Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara yang Dirawat di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
SKRIPSI
Oleh
Rinata Br.Panjaitan
111101072
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara yang Dirawat di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
SKRIPSI
Oleh
Rinata Br.Panjaitan
111101072
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur Peneliti panjatkan Kehadirat Tuhan Yamg Maha
Esa atas segala rahmat dan Karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skrpsi ini dengan judul “Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara yang Dirawat di
Rumah Sakit Umum Pusat haj Adam Malik Medan”.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi
ini, sebagi berikut:
1. Ibu Fatwa Imelda,S.kep.,Ns.,M.Biomed, selaku dosen pembimbing
2. Bapak dr.Dedi Ardinata, Mkes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU
3. Ibu Diah Arruum, S.kep.,Ns.,Mkep, selaku dosen penguji I proposal dan
skripsi
4. Ibu Roxana Devi Tumanggor, S.kep.,Ns.,MNS selaku dosen penguji II
proposal dan skripsi
5. Pihak RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan izin kepada
saya untuk melakukan penelitian
6. Kedua orang tua peneliti, terima kasih atas segala pengorbanan dan
perjuangan ayahanda M. Panjaitan dan ibunda R.br.Lumbanbatu, setiap
tetesan keringat telah menjadikan motivasi dan dorongan kuat dalam
menggapai kesuksesan ananda, serta sentuhan kasih sayang dan doa yang
menjadi inspirasi yang mampu melahirkan goresan-goresan indah setiap
7. Terima kasih kepada abangda Roger Panjaitan dan Robin Panjaitan, kakak
Rona Panjaitan, dan adik saya Rikardo Panjaitan atas support dan
semangat yang selalu diberikan.
8. Terima kasih kepada semua teman-teman atas dukungan dan semangat
yang selalu diberikan semoga kita semua tetap menjadi teman selamanya
dan semoga sukses buat semua yang telah dicita-citakan.
Kiranya Tuhan yang akan membalas setiap kebaikan semua pihak yang
telah menolong peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Medan, Agustus 2011
Peneliti
Daftar Isi
Bab 2. Tinjauan pustaka ...6
2.1 Kanker payudara ...6
2.1.1 Defenisi kanker payudara ...6
2.1.2 Faktor risiko ...6
2.1.3 Patofisiologi ...8
2.1.4 Manifestasi klinik...9
2.1.5 Klasifikasi kanker payudara ...9
2.1.6 Penatalaksanaan kanker payudara...14
2.1.6 Komplikasi kanker payudara ...15
2.1.7 Dampak dari pengobatan kanker payudara ...15
2.2 Konsep kualitas hidup ...16
2.2.1 Pengertian kualitas hidup ...16
2.2.2 Faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup ...17
2.2.3 Komponen kualitas hidup ...19
2.2.4 Pengukuran kualitas hidup ...22
Bab 3. Kerangka penelitiaan ...26
1. Kerangka penelitian ...26
2. Defenisi operasiobal ...27
Bab 4. Metodologi penelitian ...28
1. Desain penelitian ...28
2. Populasi penelitian ...28
3. Sampel penelitian ...28
4. Tempat dan waktu penelitian ...28
5. Pertimbangan etik...29
6. Instrumen penelitian ...29
7. Rencana pengumpulan data ...33
Bab 5. Hasil dan pembahasan ...35
1. Hasil penelitian...35
1.1 Karakteristik demografi responden ...35
1.2 Kualitas hidup pasien kanker payudara...37
2. Pembahasan ...39
2.1 Karakteristik demografi responden ...39
2.2 Kualitas hidup pasien kanker payudara...41
Bab 6. Kesimpulan dan saran ...44
1. Kesimpulan ...44
2. Saran ...44
Daftar pustaka ...46 Lampiran 1. Inform consent
Lampiran 2. Instrumen penelitian
Lampiran 3. Surat izin uji reliabilitas
Lampitan 4. Surat izin pengambilan data
Lampiran 5. Surat Etik
Lampiran 6. Surat balasan uji reliabilitas
Lampiran 7. Surat bukti uji reliabilitas dari RSUP Dr. Pirngadi
Lampiran 8. Surat balasan pengambilan data dari RSUP H. Adam Malik
Lampiran 9. Surat selesai penelitian
Lampiran 10. Master Data
Lampiran 10. Jadwal tentatif penelitan
Lampiran 11. Lembar Konsul
Lampiran 12. Abstrak
Lampiran 13. Riwayat hidup
Lampiran 14. Taksasi Dana
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Defenisi operasional variabel penelitian ...27
Tabel 5.2 Frekuensi dan persentase karakteristik demografi responden...37
Daftar Skema
Judul : Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara yang Dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Kanker payudara merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada wanita. Kanker payudara dan pengobatannya dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis penderitanya. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Kualitas hidup merupakan persepsi individu dalam hidup ditinjau dari empat domain yang meliputi domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial dan domain lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas hidup wanita dengan kanker payudara yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Desain penelitian ini deskriptif analitik dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner data demografi dan kuesioner kualitas hidup World Health Organization Quality of Life (WHOQOL-BREF) yang telah dilakukan uji validitas oleh Wulandari (2004), dengan sampel berjumlah 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan kualitas hidup pasien kanker payudara yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah mayoritas baik (83,3%). Disarankan kepada perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara holistik kepada pasien agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Name of Student : Rinata Br. Panjaitan Std. ID Number : 111101072
Department : S1 (Undergraduate) Nursing Academic Year : 2014-2015
ABSTRACT
Breast cancer is the most common disease found in women. Breast cancer and its treatment give impact to the physical and psychological condition of the patients.
This impact influences the quality of the patients’ life. Furthermore, life quality is
individual perceptions about life viewed from four domains such as physical, psychological, social, and environmental domain. The study in this research is aimed at identifying the life quality of women diagnosed with breast cancer who were being hospitalized at Central General Hospital of Haji Adam Malik Medan. This research applied analytical descriptive method and purposive sampling technique. The data were collected through interviews using questionnaires consisting of demographical data questionnaire and World Healt Organization Wualiti of Life questionnaire (WHOQOL – BREF) that have gone through the validity test by Wulandari (2004) whose samples were 30 women with breast cancer. The results of this research show that the quality of the hospitalized patients with breast cancer at Central General Hospital of Haji Adam Malik Medan is categorized into good quality (83.3%). Finally, it is suggested to the nurses to provide a holistic nursing care to the patients in order to improve the
quality of the patients’ life.
Judul : Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara yang Dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Kanker payudara merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada wanita. Kanker payudara dan pengobatannya dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis penderitanya. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Kualitas hidup merupakan persepsi individu dalam hidup ditinjau dari empat domain yang meliputi domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial dan domain lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas hidup wanita dengan kanker payudara yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Desain penelitian ini deskriptif analitik dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner data demografi dan kuesioner kualitas hidup World Health Organization Quality of Life (WHOQOL-BREF) yang telah dilakukan uji validitas oleh Wulandari (2004), dengan sampel berjumlah 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan kualitas hidup pasien kanker payudara yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah mayoritas baik (83,3%). Disarankan kepada perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara holistik kepada pasien agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Name of Student : Rinata Br. Panjaitan Std. ID Number : 111101072
Department : S1 (Undergraduate) Nursing Academic Year : 2014-2015
ABSTRACT
Breast cancer is the most common disease found in women. Breast cancer and its treatment give impact to the physical and psychological condition of the patients.
This impact influences the quality of the patients’ life. Furthermore, life quality is
individual perceptions about life viewed from four domains such as physical, psychological, social, and environmental domain. The study in this research is aimed at identifying the life quality of women diagnosed with breast cancer who were being hospitalized at Central General Hospital of Haji Adam Malik Medan. This research applied analytical descriptive method and purposive sampling technique. The data were collected through interviews using questionnaires consisting of demographical data questionnaire and World Healt Organization Wualiti of Life questionnaire (WHOQOL – BREF) that have gone through the validity test by Wulandari (2004) whose samples were 30 women with breast cancer. The results of this research show that the quality of the hospitalized patients with breast cancer at Central General Hospital of Haji Adam Malik Medan is categorized into good quality (83.3%). Finally, it is suggested to the nurses to provide a holistic nursing care to the patients in order to improve the
quality of the patients’ life.
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kanker payudara merupakan penyakit kanker yang paling sering terjadi pada
wanita. WHO (World Health Organization) tahun 2008, menyebut sebanyak
458.000 mortalitas per tahun akibat kanker payudara. Kanker payudara di
Indonesia merupakan kanker dengan insiden tertinggi nomor 2 setelah kanker
rahim (Manuaba, 2010). Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for
Research on Cancer (IARC) tahun 2012, insiden kanker payudara 40 per 100.000
perempuan, kanker leher rahim 17 per 100.000 perempuan (Yayasan Kanker
Indonesia, 2014). American Cancer Society menghitung bahwa di tahun 2013,
terdapat 64.640 kasus kanker payudara dan sekitar 39.620 wanita meninggal
setiap tahunnya akibat kanker (American Cancer Society, 2013). Kanker
payudara berpotensi menyebabkan kematian satu dari delapan wanita (Vadivelu,
Scheck, Lopez, Kodumudi, & Narayan, 2008).
Masalah kanker di Indonesia antara lain hampir 70% penderita penyakit
ditemukan dalam stadium yang sudah lanjut. Departemen Kesehatan
menunjukkan sekitar 60-70% dari penderita kanker payudara datang pada
stadium tiga yang kondisinya terlihat semakin parah (Depkes, 2013).
Kanker payudara dan pengobatannya dapat mempengaruhi kondisi fisik dan
psikologis penderitanya. Dampak fisik yang terjadi akibat pengobatan kanker
jaringan lain akibat radiasi, limfedema dan nyeri pada bahu dan lengan setelah
operasi (Osborn, et al., 2010 dalam Tasripiyah, 2012). Prokop (1991 dalam Lubis
& Hasnida, 2009) mengatakan ada enam reaksi psikologis utama yang biasa
muncul pada pada diagnosis dan pengangan kanker yaitu kecemasan, depresi,
perasaan kehilangan control, gangguan kognitif atau status mental (impairment),
dan gangguan seksual serta penolakan terhadap kenyataan (denial). Pasien kanker
umumnya akan memiliki penerimaan diri yang rendah, harga diri yang rendah
merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan, dan takut kehilangan seseorang
(Charmaz, 1994 dalam Lubis & Hasnida, 2009). Perempuan yang kehilangan
payudara akan merasa daya tariknya akan berubah menjadi negatif (Taylor, L., &
Wood., 1991 dalam Lubis & Hasnida, 2009). Perubahan fisik yang tejadi pada
pasien kanker payudara dapat membuat pasien merasa tidak menarik lagi, tidak
puas terhadap tubuhnya dan menjadi tidak percaya diri (Quigley,1989 dalam
Lubis & Hasnida, 2009) yang berakibat menjadi depresi (Rosenberg, 1965 dalam
Lubis & Hasnida, 2009).
Dampak yang terjadi pada kanker payudara dapat mempengaruhi kualitas
hidup penderitanya. Kualitas hidup adalah konstruksi multidimensi yang
mencakup status fungsi (perawatan diri), kesejateraan psikologis, fungsi sosial dan
keluarga, dan kesejahteraan spiritual (Smeltzer, 2002). World Health
Organization Quality of Life (WHOQOL) juga mengatakan kualitas hidup
didefenisikan sebagai persepsi individu terhadap posisinya, berhubungan dengan
Kanker payudara merupakan kanker yang sering diteliti tentang dalam studi
kualitas hidup (Smeltzer, 2002). Kualitas hidup merupakan indikator yang penting
untuk mengukur seberapa baik seorang dapat berfungsi setelah diagnosis dan
pengobatan (Smeltzer,2008). Kanker dikenal dapat memberi efek negatif pada
seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik,aspek psikologis, dan
aspek sosial (Tirgari, Iranmanesh, Fazel, & Kallantari, 2012). Beberapa penelitian
menunjukkan pasien yang menderita kanker payudara memilikiki kualitas hidup
yang rendah setelah mastektomi (Tirgari, Iranmanesh, Fazel, & Kallantari, 2012).
Nyeri setelah operasi payudara dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya
(Vadivelu, Schreck, Lopez, Kodumudi, & Narayan., 2008). Faktor yang
bekontribusi pada buruknya kualitas hidup pasien kanker payudara yang sedang
mengalami pemulihan adalah lamanya operasi, lamanya hospitalisasi, aktifitas
fisik yang terbatas, dan nyeri setelah operasi (Vadivelu, et.al., 2008).
Depresi dapat mengganggu kualitas hidup pasien kanker payudara (Reich,
Lesur, & Cevallier, 2008). Kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh hidup yang
penuh dengan stres, masalah gambaran diri, kehidupan seksual, masalah
keuangan, kekhawatiran, dan tentu saja depresi (Reich, et.al., 2008). Penderita
kanker payudara biasanya mengalami sakit dua kali lipat dari penyakit
kebanyakan, yakni selain menderita penyakit kanker mereka juga menderita
depresi (Keitel & Kopala, 2000 dalam Lubis & Hasnida, 2009).
Kemoterapi dan radioterapi merupakan terapi adjuvan primer bagi pasien
kanker payudara (Lu, Wei., et.al., 2008). Studi menunjukkan efek samping dari
(Lu, Wei., et.al., 2008). Berdasarkan pernyataan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang kualitas hidup pasien kanker payudara yang dirawat
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana kualitas hidup pasien kanker payudara yang dirawat di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
1.3 Pertanyaan penelitian
Bagaimanakah kualitas hidup pasien kanker payudara yang dirawat di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan?
1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mendeskripsikan tentang kualitas hidup pasien kanker payudara yang dirawat di
Rumah Sakit Umum Pusat haji Adam Malik Medan
1.4.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik demografi responden.
2. Mengetahui gambaran kualitas hidup pasien kanker payudara yang dirawat di
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Pendidikan keperawatan
Hasil ini diharapkan memberikan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi
dunia pendidikan sebagai suatu bahan pustaka tentang kualitas hidup
pasien kanker payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Hji Adam Malik
Medan.
1.5.2 Pelayanan Keperawatan
Pelayanan ini dapat member kontribusi khususnya dalam konteks
pelayanan asuhan keperawatan bagi perbaikan kualitas hidup pasien kanker
payudara.
1.5.3 Penelitian Keperawatan
Hasil ini diharapakan dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang akan
2.1 Kanker Payudara
2.1.1 Defenisi Kanker Payudara
Kanker merupakan suatu jaringan yang abnormal atau berlebihan, tidak
berguna bahkan merugikan dan tidak memiliki pola yang sesuai dengan struktur
jaringan disekitarnya dan dapat menyebar ke organ tubuh yang lain ( Dewi, dkk
tahun 2004). Kanker merupakan penyakit dengan penyebab multifactor yang
terbentuk dalam jangka waktu yang lama dan mengalami kemajuan melalui
stadium yang berbeda-beda (Oemiati,dkk tahun 2011).
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran
kelenjar, dan jaringan penunjang penunjang payudara, tidak termasuk kulit
payudara (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2008). Karsinoma
payudara adalah neoplasma maligna yang paling sering dijumpai pada wanita,
dengan angka insiden semakin meningkat sesuai umur sejak tahun 1940
(Schwartz,1995).
2.1.2 Faktor risiko
Menurut Tjindarbumi D. (2003 dalam Hawari, D., 2004) faktor risiko dari
1. Wanita yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan yang lebih
besar untuk mendapat kanker payudara dan risiko ini akan bertambah sampai
umur 50 tahun dan setelah menopause.
2. Wanita yang tidak kawin risikonya 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang
kawin dan mempunyai anak.
3. Wanita yang melahirkan anak pertama setelah berumur 35 tahun risikonya 2
kali lebih besar.
4. Wanita yang mengalami menstruasi pertama (menarche) yang usianya kurang
dari 12 tahun risikonya 1,7 hingga 3,4 kali lebih tinggi dari daripada wanita
dengan menarche yang datang pada usia normal atau lebih dari 12 tahun.
5. Wanita yang mengalami masa menopausenya terlambat lebih dari 55tahun,
risikonya 2,5 hingga 5 kali lebih tinggi.
6. Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma, tumor jinak payudara,
risikonya 3 hingga 9 kali lenih besar.
7. Wanita dengan kanker pada payudara kontralateral, risikonya 3 hingga 9 kali
lebih besar.
8. Wanita yang pernah mengalami operasi tumor ovarium risikonya 3 hingga 4
kali lebih tinggi.
9. Wanita yang mengalami penyinaran (radiasi) di dinding dada, risikonya 2
hingga 3 kali lebih tinggi.
10.Wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita kanker payudara pada
ibu, saudara perempuan ibu, saudara perempuan, adik/kakak, risikonya 2
11.Wanita yang memakai kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak
akan menigkatkan risiko untuk mendapatkan kanker payudara 11 kali lebih
tinggi.
2.1.3 Patofisiologi
Payudara terdiri dari dua tipe jaringan, yakni jaringan kelenjar (grandular)
dan jaringan penopang (stromal). Jaringan kelenjar mencakup kelenjar susu
(lobules) dan saluran susu (the milk passage dan milk duct). Sementara itu,
jaringan penopang meliputi jaringan lemak dan jaringan serat. Payudara juga
dibentuk oleh jaringan lymphatic, yaitu jaringan yang berisi sistem kekebalan
yang bertugas mengeluarkan cairan dan kotoran (Supriyanto, 2010).
Normalnya, sel payudara yang tua akan mati, lalu digantikan oleh sel baru
yang lebih ampuh. Regenerasi sel seperti ini berguna untuk mempertahankan
fungsi payudara. Pada kasus kanker payudara, gen yang bertanggung jawab
terhadap pengaturan pertumbuhan sel termutasi (Supriyanto, 2010).
Gejala klinis kanker payudara bisa berupa adanya benjolan pada payudara
yang tidak terasa nyeri. Benjolan yang awalnya kecil, lama kelamaan akan
semakin membesar lalu melekat pada kulit, sehingga menimbulkan perubahan
pada kulit payudara dan puting payudara. Hal inilah yang membuat puting
payudara tertarik ke dalam (retraksi), serta berwarna merah muda atau
kecokelatan sampai menjadi edema, sehingga terlihat seperti kulit jeruk,
mengerut, atau timbul borok pada payudara. Hal ini yang akan menghancurkan
2.1.4 Manifestasi klinik
Gejala kanker payudara dapat menunjukkan suatu benjolan pada payudara
yang dapat diraba dengan tangan. Semakin lama, benjolan ini semakin mengeras
dan bentuknya tidak beraturan. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap bentuk,
ukuran, atau berat payudara. Gejala lainnya adalah tiimbul benjolan kecil dibawah
ketiak. Gejala yang paling parah ialah keluarnya darah, nanah, atau cairan encer
dari puting payudara. Kulit payudara pun bisa mengerut seperti kulit jeruk, serta
bentuk dan arah putting puting pun dapat berubah, misalnya puting payudara
tertekan ke dalam (Supriyanto, 2010).
2.1.5 Klasifikasi kanker payudara
Pengklasifikasian kanker payudara terdiri atas tiga cara pengklasifikasian,
yaitu: pengklaasifikasian secara histopatologi, pengklasifikasian berdasarkan
stadium dan klasifikasi penyebaran menurut stadium. Adapun pengklasifikasian
tersebut adalah sebagai berikut:
2.1.5.1 Pengklasifikasian secara histopatologis
Menurut Schwartz (2000) secara histopatologi jenis kanker payudara terdiri atas:
1. Karsinoma duktus merupakan 80% neoplasma payudara ganas.
2. Karsinoma non-infiltratif disebut juga karsinoma in situ (CIS). Tumor ini bisa
berasal dari duktus (DCIS) atau lobular (LCIS). Tumor-tumor ini merupakan
1% dari semua karsinoma, walaupun insidensnya meningkat akibat skrining
dengan karsinoma duktal. Kira-kira 10% sampai 30% penderita LCIS
berikutnya akan timbul karsinoma invasive, 15 sampai 20 tahun kemudian.
Tempat dan histology rekurensi tidak dapat diduga. Kira-kira 20% sampai 30%
penderita DCIS juga mengalami kekambuhan. Kekambuhan ini cenderung
terjadi pada kuadran yang sama dengan lesi awal.
3. Karsinoma duktus infiltrative adalah bentuk kanker payudara yang paling
sering. Cirri khas lesi ialah keras, skirus, dengan kaki-kaki infltrasi, dan seperti
berpasir pada potongan melintang.
4. Penyakit paget adalah manifestas karsinoma duktus yang menginvasi putting
dengan lesi seperti eksim bergerak. Secara histologist sel besar dengan
sitoplasma jernih terlihat dan cenderung berhubungan dengan prognosis lebih
baik daripada rata-rata karsinoma duktus.
5. Karsinoma papilar muncul sebagai tumor yang lebih lunak dengan pertumbuhan
lebih besar sebelum bermetastasis ke limfonodus, dan karenanya mempunyai
prognosis lebh baik.
6. Karsinoma medular berupa lesi cukup besar, lunak, dan besar, sering dengan
daerah-daerah nekrosis dan infiltrasi limfoid. Metastasis terjadi lambat.
7. Karsinoma kolod lesi lunak berbatas jelas dengan danau musinosum besar pada
potongan melintang dan prognosisnya baik.
8. Karsinoma tubular adalah tumor berdiferensiasi baik dengan prognosis baik.
9. Karsinoma peradangan umumnya adalah karsinoma duktal yang melbatkan
limfatik dermal, merupakan tanda adanya penyakit yang lanjut dan muncul
peel”)(stadium IIIb). Kulitnya berindurasi dan eritematosa. Prognosis sangat
buruk dengan angka harapan hidup 5 tahun biasanya kurang dari 20%.
10. Karsinoma lobular tmbul dari epithelium duktus terminalis dan menyebar
dalam bentuk seperti lembaran-lembaran. Karsinoma ini sering sekali
multisentrik pada payudara yang sama dan memperlihatkan lesi invasive
bilateral kira-kira 30% waktunya. Gambaran histologist khas adalah sel tumor
“Indian Filling” yang menembus stroma payudara.
11. Sarkoma payudara jarang ditemukan, tapi yang paling sering adalah varian
fibroadenoma raksasa yang benigna (giant benigna variant of fibroadenoma),
cystosarcoma phylloides. Hanya 1 diantara 10 tumor bersifat ganas. Mereka
muncul pada penderita berumur lebih tua darpada yang menderita fibroadeoma
(umur empat puluhan) dan lebih selular. Mastektomi totalis dianjurkan pada
jenis-jenis baik jinak maupun ganas karena metastasis ke limfonodus aksilars
jarang terjadi (dengan metastasis lebih sering ke paru-paru dan tulang).
2.1.5.2Pengklasifikasian berdasarkan stadium
Adapun pengklasifikasian kanker payudara berdasarkan stadium dibagi
atas 4 stadium yaitu:
1. Stadium 1
Pada stadium ini , benjolan kanker tidak melebihi dari 2 cm dan tidak
menyebar keluar dari payudara. Perawatan sistematis akan diberikan pada kanker
stadium ini, tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak
berlanjutan. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh total untuk pasien adalah
2. Stadium 2
Biasanya besarnya benjolan kanker sudah lebih dari 2 hingga 5 cm dan
tingkat penyebarannya suadah sampai daerah kelenjar getah bening ketiak. Atau
juga belum menyebar kemana-mana. Dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel
kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi dlakukan
penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada
stadium ini, kemungkinan sembuh total untuk pasien adalah sebanyak 30-40%
(Price,1995).
3. Stadium 3A
Benjolan kanker sudah berukuran lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke
kelenjar limfa disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke struktur
lainnya (Price,1995).
4. Stadium 3B
Kanker sudah menyusup keluar dari bagian payudara, yaitu ke kulit,
dinding dada, tulang rusuk dan otot dada. Penatalaksanaan yang dilakukan pada
stadium ini adalah pengangkatan payudara (Price,1995).
5. Stadium 4
Sel-sel kanker sudah mulai menyerang bagian tubuh lainnya, seperti
tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher.
2.1.5.3 Klasifikasi penyebaran TNM
Klasifikasi penyebaran TNM menurut Price (2005), adalah:
1. T: Tumor size ( ukuran tumor )
T : Tumor primer
TX : Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 : tidak ada bukti adanya tumor primer
T1 : tumor < 2cm
T2 : tumor 2-5cm
T3 : tumor > 5cm
T4 : tumor denganpenyebaran langsung ke dinding toraks atau ke kulit dengan
tanda udem
2. N : (Node) kelenjar getah bening regional
NX : kelenjar regional tidak dapat ditentukan
N0 : tidak teraba kelenjar aksila
N1 : teraba kelenjar aksila
N2 : teraba kelenjar aksila homolateral
3. M :( Metastasis), prnyebaran jauh
MX : tidak dapat ditentukan metastasis jauh
M0 : tidak ada metastasis jauh
2.1.6 Penatalaksanaan kanker payudara
Menurut Price (2005), penatalaksanaan kanker payudara dibagi atas dua
tindakan yaitu pembedahan (mastektomi) dan non pembedahan.
2.1.6.1Pembedahan (mastektomi)
1. Mastektomi parsial, yaitu: mulai dari tilektomi (lumpektomi) sampai
pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang
terkena) sampai kuadrantektomi (pengangkatan seperempat payudara);
pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar getah bening
aksila untuk penentuan stadium.
2. Mastektomi total dengan diseksi aksila rendah, yaitu: eksisi seluruh payudara,
semua kelenjar getah bening di lateral otot pektoralis minor.
3. Mastektomi radikal yang dimodifikasi, yaitu: eksisi seluruh payudara, semua
atau sebagian besar jaringan aksila.
4. Mastektomi radikal, yaitu: eksisi seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan
minor dibawahnya, seluruh isi aksila.
5. Matektomi radikal yang diperluas, yaitu: sama seperti mastektomi radikal
ditambah dengan kelenjar getah bening mamaria interna.
2.1.6.2Non pembedahan
1. Penyinaran, yaitu: sebagai terapi lokal setelah prosedur pembedahan.
2. Kemoterapi, yaitu: terapi sistemik tambahan setelah mastektomi, paliatif pada
3. Terapi hormon dan endokrin, yaitu: pengobatan pada kanker yang telah
menyebar, memakai esterogen, androgen, progesteron, antiestrogen;
ooforektomi, adrenalektomi, hipofisektomi.
2.1.7 Komplikasi
Menurut Sjamsuhidayat (2004), komplikasi kanker payudara adalah:
terjadi gangguan neurovaskuler,metastasis pada otak, paru, hati, tulang tengkorak,
vertebra, iga, tulang panjang, terjadi fraktur patologi, fibrosis payudara, serta
kematian.
2.1.8 Dampak dari pengobatan kanker payudara
Berbagai metode penanganan dapat diberikan pada penderita kanker
payudara, pemilihan penanganan disesuaikan dengan stadium yang ditemukan.
Dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi di bidang penyakit kanker,
kasus dengan stadium dini akan semakin banyak ditemukan. Umumnya,
penanganan yang diberikan adalah berupa pengangkatan seluruh payudara dan
diseksi seluruh kelenjar limfe akasila. Disamping nyeri dan masa penyembuhan
pasca-operasi yang lebih lama, tindakan ini juga dapat menyebabkan terjadinya
beberapa morbiditas/ komplikasi jangka panjang yang berhubungan dengan
kemampuan fungsional yang akhirnya dapat mengganggu kualitas hidup
penderita. Gangguan fungsi tersebut dapat berupa: disfungsi bahu dan lengan
(10-20%), limfedema (5-10%), gangguan sensasi lengan atas dan aksila (70%), dan
gangguan penampilan/ kosmesis serta psikososial (Tim Penanggulangan &
2.2 Konsep kualitas hidup
2.2.1 Pengertian kualitas hidup
Kualitas hidup dapat disimpulkan dua bagian yaitu pertama kesehatan fisik
yang terdiri dua bagian yaitu kesehatan fisik yang terdiri dari fungsi fisik, nyeri pada tubuh, dan persepsi kesehatan secara umum, kedua kesehatan mental terdiri
dari vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan peran emiosional dan kondisi mental
(hays, 1992).
Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang merujuk pada emosional,
sosial, dan kesejahteraan fisik seseorang, juga kemampuan mereka untuk
berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.(Donald, 2001).
Menurut Universitas Toronto (2004), kualitas hidup adalah tingkat
dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam
hidupnya, masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan dalam
hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan, sedangkan kenikmatan
itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan dan
kepemilikan atau prestasi.
Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) kualitas
hidup dapat didefenisikan sebagai persepsi individu terhadap posisinya, dan
berhubungan dengan tujuan, harapan, standar, dan minat. Defenisi ini merupakan
kosep yang sangat luas, menggabungkan kesehatan fisik seseorang, status
2.2.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup
Berikut ini yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup adalah:
1. Jenis kelamin/ Gender
Moons, Marquet, Boots, & de Geest (2004 dalam Noftri, 2009) mengatakan
bahwa gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Bain,
dkk (2003, dalam Noftri, 2009) menemukan adanya perbedaan kualitas hidup
antara laki-laki dan perempuan, dimana kualitas hidup laki-laki cenderung lebih
baik daripada kualitas hidup perempuan.
2. Usia
Moons, Marquet, Boots, & de Geest (2004 dalam Noftri, 2009) dan Dalkey
(2002 dalam Noftri, 2009) mengatakan bahwa usia adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, &
Lett (2004 dalam Noftri, 2009) menemukan adanya perbedaan yang terkait
dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting bagi individu. Penelitian
yang dilakukan oleh Rugerri, M., Warner, R., Bisoffi, G., & Fontecedro, L (2001
dalam Noftri, 2009) pada responden berusia tua menemukan adanya kontribusi
dari faktor usia terhadap kualitas hidup subjektif individu yang disebabkan
karena individu pada masa usia tua sudah melewati masa untuk melakukan
perubahan dalam hidupnya sehingga mereka cenderung mengevaluasi hidupnya
3. Pendidikan
Moons, Marquet, Boots, & de Geest (2004 dalam Noftri, 2009)
mengatakan bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Wahl,
Rustoen, Hanestad, Lerdal, & Moum (2004 dalam Noftri, 2009) menemukan
bahwa kualita hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat
pendidikan yang didapat kan oleh individu. Penelitian yang dilakukan oleh
Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007 dalam Noftri, 2009)
memnemukan adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas
hidup subjektif namun tidak banyak.
4. Pendidikan
Moons, Marquet, Boots, & de Geest (2004 dalam Noftri, 2009) mengatakan
bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai
pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang
mencari pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki
disability tertentu).
5. Status pernikahan
Moons, Marquet, Boots, & de Geest (2004 dalam Noftri, 2009) mengatakan
bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidaak menikah,
individu bercerai atau janda, individu yang menikah atau kohabitasi. Penelitian
empiris di Amerika secara umum menunjukkan bahwa individu yang menikah
bercerai, ataupun janda/duda akibat pasangan meninggal (Champbell, Converse &
Rogers, Clemente & Sauer, Glenn & Weaver, 1998 dalam Noftri 2009).
6. Penghasilan
Baxter, dkk (1998 dalam Noftri, 2009) dan Dalkey (2002 dalam Noftri,2009)
menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi berupa penghasilan dengan
kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Asgharpour, Safa, dan Kermani
(2007 dalam Noftri, 2009) menemukan adanya kontribusi yang lumayan dari
faktor penghasilan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.
7. Hubungan dengan orang lain
Baxter (1998 dalam Noftri, 2009) menemukan adanya pengaruh dari faktor
demografi berupa faktor jaringan sosial dengan kualitas hidup yang dihayati
secara subjektif. Myers (1999 dalam noftri, 2009) mengatakan bahwa pada saat
kebutuhan akan hubungan dekat denganorang lain terpenuhi, baik melalui
hubungan pertemanan yang saling mendukung maupun melalui pernikahan,
manusia akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik secara fisik maupun
emosional.
2.2.3 Komponen Kualitas Hidup
World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) membagi kualitas
hidup dalam 4 dimensi yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan
sosial dan lingkungan. Dimensi kesehatan fisik terdiri dari aktifitas sehari-hari,
ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan medis, energy dan kelelahan,
sehari-hari yaitu menggambarkan kesulitan dan kemudahan yang dirasakan individu
pada saat melakukan kegiatan sehari-hari. Ketergantungan pada obat-obatan dan
bantuan medis yaitu menggambarkan seberapa besar kecendrungan individu dalam
menggunakan obat-obatan atau bantuan medis lainnya dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Energi dan kelelahan yaitu menggambarkan tingkat kemampuan yang
dimiliki oleh individu dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya. Mobilitas yaitu
menggambarkan tingkat perpindahan yang mampu dilakukan oleh individu dengan
mudah dan cepat. Tidur dan istirahat yaitu menggambarkan kualitas tidur dan
istirahat yang dimiliki oleh individu dan kapasitas kerja yaitu menggambarkan
kemampuan yang dimiliki oleh individu (Power, dalam Sari 2013).
Dimensi kesejahteraan psikologi terdiri dari body image dan appearance,
perasaan negatif, perasaan positif, self esteem dan berfikir, belajar, memori,
konsentrasi. Body image dan appearance menggambarkan bagaimana individu
memandang keadaan tubuh serta penampilannya. Perasaan negatif yaitu
menggambarkan adanya perasaan yang tidak menyenangkan yang dimiliki oleh
individu. Self-estem yaitu menggambarkan bagaimana individu menilai atau
menggambarkan dirinya sendiri. Berfikir, belajar, memori dan motivasi yaitu
menggambarkan keadaan kognitif individu yang memungkinkan untuk
berkonsentrasi, belajar, dan menjalankan fungsi kognitif lainnya ( Power, dalam Sari
2013).
Dimensi hubungan sosial terdiri dari relasi personal, dukungan sosial, dan
aktivitas seksual. Relasi personal yaitu menggambarkan hubungan individu dengan
oleh individu yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Aktifitas seksual yaitu
menggambarkan kegiatan seksual yang dilakukan individu ( Power, dalam Sari
2013).
Dimensi lingkungan terdiri dari sumber finansial, freedom, physical safety
dan security, perawatan kesehatan dan perawatan sosial, lingkungan rumah,
kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru dan keterampilan,
partisipasi dan kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru dan
keterampilan, partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi, lingkungan
fisik, dan transportasi. Sumber finansial yaitu menggambarkan keadaan keuangan
individu. Freedom, physical safety dan security yaitu menggambarkan tingkat
keamanan individu yang dapat mempengaruhi kebebasan dirinya.
Perawatan kesehatan dan perawatan sosial yaitu menggambarkan ketersedian
layanan kesehatan dan perlindungan sosial yang dapat diperoleh individu.
Lingkungan rumah yaitu menggambarkan keadaan tempat tinggal individu.
Kesempatan untuk mendapatkan informasi baru dan keterampilan yaitu
menggambarkan ada atau tidaknya kesempatan bagi individu untuk memperoleh
hal-hal baru yang berguna bagi individu. Partisipasi dan kesempatan untuk melakukan
rekreasi yaitu menggambarkan sejauhmana individu memiliki kesempatan dan dapat
bergabung untuk berekreasi dan menikmati waktu luang. Lingkungan fisik yaitu
menggambarkan keadaan lingkungan sekitar tempat individu seperti keadaan air,
saluran udara, iklim, polusi. Transportasi yaitu menggambarkan sarana kendaraan
2.2.4 Pengukuran Kualitas Hidup
Kualitas hidup dapat diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran
kualitas hidup yang telah diuji dengan baik. Kualitas hidup dapat diukur dari
berbagai sudut pandang yang berbeda-beda dan dapat dibandingkan dengan
memfokuskan pada salah satu kategori.
WHO mengembangkan suatu instrumen pengukuran kualitas hidup sejak
tahun 1991 yang bersifat lintas budaya. Kuisioner ini menilai persepsi individu
dalam konteks budaya dan sistem nilai yang menyertai dan tujuan individu, standard
an kekhawatiran. Instrumen WHOQOL dikembangkan bersama-sama di di sejumlah
pusat di seluruh dunia, dan telah banyak teruji dilapangan. Versi pertama adalah
WHOQOL- 100 yang berisi 100 pertanyaan. Akan tetapi penggunaan versi ini
membutuhkan waktu yang lama sehingga dikembangkan versi terbarunya yaitu
WHOQOL-BREF yang berisi 26 pertanyaan sehingga bisa digunakan untuk
penelitian yang waktu pelaksanaannya singkat.
Pertanyaan pada kuesioner WHOQOL-BREFF terdiri atas 2 pertanyaan yang
berasal dari kualitas hidup secara menyeluruh dan 24 pertanyaan yang dibagi atas 4
dimensi fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Pertanyan kesehatan
secara umum dan menyeluruh terdapat pada pertanyaan urutan 1 dan 2. Dimensi fisik
terdiri dari pertanyaan urutan ke 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18. Dimensi psikologis
terdiri dari pertanyaan urutan ke 5, 6, 7, 11, 19, dan 26. Dimensi hubungan sosial
terdiri dari pertanyaan urutan ke 20, 21, 22. Sedangkan dimensi lingkungan terdiri
ini berisi pertanyaan positif, kecuali pada pertanyaan nomor 3,4 dan 26 merupakan
pertanyaan negatif.
Penentuan kualitas hidup pada wanita yang menderita kanker payudara dari
26 pertanyaan, maka dilakukan penyekoran menggunakan skala likert berdasarkan
lima kategori dengan point 1-5, dan pertanyaan berfokus pada intensitas, frekuensi,
kepuasan dan evaluasi. Dimana, intensitas mengacu kepada tingkatan dimana status
atau situasi yang dialami oleh individu. Pertanyaan ini juga dapat mengarah kepada
seberapa kuat yang dirasakan oleh individu. Pilihan jawaban untuk mengkaji
intensitas adalah tidak sama sekali (1), sedikit (2), sedang (3), sangat sering (4), dan
sepenuhnya dialami (5).
Frekuensi mengacu pada angka, frekuensi, atau kecepatan dari situasi atau
tingkah laku. Waktu meru pakan hal yang paling penting untuk pertanyaan ini,
seperti frekuensi yang mengarah ke seberapa sering sesuatu yang dialami oleh
individu dalam periode waktu yang spesifik. Plihan jawaban untuk mengkaji
frekuensi adalah tidak pernah (1), jarang (2), cukup sering (3), sangat sering (4),
selalu (5).
Kepuasan mengacu pada tingkat dimana situasi yang dirasakan individu.
Pertanyaan ini juga dapat mengarah kepada seberapa puas situasi yang dirasakan
oleh individu. Pilihan jawaban yang berfokus pada kepuasan adalah sangat tidak
memuaskan (1), tidak memuaskan (2), biasa saja (3), memuaskan (4), sangat
atau tingkah laku. Pilihan jawaban yang berfokus pada evaluasi adalah sangat buruk
(1), buruk (2), biasa saja (3), baik (4), sangat baik (5).
Penghitungan skor dilakukan dengan cara menghitung skor mentah dari setiap
domain yaitu dengan rumus:
Rumus untuk menghitung domain score Nilai mentah Domain 1 (6-Q3) + (6-Q4) + Q10 + Q15 + Q16 + Q17 + Q18
Domain 2 Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19 + (6-Q26)
Domain 3 Q20 + Q21 + Q22
Domain 4 Q8 + Q9 + Q12 + Q13 + Q14 + Q23 + Q24 + Q25
Skor tiap dimensi yang didapat dari alat ukur WHOQOL-BREF (raw
score) harus ditransformasikan sehingga nilai skor dari alat ukur ini dapat
dibandingkan dengan nilai skor yang digunakan dalam alat ukur WHOQOL-100
(WHO Groups, 2008).
Skor tiap dimensi ditransformasikan dalam skala 0-100 dengan
menggunakan rumus baku yang sudah ditetapkan oleh WHO di bawah ini:
Alat ukur WHOQOL-BREF adalah alat ukur yang valid (r = 0,89- 0,95)
dan reliable ( R = 0,66-0,87). Untuk penghitungan validitas dan reliabilitas
WHOQOL-BREF ini, skor yang digunakan adalah skor tiap dimensi.
Alat ukur ini telah diadaptasi ke berbagai bahasa, termasuk bahasa
Indonesia oleh Dr. Riza Sarasvita dan Dr. Satya Joewana untuk penelitian pada
drag user namun belum ada uji psikometrinya (Wardani, 2006 dalam Sekarwiri,
2008). Selain itu, alat ukur adaptasi ini juga digunakan oleh Wardani (2006 dalam
Sekarwiri, 2008) untuk meneliti kualitas hidup pada dewasa muda lajang.
Wardani (2006) juga melakukan uji psikometri terhadap alat ukur
WHOQOL-BREF dan hasilnya adalah bahwa alat ukur WHOQOL-WHOQOL-BREF adalah alat ukur
yang valid dan reliable dalam mengukur kualitas hidup. Uji validitas yang
dilakukan Wardani (2006) adalah uji validitas item dengan cara menghitung
korelasi skor masing-masing item dengan skor masing-masing dimensi
WHOQOL-BREF. Hasil yang didapat adalah ada hubungan yang signifikan
antara skor item dengan skor dimensi (r= 0,409-0,850) sehingga dapat dinyatakan
bahawa alat ukur WHOQOL-BREF adalah alat ukur yang valid dalam mengukur
kualitas hidup. Uji reliabilitas dilakukan menggunakan Coeffisient Alpha
Cronbach dengan bantuan komputerisasi, menghasilkan nilai R = 0,8756 sehingga
dapat dikatakan bahwa alat ukur WHOQOL-BREF berbentuk kuesioner yang
berisi 26 pertanyaan dari empat dimensi dari kualitas hidup merupakan reliable
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka konseptual
Kerangka konsep ini bertujuan untuk menggambarkan kualitas hidup
pasien kanker payudara yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka kerangka
konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Skema 3.1 Kerangka penelitian kualitas hidup pasien kanker payudara yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Kualitas hidup:
Domain fisik
Domain psikologis
Domain hubungan sosial
Domain lingkungan
Kualitas hidup:
Baik
3.1 Variabel dan Defenisi Operasional
Tabel 3.1. Depenisi operasional variabel penelitian
Variabel Defenisi dimensi kesehatan fisik: pertanyaan kuesioner no. 3, 4, 10, 15, 16, 17, & 18. pertanyaan mengenai kesejahteraan psikologis: pada pertanyaan kuesioner no. 5,6,7,11,19, & 26. pertanyaan mengenai hubungan sosial: pada pertanyaan kuesioner no. 20, 21, 22.
BAB 4
METODOLOGI PENELITAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas hidup pasien
penderita kanker payudara yang dirawat di RSUPHAM. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah desain deskiptif analitik.
4.2 Populasi dan sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang menderita kanker
payudara yang dirawat di RSUP.H. Adam Malik Medan.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010).
Sampel digunakan dalam penelitian ini adalah wanita yang mederita kanker
payudara yang berada di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan, yaitu sebanyak 30 orang
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Januari sampai Juli 2015 di Rumah
4.4 Pertimbangan Etik
Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara dan izin dari RSUP.H.Adam Malik Medan. Dalam penelitian ini, ada
beberapa perimbangan etik yang diperhatikan, yaitu hak kebebasan dan
kerahasiaan menjadi responden serta bebas dari rasa sakit baik secara fisik
ataupun tekanan psikologis.
Lembaran persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti
memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan maksud, tujuan, dan
prosedur penelitian yang dilakukan kepada responden. Selanjutnya peneliti
menanyakan kesediaan menjadi responden. Jika responden bersedia diwawancarai
maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan (informed concent).
Jika responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka peneliti
tidak akan memaksa dan menghormati hak-haknya. Untuk menjaga kerahasiaan
responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden (anonimty) pada lembar
pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode (confidentiality) pada
masing-masing lembar persetujuan tersebut. Kerahasiaan informasi responden akan
dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai
hasil penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner,
(2004) yaitu WHOQOL-BREF berjumlah 26 butir. Bagian pertama instrumen
penelitian tentang pengumpulan data demografi pasien yang meliputi: nomor
responden,usia, status pendidikan, pekerjaan, penghasilan perbulan, stadium
kanker payudara yang diderita, lama menderita kanker, stadium kanker, dan jenis
pengobatan yang dijalani.
Bagian kedua berisi tentang pertanyaan yang dikembangkan oleh WHO
(2004) yaitu WHOQOL-BREF terdiri dari dua pokok yang berasal dari kualitas
hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara umum. Pertanyaan tentang
kesehatan secara umum terdiri dari pertanyaan urutan ke 1, dan 2. Ada empat
dimensi yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup, yaitu dimensi fisik,
psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Dimensi fisik terdiri dari pertanyaan
urutan ke 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18. Dimensi psikologis terdiri dari pertanyaan
urutan ke 5, 6, 7, 11, 19, dan 26. Dimensi hubungan sosial terdiri dari pertanyaan
urutan ke 20, 21, 22. Sedangkan dimensi lingkungan terdiri dari pertanyaan urutan
ke 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan 25. Pertanyaan dari instrumen ini berisi pertanyaan
positif, kecuali pada pertanyaan nomor 3,4 dan 26 merupakan pertanyaan negatif.
Penentuan kualitas hidup pada wanita yang menderita kanker payudara
dari 26 pertanyaan, maka dilakukan penyekoran menggunakan skala likert
berdasarkan lima kategori dengan point 1-5, dan pertanyaan berfokus pada
intensitas, frekuensi, kepuasan dan evaluasi. Dimana, intensitas mengacu kepada
tingkatan dimana status atau situasi yang dialami oleh individu. Pertanyaan ini
jawaban untuk mengkaji intensitas adalah tidak sama sekali (1), sedikit (2),
sedang (3), sangat sering (4), dan sepenuhnya dialami (5).
Frekuensi mengacu pada angka, frekuensi, atau kecepatan dari situasi atau
tingkah laku. Waktu meru pakan hal yang paling penting untuk pertanyaan ini,
seperti frekuensi yang mengarah ke seberapa sering sesuatu yang dialami oleh
individu dalam periode waktu yang spesifik. Plihan jawaban untuk mengkaji
frekuensi adalah tidak pernah (1), jarang (2), cukup sering (3), sangat sering (4),
selalu (5).
Kepuasan mengacu pada tingkat dimana situasi yang dirasakan individu.
Pertanyaan ini juga dapat mengarah kepada seberapa puas situasi yang dirasakan
oleh individu. Pilihan jawaban yang berfokus pada kepuasan adalah sangat tidak
memuaskan (1), tidak memuaskan (2), biasa saja (3), memuaskan (4), sangat
memuaskan (5). Sedangkan evaluasi mengacu kepada taksiran dari situasi,
kapasitas, atau tingkah laku. Pilihan jawaban yang berfokus pada evaluasi adalah
sangat buruk (1), buruk (2), biasa saja (3), baik (4), sangat baik (5).
Pengidentifikasian kualitas hidup wanita yang menderita penyakit kanker
payudara maka jumlah nilai mentah dari tiap-tiap dimensi dilakukan perhitungan,
kemudian tiap dimensi ditransformasikan dalam nilai rentang 0-100 yaitu dengan
rumus:
Penghitungan yang dilakukan untuk mendapatkan kategori baik dan buruk
adalah dengan menghitung semua jumlah nilai transformasi dari setiap dimensi.
Kualitas yang dikategorikan baik adalah pada rentang 200-400, dan kualitas hidup
jika dikatakan buruk adalah pada rentang 0-199.
4.6 Uji validitas
Uji validitas dan reliabilitas untuk instrumen ini sudah banyak dilakukan oleh
para ahli, salah satunya adalah Wulandari (2004). Berdasarkan hasil uji yang
dilakukan oleh Wulandari (2004) menyatakan bahwa kuisioner WHOQOL-BREF
merupakan instrumen yang valid dan reliabilitas untuk mengukur kualitas hidup.
Hasil yang didapat adalah ada hubungan signifikan antara skor item dengan skor
dimensi (r= 0,049-0,850), sehingga dapat dinyatakan bahwa alat ukur
WHOQOL-BREF adalah alat ukur yang valid dalam mengukur kualitas hidup. Sedangkan uji
reliabilitas dilakukan menggunakan Coefisient Alfa Cronbach menghasilkan nilai
r= 0,8756 sehingga dapat dikatakan bahwa alat ukur WHOQOL-BREF dalah alat
ukur yang realibilitas untuk mengukur kualitas hidup.
4.7Uji reliabilitas
Pada penelitian ini istrumen hanya dilakukan uji reliabilitas, yaitu untuk
memastikan adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaanya, atau dengan kata
lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan
berkali-kali dalam waktu yang berbeda. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
metode alpha dengan bantuan komputerisasi. Uji reliabilitas dilakukan dengan
jumlah responden sebanyak 10 responden di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
Medan. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa instrument yang digunakan
4.8Pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
kuesioner. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara mengajukan
permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada pihak Fakultas Keperawatan.
Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti melaksanakan
pengumpulan data penelitian. Menjelaskan pada responden tentang tujuan,
manfaat, dan proses pengisian kuesioner sebelum menanyakan kesediaannya
untuk terlibat. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani
informed consent (surat perjanjian). Setelah mendapat persetujuan responden,
pengumpulan data dimulai dan kemudian peneliti menganalisa data.
4.9Analisa data
Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan perhitungan
statistika deskriptif untuk kualitas hidup pasien kanker payudara dimana data
analisa dengan cara diperiksa terlebih dahulu atau diediting, untuk memeriksa
apakah pertanyaan dalam kuesioner telah diisi sesuai pentunjuk. Setelah iberi
kode atau coding terhadap pertanyaan yang telah diajukan untuk mempermudah
tabulasi dan analisa. Analisa yaitu menganalisa data yang terkumpul dengan
menentukan persentase jawaban dari setiap responden.
Pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi hasil
analisa data baik data demografi dan data kualitas hidup pasien kanker payudara
payudara akan disajikan dam bentuk tabel disajikan dalam bentuk tabel distribusi
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dibahas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan
selama satu bulan yaitu mulai tanggal 29 Mei 2015 sampai dengan 29 Juni
2015 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Penyajian analisa data
dalam penelitian ini diuraikan berdasarkan data demografi dan data kualitas
hidup (fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan) di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
5.1.1. Karakteristik Responden
Penelitian ini diketahui bahwa mayoritas umur responden berada pada
rentang usia 37-44 tahun yaitu sebanyak 12 orang responden (40%), dan
seluruh responden sudah berstatus menikah. Mayoritas responden masih
memiliki suami yaitu sebanyak 27 orang responden (90%). Responden
mayoritas beragama Islam yakni 28 orang (93,3%) dan sebahagian besar
merupakan suku Jawa yaitu 13 orang (43,3%). Pendidikan responden
sebahagian besar merupakan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 11
orang (36,7%). Mayoritas responden merupakan ibu rumah tangga yakni
sebanyak 28 orang (93,3%) dan sebahagian besar penghasilan keluarga
reponden adalah kurang dari Rp.1.650.000,- yaitu sebanyak 11 responden
(36,7%). Berdasarkan riwayat penyak saat ini, sebagian besar reponden telah
didapati stadium kanker yang terbanyak adalah stadium 3 yaitu sebanyak 14
orang (46,7%). Mayoritas responden telah menjalani tindakan kemoterapi dan
mastektomi yaitu sebanyak 19 orang (63,3%). Hasil penelitian mengenai
karakteristik responden secara singkat dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Wanita Penderita Kanker
Payudara yang Dirawat di RSUPH. Adam Malik Medan tahun 2015 (N=30)
Karakter responden Frekuensi (f) Persentase
Penghasilan
Data menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien kanker payudara yang
dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik mayoritas berada dalam
kategori baik yaitu 25 orang reponden (83,3%).
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Kualitas Hidup Responden
Kualitas hidup Frekuensi (f) Persentase
Baik 25 83,3
5.2. Pembahasan
5.2.1 Karakteristik demografi
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah berumur 37-44
tahun (40%). Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden yang
menderita kanker payudara berada pada usia lebih dari 40 tahun, hal ini
sependapat dengan Nani (2009), yang menyatakan bahwa banyaknya pasien yang
berusia lebih dari 40 tahun keatas dikarenakan pada usia ini risiko terkena kanker
payudara semakin besar. Hal ini dikuatkan oleh Lincoln dan Wliensky (2007,
dalam Nani 2009), yang menyatakan bahwa kanker payudara mulai berkembang
pesat saat umur 40-49 tahun sebelum wanita memasuki usia 50 tahun ke atas,
sedangkan risiko kanker payudara sendiri berkembang sampai usia 50 tahun
dengan perbandingan peluang 1 diantara 50 wanita. Umur mempunyai hubungan
dengan angka kejadian kanker payudara, dimana semakin bertambah umur
seseorang maka risiko menderita kanker payudara lebih besar, karena daya tahan
tubuh sudah lemah dan mengaami penurunan sehingga rentan terhadap kanker
payudara (Haslinda, Ema, & Sumianti, 2013).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terakhir
responden adalah SMA (Sekolah Menengah Atas). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hanya sedikit pasien yang mengenyam pendikan terakir di
perguruan tinggi, hal sependapat juga dikemukakan oleh Tiolena (2008, dalam
Khotimah 2013) yang mengemukakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada
(2013) yang menemukan hanya sedikit penderita kanker payudara berada pada
pendidikan tinggi, dan mayoritas responden berada pada pendidikan menengah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah ibu
rumah tangga, hasil yang sama juga didapatkan oleh Sirait (2009, dalam
Khotimah 2013) yang mendapatkan bahwa kasus kanker payudara banyak terjadi
pada responden yang tidak bekerja, hal ini didukung juga oleh penelitian Brand et
al (2002, dalam Khotimah 2013) yang menyatakan bahwa wanita yang aktif
bekerja kemungkinan terkena kanker payudara akan lebih kecil yaitu 20-40%
dibandingkan wanita yang tidak aktif bekerja.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
penghasilan yang rendah. Jenis pekerjaan sangat berpengaruh pada pengobatan
kanker payudara, responden yang memiliki penghasilan yang lebih akan segera
melakukan pengobatan terbaik dan menjalankan pengobatan terbaik dengan
jaminan kualitas kesehatan yang terbaik (Khotimah, 2013). Hasil ini juga
didukung dengan pernyataan Desiana (2011, dalam Khotimah 2013) responden
yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang cukup atau sedang dan
cenderung rendah karena berkeinginan untuk sehat tetap akan melakukan
pengobatan, namun dengan melakukan pengobatan yang standar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden telah
menderita penyakit kanker sudah lebih dari satu tahun, hal ini menunjukkan
bahwa kesadaran responden untuk melakukan pengobatan stadium dini masih
sangat rendah. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Lenggogeni (2011, dalam
tentang kanker payudara menyebabkan masyarakat tidak mengerti akan
pentingnya deteksi dini atau pemeriksaan dini payudara.
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas pasien kanker payudara sudah berada
pada stadium 3, hasil yang sama juga didapatkan oleh Khotimah (2013) yang
menemukan mayoritas penderita kanker payudara berada pada stadium 3,
Haslinda, dkk (2013) menemukan pasien kanker payudara mayoritas berada pada
stadium berat (69,1%), begitu juga dengan hasil penelitian Sinaga, Sori, &
Rasmaliah (2013) yang menemukan mayoritas penderita kanker payudara berada
pada stadium 3 (49,0%) dan yang terendah adalah stadium 1 (4,9%). Menurut
Sinaga, dkk (2013), hal ini terjadi karena pada tahap awal kanker payudara
biasanya penderita tidak merasakan sakit atau tidak ada tanda- tandanya sama
sekali. Apabila terjadi gangguan payudara, seorang wanita pada awalnya tidak
terlalu menghiraukannya sampai keadaanya semakin serius (Sinaga, dkk., 2013).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden telah menjalani
penogobatan kemoterapi dan mastektomi. Penelitian Sinaga, dkk (20130
menujukkan bahwa mayoritas telah melakukan operasi. Semakin dini kanker
payudara ditemukan kemungkinan sembuh dengan operasi semakin besar (Sinaga,
dkk., 2013).
5.2.2 Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara yang Dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kualitas hidup pasien kanker
adalah baik. Kualitas hidup pada penelitian ini dibagi atas 4 domain yaitu domain
fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial, dan domain lingkungan. Hasil
yang sama juga didapatkan oleh Sari (2013), yang mendapatkan bahwa kualitas
hidup wanita yang menderita kanker di RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah baik,
karena nilai rata-rata berada diatas nilai tengah skor kualitas hidup. Penelitian ini
juga menunjukkan bahwa pasien kanker payudara termasuk dalam penelitian ini.
Manik (2008) juga mendapatkan kualitas hidup wanita dengan kanker organ
reproduksi di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah baik. Namun hasil penelitian
Muslimah (2013) menemukan perbedaan yaitu bahwa kualitas hidup pada wanita
dewasa awal penderita kanker payudara berada dalam kategori rendah, hasil ini
berbeda mungkin terjadi akibat adanya perbedaan lokasi dan perbedaan
karakteristik responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas dalam kategori baik,
namun pada domain fisik menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien mayoritas
berada dalam kategori buruk. Hal ini dapat dilihat mayoritas pasien menjawab
bahwa rasa sakit fisik sangat mencegah mereka dalam beraktivitas. Salah satu
efek panjang yang dirasakan pada pasien kanker payudara adalah nyeri. Di Maio
et al (2004 dalam Kurniasari & Chairun 2009) menyatakan nyeri kronik dapat
menghambat kelancaran aktivitas pasien sehari-hari, meliputi gangguan tidur,
gangguan makan, dan ketidak pengertian keluarga maupun teman terhada keadaan
pasien.
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas menjawab bahwa mereka tidak puas
tidur, pekerjaan dan hubungan sosial sehingga berpengaruh pada kualitas hidup
dan harapan hidup seseorang Otto (2005, dalam Usman 2009). Kunderman, Kreig,
dan Schreiber et al (2004, dalam Usman 2009), mencatat bahwa salah satu efek
dari nyeri yang timbul akibat kanker adalah terjadinya gangguan tidur pada
pasien.
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden menjawab bahwa pasien
tidak puas kemampuan dan kapasitasnya untuk bekerja. Hal ini mungkin terjadi
karena pasien kanker payudara sudah mengalami penurunan fisik akibat penyakit
dan pengobatan yang telah dialaminya. Hasil penelitian Avis et al (2004, dalam
Muslimah 2013) menunjukkan bahwa wanita penderita kanker payudara memiliki
kesehatan fisik yang rendah dimana terdapat symptom-symptom yang intens akibat
kanker yang dideritanya.
Penelitian ini menujukkan bahwa kondisi psikologis pasien adalah baik
terlihat dari mayoritas menjawab mereka sangat menikmati hidup mereka, dan
mereka sangat merasa hidup mereka berarti. Prastiwi (2012) menyatakan bahwa
aspek psikologis merupakan aspek yang paling dominan dalam menentukan
kualitas hidup, ia menyatakan hal ini sangat erat kaitannya dengan kecerdasan
spiritualitas seorang individu. Kecerdasan spiritualitas menuntun subjek untuk
memiliki penerimaan diri yang sangat baik terhadap penyakitnya (Prastiwi, 2012).
Pada penelitian ini, terlihat bahwa kondisi psikologis pasien baik karena
dipengaruhi oleh kecerdasan spiritualitas yang dimiliki oleh pasien. Hal ini juga
diperkuat dengan pernyataan Zohar & Marshal (2004, dalam Prastiwi 2012), yaitu