• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-FALAH

SALATIGA TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

MUHAMMAD ANWAR SALIM

NIM 111 12 169

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

ii

Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

: Implementasi Pendidikan Karakter pada Santri Pondok Pesantren Al-Falah Salatiga Tahun 2017

Dapat diajukan kepada Fakultas Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk ditujukan kepada sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagai mana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

(3)

iii

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-FALAH

SALATIGA TAHUN 2017

Disusun oleh

MUHAMMAD ANWAR SALIM

NIM: 111-12-169

Telah dipertahankan di depan PanitiaDewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Fatchurrahman, M.Pd. Sekretaris Penguji : Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. Penguji I : Mufiq, S.Ag., M.Phil. Penguji II : Dra. Nur Hasanah, M.Pd.

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

(4)

iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Nim Jurusan Progdi

: Muhammad Anwar Salim : 111-12-169

: Tarbiyah

: Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa, skripsi yang saya tulis ini benar-benar hasil karya sayaa sendiri, bukan jiplakan atau hasil karya tulis orang lain. Pendapat orang lain yang terdapat dalam sekripsi ini dirujuk atau dikutip berdasarkan kode etik ilmiah.

(5)

v

MOTTO

Perhatikanlah orang2 yang memberikan nasehat kepadamu,

seandainya ia memulai dari sisi yang merugikan orang banyak,

janganlah diterima nasehatnya dan berhati-hatilah darinya,

sedang jika ia memulai dari sisi keadilan dan kebaikan orang

banyak maka terimalah nasehatnya itu.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan Rahmat Allah Swt. Yang telah melimpahkan Tafiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini, tanpa menghilangkan rasa Syukur kepada Allah, penulis persembahkan skripsi ini kepada :

1. Kepada Kedua orang tua saya yang saya cintai, yaitu Bapak Abdul Munir dan Ibu Suhartini yang seantiasa mengirimkan do’a, sehingga skripsi bisa terselesaikan, semoga selalu sehat dan dalam lindungan-Nya.

2. Kepada pengasuh PPTI Al- Falah Salatiga, Ibu Ny. Hj. Latiefah Zoemri, dan seluruh Ahlu Baitnya, yang telah ikhlas mendidik rohani kami, dan semngat spiritual sampai sekarang, semoga selalu sehat dan dalam lindungan-Nya.

3. Kepada seluruh Dosen yang telah memberi pengajaran ilmu, serta Karyawan yang telah memberikan pelayanan akademik semoga selalu diberi kesehatan dan lindungan Allah.

4. Kepada seseorang yang telah rela meluangkan waktunya menyemangati dan memberi dorongan semangat,semoga dikau selalu sehat dan dalam lindungan, semoga ini menjadi bingkisan yang indah.

5. Kepada semua teman- teman yang telah berpartisipasi, baik teman- teman santri Al- Falah maupun teman- teman mahasiswa IAIN Salatiga, semoga sehat selalu dan dalam lindungan-Nya.

6. Kepada kakak saya dan kedua adik saya, semoga selalu diberi kesehatan dan semangat serta Lindungan-Nya.

7. Dan seluruh pihak yang telah mendukung dan berpartisipasi.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahikhim

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Pendidikan Karakter pada Santri Pondok Pesantren Al- Falah Salatiga Tahun 2017. Tak lupa sholawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, semoga kita termasuk umat Beliau yang akan mendaptkan syafaat di Yaumul Qiyamah, Amin.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan (FTIK).

3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

4. Bapak Prof. H. Mansur, M.Ag., selaku pembimbing skripsi, yang telah meluangkan waktunya guna memberikan arahan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan hingga selesai. 5. Bapak Yedi Efriadi, M.Ag. selaku pembimbing akademik yang telah

(8)

viii

6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga, yang telah banyak memberikan berbagai ilmu yang Insya Allah bermanfaat.

7. Serta Karyawan dan Karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan bantuan dan layanan.

Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga segala kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis berharap agar penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

(9)

ix DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama

Tempat, Tanggal Lahir

Jenis Kelamin

Agama

Kewarganegaraan

Alamat

Jenjang Pendidikan

: Muhammad Anwar Salim

: Kebumen, 16 Februari 1993

: Laki-laki

: Islam

: Indonesia

: Indrosari RT 01/03, Buluspesantren, Kebumen

:

1. TK Tunas Harapan 2. SDN 1 Indrosari

3. SMP N 2 Buluspesantren 4. MAN 2 Kebumen

(10)

x ABSTRAK

Salim, Muhammad Anwar. 2017. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Santri Pondok Pesantren Al- Falah Salatiga Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Mansur.

Kata Kunci: Implementasi Pendidikan, Karakter, Santri

Pendidikan karakter merupakan usaha untuk membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Dulu pendidikan karakter di Indonesia pernah eksis dengan istilah pendidikan budi pekerti di sekolah. Salah satu lembaga pendidikan yang dianggap masih menanamkan pendidikan karakter dari dulu hingga sekarang adalah pondok pesantren. Dari hal itulah peneliti mempunyai pandangan dan ketertarikan untuk meneliti implementasi pendidikan pada santri pondok, khususnya bagaimana implementasi pendidikan karakter pada santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al- Falah.

Sehubungan dengan hal itu dilakukan penelitian lapangan implementasi pendidika karakter pada santri pondok pesantren al- falah salatiga, dengan rumusan masalah yang telah peneliti buat diantaranya (1) Apa saja kegiatan yang dilaksanakan dalam penerapan nilai-nilai karakter santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah?, (2) Bagaimana metode pendidikan karakter santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah?, (3) Bagaimana peran kyai dalam pendidikan karakter santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah?, (4) Apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan pendidikan karakter santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah?. Selanjutnya untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif.

(11)

xi

A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ...

A. Konsep Pendidikan Karakter ... B. Karakter danNilai-Nilai yang Berkembang di Pesantren ...

(12)

xii

C. Metode Pendidikan Karakter ... D. Bentuk Pendidikan Karakter ...

26 30

BAB III PAPARAN DAN TEMUAN PENELITIAN

A.Gambaran Umum Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al- Falah Salatiga ... B. Temuan Penelitian ...

33 40

BAB IV PEMBAHASAN

A.Kegiatan yang Dilaksanakan dalam Penerapan Nilai- nilai Karakter Santri di Pondok Pesantren Al- Falah Salatiga ... B. Metode Pendidikan Karakter yang Digunakan dalam Penerapan Pendidikan Karakter Santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al- Falah Salatiga ... C.Peran Kiai dan Ustadz dalam Penerapan Pendidikan Karakter Santri di Pondok Pesantren Al- Falah Salatiga ... D.Kendala yang Dihadapi dan Solusi yang Ditempuh dalam

(13)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kebutuhan akan pendidikan yang dapat melahirkan manusia yang memiliki karakter sangat dirasakan oleh semua kalangan lapisan masyarakat. Alasanya sangat jelas bahwa degradasi moral dari tahun ketahun selalu meningkat sehingga nyaris membuat negeri Indonesia hancur. Korupsi menjadi budaya yang seakan telah mengakar pada bangsa ini, mulai dari tingkat kampung hingga pejabat tingginegara. Padahal jelas bahwa mereka adalah orang-orang yang berpendidikan, selainitu penyalahgunaan narkoba yang semakin marak, tawuran antar pelajar serta kejahatan yang telah menghilangkan rasa aman bagisetiap warga di negeri ini, hal itu adalah bukti nyata adanaya degradasi moral bangsa ini (Asmani,2012:47).

Dalam seseorang hanya pada pikirannya saja dan tidak pada moralnya sama artinya dengan mendidik seseorang yang berpotensi menjadi ancaman bagi masyarakat (Lickona,2013:3).Gagasan program pendidikan karakter yang muncul di dunia pendidikan Indonesia sangat didambakan, sebab selama ini dirasakan proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun moral manusia Indonesia.

(14)

2

tetapi mentalnya lemah dan penakut serta perilakunya tidak terpuji, inilah hal yang mendorong lahirnya pendidikan karakter (Gunawan,2012:29).

Dalam perspektif Islam, secara teoritis sebenarnya pendidikan karakter telah ada sejak islam diturunkan didunia, seiring dengan diutusnya Nabiyuna Muhmmad SAW untuk menyempurnakan akhlak (karakter) manusia.

Seperti sabda Rasulullah:

قلاخلاا مراكم ممتلأ تثعب امن إ

“sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq-akhlaq

mulia”(HR. Malik, Hakim dan Baihaqi).

Ajaran Islam adalah ajaran yang mengandung sistematika ajaran yang tidak hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan mu‟amalah, tetapi juga menekankan pada akhlaq. Pengamalan ajaran Islam yang secara utuh atau kaffahmerupakan model karakter seorang muslim, bahkan dicontohkan oleh

model karakter Nabi Mumammad SAW, yang memiliki sifat Shidiq,Tabligh, Amanah , dan Fathaanah.

(15)

3

Pendidikan di pondok pesantren bahkan telah menjadi inspirasi di luar negeri dengan model boarding school maupun lesson study.Sistem pendidikan di pondok pesantren yang banyak ditiru oleh lembaga pendidikan modern antara lain dari segi, diantaranya Interaksi langsung antara kyai dan santri,hidup bersahaja/sederhana meskipun gedungnya megah, belajar dan beribadah berlangsung selama 24 jam, hubungan antara santri dan kyai merupakan hubungan multidimensional, kebiasaan hidup mandiri (Sauri,2011:21).

Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) Al- Falah yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menggunakan sistem pondok pesantren yang 24 jam sehari. Dalam Perkembangan yang awalnya sistem pendidikan madrasah diniyyah yang awalnya didirikan oleh K.H. Muhammad Zumri RWS mendapat sambutan hangat dari masyarakat sekitar dari masyarakat sekitar untuk didirikanya pondok pesantren. Karena diyakini dengan mendirikan pesantren akan lebih mudah dalam menanamkan nilai-nilai yang di tujukan pada visi dan misi pondok pesantren.

(16)

4

yang cerdas secara akademis, tetapi seharusnya juga menghasilkan generasi yang berakhlaq mulia. Dengan demikian, pemantapan pendidikan karakter secara komprehensif menjadi sangat esensial untuk segera diimplementasikan di semua lembaga pendidikan termasuk di pondok pesantren.

Dari beberapa uraian yang dipaparkan diatas tentang pentingnya pendidikan karakter, maka penulis tertarik meneliti terhadap penerapan pendidikan karakter pada suatu lembaga pendidikan pesantren, yaitu Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) Al-Falah Salatiga, dengan judul:

Implementasi Pendidikan Karakter pada Santri Pondok Pesantren Terbiyatul Islam Al-Falah Salatiga.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan ditas, kajian tentang peran Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah (PPTI) Al-Falah dalam pendidikn karakter akan menjadi fokus kajian dalam skripsi ini. Adapun rumusan masalah yang dibentuk oleh penulis meliputi:

1. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan dalam penerapan nilai-nilai karakter santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah?

2. Bagaimana metode pendidikan yang digunakan dalam penerapan pendidikn karakter di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah?

3.

Bagaimana peran kyai dan ustadz dalam penerapan pendidikan karakterdi

Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah?

4.

Apa saja kendala yang dihadapi dan solusi yang ditempuh dalam penerapan

(17)

5 C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kegiatan yang dilaksanakan dalam penerapan nilai-nilai pendidikan karakter santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga.

2. Untuk mengetahui metode pendidikan yang digunakan dalam penerapan pendidikan karakter di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga.

3. Untuk mengetahui bagaimana peran kyai dan ustadz dalam penerapan pendidikan karakter santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah. 4. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi dan solusi yang

dibutuhkan dalam penerapan pendidikan karakter santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah.

D.Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara akademis maupun praktis.

1. Secara Akademis

(18)

6

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran tentang peran pondokpesantren dalam menaanamkan pendidikan karakter bagi praktisi dan pemerhati pendidikan.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan kontribusi positif dalam rangka penanaman karakter di pesantren bagi praktisi pendidikan islam.

b. Hasil penelitian ini merupakan wawasan bagi penulis tentang implementasi pendidikan karakter di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahfahaman pada judul skripsi ini, maka penulis akan memaparkan penegasan istilah sebagai berikut:

1. Implementasi

Menurut bahasa implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan. Implementasi merupakan suatu prose side, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak,baik berupa pengetahuan , ketrampilan maupun sikap. Dalam oxford advance learner‟s dictionary bahwa implementasi adalah “put something into effect,peneapan

(19)

7 2. Pendidikan karakter

a. Pendidikan

Secara etimologi pendidikan dapat diartikan pada istilah

tarbiyyah, ta‟lim, dan ta‟dib.ketiga istilah ini memiliki makna yang

berbeda , walaupun ketiganya saling melengkapi. Makna tarbiyah memiliki tiga bahasan . pertama memiliki arti tambah dan berkembang. Kedua, memiliki arti tumbuh dan menjadi besar, ketiga memiliki arti memperbaiki, menguasai urusan, memelihra, merawat dan menunaikan.selanjutnya istilah ta‟limmengandung arti proses transmisi ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Adapun istilah ta‟dibmengandung pengertian pendidikan kepribadian, sopan santun dan penanaman akhlaq (Mastuhu,1994:16). b. Karakter

Menurut bahasa karakter berasal dari bahasa latin kharakter, kharasein, dan kharak,dalam bahasa Yunani charkter dari kata charassein, yang berarti membuat tajam/ membuat dalam. Dalam bahasa

(20)

8

menurutistilah umum adalah keadaan asli yang ada dalam individu seseorang yang membedakan dengan orang lain (Gunawan,2012:3).

Menurut pendapat lain, istilah karakter diambil dari bahasa Yunani yang berarti, to mark (menandai). Istilah ini lebih fokus pada tindakan atau tingkah laku. Ada dua pengertian tentang karakter.

Pertama, menunjukan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila sesorang berperilaku tidak jujur, kejam maupun rakus tentulah orang itu memanifestasikanperbutan buruk, sebaliknyaapabila seseorang berperilaku baik, jujur, suka meenolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan tindakan mulia . Kedua, istilah karakter erat kaitanya dengan personality. Seseorang bias disebut “orang yang berkarakter” (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuaikaidah normal (Mulyasa,2013:3).

c. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya dilihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormatihaka orang lain, kerja keras, dan sebagainya (Lickona, 2013:295)

d. Santri

Secara etimologi santri berasal dari bahasa sansekerta (sastri) dan tamli (sattri) yang berarti terpelajar / learned.

(21)

9

1. Santri mukim adalah murid- murid yang berasal dari daearah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren.

2. Santri kalong adalah murid- murid yang berasal dari desa- desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren (Dhofier,1994:52).

e. Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam, dimana asrama sebagai tempat para santri belajar mengaji dan ilmu- ilmu agama Islam kepada seorang kiai (Muhammad,2009:232).

Pendididkan didalam pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang kitab Al- Quran dan Sunnah Rasul, dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidah- kaidah tata bahasa Arab. Sedangkan pelajar didalam pesantren disebut dengan santri. Hal serupa juga terdapat di negara-negara lainya misalnya Malaysia dan Thailand bagian selatan yang disebut dengan sekolah pondok, serta di bagian negara India dan Pakistan disebut dengan Madrasa Islamia.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

(22)

10 2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) Al- Falah kota Salatiga yang beralamat di Jl. Bima no.2 Rt:2/ Rw: 2 Kelurahan Dukuh, Sidomukti, Salatiga, 50722.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti mengguanakan sumber data yang diambil melalui sumber data primer dan sumber data sekunder:

a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden atau nara sumber. Dalam penelitian ini, sumber data primer diperoleh dari pengasuh PPTI Al- Falah yaitu Ibu Nyai Hj. Latifah Zumri, Pengurus PPTI Al-Falah, Santri PPTI Al-Falah.

b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber utama. Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku acuan yang sangat menunjang penelitian ini.

4. Prosedur pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, dan dokumentasi.

a. Teknik Observasi

(23)

11 b. Teknik Wawancara

Teknik wawancara yaitu suatu proses tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu melihat dan yang lain mendengarkan dengan telinga sendiri suaranya. Teknik ini digunakan untuk melengkapi jawaban yang diperoleh dari observasi dan dokumentasi, guna menunjang kevalidan data yang didinginkan.

Adapun pembagian macam-macam wawancara terbagi menjadi dua macam yaitu:

1. Wawancara secara individu adalah wawancara yang ditujukan untuk memperoleh data dari individu dan dilaksanakan secara individu. 2. Wawancara secara kelompok adalah wawancara yang dilakukan untuk

menghimpun data dari kelompok. Contohnya wawancara dengan suatu kelurga, wawancara dengan pengurus yayasan, dll (Sukmadinata,2009:216).

Adapun yang dilakukan peneliti dalam melakukan wawancara adalah:

1. Sebelum melakukan wawancara peneliti mempersiapkan instrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara.

2. Peneliti menciptakan hubungan baik dengan responden.

(24)

12

4. Dalam pembuatan catatan hasil wawancara dicatat jawaban atau respon-respon dari responden yang langsung berhubungan dengan pertanyaan.

c. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah sekumpulan data verbal yang berbentuk dokumen, sertifikat, foto, rekaman kaset, dan lain-lain(Moleong,2009:64).

Dalam teknik ini peneliti mengambil dokumentasi yang berhubungan dengan hal implementasi pedidikan karakter santri di PPTI Al- Falah, seperti halnya pengambilan dokumen saat santri mengaji, jamaah maupun kegiatan pendukung pendidikan karakter. 5. Analisis Data

Padaanalisis data ini menunjuk pada kegiatan yang mengorganisasikan data kedalam susunan-susunan tertentu dalam rangka penginterpretasi data. Data ditampilkan sesuai dengan susunan sajian data yang dibutuhkan untuk menjawab masing-masing masalah atau hipotesis penelitian. Kemudian diinterpretasikan atau disimpulkan, baik untuk masing-masing masalah atau hipotesis penelitian maupun untuk keseluruhan masalah yang diteliti (Faisal,2001:34).

6. Pengecekan Keabsahan Data

(25)

13

kehadiran peneliti dilapangan, observasi yang diperdalam, triangulasi (sumber, metode, penelitian dan teori) dan pelacakan kesesuaian hasil.

Jadi yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi: mendemonstrasikan nilai yang benar, menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, memperoleh keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsitensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan- keputusanya (Moleong,2009:320).

7. Tahap- Tahap Penelitian

Adapun tahapan dalam melakukan penelitian ini adalah menyiapkan sebuah rencana, adapun perencanaan tersebut adalah sebagai berikut;

Pertama, mengetahui sesuatu yang perlu diketahui.tahap ini

dinamakan tahap “orientasi ataupun memperoleh gambaran umum”.

Dengan pengetahuadasar dasar penulis tentang situasi lapangan berdasarkan bahan yang dipelajari dengan berbagai sumber, pada tahap ini penulis harus mengadakan pendekatan secara terbuka kepada responden. Tujuan pada tahap ini memperoleh informasi atau data awal.

Tahap kedua, ialah “eksplorasi fokus”. Pada tahap ini penulis

menyediakan waktu untuk menyusun “petunjuk” memperoleh data

(26)

14

Tahap ketiga, ialah tahap pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data. Pada tahap ini biasanya diadakan penghalusan data yang dilakukan pada subyek dan informan. Jika terdapat ketidaksesuaian maka perlu diadakan perbaikan.

Tahap keempat, ialah tahap merancang penulisan. Tahap ini hendaknya dijelaskan pada rancangan penulisan walaupun tidak dilakukan secara rinci. Jadwal untuk setiap tahap harus diperkirakan secara tepat, karena akan menjadi pegangan dalam menyelesaikan secara keseluruhan penulisan selanjutnya.

8. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pokokpermasalahan, maka penulis menyusun skripsi ini dengan sistematika yang terdiri dari lima bab, adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini memberi gambaran tentang skripsi yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

(27)

15

BAB III PAPARAN DAN TEMUAN PENELITIAN

Dalam bab ini dipaparkan tentang gambaran umum Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga, kegiatan yang dilaksanakan dalam penerapan nilai-nilai karakter Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga, metode pendidikan karakter di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga, peran kyai dalam pendidikan karakter Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga, kendala yang dihadapi dan solusi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini akan mengulas tentang kegiatan yang dilaksanakan dalam penerapan nilai-nilai karakter santri di Pondok Pesantren Al-Falah Salatiga, metode pendidikan karakter santri di Pondok Pesantren Al-Falah Salatiga, peran kiai ustadz dalam pendidikan karakter santri di Pondok Pesantren Al-Falah Salatiga, serta kendala yang dihadapi dan solusi yang tempuh dalam penerapan pendidikan karaktesantri Pondok Pesantren Al-Falah Salatiga.

BAB V PENUTUP

(28)

16 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Konsep Pendidikan Karakter

Secara harfiah karakter berarti kualitas mental atau moral, nama atau reputasi. Berkarakter artinya mempunyai watak atau mempunyai kepribadian. Dengan demikian, karakter biasberarti kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakan dengan individu lain. Orang yang berkarakter berarti dia memiliki kepribadian yang ditinjau dari titik tolaketis atau moral, seperti sifat kejujuan,amanah, dan keteladanan (Hidayatullah,2010:12).

Tentu saja proses pendidikanerat kaitannya dengan pembentukan karakter terhadap anak didik.Sisi lain, secara etimologis, karakter berasaldari bahasa Yunani yaitu karassoyang berarti cetak biru, formatdasar, sidik (seperti sidik jari). Syarkawi memandang karakter sama dengan kepribadian yaitu ciri, karakteristik, gaya, sifat khas dari seorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir (Kusuma,2009:80).

(29)

17

yangdiberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar dia menjadi dewasa (Hasbullah,1999:2).

Sementara itu K.H.Dewantara menyebutkan bahwa pendidikan adalah tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak- anak,adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuataan kodrat pada anak-anak itu agar mereka mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya(Hasbullah,1999:4).

Pada dasarnya pendidikan diselenggarakan dalam rangka membebaskan manusia dari berbagai persoalan hidup yang melingkupinya.Sedangkan Paulo Freire berpendapat bahwa pendidikan merupakan salah satu upaya dalam mengembalikan fungsi manusia menjadi menjadi manusia agar terhindar dari berbagai bertukpenindasan, kebodohan, sampai ketertinggalan. Oleh karena itu manusia sebagai pusat pendidikan harus menjadikan pendidikan sebagai alat pembebasan untuk mengantarkan manusia menjadi makhluk yang bermartabat. Dalam proses ini pendidikan dimaknai sebagai proses pembentukan kepribadian dan pengembangan seseorang sebagai makhluk individu, sosial, susila, dan makhluk yang beragama, kesemuanya menghendaki manusia menjadi makhluk yang seimbang sehingga diharapkan pendidikan dapat menjadikan proses untuk mencapai tujan tersebut (Yunus,2007:1).

(30)

18

akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan sebagai wahana untuk memanusiakan manusia terikat oleh dua misi penting yaitu harmonisasi dan humanisasi.Sebagai proses harmonisasi pendidikan memiliki kepentingan untuk meposisikan manusia sebagai makhluk yang memililki keserasian dengan habitat ekologinya. Manusia diarahkan untuk, mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya seperti makan minum, sandang dan papan, dalam proses tersebut diharapkan pendidikan mampu mengarahkan manusiapada cara-cara pemilihan dan pemilihan nilai sesuai dengan kodrat biologismanusia. Pada sisi yang lain sebagai proses humanisasi pendidikan mengarahkan manusia agar dapat hidup sesuai dengan kaidah moral, karena hakikatnya manusia dalah makhluk yang bermoral. Dengan demikian maka nilai dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Bahkan ketika pendidikan cenderung diperlakukan sebagai wahan transfer of knowledge, disini terjadi perabataan nilai – nilai yang setidaknya bermuara pada nilai-nilai kebenaran intelektual (Mulyana,2004:103).

(31)

19

Akhir-akhir ini timbul kesadaran bahwa pendidikan karakter memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka mncapai tujuan pendidikan. Hal ini diperkuat oleh temuan bahwa keberhasilan seseorang dalam kehidupan sebagian besar dipengaruhi oleh EQ (Emotional quotient) yang menyumbang 80%, bila dibandingkan dengan IQ (intelegent quotient) yang hanya menyumbang 20% (Zuchdi,2008:67).

Berbicara tentang karakter dalam pendidikan mau tidak mau harus mempertanyakan secara kritis gambaran manusia macam apa yang ada dalam kepala kita. Gambaran manusia yang memiliki karakter baik dan kuat adalah manusia yang memiliki keutamaan (Kusuma,2007:79). Dari awalnya keutamaan merupakan hal yang interen dalam diri manusia. Namun dalam perkembangan karakter manusia selalu mengalami perubahan mengikuti tempat dan lingkungan kebudayaan dimana dia tinggal. Proses perubahan, baik itu perubahan yang positif maupun negatif memiliki daya dinamis.

Dinamisasi perubahan karakter seseorang memiliki relevansi yang signifikan dengan lingkungan dimana dia tumbuh. Oleh karena itu pendidikan karakter memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya menjadikan dirinnya sebagai manusia yang memiliki keutamaan (Kusuma,2007:81).

(32)

20

B.Karakter dan Nilai-nilai yang Berkembang di Pesantren

Tujuan umum pendidikan santri adalah membimbing santri untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam, yang dengan ilmu agamanya, dia sanggup menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalannya. Sedangkan, tujuan khususnya adalah memprsiapkan santri untuk menjadi seorang yang „alim dan mendalami ilmu agama serta mengamalkan dalam masyarakat. Dengan demikian tujuan terpenting pesantren adalah membangun moralitas agama santri dan pengamalannya (Mansur, 2004: 26-27).

Intinya, bahwa tujuan pesantren adalah pembentukan insan yang memahami ajaran agama Islam dan kemudian mengajarkannya. Dengan kata lain adalah manusia memproduk manusia yang memiliki karakter yang selanjutnya mengamalkan nilai- nilai Islam dalam kehidupan. Sementara itu, sebagai tempat memahami dan mendalami ajaran Islam serta pembentukan karakter Islami, pesantren memiliki ciri khas tersendiri.

Oleh karena itu kehidupan pesantren sering disebut unik sehingga bisa dikatakan subkultur. Sebuah subkultur karena pesantren memiiki keunikan sendiri dalam aspek-aspek seperticara hidup yang dianut, pandangan hidup dan tatanilai yang diikuti, serta hierarki kekuasaan interen tersendiri yang ditaati sepenuhnya (Wahid, 2007:9)

(33)

21

pesantren yang sering disebut dengan kiai, kemudian terdapat surau atau masjid, tempat pengajaran yang diberikan madrasah atau sekolah, dan asrama tempat tinggal para siswa pesantren. Dalam lingkungan fisik yang demikian ini , diciptakan semacam cara kehidupan yang memiliki sifat dan ciri khas tersendiri. Dimulai dari jadwal kegiatan yang memang menyimpang dari pengertian rutin kegiatan masyarakat sekitar (Wahid,2007:11)

Corak kehidupan tersendiri dari kehidupan di pesantren dapat dilihat dari struktur pengajaran yang diberikan, dari sistematika pembelajaran, dijumpai jenjang pelajaran yang diulang- ulang dari tingkat ke tingkat, tanpa terlihat kesudahannya, persoalan yang diajarkan sering kali pembahasan serupa yang diulang ulang selama jangka wantu bertahun-tahun.

Dari kekhasan inilah yang mehasilakan pandangan hidup dan aspirasi yang khas pula. Misalnya visi yng dicapai untuk mencapai penerimaan disisi Allah di hari kelak adalah merupakan kedudukan yang paling penting dalam tata nilai di pesantren, visi mana dalam terminologi pesantren sering dikenal dengan nama keikhlasan.orientasi yang mengarah pada kehidupan akhirat ini, yang terutama ditekankan pada perintah-perintah agama seteliti dan selengkap mungkin, merupakan pokok dasar kehidupan pesantren, sebagaimana dapat ditemukan pada literatur yang diwajibkan didalamnya.

(34)

22

kemampuan menciptakan penerimaan perubahan- perubahn setatus dalam kehidupan dengan mudah, serta fleksibelitas para santri untuk menempuh karir masing- masing nanti (Wahid , 2007:7-8).

Ciri utama pesantren sebagai subkultur adalah mempunyai peran ganda, yaitu sebagai unit budaya yang terpisah dari dan pada waktu yang bersamaan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Dalam menjalankan peran ganda ini pesantren terlibat dalam proses penciptaan tata nilai yang mempunyai dua unsur utama, yaitu peniruan, adalah usaha dimana dilakukan terus menerus tanpa sadar untuk memindahkan pola memindahkan pola kehidupan para sahabat nabi, dan para ulama’ salaf kedalam praktik kehidupan pesantren , yang tercermin atas kondisi materiil yang relatif serba kurang, dan kesadaraan kelompok yang tinggi. Unsur kedua, pengekangan¸yang memiliki perwujudan utama dalam disiplin yang ketat dalam pesantren (Wahid, 2007:13-14).

(35)

23

menyentuhnya. Misalnya salah satu pesantren di Jawa Timur, seorang kiai mendirikan sebuah SMP, guna menghilangkan ancaman dari narkotika dikalangan sementara keluarga santri yang tadinya putra – ptra mereka disekolahkan diluar pesantren (Wahid,2007:18).

Sebaliknya, santri adalah siswa yang tinggal di peantren , guna menyerahkan diri mendapatkan bimbingan kiai. Ini merupakan syarat mutlak bagisantri memungkinkan dirinya menjadi peserta didik kiai dalam arti sepenuhnya. Dengan kata lain dia harus mempunyai kerelaan sang kiai dengan mengikutisegenap kehendaknya dan melayani segenep kepentingannya.

Kerelaan inilah yang terdapat dipesantren dengan istilah baraakah, adalah alasan tepat tempat berpijak santri dalam menuntut ilmu.sikap seoerti ini yang pada masanya akan membentuk sikap hidup santri. Sikap hidup bentukan pesantren semacam ini, apabila dibawa dalam kehidupan ke masyarakat luar, sudah barang tentu merupakan pilihan ideal bagi sikap hidup rawan yang serba tak menetu yang merupakan ciri utama kondisi transisional dalam masyarakat dewasa ini (Wahid, 2007:21-23).

(36)

24

diletakan pada ukuran kehidupan itu sendiri sebagai peribadatan. Ilmu- ilmu agama sebagai mana dimengerti di lingkungan pesantren, yang merupakan landasan pembenaran pandangan sarana ibadah tersebut (Wahid, 2007:132).

Inilah yang disebut dengan istilah teosentris. Jadi semua aktivitas yang dilakukan oleh kiai dalam mengajar dan santri dalam mengaji, dipandang sebagai salah satubntuk ibadah kepada Allah. Ilmu dan ibadah itulah yang dengan sendirinya memunculkan kecintaan mendalam kepada ilmu-ilmu agama sebagai nilai utama lain yang berkembang dipesantren. Kecintaan ini dimanivestasikan dalam berbagai bentuk, seoerti penghormatan santri yang sangat dalam kepada ahli-ahli ilmu agama, kesediaan berkorban dan bekerja keras untukmenguasai ilmu-ilmu tersebut. Kecintaan itu pula yang akan mendorong santri untuk mencari pola-pola kerja tersendiri sepulang dari pesantren (Wahid,2007:133).

Nilai utama yang ketiga adalah keikhlasan atau ketulusan bekerja untuk tujuan bersama, menjalankan semua yang diperintahkan kiai dengan tidak ada rasa berat sedikitpun, bahkan dengan penuh kerelaan adalah bentuk bukti nyata, hidup pribadi kiai dan santrinya, dilihat dari satu segi larut semua dalam irama kehidupan pesantren yang dipimpinnya, tujuan dan pamrih lain menjadi soal skunder dalam pandangannya. Secara bersamaan nilai-nilai diatas itulah yang membentuk sebuah nilai umum, yang mampu menopang berkembangnya nilai-nilai kemandirian di pesantren (Wahid, 2007:134).

(37)

25

imbalan finansial yang seimbang. Bahkan kebanyakan tanpa imbalan apapun. Demikian pula kesediaan santri untuk tinggal dipesantren dalam kondisi fisik yang tidak menyenagkan selama bertahun-tahun, dengan bilik sempit tanpa peralatan, dan terkadang tanpa pengairan yang kurang memadahi. Kesemua kesukaran itu ditanggung oleh kesadaran santri bahwa pesantren adalah alat perjuangan agama untuk mengubah kehidupan moral masyarakat sekitar.

Disamping itu dapat juga dilihat struktur pendidikan di pesantren berkarakter populis dan memiliki kelenturan yang besar. Semua orang tak peduli di semua strata apapun, diterima dengan terbuka di pesantren, tnpa hambatan administratif atau finansial apapun.seorang santri yang tak memiliki bekal apapun dapat juga belajar dan tinggal dipesantren, dengan cara mencari bekal sendiri, seperti denga menjadi pelayan kiai bahkan orang lain di sekitar pesantren (Wahid, 2007: 138).

C.Metode Pendidikan Karaker

Metode berasal dari bahasa Latin “meta” yang berarti melalui, dan

hodos” yang berarti jalan atau cara. Sedangkan dalam bahasa Arab metode

disebut “tariqah” yang artinya jalan, cara sistem, atau ketertiban dalam

mengerjakan sesuatu. Metode menurut istilahnya ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita atau tujuan (Wiyani, 2013:38).

(38)

26

pendidikan karakter dapat dilaksanakan secara integral dan utuh, sehingga tujuan pendidikan karakter akan semakin terarah dan efektif (Wiyani, 2013:38).Metode yang digunakan untuk pendidikan anak harus dapat mengoptimalkan kemampuan anak. Proses pendidikan anak juga harus disesuaikan dengan tingkat usia anak, dari mulai perkembangan awal anak sampai dewasa.

Dalam proses pendidikan, kesalahan pendidikan anak usia awal akan berdampak negatif terhadap perkembangan anak di masa yang akan datang. Untuk memperoleh kualifikasi metode yang tepat guna, pemilihan metode harus didasarkan pada karakteristik anak yang sesuai dengan periodesasi anak itu. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pendidikan karakter khususnya pendidikan yang mengutamakan karakter pribadi muslim maka diperlukan metode yang mampu membentuk pribadi anak menjadi manusia yang cerdas secara spiritual, cerdas secara emosional dan sosial, cerdas secara intelektual, cerdas secara kinestetik, baik dan bermoral, menjadi warga negara dan masyarakat yang baik serta bertanggungjawab (Adisusilo, 2012:132).

Pada dasarnya, pendidikan karakter berkaitan dengan pendidikan moral. Terdapat pertimbangan model bagi pendidikan moral dalam arti mengembangkan pemahaman moral pada siswa.

Model yang didasarkan pada etika kepedulian terdiri dari empat komponen, yaitu:

(39)

27

menjadi orang yang bemoral, kita harus menunjukkan perilaku yang bermoral pada mereka.

b. Dialog,merupakan unsur yang paling mendasar dari pendidikan moral dari perspektif kepedulian. Semua bentuk pendidikan moral menggunakan jenis pembicaraan seperti ini biasanya pernyataan pengetahuan, perintah, kekesalan, pujian, peringatan, nasehat.

c. Praktik,kita belajar untuk peduli, pertama dengan menjadi orang yang diperhatikan. Kita mengamati ketika kepedulian dicontohkan, dan kita menjelajahi kehidupan moral melalui dialog.

d. Konfirmasi mengacu pada tindakan sadar pemberi perhatian berupa menyetujui atau meyakinkan hal-hal yang secara moral paling baik pada orang lain. Dalam tindakan konfirmasi, kita membangun motivasi terbaik yang mungkin pada orang yang diperhatikan yang sesuai dengan kenyataan (Nucci dan Narvaez, 2014:246-252).

Pendidikan yang mengakarkan pada konteks sekolah akan mampu menjiwai dan mengarahkan sekolah pada penghayatan pendidikan karakter yang realistis, konsisten, dan integral. Terdapat beberapa unsur yang dapat dipertimbangkan, antara lain:

(40)

28

b. Keteladanan, keteladanan menjadi hal klasik bagi berhasilnya tujuan pendidikan karakter, anak akan belajar dari apa yang dilihat. Kata-kata yang disampaikan kepada anak akan mampu menggerakkan, tetapi keteladanan menjadi metode dalam pendidikan karater yang menarik hati.

c. Menentukan prioritas pendidikan, memiliki prioritas dan tuntutan dasar akan karakter yang ingin diterapkan, demikian pula dalam penggunaan metode sebagai sarana efektif tercapainya tujuan. Dengan adanya pemilihan dan prioritas yang jelas, akan didapat proses evaluasi atas keberhasilan pendidikan karakter. Hal ini ditandai dengan terlihatnya kemajuan dan kemunduran dalam perilaku anak.

d. Praksis prioritas,praksis prioritas merupakan unsur lain yang sangat penting bagi pendidikan karakter adalah bukti dilaksanakannya prioritas nilai pendidikan karakter tersebut.

e. Refleksi,refleksi merupakan kemampuan sadar khas manusiawi melalui kemampuan ini, manusia mampu mengatasi diri dan meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik. Jadi, setelah tindakan dan praksis pendidikan karakter terjadi, perlu diadakan semacam pendalaman, refleksi, untuk melihat sejauh mana lembaga pendidikan telah berhasil atau gagal dalam melaksanakan pendidikan karakter (Kusuma, 2007:212-217).

(41)

29

2013:44). Metode pendidikan karakter ini menunjukkan bahwa karakter adalah sesuatu yang dikerjakan berdasarkan kesadaran yang utuh, yaitu sesuatu yang diketahui secara sadar, mencintainya dan diinginkannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan karakter yang dicetuskan oleh Kusuma tidak jauh berbeda dengan pendapat Nucci dan Narvaez. Keduanya mencetuskan dua unsur yang sama dalam metode pendidikan karakter yakni keteladanan dan konfirmasi. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keteladanan dan konfirmasi merupakan aspek penting dalam metode pendidikan karakter, dimana kedua unsur tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan karater.

D.Bentuk Pendidikan Karakter

Karakter adalah istilah inklusif bagi individu sebagai totalitas, sehingga bagi banyak pendidik pendidikan karakter memiliki lebih banyak hubungan dengan pembentukan dan perubahan seseorang yang meliputi pendidikan di sekolah, keluarga, dan melalui partisipasi seseorang dalam jaringan sosial masyarakat (Nucci dan Narvaez, 2014:132).

(42)

30

Mansur Munir berpendapat bahwa terdapat tiga bentuk desain dalam pemrograman pendidikan karakter yang efektif dan utuh, antara lain:

a. Berbasis sekolah,desain ini berbasis pada relasi guru sebagai pendidik dan murid sebagai pembelajar. Yang dimaksud dengan relasi guru pembelajar ialah bukan menolong, melainkan dialog dengan banyak arah sebab komunitas kelas terdiri dari guru dan murid yang saling berinteraksi dengan media materi.

b. Berbasis kultur sekolah,desain ini mencoba membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter murid dengan bantuan pranata sekolah agar nilai itu terbentuk dalam diri murid. Misalnya untuk menanamkan nilai kejujuran tidak hanyamemberikan pesan moral, namun ditambah dengan peraturan tegas serta sanksi bagi pelaku ketidakjujuran.

c. Berbasis komunitas,dalam mendidik, komunitas sekolah tidak berjuang sendirian. Keluarga, masyarakat dan negara juga memiliki tanggungjawab moral untuk mengintegrasikan pendidikan karakter di luar sekolah (Mahbubi, 2012:49).

d. Pendapat lain diungkapkan oleh Yahya Khan tentang bentuk pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang dapat dilaksanakan dalam proses pendidikan terbagi atas empat bentuk, antara lain:

(43)

31

2. Pendidikan karakter berbasis nilai kultur yang berupa budi pekerti pancasila, apresiasi, sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa.

3. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konversi lingkungan).

4. Pendidikan karakter berbasis potensi diri yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konversi humanis). Proses aktivitas ini dilakukan dengan segala upaya secara sadar dan terencana, untuk mengarahkan murid agar mereka mampu mengatasi diri melalui kebebasan dan penalaran serta mampu mengembangkan segala potensi diri (Mahbubi, 2012:48).

(44)

32 BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga

a) Identitas Pondok Pesantren

Nama Pon. Pes. : Pon. Pes. Tarbiyatul Islam “AL-FALAH” No. Induk : 510033733001

Pengasuh : Ny. Hj. Latifah Zumri

Alamat : Jl. Bima No. 02, Dukuh, Sidomukti, Salatiga

Kota : Salatiga

Provinsi : Jawa Tengah Telepon : (0298) 3419427

E-mail : ponpesalfalahsalatiga@gmail.com

b) Profil Pondok Pesantren

1. Sejarah Berdirinya PPTI Al-Falah

(45)

Al-33

Falah dituntut pula untuk menampung aspirasi masyarakat yang membutuhkan pendidikan lebih mapan lagi. Untuk itu pada tahun 1990, KH. Zoemri RWS mendirikan madrasah diniyah dengan materi pelajaran khusus pelajaran agama. Adapun frekuensi pendidikan adalah 6 tahun, pendidikan ini diwajibkan bagi santri putra maupun putri. Melihat keadaan santri Al-Falah yang mayoritas berpendidikan formal,

maka pengajian medrasah Diniyah dimulai ba’da Ashar (15.30 WIB),

ba’da Magrib sampai ba’da Isya’ (+ jam 21.00), dan ba’da Subuh

sampai jam 6 pagi.

Lima tahun berikutnya, tepatnya pada tahun 1995 pendidikan Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah menambah kurikulum pembelajaran berupa ekstra pesantren antara lain : Kaligrafi, Khitobah,

Qiro’atul Qur’an, Bahasa Arab, dan Menjahit. Pendidikan ekstra ini di

dirikan dengan dasar, santri mampu berkreasi dan mempunyai skill untuk terjun di masyarakat. Dan mampu mengubah masyarakat yang terbelakang menjadi masyarakat yang berkembang.

(46)

34

2. Letak Geografis PPTI Al Falah Salatiga

PPTI Al-Falah terletak di ujung barat kota Salatiga yang berdekatan dengan Kab. Semarang tepatnya di Jl. Bima No. 02 Dusun Ngemplak, Desa Dukuh, Kec. Sidomukti, Kota Salatiga.

3. Dasar dan Tujuan

1. Dasar

Al Qur’an dan As Sunnah merupakan landasan dasar yang

dipakai oleh PPTI Al Falah dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran sehingga hasilnya akan lebih terarah, fitrah yang dimilikinya akan lebih terjaga dari berbagai kemungkinan dalam perjalanan peradaban umat manusia dewasa ini. Pemahaman

terhadap Al Qur’an dan As Sunah tersebut dijabarkan dalam sikap

dan perilaku santri, maka dasar tersebut adalah sebagai berikut. 2. Tujuan

Pada dasarnya tujuan Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) Al Falah mempunyai tujuan yang sangat signifikan, yakni: a. Tujuan Umum

Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islami yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.

(47)

35

1. Pembinaan suasana hidup dalam Pondok Pesantren sebaik mungkin sehingga berkesan pada jiwa santri.

2. Memberikan pengertian keagamaan melalui pengajaran Ilmu Agama Islam.

3. Mengembangkan sikap beragama praktek-praktek beribadah. 4. Mewujudkan Ukhuwah Islamiyah dalam Pondok Pesantren

dan sekitarnya.

5. Memberikan Pendidikan dan Keterampilan civic dan Kesehatan Olah raga kepada santri.

6. Mengusahakan Perwujudan segala aktivitas dalam pesantren yang mungkin pencapaian tujuan umum tersebut.

7. Membantu sumber daya santri yang memiliki nilai dan sikap agamais, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan komunikasi dan kesadaran akan ekologi lingkungan.

8. Melahirkan dan menciptakan alumni pesantren yang figur keilmuan yang begitu tangguh dan mampu memainkan propertinya pada masyarakat secara umum.

9. Menciptakan siswa dan santri berbasic IMTAQ dan IPTEK. 4. Visi dan Misi Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah

Visi

Mencetak karakter santri yang cerdas, agamis dan dapat diandalkanbagi masyarakat.

(48)

36

1. Menumbuhkan santri yang berakhlakul karimah. 2. Menumbuhkan santri yang komprehensif. 3. Menumbuhkan santri yang multifungsi. 4. Menumbuhkan santri yang cerdas & kreatif. c) Kurikulum Kegiatan Belajar (KMB)

PELAJARAN KELAS

Syifaul jinan

I ULA Risalatul Makhid

Aqidatul awam Al-Quran Alala

Ta’alimul Muta’alim

II ULA Aswaja

Syafinatul naja

Risalatul Quro’

Jurumiyah

III ULA Shorof

Salam Taufiq

Arbai’ Nawawi

Imriti

I WUSTO’

At-Taddzib

(49)

37 Idhotul Nasiin

Tafsir jalalain

II WUSTO’

Alfiah I Fathul Muin Tafsir Jalalain

III WUSTO’

Alfiyah 2

Fathul Muin Tafsir Jalalain

I ULYA Fathul Muin

Fathul Wahhab

Kasifatul Saja’ UMUM

d) Program Kerja Pengurus Berkaitan dengan Pendidikan Karakter

Dalam hal ini peneliti mencantumkan program kerja kepengurusan yang secara langsung berhubungan dengan implementasi pendidikan karakter pada santri, adapun yang tercantum adalah sie. Diklat (pendidikan dan latihan) yang dalam hal ini membuat program kegiatan yang akan dilakukan oleh santri, beserta sie. Keamanan, untuk memantau langsung dan pemberian sangsi peanggaran bagi sanksi yang melanggar.

1. Program Kerja Diklat a. Program Harian

1) Membuat jadwal dan membina santri untuk sorogan.

(50)

38

3) Mengkoordinasi shalat berjama’ah. b. Program Mingguan

1) Membuat jadwal dan mengadakan pembelajaran qiro’ah. 2) Membuat jadwal dan mengadakan pembelajaran khitobah. 3) Membuat jadwal dan mengadakan pembelajaran al- barjanji. 4) Membuat jadwal dan mengadakan pembelajaran khotbah jum’at. 5) Membuat dan mengadakan pembelajaran perawatan jenazah. 6) Membuat jadwal dan mengadakan pembelajaran kaligrafi. 7) Membuat jadwal dan mengadakan pembelajaran rebana. 8) Membuat jadwal dan mengadakan pembelajaran do’a & tahlil. c. Program Tahunan

1) Mengadakan haul simbah sulaiman dan Masyayiih. 2) Mengadakan Haflah Akhirossanah ( pengajian Akbar ). 3) Mengadakan Khaul Akbar K.H. Zoemri RWS

4) Mengadakan ziarah kubur ke Waliyullah.

5) Mengadakan pelatihan pemotongan hewan qurban. 6) Mengadakan Peringatan Hari Besar Islam.

7) Mengadakan halal bi halal santri. 8) Mengadakan halal bi halal wali santri. 9) Mengadakan buka bersama.

(51)

39 2. PROGRAM KEAMANAN

a. Membina, menegur,menindak, menta’zir santri yang melanggar. b. Mengatur perizinan semua santri.

c. Mengontrol semua kegiatan santri

(sumber: pengurus PPTI Al-Falah dari wawancara santri pengurus). B. Temuan Penelitian

1. Kegiatan yang Dilaksanakan dalam Penerapan Nilai-Nilai Karakter

di Pondok Pesantren Al- Falah Salatiga

Penanaman nilai-nilai karakter dalam setiap kegiatan santri di pondok pesantren memiliki banyak manfaat tidak hanya saat santri belajar di pondok pesantren, tetapi juga saat mereka hidup bermasyarakat. Biasanya akan terlihat perbedaan sikap dan perilaku santri ketika sebelum dan sesudah masuk pondok pesantren. Santri yang semula masih berperilaku buruk, setelah beberapa bulan mengikuti kegiatan dan pembiasaan di pondok pesantren hidupnya menjadi lebih terarah dan lebih rajin beribadah kepada Tuhan. Hal tersebut juga didukung dengan adanya peraturan yang mewajibkan setiap santri untuk mengikuti setiap kegiatan di pondok pesantren baik dalam hal berjamaah, mengaji, ataupun kegiatan lainnya.

(52)

40

“Kegiatan yang paling utama di pondok adalah mengaji kang, sebagai

santri adalah hal yang prioritas mengaji dan jamaah, keutamaan

keduanya adalah hal yang wajib, dari mengaji santri bisa mendapat ilmu

yang disampaikan oleh ustadz-ustadz, dari jamaah santri bisa

mendapatkan keuntungan pahala jamaah yaitu 27 derajat kelak, dan

disiplin, sebagai santri pondok disiplin adalah hal yang ditekankan agar

kelak menjadi manusia yang benar- benar taat pada manusia itu sendiri

maupun ketaatan pada Allah ini merupakan sebuah nilai religius yang

dimiliki bagi santri yang taat” (wawancara pada 1 April 2017).

Adapun jadwal kegiatan yang diterapkan dalam keseharian santri Al-Falah tercantum sesuai dengan file yang diambil saat wawancara dengan pengurus.

Jadwal Kegiatan Santri PPTI Al Falah

No. Kegiatan Waktu

1. Qiyamul Lail ... - 04:30 WIB

2. Jamaah Sholat Subuh 04:30 – 05:00 WIB

3. Kegiatan Belajar Mengajar 05:00 – 06:00 WIB 4. Sekolah Siang 06:00 – 14:00 WIB

5. Istirahat 14:00 – 15:30 WIB

(53)

41

8. Persiapan Sholat Maghrib 17:00 – 18:00 WIB 9. Jamaah Sholat Maghrib 18:00 – 18:30 WIB

10. Sorogan Al-Qur’an 18:30 – 19:00 WIB

11. Jamaah Sholat Isya’ 19:00 – 19:30 WIB 12. Kegiatan Belajar Mengajar 19:30 – 21:00 WIB

13. Musyawarah Dan Motholaah 21:00 WIB – SELESAI

14. Istirahat Malam ...

Sumber: file pengurus PPTI Al- Falah salatiga, dikutip pada 20

Desember2016.

Bagi santri yang tidak mengikuti kegiatan tanpa izin ataupun melanggar peraturan akan dikenakan sanksi yang sesuai dengan pelanggaran yang ia lakukan. Dengan adanya peraturan tersebut maka santri menjadi terbiasa untuk melakukannya tanpa perlu diingatkan terus-menerus dan paksaan dari orang lain, sehingga pembiasaan di pondok pesantren dapat berjalan dengan lancar dan dapat diterima dengan baik oleh para santri.

Hal ini sesai dengan wawancara dengan pengurus keamanan Denis Wiki Permana (19 tahun).

“ Kalau setiap santri yang tidak mengikuti kegiatan yang diadakan oleh

pondok pesantren tanpa ijin yang jelas maka akan mendapatkan ta‟zir

atau sanksi, hal ini diatur dalam tata peraturan yang telah dibuat dan

(54)

42

agar kedepan santri bias menjadi santri yang taat dan tidak leda –lede

kang” (wawancara pada 1 April 2017).

Penanaman nilai-nilai karakter juga dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan bakat dan minat santri serta membentuk jiwa kreatif dan inovatif dalam diri santri. Kegiatan ekstrakurikuler di pondok pesantren tersebut

diantaranya seperti rebana, kaligrafi, qiro’ah, Bahasa Inggris dan Arab,

dramblek.

Hal tersebut sesuai dengan wawancara dengan pengurus diklat, Azkal Murtadla (20 tahun):

“Ekstra kurikuler di Al-Falah mencakup rebana, qiro‟ah, kaligrafi,

bahasa Inggris dan Arab, dan Dramblek, semua ekstra tersbut ditujukan

agar santri yang mengikuti bisa memiliki jiwa yang kreatif dan inovatif,

kelak dimasyarakat santri tersebut juga bisa mengembangkan bakat yang

telah dimiliki ketika terjun dimasyarakat nantinya, santri di didik agar

tidak pemalu dan mempunyai kepercaan diri terhadap potensi yang

dimiliki” (wawancara pada 1 April 2017).

Diperkuat dengan pendapat Ustadz Shoim (33 tahun):

“Ekstrakurikuler disini tidaklah banyak kang, tapi ekstrakurikuler yang

ada di Al- Falah dipilih saja, rebana di masyarakat akan berguna, qiroah

(55)

43

juga digunakan dimasyarakatbahasa Arab dan Inggris sering digunakan

disekolahan maupun dikampus, dramblek khususnya di Salatiga juga

marak ditampilkan, hal itu dimaksudkan agar yang mengikuti ekstra

benar-benar mengikuti dengan sungguh-sungguh, ekstra ini akan

mengasah jiwa-jiwa kreatif pada santri agar tidak kalah dengan yang

bukan santri, selain itu kegiatan kegiatan baik wajib maupun

ekstrakurikuler diharapkan bisa tertanam nilai nilai diantaranya religius,

kemandirian, dan tanggung jawab, ” (wawancara pada 1 April 2017) 2. Metode Pendidikan yang Digunakan dalam Penerapan Pendidikan

Karakter di Pondok Pesantren Al-Falah Salatiga

Kegiatan-kegiatan yang diterapkan pondok pesantren juga harus dibarengi dengan penggunaan metode yang tepat. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, metode pendidikan yang digunakan oleh untuk menerapkan nilai-nilai karakter di Pondok Pesantren Al-Falah Salatiga. antara lain: Sorogan, bandongan, Hafalan, musyawarah bahtsu matsail.

Hal ini sesuai dengan wawancara dengan pengurus diklat Azkal Murtadla (20 tahun):

“Metode yang diterapakan di Al-Falah merupakan metode bawaan

seperti halnya yang diterapkan pondok-pondok salaf yang ada di Jawa pada

umumnya, yaitu sorogan, kalau sorogan diterapkan dalam pelajaran

al-quran, yaitu santri disima‟kan bacaan al-quran oleh musawir. Kemudian

bandongan merupakan metode yang diterapkan dalam pembacaan kitab

(56)

44

merupakan metode bagi santri yang mengikuti program khusus tahfidzul

qur‟an, serta santri yang hendak menyetorkan hafalan nadzam-nadzam yang

disetorkan menggunakan syair-syair, musyawarah dan bahtsumasail

merupakan metode tambahan karena musyawarah dilaksanakan tidak setiap

hari tapisatu minggu sekali pada malam jumat”(wawancara pada 1 April 2017).

Khusus metode Musyawarah yang ada di Al-Falah merupakan metode tambahan yang dibentuk pondok pesantren dalam rangka mendidik santri menjadi santri yang memiliki inovasi dan pengetahuan luas, sesuai dengan pernyataan Ustadz Kholil (42 tahun):

“Metode pendidikan yang ada di Al- Falah merupakan metode asli

metode pesantren salaf, jadi bapak Kyai sudah benar- benar memikirkan

metode sesuai dengan kondisi santri, agar nantinya santri bisa nyaman

sesuai dengan apa yang diajarkan oleh ustadz-ustadz, selaiin itu dari setiap

metode salaf diterapkan sikap disiplin santri, jadi apabila ada santri yang

tidak disiplin akan mendapatkan hukuman yang biasanya meng-i‟lal, men

-tashrif, maupun membaca kitab kuning yang gundulan, apabila tidak bisa

maka santri harus berdiri sampai pembelajaran usai kang. Lain halnya

dengan metode musyawarah bahtsu matsail yang belum lama diterapkan,

metode ini akan melatih santri berbicara dengan dasar (dalil), dari kitab

kitab yang telah dikajinya, selain itu dari musyawarah akan menekankan

(57)

45

orang lain, ya disisi lain dari metode ini yaitu mengurangi sifat egois pada

diri santri kang”(wawancara pada 1 April 2017).

3. Peran Kyai dan Ustadz dalam Penerapan Pendidikan Karakter di

Pondok Pesantren Al-Falah Salatiga

a. Peran Kyai dalam Penerapan Pendidikan Karakter

Kyai berperan dalam hal membimbing, membina dan mengarahkan santri-santrinya menjadi pribadi yang lebih baik.sebagai ulama yang dapat dimintai saran dan tempat bagi santri untuk berbagi cerita. Berdasarkan peran sebagai ulama tersebutlah kyai biasanya menanamkan nilai-nilai religius pada santri. Hal ini juga sesuai dengan pendapat salah seorang santri Ihsan Hidayat (17 Tahun) :

“Bapak Kyai berperan sebagai pemilik pondok ini kang, sebagai kyai

beliau orang yang pertama menanamkan nilai-nilai keagamaan pada

santrinya, ilmu yang diberikan adalah barokah bagi kami sebagai santri

yang diharapkan ada manfaat yang diterima setelah kami bermasyarakat

kelak”

Kyai biasanya juga membantu santri untuk mempersiapkan masa depan mereka. Santri diberikan bekal ilmu dan wawasan untuk dapat bersaing ketika terjun dimasyarakat nantinya. Oleh karena itu peran kyai tidaklah mudah dan dapat diatasi oleh setiap orang. Dibutuhkan mental dan kesabaran yang kuat serta intelektual yang memadai untuk membawa pondok pesantren menjadi lebih baik dan maju.

(58)

46

“Kyai adalah gelar yang diberikan bukan pada sembarangan orang, kyai

mengemban tugas yang sangat berat karena kyai mengemban ratusan

amanah dari setiap wali santri, setiap wali santri tentunya memiliki pesan

yang berupa amanah anaknya harus dididik, anaknya tidak nakal lagi,

anaknya bisa disiplin dan sebaginya, jadi peran kyai dalam hal ini

menjadi sosok yang sentral pembentukan karakter santri, agar nantinya

santri menjadi manusia yang memanusiakan manusia di zaman ini”

(wawancara pada 1 April 2017).

Peranan kiai sebagai pemimpin terutama sebagai teladan (uswah) bagi santri mempunyai peranan penting dalam pembentukan karakter santri. Dari segala apa yang dilakukan oleh kiai baik dari penampilan ucapan, tingkah laku, cara kiai dalam mengambil keputusan, mengatur santri, semua akan dilihat dan dinilai oleh santri yang secara tidak langsung santri akan menyerap dan masuk dalam memori dan akan mengikuti apa yang dilakukan oleh kiai.

b. Peran Ustadz dalam Penerapan Pendidikan Karakter

(59)

47

“Ustadz yang ada di Al-Falah memberikan materi-materi yang kami

anggap sangat berguna, sebab setiap yang diajarkan oleh akan kami

amalkan natinya, selain itu beliau selalu memberikan masukan- masukan

pada kami agar dalam belajar kami selalu disiplin dan tidak pemalas,

menurut salah satu ustadz yang mengajar kitab Ta‟lim al muta‟alim kalau

kita mau menjadi orang yang besar saat muda tidak boleh malas-

malasan harus sregep” (wawancara pada 1 April 2017).

Diperkuat dengan pendapat dari Ustadz Kholil (43 tahun):

“Sebagai pendidik kami tentunya mempunyai cara penyampaian yang

tujuanya membentuk santri disiplin, kreatif, kami tidak sekedar

menggugurkan kewajiban mengajar kang, apabila ada santri yang susah

dalam pelajarannya, kami juga memberi saran dan terkadang memberi

pelajaran khusus untuk memudengkan santri tersebut. Apabila ada santri

yang malas terkadang kami memberi hukuman tersendiri agar santri jera

dan ingat tujuan dia mondok” (wawancara pada 1 April 2017)

(60)

48

4. Kendala yang Dihadapi dan Solusi yang Ditempuh dalam Penerapan

Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Al-Falah Salatiga

Dalam pendidikan karakter perlu adanya evaluasi guna mengetahui kekurangan-kekurangan apa saja yang perlu diperbaiki. Biasanya kekurangan tersebut berupa kendala-kendala yang muncul selama proses pelaksanaan pendidikan karakter. Dari hasil pengamatan peneliti kendala tersebut berupa telatnya administrasi, tekadang apabila administrasi telat akan dipajang di mading pondok sehingga santri yang bersangkutan bisa malu karena hal tersebut sehingga menghambat proses berfikir santri.

Hal ini sesuai dengan wawancara pengurus Wahyu Cahyono (20 Tahun):

Apabila ada santri yang telat membayar administrai maka kami akan

menempelkan nama-nama santri yang telat membayar, hal ini dimaksudkan

sebagai kedisiplinan administrasi santri, bukan kami tega, tetapi dulu dari

pihak santri dan wali sudah memberikan komitmen mengenai administrasi”

(wawancara pada 1 April 2017).

Solusi dari peneliti, seharusnya dari pihak pondok memberikan keringanan administrasi, karena tidak selamanya ekonomi lancar.

(61)

49

“Kadang-kadang ada salah seorang ustadz yang halangan hadir, karena

dampak dari ustadz yang tidak mukim kayaknya kang, jadi kurang tahu kalau

mungkin cuaca sedang hujan atau sedang ada hajat, itu husnuzdan kami

ketika ada Ustadz yang tidak bisa hadir” (wawancara pada 1 April 2017).

Solusinya, dari peneliti adalah setiap mata pelajaran memiliki badal ustadz, hal ini disepakati ketika tahun ajaran baru, sang ustadz menunjuk salah seorang santri yang dianggap paling mumpuni dalam bidang ngaji tersebut, ketika sang ustadz tidak bisa hadir, asisten ustadz menjadi badal.

Berdasarkan pengamatan peneliti, kendala lain yang berhubungan dengan hambatan penerapan karakter adalah santri mengantuk saat mengaji, dikarenakan jadwal kegiatan yang lebih padat tanpa diimbangi dengan istirahat yang cukup. Hal tersebut juga sependapat dengan wawancara pada Alef Fatkhurahman (15 tahun):

“Kalau saya sering mengantuk kang, apalagi kalau mengaji pada saat

malam hari, terkadang saya tidak terasa sudah tidur diatas meja, karena

kegiatan disekolah hampir setiap hari mengeluarkan tenaga, setiap hari juga

tidak lepas dari tugas kang, jadi pelajaran yang disampaikan oleh pak ustadz

terkadang tidak masuk, sedih sebenarnya kang tapi kondisi fisik yang capek

membuat mudah mengantuk” (wawancara pada 1 April 2017).

(62)

50

Tidak hanya itu, bagi santri yang masih baru juga merasakan kendala dalam penerapan pendididkan karakter, santri yang masih baru yng belum merasakan kehidupan pesantren terkadang masih belum bisa beradaptasi saat hidup dipondok, hal ini sesuai dengan wawancara pada salah seorang santri yang bernama Solimin (16 tahun):

“Ada kang, saya belum lama di Al- Falah, saat awal masuk disini saya

merasa kurang betah, karena sebelumnya saya belum pernah mondok kang,

di pondok dulu rasanya selalu ingin pulang, tetapi lama kelamaan saya bisa

beradaptasi dengan lingkungan maupun teman” (wawancara pada 1 April

2017).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data tabel di atas dapat disimpukan bahwa telah terjadi perubahan positif atau dampak positif terhadap kompetensi keterampilan siswa sebagai berikut: a)

teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat kecemasan pasien skala. Jumlah responden berdasarkan umur di Klinik Ngudi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar

Hal-hal yang diobservasi mengenai Perubahan Sosial Ekonomi industri sarung tenun di Desa beji baik itu dilihat dari jumlah pengrajin, cara memproduksi dan memasarkan Kain Tenun,

1) Perdarahan tanpa nyeri.. 3) Warna perdarahan merah segar. 4) Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah. 6) Waktu pergeseran saat hamil. 8) Rasa tidak

Metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut,

Menurut Hsu dan Teng (2000) dalam pembuatan karbon aktif dengan aktivasi kimia, aktivator yang lebih baik digunakan untuk bahan baku yang memiliki kandungan karbon yang

If the User Interface application calls those methods using COM, then the user inter- face application is, by definition, a COM client}. We are belaboring this point for