1-05 dan S1-06, saat
tongkol masak S1-03. Keragaman yang muncul dipengaruhi oleh faktor genetik.
(Tabel 15)
Nilai heritabilitas dalam populasi yang memiliki nilai sedang adalah jumlah
S1-32
4 dan saat bunga betina keluar S1-02. keragaman yang muncul dipengaruhi oleh
faktor genetik dan faktor lingkungan.
Tabel 15. Nilai heritabilitas masing-masing galur selfing-1(S1-01, S1-02, S1-03, S1-04, S1-05, S1-06). heritabilitas rendah ;0,2≤H≤0,5 : nilai heritabilitas sedang; H>0,5 ; nilai heritabilitas tinggi. .
Nilai heritabilitas dalam populasi yang memiliki nilai rendah panjang
tanaman S1-02 dan S1-03, jumlah daun S1-03 dan S1-05, berat tongkol + klobot
S1-03, berat tongkol S1-03, berat biji S1-03, berat 100 biji S1-03 dan S1-05, saat
bunga jantan keluar S1-02, S1-03 dan S1-04, saat bunga betina keluar S1-01,
S1-03, S1-04, S1-05 dan S1-06 dan saat masak S1-01, S1-02, S1-04, S1-05 dan
S1-06. Keragaman yang muncul dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
4.1.4 Pendugaan gen yang mengendalikan warna bunga jantan
Tetua jagung varietas NK-33 memiliki bunga jantan berwarna merah tetapi
pada galur selfing-1 varietas NK-33 menunjukkan bahwa tetua merupakan
tanaman heterozigot karena muncul warna bunga yaitu merah, merah hijau dan
hijau. Sehingga pendugaan gen yang berperan yaitu dominan, semidominan dan
33
Gambar 2. Bunga jantan tanaman jagung selfing-1 varietas Nk-33 A. bunga jantan berwarna merah; B. bunga jantan berwarna merah hijau; C. bunga jantan berwarna hijau
Pendugaan Gen yang berperan adalah dominan, semidominan dan resesif
dengan perbandingan merah : merah hijau : hijau yaitu 1:2:1. Galur selfing-1
varietas NK-33 menunjukkan warna bunga jantan yang muncul pada beberapa
galur selfing-1 sesuai dengan nisbah mendel yaitu dominan, semidominan dan
resesif dan beberapa galur selfing-1 varietas NK-33 tidak sesuai dengan nisbah
mendel.
Tabel. 16. Nilai chi square warna bunga galur Selfing-1 tanaman jagung varietas NK-33
Merah MerahHijau Hijau Ẍ X2 tabel
S1-01 1.18 0.17 1.72 3.07 0.250-0.500
S1-02 0.92 0.44 0.23 1.58 0.250-0.500
S1-03 2.41 0.15 1.17 3.74 0.100-0.250
S1-04 6.06 0.86 1.54 8.46 0.005-0.010
S1-05 3.98 1.44 0.43 5.85 0.050-0.100
S1-06 7.60 1.53 1.16 10.30 0.050-0.100
Pendugaan komposisi warna bunga jantan selfing-1 tanaman jagung
varietas NK-33 menggunakan menggunakan uji kulitatif chi suquare
menunjukkan bahwa galur S1-01 dan S1-02 memiliki taraf kepercayaan
34
0.500 artinya selang kepercayaan komposisi warna bunga bunga jantan yang
muncul memiliki selang kepercayaan 25% - 50%, galur S1-03 memiliki selang
kepercayaan 10% -25% artinya komposisi warna bunga bunga jantan yang
muncul masih memenuhi nisbah mendel, galur S1-04, S1-06 dan S1-05 tidak
memenuhi nisbah mendel karena berada pada selang kepercayaan 1% - 0.5%.
4.2 Pembahasan
Analisis ragam dalam populasi pada semua karakter galur selfing-1
varietas NK-33 menunjukan bahwa jika dalam populasi galur selfing-1 berbeda
nyata maka akan berpengaruh pada nilai heritabilitas. Jika hasil analisis ragam
pada masing-masing galur selfing-1 berbeda nyata signifikan nilai heritabiltas
akan tinggi. Keragaman antar populasi galur selfing-1 varietas NK-33 hanya
terjadi pada karakter seperti daya hidup, panjang tanaman 14 HST dan 28 HST
dan saat bunga jantan keluar sedangkan pada karakter jumlah daun, tanaman
tidak sehat, komponen hasil dan panjang tanaman 42 HST menunjukan tidak
bedanyata, hal ini juga dapat dilihat dari nilai heritabilitas. Galur selfing-1 varietas
NK-33 menunjukan bebepa karakter tanaman jagung memiliki penurunan yang
nyata dibandingkan dengan tetua varietas NK-33, tetapi secara kualitas dengan
jumlah biji yang sma yaitu 100 tidak menunjukan beda nyata dengan tetuanya.
4.2.1 Penampilan karakter galur selfing-1 varietas NK-33
Hasil analisis ragam galur-galur selfing-1 varietas NK-33 dengan karakter
panjang tanaman, jumlah daun, berat kering tongkol + klobot, berat kering
tongkol, berat kering biji, berat 100 biji, saat bunga jantan keluar, saat bunga
betina keluar, saat masak, persentase tanaman vigor ,persentase tanaman hidup
dan persentase tanaman tidak sehat menunjukkan bahwa galur S1-04 dan S1-06
merupakan galur yang baik untuk selfing-2 ditunjukkan oleh semua karakter
35
hidup, panjang tanaman, jumlah daun dan saat bunga jantan keluar. galur S1-01
merupakan yang paling jelek untuk selfing-2 ditunjukkan oleh semua terutama
karakter panjang tanaman, persentase tanaman hidup dan saat bunga jantan
keluar. Tetapi komponen hasil pada galur S1-04 memiliki nilai rata-rata yang
paling rendah dibandingkan dengan galur-galur selfing-1 yang lain, hal ini
disebabkan oleh persaingan hara yang merupakan resiko dari daya hidup yang
tinggi sehingga populasinya lebih besar dibandingkan dengan galur-galur
selfing-1 lainnya. Roy Efendi dan Suwardi (20selfing-10) mengungkapkan bahwa populasi
tanaman yang tinggi menimbulkan kompetisi penyerapan, o2, co2, unsur hara
tanaman, meningkatkan senescence daun, tinggi tanaman, konsumsi air, tongkol
mandul dan penurunan diameter batang. Galur selfing-1 varietas NK-33 yang
paling baik berdasarkan persentase tanaman hidup yang sehat, tanaman yang
paling panjang, jumlah daun paling banyak, waktu keluar bunga jantan dan
betina paling cepat, saat masak paling cepat dan komponen hasil terutama berat
biji dan berat 100 biji paling berat, digunakan untuk generasi selfing-2 adalah
S1-02, S1-04 dan S1-06.
Analisis ragam dalam populasi menunjukkan galur S1-03 merupakan galur
yang tidak berbeda nyata antar setiap tanaman untuk karakter panjang tanaman,
jumlah daun, berat kering tongkol + klobot, berat kering tongkol, berat kering biji,
berat berat 100 bji, saat bunga jantan keluar saat bunga betina keluar dan saat
masak, sedangkan galur S1-01 menunjukkan galur yang berbeda nyata untuk
karakter saat bunga jantan keluar, saat bunga betina keluar dan saat masak
tongkol. Analisis ragam menunjukkan bahwa antar galur S1-01,S1-02, S1-03
,S1-04, S1-05 dan S1-06 karakter produksi seperti berat kering tongkol + klobot,
berat kering tongkol, berat kering biji, berat 100 biji, saat bunga betina keluar dan
saat masak tidak berbeda nyata. Karakter lain yang menunjukkan tidak berbeda
36
Menurut Kustera, (2008) keragaman fenotipe yang tinggi disebabkan oleh
adanya keragaman yang besar dari lingkungan dan keragaman genetik akibat
segregasi. Keragaman yang teramati merupakan keragaman fenotipik yang
dihasilkan karena perbedaan genotip. Menurut Mangoendidjojo, (2003) hasil dari
silang dalam akan membentuk populasi tanaman yang cenderung merupakan
kumpulan suatu lini murni (pure lines), yang menunjukkan proporsi homozigot
baik yang dominan atau resesif secara terpisah. Hasil Analisis ragam
menunjukkan bahwa homozigozitas dari tanaman jagung mulai terlihat pada
beberapa karakter pengamatan dalam populasi galur maupun antar galur seperti,
galur S1-03 pada karakter karakter panjang tanaman, jumlah daun, berat kering
tongkol + klobot, berat kering tongkol, berat kering biji, berat berat 100 bji, saat
bunga jantan keluar saat bunga betina keluar dan saat masak
4.2.2 Penurunan karakter galur selfing-1 varietas NK-33
Penuranan karakter galur selfing-1 varietas NK-33 dibanding dengan tetua
menggunakan uji t pada karakter panjang tanaman, jumlah daun, berat kering
tongkol + klobot, berat kering tongkol, berat kering biji menunjukkan secara
umum berbeda nyata dengan tetua varietas kecuali pada karakter panjang
tanaman galur S1-02, S1-03, dan S1-06 dan berat tongkol galur S1-01. S1-03,
dan S1-06. Berat 100 biji galur-galur selfing-1 varietas NK-33 dengan tetua
varietas NK-33 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Menurut Takdir et al, (2008)Pengaruh silang dalam akan mengakibatkan
terjadinya segregasi pada lokus yang heterozigot, frekuensi genotipe yang
homozigot bertambah dan heterozigot berkurang. Apabila pada populasi f(A) =
f(a) = 0,5 sehingga f(Aa) = 0,5, maka dengan silang dalam satu kali f(Aa)
berkurang setengahnya menjadi 0,25. Silang dalam memperbesar peluang dua