• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5. Hasil dan pembahasan

2. Pembahasan

5.2.1 Karakteristik demografi

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah berumur 37-44 tahun (40%). Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden yang menderita kanker payudara berada pada usia lebih dari 40 tahun, hal ini sependapat dengan Nani (2009), yang menyatakan bahwa banyaknya pasien yang berusia lebih dari 40 tahun keatas dikarenakan pada usia ini risiko terkena kanker payudara semakin besar. Hal ini dikuatkan oleh Lincoln dan Wliensky (2007, dalam Nani 2009), yang menyatakan bahwa kanker payudara mulai berkembang pesat saat umur 40-49 tahun sebelum wanita memasuki usia 50 tahun ke atas, sedangkan risiko kanker payudara sendiri berkembang sampai usia 50 tahun dengan perbandingan peluang 1 diantara 50 wanita. Umur mempunyai hubungan dengan angka kejadian kanker payudara, dimana semakin bertambah umur seseorang maka risiko menderita kanker payudara lebih besar, karena daya tahan tubuh sudah lemah dan mengaami penurunan sehingga rentan terhadap kanker payudara (Haslinda, Ema, & Sumianti, 2013).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terakhir responden adalah SMA (Sekolah Menengah Atas). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya sedikit pasien yang mengenyam pendikan terakir di perguruan tinggi, hal sependapat juga dikemukakan oleh Tiolena (2008, dalam Khotimah 2013) yang mengemukakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara. Hal ini juga didukung oleh Haslinda, dkk

(2013) yang menemukan hanya sedikit penderita kanker payudara berada pada pendidikan tinggi, dan mayoritas responden berada pada pendidikan menengah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah ibu rumah tangga, hasil yang sama juga didapatkan oleh Sirait (2009, dalam Khotimah 2013) yang mendapatkan bahwa kasus kanker payudara banyak terjadi pada responden yang tidak bekerja, hal ini didukung juga oleh penelitian Brand et al (2002, dalam Khotimah 2013) yang menyatakan bahwa wanita yang aktif bekerja kemungkinan terkena kanker payudara akan lebih kecil yaitu 20-40% dibandingkan wanita yang tidak aktif bekerja.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki penghasilan yang rendah. Jenis pekerjaan sangat berpengaruh pada pengobatan kanker payudara, responden yang memiliki penghasilan yang lebih akan segera melakukan pengobatan terbaik dan menjalankan pengobatan terbaik dengan jaminan kualitas kesehatan yang terbaik (Khotimah, 2013). Hasil ini juga didukung dengan pernyataan Desiana (2011, dalam Khotimah 2013) responden yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang cukup atau sedang dan cenderung rendah karena berkeinginan untuk sehat tetap akan melakukan pengobatan, namun dengan melakukan pengobatan yang standar.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden telah menderita penyakit kanker sudah lebih dari satu tahun, hal ini menunjukkan bahwa kesadaran responden untuk melakukan pengobatan stadium dini masih sangat rendah. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Lenggogeni (2011, dalam Khotimah 2013) yang mengemukakan bahwa rendahnya pengetahuan masyarakat

tentang kanker payudara menyebabkan masyarakat tidak mengerti akan pentingnya deteksi dini atau pemeriksaan dini payudara.

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas pasien kanker payudara sudah berada pada stadium 3, hasil yang sama juga didapatkan oleh Khotimah (2013) yang menemukan mayoritas penderita kanker payudara berada pada stadium 3, Haslinda, dkk (2013) menemukan pasien kanker payudara mayoritas berada pada stadium berat (69,1%), begitu juga dengan hasil penelitian Sinaga, Sori, & Rasmaliah (2013) yang menemukan mayoritas penderita kanker payudara berada pada stadium 3 (49,0%) dan yang terendah adalah stadium 1 (4,9%). Menurut Sinaga, dkk (2013), hal ini terjadi karena pada tahap awal kanker payudara biasanya penderita tidak merasakan sakit atau tidak ada tanda- tandanya sama sekali. Apabila terjadi gangguan payudara, seorang wanita pada awalnya tidak terlalu menghiraukannya sampai keadaanya semakin serius (Sinaga, dkk., 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden telah menjalani penogobatan kemoterapi dan mastektomi. Penelitian Sinaga, dkk (20130 menujukkan bahwa mayoritas telah melakukan operasi. Semakin dini kanker payudara ditemukan kemungkinan sembuh dengan operasi semakin besar (Sinaga, dkk., 2013).

5.2.2 Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara yang Dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kualitas hidup pasien kanker payudara yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

adalah baik. Kualitas hidup pada penelitian ini dibagi atas 4 domain yaitu domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial, dan domain lingkungan. Hasil yang sama juga didapatkan oleh Sari (2013), yang mendapatkan bahwa kualitas hidup wanita yang menderita kanker di RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah baik, karena nilai rata-rata berada diatas nilai tengah skor kualitas hidup. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pasien kanker payudara termasuk dalam penelitian ini. Manik (2008) juga mendapatkan kualitas hidup wanita dengan kanker organ reproduksi di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah baik. Namun hasil penelitian Muslimah (2013) menemukan perbedaan yaitu bahwa kualitas hidup pada wanita dewasa awal penderita kanker payudara berada dalam kategori rendah, hasil ini berbeda mungkin terjadi akibat adanya perbedaan lokasi dan perbedaan karakteristik responden.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas dalam kategori baik, namun pada domain fisik menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien mayoritas berada dalam kategori buruk. Hal ini dapat dilihat mayoritas pasien menjawab bahwa rasa sakit fisik sangat mencegah mereka dalam beraktivitas. Salah satu efek panjang yang dirasakan pada pasien kanker payudara adalah nyeri. Di Maio

et al (2004 dalam Kurniasari & Chairun 2009) menyatakan nyeri kronik dapat menghambat kelancaran aktivitas pasien sehari-hari, meliputi gangguan tidur, gangguan makan, dan ketidak pengertian keluarga maupun teman terhada keadaan pasien.

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas menjawab bahwa mereka tidak puas dengan tidur mereka. Efek lain dari nyeri kanker adalah dapat mempengaruhi pola

tidur, pekerjaan dan hubungan sosial sehingga berpengaruh pada kualitas hidup dan harapan hidup seseorang Otto (2005, dalam Usman 2009). Kunderman, Kreig, dan Schreiber et al (2004, dalam Usman 2009), mencatat bahwa salah satu efek dari nyeri yang timbul akibat kanker adalah terjadinya gangguan tidur pada pasien.

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden menjawab bahwa pasien tidak puas kemampuan dan kapasitasnya untuk bekerja. Hal ini mungkin terjadi karena pasien kanker payudara sudah mengalami penurunan fisik akibat penyakit dan pengobatan yang telah dialaminya. Hasil penelitian Avis et al (2004, dalam Muslimah 2013) menunjukkan bahwa wanita penderita kanker payudara memiliki kesehatan fisik yang rendah dimana terdapat symptom-symptom yang intens akibat kanker yang dideritanya.

Penelitian ini menujukkan bahwa kondisi psikologis pasien adalah baik terlihat dari mayoritas menjawab mereka sangat menikmati hidup mereka, dan mereka sangat merasa hidup mereka berarti. Prastiwi (2012) menyatakan bahwa aspek psikologis merupakan aspek yang paling dominan dalam menentukan kualitas hidup, ia menyatakan hal ini sangat erat kaitannya dengan kecerdasan spiritualitas seorang individu. Kecerdasan spiritualitas menuntun subjek untuk memiliki penerimaan diri yang sangat baik terhadap penyakitnya (Prastiwi, 2012). Pada penelitian ini, terlihat bahwa kondisi psikologis pasien baik karena dipengaruhi oleh kecerdasan spiritualitas yang dimiliki oleh pasien. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan Zohar & Marshal (2004, dalam Prastiwi 2012), yaitu kecerdasan spiritualitas dianggap sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan

memecahkan persoalan makna hidup dan nilai yang akan membawa dalam kehidupan yang bermakna.

Penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial sangat mempengaruhi kualitas hidup, hal ini ditunjukkan dari seluruh pasien menjawab sangat mendapat dukungan dari keluarga, dan teman- temannya. Dukungan sosial dari orang-orang sekitar dapat memberi motivasi dan semangat yang besar bagi pasien untuk sembuh dan kuat menjalani hidup (Prastiwi, 2012). Dukungan yang diterima oleh pasien dari keluarga dan teman- temannya dapat memberikan rasa cinta, rasa aman dan nyaman pada pasien kanker payudara. Rasa cinta, rasa aman dan nyaman yang didapatkan pasien kanker payudara pada akhirnya memberikan kesejahteraan yang juga menentukan kualitas hidup penderita kanker (Prastiwi, 2012).

Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien kanker (Prastiwi, 2012). Hal ini dapat dilihat bahwa mayoritas pasien menjawab puas dengan kondisi rumah dan lingkungan tepat tinggal mereka. Menurut Moos (dalam Sarafino 2012), fisik dan sosial dari lingkungan dapat mempengaruhi penyesuaian diri terhadap masalah kronis.

Dokumen terkait