i
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA
SANTRI DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL
MUBTADI-IEN KALIBENING SALATIGA
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
DEWI USWATUN KHASANAH
NIM 111-12-073
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vi
MOTTO
Man jadda wajada
Man shabara zhafira
Man sara ala darbiwashala
Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai
dengan do’a, karena sesungguhnya nasib seorang manusia tidak akan berubah
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta yaitu bapak Ngabedi dan ibu Sartinah,
yang senantiasa selalu mencurahkan kasih sayang, mendidik dan membimbingku, dan do‟a restu yang tak pernah putus serta nasihat
-nasihatnya yang selalu ku rindukan.
2. Kedua kakakku tercinta mbak Umi dan Mas Ali yang senantiasa selalu
membuatku semangat dalam belajar dan membuatku lebih
bertanggung jawab dalam segala hal.
3. Keluarga besarku yang tak henti-hentinya memberi semangat dan
bimbingan kepada ku.
4. Keluarga besar pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien yang selalu
mendukung dan menyemangatiku.
5. Kepada beliau Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku pembimbing skripsi
yang senantiasa selalu mengarahkan dan membimbingku dengan
penuh ketulusan dan kesabaran.
6. Sahabat-sahabatku, Ambar, Iik, Anisa, Ariyani, Nurus, Nurul, Arifah
yang selalu menyemangati ku dalam membuat skripsi.
7. Semua teman-teman angkatan 2012 yang sama-sama berjuang dalam
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada
Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat diberi kemudahan dalam menyelesaikan sekripsi yang
berjudul Implementasi Pendidikan Karakter pada Santri di Pondok Pesantren Hiayatul Mubtadi-Ien Kalibening Salatiga Tahun 2016.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Agung,
Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut-Nya.
Penulis mengakui dan sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai
tanpa motivasi, dukungan, bentuan, dan bimbingan dari berbagai pihak
yang berkait. Sungguh menjadi kebahagiaan yang tiada tara penulis
rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan terima
kasih dengan setulusnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI), pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
x
ABSTRAK
Khasanah, Dewi Uswatun. 2016. Implementasi Pendidikan Karakter pada Santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien Kalibening Salatiga Tahun 2016. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
Kata Kunci: Implementasi, Pendidikan Karakter, dan hambatan serta solusi.
Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang dilakukan agar dapat membentuk diri, membina diri, mengarahkan, mendidik sesorang agar menjadi lebih baik dan mempunyai akhlakul karimah yang berdasarkan rukun-rukun Islam dan sesuai ajaran Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)Bagaimana pendidikan karakter di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016? (2) Bagaimana implementasi pendidikan karakter pada santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016? (3) Apa hambatan dan solusi pendidikan karakter pada santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016?.
Untuk menjawab pertanyaan diatas, penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode wawancara, metode observasi, dan metode dokumentasi. Objek peneliti adalah pengasuh pondok pesantren, dewan asatidz, pengurus dan sebagian santri di pondok pesantren hidayatul Mubtadi-Ien Kalibening Salatiga.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL...i
LEMBAR BERLOGO...ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii
PENGESAHAN KELULUSAN...iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...v
MOTTO...vi
PERSEMBAHAN...vii
KATA PENGANTAR...viii
ABSTRAK...x
DAFTAR ISI...xi
DAFTAR TABEL...xvi
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Fokus Masalah...5
C. Tujuan Penelitian...5
D. Kegunaan Penelitian...6
xii
F. Metode Penelitian ...8
G. Sistematika Penulisan...16
BAB II LANDASAN TEORI...19
A. Pengertian Pendidikan Karakter...19
B. Jenis-Jenis Pendidikan Karakter...23
C. Ciri-Ciri Pendidikan Karakter...23
D. Macam-Macam Metode Pendidikan Karakter...27
1. Macam-Macam Metode Pendidikan Karakter...27
a. Memakai Desain Pembelajaran untuk Pendidikan Karakter....27
b. Model Refleksi...29
c. Medel Pembelajaran pembangun rasional...31
2. Macam-Macam Metode pembelajaran Tradisional di Pondok Pesantren Salafiyah...32
a. Metode Sorogan ...32
b. Metode Wetonan/ Bandongan...32
c. Metode Musyawarah/ Bahtsul Masa‟il...33
d. Metode Pengajian pasaran...34
e. Metode Hafalan/ Muhafazhah...34
f. Metode Demontrasi/ Praktik Ibadah...35
E. Pembelajaran Pendidikan Karakter pada Santri di Pondok Pesantren.36 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN...45
A. Paparan Data...45
xiii
a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi-Ien...45
b. Letak Geografis...46
c. Kondisi Pondok Pesantren...48
d. Sarana dan Prasarana...49
e. Struktur Organisasi...51
f. Visi, Misi, dan Tujuan...52
g. Keadaan Santri dan Ustadz...55
h. Bentuk-Bentuk Kegiatan...61
i. Kurikulum Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien...65
j. Tata Tertib Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien...69
2. Gambaran Informan...71
B. Temuan Penelitian...73
1. Persepsi pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien...73
2. Implementasi Pendidikan Karakter pada Santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien...76
a. Sistem Pendidikan Karakter pada Santri...78
b. Cara Menerapkan Pendidikan Karakter pada Santri...79
c. Pelaksanaan/ Implementasi Pendidikan Karakter...80
d. Metode Pendidikan Karakter...83
xiv
f. Sikap Santri dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter...86
3. Hambatan dan Solusi Pendidikan Karakter pada Santri di Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien...87
BAB IV PEMBAHASAN...92 A. Persepsi pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi-Ien...92
B. Implementasi Pendidikan Karakter pada Santri di Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi-Ien...93
1. Sistem Pendidikan Karakter pada Santri di Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi-Ien...93
2. Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien
Kalibening Salatiga...94
3. Implementasi Pendidikan Karakter pada Santri di pondok
pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien...98
C. Hambatan dan Solusi Pendidikan Karakter pada Santri di pondok
pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien ...99
1. Faktor Penghambat...99
a. Faktor penghambat para ustadz dalam membentuk pendidikan
karakter pada santri di pondok pesantren Hidayatul
Mubtadi-Ien...99
b. Faktor penghambat para pengurus dalam membentuk
pendidikan karakter pada santri di pondok pesantren Hidayatul
xv
c. Faktor penghambat para santri dalam membentuk pendidikan
karakter...101
2. Solusi yang di tempuh dalam mengatasi faktor penghambat...102
BAB V PENUTUP...105
A. Kesimpulan...105
B. Saran ...107
DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR PUSTAKA. BIOGRAFI PENULIS.
PEDOMAN WAWANCARA. HASIL WAWANCARA.
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI. SURAT IZIN PENELITIAN.
SURAT KETERANGAN PENELITIAN. DAFTAR NILAI SKK.
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Gambaran-gambaran dan lokasi pondok pesantren Hidayatul
Mubtadi-Ien tahun 2016 ...48
Tabel 2 Kondisi pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016 ... 48
Tabel 3 Sarana dan prasarana pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien
tahun 2016...50
Tabel 4 Data jumlah santri madrasah pondok pesantren Hidayatul
Mubtadi-Ien tahun 2016... 57
Tabel 5 Data jumlah santri putra pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien
tahun 2016... 58
Tabel 6 Data jumlah santri putri pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien
tahun 2016... 58
Tabel 7 Keadaan guru/ ustadz pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien
tahun 2016...59
Tabel 8 Kegiatan harian pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun
2016...62
Tabel 9 Kegiatan mingguan pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien
xvii
Tabel 10 Kegiatan bulanan pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun
2016...63
Tabel 11 Kegiatan tahunan pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun
2016...64
Tabel 12 Jadwal pelajaran tahun 2016 madrasah TPA dan Ibtida‟ pondok
pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien...66
Tabel 13 Jadwal pelajaran tahun 2016 madrasah Tsanawiyah pondok
pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien...67
Tabel 14 Jadwal pelajaran tahun 2016 madrasah Aliyah pondok pesantren
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam
kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Maju
mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya
pendidikan bangsa itu. Pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai
tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental
( Sudirman, dkk, 1989: 3-4).
Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20, tahun 2003, pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal ini bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sahertian,
2008:1).
Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi (2004: 95),
sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan
2
mereka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada
lingkungannya. Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010:1),
sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh
kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam
perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi itu ada tiga ide pikiran
penting yaitu: 1) proses transformasi, 2) ditumbuh kembangkan dalam
kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku. (Kesuma, dkk, 2012: 5).
Karakter juga merupakan sebuah pola, baik itu pikiran, sikap,
maupun tindakan, yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat
dan sulit dihilangkan (Munir, 2010:3). Karakter merupakan bentuk
kegiatan manusia yang bersifat mendidik, yang bertujuan untuk
membentuk penyempurnaan individu dan melatih agar menjadi individu
yang lebih baik.
Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan akan penanaman
pendidikan nilai bagi generasi bangsa mulai nampak dan dirasakan penting
setelah maraknya berbagai bentuk penyimpangan asusila, moral ditengah
masyarakat. Hampir setiap hari ada saja pemberitaan di media cetak dan
elektronik tentang pembunuhan, pemerkosaan, seks bebas diluar nikah,
aborsi, peredaran dan pemakaian narkoba, bahkan kasus pemerasan yang
dilakukan anak usia sekolah dasar.
Hal tersebut tentu membuat gelisah dan cemas orang tua. Apalagi
pihak lembaga pendidikan yang mengemban tugas penting untuk
3
dan perlu mendapat perhatian ekstra khususnya bagi pelaku-pelaku dunia
pendidikan (Damayanti, 2014:21).
Seiring perkembangan zaman, dan semakin meningkatnya
kebutuhan manusia akan pendidikan maka ada beberapa jenis pendidikan
yang dapat ditempuh guna memenuhi kebutuhan individu akan
pendidikan. Jenis-jenis pendidikan tersebut adalah: 1) Lembaga
pendidikan formal, pendidikan formal adalah pendidikan yang
berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu
secara ketat, pendidikan ini berlangsung di sekolah. 2) lembaga
pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara teratur
dan sadar tetapi tidak perlu mengikuti peraturan yang ketat, dan 3)
lembaga pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang
dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang
hayat, pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, dalam pergaulan
sehari maupun dalam pekerjaan, dan organisasi (Ahmadi, 1991: 97).
Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan yang
mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan
lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi pendidikan islam, dakwah,
pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan yang sejenis. Para peserta
didik pada pesantren disebut santri menetap di pesantren, disebut dengan
santri yang umumnya menetap di pesantren, disebut dengan istilah
pondok. Dari sinilah timbul istilah pondok pesantren (Direktorat Jendral
4
Sejak zaman penjajahan, pondok pesantren merupakan lembaga
pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Eksistensinya tidak diragukan lagi oleh masyarakat, lembaga itu ikut
menyelenggarakan pendidikan baik dari jalur pendidikan sekolah atau
pendidikan di luar sekolah.
Era globalisasi telah membawa pendidikan ke arah yang lebih maju
dan modern dan terus mengembangkan pembelajaran-pembelajaran yang
modern. Akan tetapi di pondok pesantren juga tak kalah dengan
pendidikan formal, di dalam pondok pesantren juga menerapkan
pendidikkan karakter untuk membangun santri agar menjadi seseorang
yang mampu dan melatih diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik.
Sejak awal pertumbuhannya, tujuan utama pondok pesantren adalah 1)
menyiapkan santri mendalami dan menguasia ilmu agama islam atau yang
lebih dikenal dengan tafaqquh fid-din, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan turut mencerdaskan masyarakat indonesia,
kemudian di ikuti dengan tugas, 2) dakwah menyebarkan agama islam dan
3) benteng umat dalam bidang akhlak.
Materi yang diajarkan di pondok pesantren kebanyakan adalah
kitab-kitab klasik yang berbahasa arab. Kegiatan-kegiatan yang dijalankan
juga membimbing dan mengarahkan santri agar menjadi santri yang
berpendidikan dan berakhlak mulia. Pendidikan di pondok pesantren
sangat berbeda dengan pendidikan formal di sekolah, pembelajaran yang
5
Dengan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui lebih jauh
bagaimana pendidikan karakter di bentuk di pondok pesantren, maka judul
dalam penelitian ini adalah “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
KARAKTER PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI-IEN KALIBENING SALATIGA TAHUN 2016”.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah ini maka penulis memiliki
beberapa hal sebagai fokus penelitian dan tujuan dalam penelitian, yang
meliputi:
1. Bagaimana persepsi pendidikan karakter di pondok pesantren
Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016?
2. Bagaimana implementasi pendidikan karakter pada santri di pondok
pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016?
3. Apa hambatan dan solusi pendidikan karakter pada santri di pondok
pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian di atas, tujuan yang hendak di capai
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui persepsi pendidikan karakter di pondok pesantren
Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016.
2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter pada santri di
6
3. Untuk mengetahui hambatan dan solusi pendidikan karakter pada
santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
a. Memberi sumbangan dan memperluas wawasan
pendidikan karakter pada santri di pondok pesantren
Hidayatul Mubtadi-ien.
b. Memberi sumbangan fikiran dan informasi kepada
pengelola pesantren dalam menanamkan pendidikan
karakter.
2. Kegunaan Praktis
a. Menghantarkan dunia pondok pesantren agar dapat
menghadapi persoalan-persoalan perubahan globalisasi.
b. Menghantarkan seorang santri agar menjadi santri yang
lebih baik dan berakhlak mulia yang mampu
menghasilkan generasi yang bermanfaat di masyarakat.
E. Penegasan Istilah
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan supaya terhindar dari
timbulnya kesalah pahaman terhadap apa yang di kandung dalam skripsi
ini, maka perlu kiranya diperjelas dan dibatasi pengertiannya sebagai
7 1. Implementasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia implementasi berarti
pelaksanaan atau penerapan. Susilo menyatakan bahwa implementasi
merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, inovasi, dan suatu
tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa
perubahan, pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dan
sikap(2007:174).
Jadi , implementasi yang di maksud oleh penulis yaitu suatu
penerapan dan pelaksanaan yang ada di pondok pesantren Hidayatul
Mubtadi-Ien. Seperti penerapan pendidikan karakter, yang mencakup
bagaimana penerapan kurikulum pembelajaran, kegiatan-kegiatan dan
pergaulan santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien.
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan
untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan (Sahertian, 2008:1).
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa
karakter adalah sifat atau ciri kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain, tabiat dan watak. Dengan
demikian karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi
ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam
8
berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan
bisa mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia
buat (Damayanti, 2014: 11).
Jadi, pendidikaan karakter yang dimaksud penulis yaitu suatu
usaha yang dilakukan agar dapat membentuk diri menjadi baik dan
berakhlak mulia. Seperti yang telah ada pada pribadi Rasullah
tersemai akhlak mulia dan agung. Di sebutkan dalam Al Qur‟an surat Al Ahzab ayat 21 yang artinya: “sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah”.
Jadi yang dimaksud judul skripsi ini adalah pendidikan karakter
harus dimiliki seorang santri. Setiap santri pasti mempunyai karakter
tersendiri dan memiliki karakter yang berbeda-beda, maka setiap
santri di tanamkan pendidikan karakter agar dapat membentuk diri
menjadi baik dan berakhlak mulia. Di pondok pesantren Hidayatul
Mubtadi-Ien santri di tanami pendidikan karakter. Dengan pendidikan
karakter santri mampu menciptakan generasi pendidik yang berakhlak
mulia.
F. Metode Penelitian
Untuk mencapai penelitian yang failid, maka data harus sesuai dan
harus bisa dipercaya kebenarannya serta menggunakan metode yang sesuai
9 1. Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian Lapangan Fieid research. Disini penulis mengumpulkan data dari lapangan dengan mengadakan
penyelidikan secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai
masalah yang ada relevansinya dengan penelitian ini (Moleong, 2009:
hal 3). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Yaitu
penelitian yang tidak menggunakan perhitungan (Moleong, 2009: hal
3).
Secara teknis penelitian kualitatif dapat diartiakan sebagai
penelitian yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam bahasanaya dan dalam peristilahannya (Moleong, 2009
: hal 3).
Hasil penelitian yang didapat adalah data yang berisi pendidikan
karakter menurut santri, serta bagaimana implementasi pendidikan
karakter pada santri dan hambatan serta solusi pendidikan karakter
pada santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien.
2. Kehadiran penelitian
Peneliti hadir secara langsung pada obyek penelitian dalam rangka
pengumpulan data yang akan diolah menjadi deskripsi. Penelitian
dilaksanakan dalam cara wawancara dan pengamatan aktifitas
sehari-hari, maka peneliti terlibat secara langsung dan aktif dalam rangka
10 3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien
yang beralamat di Jl.Raden Patah 20 Kalibening Salatiga.
4. Instrumen penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumbar data, melekukkan pengumpulan data, menilai kualitas
data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
temuannya (Sugiyono, 2009 :222). Begitu pula yang dikatakan oleh
Moleong yaitu, peneliti sebagai instrumen karena ia merupakan
peneliti sekaligus pelaksana, pelaksanaan pengumpulan data analisis
dan penafsiran data dan akhirnya ia menjadi pelopor-pelopor hasil
penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat
karena ia menjadi segalanya dari seluruh proses penelitian (Sugiyono,
2009 :121).
Dalam melakukan instrumen peneliti, peneliti itu sendiri
mencari data dengan memberikan pertanyaan tentang pendidikan
karakter kepada santri. Peneliti melakukan observasi di pondok
pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien secara langsung. Kemudian data dan
11 5. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
a) Data Primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009
:225). Adapun yang terlibat secara langsung sebagai sumber
data primer yaitu: Pengasuh Pondok Pesantren, Dewan
Asatidz, Pengurus, serta para Santri.
b) Data Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya liwat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono,
2009: 225). Adapun sumber data sekunder yaitu
buku-buku, arsip-arsip, dokumen, catatan dan laporan pondok
pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien.
6. Prosedur pengumpulan data a. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2010:180). Wawancara
merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
12
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2009:186).
Wawancara ini merupakan bentuk komunikasi langsung
antara peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam
bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka. Dalam
wawancara ini peneliti langsung mewawancarai santri secara
langsung untuk memperoleh informasi dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dengan bertujuan agar santri menyampaikan
pendapatnya mengenai pendidikan karakter.
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah melengkapinya dengan format
atau blangko pengamatan atau instrumen. Format yang disusun
berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang di
gambarkan akan terjadi. Dari peneliti berpengalaman diperoleh
suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar
mencatat, tapi juga mengadakan pertimbangan kemudian
mengadakan penilaian kedalam suatu sekala bertingkat (Arikunto,
2010:272).
Adapun cara yang digunakan dalam observasi adalah
mengadakan pengamatan langsung di Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi-Ien dengan cara melihat dan mengindrakan lainnya.
Observasi secara langsung mempunyai maksud untuk mengamati
13
pesantren. Dalam observasi ini yang menjadi objeknya adalah
santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat ,lengger, agenda dan sebagainya
(Arikunto, 2010:274). Dokumentasi dalam penelitian ini
diperlukan untuk memperkuat data-data yang diperoleh dari
lapangan yaitu dengan cara mengumpulkan data yang berupa
catatan tertulis dari Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien.
7. Analisis data
Analisis data adalah upaya yang di lakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat di kelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menempatkan apa yang penting dan apa yang di
pelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang
lain (Moleong, 2009:248).
Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan di lapangan adalah:
a. Pengumpulan data
Merupakan hasil dari data informasi yang diperoleh dari
pengumpulan data baik menggunakan metode wawancara,
14
berupa data mentah yang belum di olah, sehingga masih perlu
dipilih data yang penting dan tidak
b. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari pola dan temanya (Muhadjir, 2002:6). Reduksi data
merupakan penyederhanaan yang di peroleh dari catatan
lapangan sebagai upaya untuk mengorganisasikan data dan
memudahkan penarikan kesimpulan.
c. Penyajian data
Penyajian data disini dibatasi sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan (Miles,
1992:16). Penyajian data dilakukan supaya data dapat
terorganisasikan dan mudah dipahami.
d. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada (Sugiyono, 2009: 253). Dari hasil pengumpulan data
kemudian direduksi dan diverifikasi. Kesimpulan yang di
verifikasi selama penelitian berlangsung untuk mencari
15 8. Pengecekan keabsahan data
Dalam memperoleh keabsahan data, maka peneliti menggunakan
teknik trianggulasi. Teknik tringgulasi adalah teknik pemerisaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong,
2009:331). Ada dua macam trianggulasi yang digunakan, yaitu:
a. Trianggulasi sumber data
Trianggulasi sumber berarti, untuk mendapatkan
data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang
sama (Sugiyono, 2011:241). Teknik ini dilakukan dengan
menggali data yang berbeda-beda tetapi metodenya sama.
b. Trianggulasi metode
Trianggulasi metode dilakukan dengan cara
mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan
derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
yang sama (Moleong, 2009:331). Teknik ini dilakukan
dengan menggali data yang sama tetapi metodenya yang
berbeda.
9. Tahap-tahap penelitian
Menurut moleong (2009, 127-148) tahap-tahap penelitian kualitatif
16 a. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan yaitu memperhatikan segala
macam persoalan dan segala macam persiapan sebelum
penelitian terjun kedalam kegiatan penelitian berupa:
menyusun rancangan penelitian, mengurus perizinan
kepada pihak Pondok Pesantran Hidayatul Mubtadi-Ien,
menjajaki dan menilai keadaan, memilih dan
memanfaatkan informan, serta menyiapkan
perlengkapan penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti harus bersungguh-sungguh
dalam memahami latar penelitian dan mempersiapkan
diri dengan segala daya dan upayanya, memasuki
lapangan dengan berperan serta sambil mengumpulkan
data.
c. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini di kemukakan konse analisis data
juga di persoalkan bahwa analisis data itu di bimbing
oleh usaha untuk menemukan data dan kesimpulan.
G. Sistematika penulisan
Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat di
17 BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, fokus penelitian,tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode
penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : LANDASAN TEORITIS
Meliputi: pengertian pendidikan karakter, jenis-jenis
pendidikan karakter, ciri-ciri pendidikan karakter, macam-macam
metode pendidikan karakter, dan pembelajaran pendidikan karakter
pada santri di pondok pesantren.
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan data
1. Gambaran lokasi penelitian.
2. Gambaran informan.
B. Temuan penelitian
1. Persepsi pendidikan karakter di pondok pesantren
Hidayatul Mubtadi-Ien.
2. Implementasi pendidikan karakter pada santri di
pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien.
3. Hambatan dan solusi pendidikan karakter pada
santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien.
BAB IV : PEMBAHASAN
Meliputi: persepsi pendidikan karakter di pondok pesantren
18
santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien, hambatan dan
solusi pendidikan karakter pada santri di pondok pesantren
Hidayatul Mubtadi-Ien.
BAB V : PENUTUP
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian pendidikan karakter
Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadiannya
sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam
perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan
yang di berikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi
dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan
oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau
mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti
mental.
Pengertian pendidikan menurut para ahli (pendidikan) yaitu:
1. John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke
arah alam dan sesama manusia (Hisbullah, 2009: 2).
2. Langeveld
Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan
bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada
pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar
cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri (Maunah,
20 3. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya (Hisbullah, 2009: 4)
Dari beberapa pendapat tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendidikan yaitu sebuah usaha yang disengaja yang diberikan kepada
seseorang agar menjadi dewasa dan upaya untuk mencerdaskan anak
bangsa dengan berbagai cara agar menjadi anak yang memiliki
kepribadian utama, berpendidikan dan berakhlak mulia melalui
bimbingan, pengajaran, pelatihan, dan pengembangan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa karakter
adalah sifat atau ciri kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain, tabiat dan watak. Dengan demikian karakter
adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat
bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang
bisa membuat keputusan dan bisa mempertanggungjawabkan tiap akibat
21
Definisi karakter menurut para ahli :
1. Thomas Lickona
Karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi
secara bermoral (Wibowo, 2012:32).
2. Prof Suyanto
Karakter adalah cara berfikir dan perilaku yang menjadi ciri khas
tiap individu untuk hidup dan bekerjasama baik dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Muslich, 2011:70)
Dari pengertian di atas karakter adalah sifat-sifat yang dimiliki
seseorang yang melekat dalam diri dan menjadi ciri khas tersendiri seperti
budi pekerti, akhlak, watak, yang membedakan seseorang dengan orang
lain, seperti karakter santri yang berbeda-beda antara santri satu dengan
santri lainnya. Setiap santri memiliki karakter yang berbeda dalam
kegiatan sehari-hari misalnya: disiplin beribadah, disiplin belajar dan
disiplin waktu.
Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi (2004: 95),
sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan
dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
mereka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada
lingkungannya. Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010:1),
sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh
kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam
22
penting yaitu: 1). proses transformasi, 2) ditumbuh kembangkan dalam
kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku.
Adapun definisi pendidikan karakter sebagai pembelajaran yang
mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh
yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang di rujuk oleh sekolah.
Definisi ini mengandung makna:
1. pendidikan karakter merupaka pendidikan yang terintegrasi dengan
pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran.
2. Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara
utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang
memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan.
3. Panguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang di
rujuk sekolah atau lembaga (Kesuma,dkk, 2012:5-6).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penidikan
karakter adalah segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi
karakter seseorang, sehingga ia dapat memahami, memperhatikan,
melakukan nilai etika yang baik dan dapat berfikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara.
Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan islam.
Tempat untuk mengembangkan dan membentuk karakter. Di pondok
pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien menerapkan pendidikan karakter supaya
23
di ajarkan ilmu-ilmu keagamaan dan melaksanakan berbagai kegiatan di
bawah bimbingan Kyai, ustad atau ustadzah.
B. Jenis- jenis pendidikan karakter
Ada 4 jenis pendidikan karakter yang selama ini di kenal dan di
laksanakan antara lain:
1. Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran
wahyu Tuhan (konservasi moral).
2. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antaralain yang berupa budi
pekerti, pancasila, apresiasi sastra, serta keteladanan tokoh-tokoh
sejarah dan para pemimpin bangsa (konsevarsi budaya)
3. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan)
4. Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil
meningkatkan pendidikan (konsevarsi humans) (Triananurhidayati,
2013).
Dalam jenis pendidikan karakter ini dapat menjadikan pendidikan
senantiasa hidup secara individu, sosial, peradaban dan agama. Pendidikan
karakter ini untuk mengarahkan individu agar mereka mampu mengatasi
diri dan mampu mengembangkan potensi diri. Keempat jenis pendidikan
karakter diatas akan menyempurnakan individu akan hidup sejahtera.
C. Ciri-ciri pendidikan karakter
Sebagian besar para pendidik berpendapat bahwa karakter peserta
didik dapat dibentuk melalui proses pembelajaran formal di sekolah, tetapi
24
Pendidikan karakter di luar sekolah adalah pendidikan nonformal. Misal
pendidikan nonformal yaitu pendidikan di pondok pesantren dll.
Ada 4 (empat) ciri dasar pendidikan karakter yang di rumuskan
oleh seorang pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang bernama
Foerster yaitu:
1. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan
hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.
2. Koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh
pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru
atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun
rasa percaya satu sama lain.tidak adanya koherensi meruntuhkan
kredibilitas seseorang.
3. Otonomi, seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai
menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian
atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain.
4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan
seseorang guna menginginkan apa yang di pandang baik dan
kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang
dipilih (Muslich, 2011:127-128).
Dari keempat ciri dasar pendidikan karakter di atas setiap individu
sebaiknya mengamalkannya, agar senantiasa memiliki kepribadian yang
25
juga memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosional,
spiritual, dan kepribadian seseorang.
Pendidikan karakter penting bagi pendidik di pondok pesantren.
Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan
karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial
seperti toleransi, kebersamaan, gotong royong, saling membantu,
menghormati dll. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi santri yang
tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter
yang mampu mewujudkan kesuksesan.
Prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif menurut
Lickona dkk sebagai berikut:
1. Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja
pendukungnya sebagai pondasi karakter yang baik.
2. Devinisikan karakter secara komprehensif yang mencakup
pikiran, perasaan, dan perilaku.
3. Gunakan pendekatan yang komperehensif, disengaja dan
proaktif dalam pengembangan karakter.
4. Ciptakan komunikasi sekolah yang penuh perhatian.
5. Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral.
6. Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang
menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter,
dan membantu siswa untuk berhasil.
26
8. Libatkan staf sekolah sebagai komunikasi pembelajaran dan
moral yang berbagai tanggung jawab dalam pendidikan
karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai yang sama yang
membimbing pendidikan siswa.
9. Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan
dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter.
10. Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dan
upaya pembangunan karakter.
11.Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik
karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter
yang baik. (Muslich,2011: 129).
Dengan melakukan prinsip di atas pendidikan karakter akan
berjalan dengan lancar. Sebuah prinsip itu sebuah pendukung untuk
keberhasilan. Peserta didik juga harus giat dan sungguh-sungguh dalam
pembelajaran, supaya peserta didik mencapai pembelajaran yang maksimal
dan mendapat hasil yang memuaskan sesuai yang di inginkan.
Dalam pendidikan karakter di pondok pesantren sangat penting
dikembangkan nilai-nilai etikanya seperti: kepedulian, kejujuran, keadilan,
tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain. Dan juga
ada nilai- nilai pendukung seperti: ketekunan, kerja etos yang tinggi, dan
kegigihan sebagai basis karakter yang baik. Di sini pondok pesantren harus
27
yang mendinifisikan perilakunya dalam bentuk perilaku yang dapat di
amati dalam kehidupan di pondok sehari-hari.
D. Macam- macam metode pendidikan karakter.
1. Macam-macam metode pendidikan karakter secara umum
a. Memakai desain pembelajaran untuk pendidikan karakter.
Desain pembelajaran dalam pendidikan karakter perlu
dipahami terlebih dahulu. Pemahaman akan hal ini amat penting
untuk memberikan dasar pemikiran mengenai bagaimana
seharusnya pembelajaran desain. Beberapa teori yang ada pada saat
ini yang dikemukakan oleh Hergenhahn dan Olson untuk
memahami makna belajar sebagai berikut :
1) Belajar diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku.
Hasil belajar harus selalu diterjemahkan kedalam perilaku
atau tindakan yang dapat diamati.
2) Perubahan behavioral ini relatif permanen. Artinya hanya
sementara dan tidak menetap (relatif).
3) Perubahan perilaku itu tidak selalu terjadi secara langsung
setelah proses belajar selesai. Potensi untuk bertindak ini
mungkin tidak akan di terjemahkan ke dalam bentuk
perilaku secara langsung .
4) Perubahan perilaku (potensi behavioral) berasal dari
28
5) Pengalaman atau praktik harus di perkuat. Hanya
respon-respon yang menyebabkan penguatanlah yang akan di
pelajari.
Dari memahami makna belajar di atas dapat di simpulkan bahwa
belajar itu diukur berdasarkan perubahan perilaku yang bersifat relatif
permanen dan perubahan itu berasal dari pengalaman dan praktik. Ini
merupakan salah satu desain pembelajaran pendidikan karakter.
Dalam proses belajar harus di sertai niat dan do‟a. Agar tidak ada
pengaruh gangguan dari setan. Gambaran pengaruh ini dalam di kaji
dalam surat An-Nas sebagai berikut.
4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, 5. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, 6. Dari (golongan) jin dan manusia (Qur‟an terjemah, 2007: 112)
Berdasarkan surat An-Nas di atas maka pendidik perlu untuk
membentengi perilaku diri dan anak didiknya melalui do‟a kepada Allah
29
setan dan berharap mendapat ilmu yang bermanfaat serta mendapat ridho
dari Allah.
Bentuk-bentuk pembelajaran dalam pendidikan karakter sebagai
berikut:
a) Pembelajaran substantif
Pembelajaran substantif adalah pembelajaran yang
substansi materinya terkait langsung dengan suatu nilai seperti
pada mata pelajaran agama dan Pendidikan Kewarga Negaraan.
Proses pembelajaran substantif dilakukan dengan mengkaji
suatu nilai yang dibahas, mengkaitkannya dengan
kemaslahatan(untuk kebaikan) kehidupan anak dan kehidupan
manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
b) Pembelajaran reflektif
Pembelajaran reflektif adalah pendidikan karakter yang
terintregrasi melekat pada semua pembelajaran /bidang studi di
semua jenjang dan jenis pendidikan. Proses pembelajaran
dilakukan oleh semua guru mata pelajaran seperti guru
Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan
Sosial, Bahasa Indonesia, dan mata pelajaran lainnya.
b. Model refleksi
Manusia memiliki sisi religi/ keagamaan yang tidak dapat
dipungkiri kebenarannya. Ketika manusia dilahirkan ke dunia dan
30
dalam dirinya yang menunjukkan bahwa manusia akan selalu berfikir
mengenai kondisi spiritual /batiniah di balik materi/keduniaan.
Dalam agama islam, pemenuhan kebutuhan batiniyah banyak
terpenuhi melalui praktik ibadah ritual, baik ibadah yang langsung
berhubungan dengan Allah Swt, seperti shalat, puasa, ibadah haji dan
sebagainya, maupun ibadah yang berhubungan dengan makhluk Allah
seperti zakat, shodaqah, infaq,dan lain sebagainya.
Pengalaman nabi Ibrahim a.s dalam proses pencarian Tuhannya
yang di ceritakan secara langsung oleh Allah Swt pada surat Al Anam
ayat 76-78. berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
31
78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekut (Qur‟an terjemah, 2007: 137).
Dari ayat di atas menunjukkan secara nyata, bahwa manusia
memang di karuniai rasa untuk mengabdi pada Tuhan. Tuhan dengan
makna Dzat yang Maha Kuasa yang menciptakan segala sesuatu.
Model reflektif dalam bagian ini adalah model pembelajaran
pendidikan karakter yang diarahkan pada pemahaman terhadap makna
dan nilai yang terkandung di balik teori, fakta, fenomena, informasi,
atau benda yang menjadi bahan ajar dalam suatu mata pelajaran.
c. Model pembelajaran pembangun rasional
Pada hakikatnya manusia memiliki kelebihan dibanding
dengan makhluk Tuhan lainnya, salah satunya karena manusia
diberikan akal pikiran. Dengan akal pikiran ia menjalani kehidupan
yang lebih baik. Akal pikiran merupakan karunia yang patut disyukuri
keberadaannya dengan cara digunakan sebaik-baiknya untuk menjalani
kehidupan ini menjadi lebih baik, baik saat ini di dunia maupun nanti
di akhirat (Kesuma dkk,2012:91-126).
Dari model-model pembelajaran di atas merupakan model
pembelajaran secara umum. Model-model sangat penting dalam
pembelajaran, karena untuk sebuah kreasi untuk pembelajaran. Adanya
model-model pembelajaran untuk mempermudah proses pembelajaran,
32
2. Macam-macam metode pembelajaran tradisional di Pondok Pesantren
Salafiyah
a. Metode sorogan
Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang berarti
menyodorkan kitabnya di hadapan kyai. Sistem sorogan ini
termasuk belajar secara individual, dimana seorang santri
berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling
mengenal diantara keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat
efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita
menjadi seorang alim (Depag RI, 2003:38). Metode ini dilakukan
para santri Hidayatul Mubtadi-ien ketika mengaji diniyyah.
b. Metode wetonan/ Bandongan
Wetonan adalah sistem pengajaran dengan jalan, wetonan
dilaksanakan dengan cara kyai/ustadz dan ustadzah membaca suatu
kitab dalam waktu tertentu dan santri dengan membawa kitab yang
sama mendengarkan dan menyimak bacaan kyai
(Mafruah:2007:262-263). Mengaji wetonan dilaksanakan para
santri untuk menimba ilmu dan mengharap barokah kyai agar
ilmunya bermanfaat.
Bandongan dilakukan dengan cara kyai/ guru membaca
teks-teks kitab yang berbahasa arab, menerjemahkan ke dalam
bahasa lokal, dan sekaligus menjelaskan maksud yang terkandung
33
terjadi diskusi antara kyai dan para santri (Nafi‟ dkk,2007:67).
Seperti yang dilaksanakan di pondok pesantren Hidayatul
Mubtadi-Ien ketika mengaji kitab tafsir setelah shalat ashar dan mengaji
diniyah.
c. Metode musyawarah/ Bahtsul masa‟il
Metode musyawarah atau dalam istilah lain Bahtsul masa‟il
merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode
diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah tertentu
membentuk halaqoh yang dipimpin langsung oleh kyai atau ustadz,
atau juga santri senior, untuk membahas atau mengkaji suatu
persoalan yang telah ditentukan sebelumnya dalam
pelaksanaannya, para santri dengan bebas mengajukan
pertanyaan-pertanyaan atau pendapat.
Metode ini lebih menitik beratkan pada kemampuan
perseorangan di dalam menganalisis dan memecahkan suatu
masalah dengan argumen logika yang mengacu pada kitab-kitab
tertentu. Musyawarah dilakukan juga untuk membahas
materi-materi tertentu dari sebuah kitab yang dianggap rumit untuk
memahaminya (Faiqoh, 2003:43).
Di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien metode
musyawarah ini sudah menjadi tradisi kegiatan santri. Para santri
musyawarah membahas suatu permasalahan yang belum di fahami
34
Metode musyawarah ini di laksanakan pada sore hari jam 5 sampai
menjelang maghrib.
d. Metode pengajian pasaran
Metode pengajian pasaran adalah kegiatan belajar para
santri melalui pengkajian materi (kitab) tertentu pada seseorang
kyai/ustadz yang dilakukan oleh sekelompok santri dalam kegiatan
yang terus menerus, selama tenggang waktu tertentu. Pada
umumnya dilakukan pada bulan Ramadhan selama setengah bulan,
duapuluh hari, atau terkadang satu bulan penuh tergantung pada
besarnya kitab yang dikaji.
Dalam persepektif lebih luas, pengajian ini dapat dimaknai
sebagai proses pembentukan jaringan kitab-kitab tertentu diantara
pesantren-pesantren yang ada. Mereka yang mengikuti pengajian
pasaran ditempat tertentu akan menjadi bagian atau jaringan
pengajian pesantren itu. Dalam konteks pesantren hal ini amat
penting karena akan memperkuat keabsahan pengajian di
pesantren-pesantren para kyai yang telah mengikuti pengajian
pesantren itu (Faiqah, 2003:45)
e. Metode hafalan (muhafazhah)
Metode hafalan atau kegiatan belajar santri dengan cara
hafalan suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan
kyai atau ustadz. Para santri diberi tugas untuk menghafal
35
ini kemudian dihafalkan dihadapan kyai atau ustadz secara
periodik atau insidental tergantung kepada petunjuk kyai atau
ustadz yang bersangkutan.
Dalam metode pembelajaran ini seorang santri di tugasi
oleh kyai untuk menghafal suatu bagian tertentu atau keseluruhan
dari suatu kitab. Titik tekan metode ini santri mampu mengucap
atau menghafal kalimat-kalimat tertentu secara lancar tanpa teks.
Pengucapan tersebut dapat dilakukan secara perorangan atau
kelompok. Metode ini dapat juga di gunakan dengan metode
bandongan atau sorogan (Faiqoh,2003:46-47).
f. Metode demontrasi/ praktik ibadah
Metode ini adalah cara pembelajaran yang dilakukan
dengan memperagakan (mendemontrasikan) suatu ketrampilan
dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara
perseorangan atau kelompok dibawah petunjuk dan bimbingan
kyai atau ustadz, dengan kegiatan sebagai berikut:
1). Para santri mendapat pelajaran / teori tentang tata cara
pelaksanaan ibadah yang akan di praktikkan sampai mereka
betul-betul memahaminya.
2). Para santri berdasar bimbingan kyai/ ustadz mempersiapkan
segala peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk
36
3). Setelah menentukan waktu dan tempat para santri berkumpul
untuk menerima penjelasan singkat berkenaan dengan urutan
kegiatan yang akan dilakukan serta berbagai tugas kepada para
santri berkenaan dengan pelaksanaan praktik.
4). Para santri bergilir atau bergantian memperagakan pelaksanaan
praktik ibadah tertentu dengan di bimbing dan di arahkan oleh
kyai atau ustadz sampai benar-benar sesuai kaifiat ( tata cara
pelaksanaan beribadah sesungguhnya) (Faiqah,2003: 47-48)
Dari beberapa metode diatas merupakan metode pembelajaran
dipondok-pondok pesantren salafiyah yang masih tradisional. Metode yang
di gunakan yaitu: metode sorogan, bandongan, musyawarah, pengajian
pasaran, muhafazhah, dan praktik ibadah. Pengajarannya disampaikan
Kyai, ustadz ataupun ustadzah.
E. Pembelajaran pendidikan karakter pada santri di pondok pesantren Pendidikan karakter disini meniru pendidikan model Rasulullah,
tidak hanya membentuk akal yang cerdas, namun juga membentuk
kepribadian yang cemerlang, kepribadian yang mengasah kepekaan jiwa
untuk bisa menjadi pribadi yang memberikan manfaat bagi sekitarnya,
bukan pribadi sekedar cerdas secara intelektual, namun tidak peka
terhadap persoalan-persoalan sosial yang ada di masyarakat.
Penelitian dan pengembangan pusat kurikulum kemendiknas RI
37 1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang di dasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan
pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etis,
pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh kepada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas dengan
sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
38 7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari suatu yang dipelajarinya, dilihat dan
didengar.
10.Semangat kebangsaan
Cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11.Cinta tanah air
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan bangsa.
12.Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta
39 13.Bersahabat / komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
14.Cinta damai
Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15.Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebijakan bagi dirinya.
16.Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu ingin berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17.Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18.Tanggung jawab (Syafri, 2014:xi-xiii)
Pembelajaran pendidikan karakter pada santri di pondok pesantren
Hidayatul Mubtadi-Ien sama dengan pondok-pondok salafiyah lainnya . di
pondok di ajarkan kitab kuning. Kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa arab atau berhuruf arab karya ulama‟ salaf, ulama‟
40
Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat
digolongkan kedalam 8 kelompok yaitu:
1. Nahwu (syantax) .
2. Shorof (morfologi).
3. Fiqih.
4. Usul fiqih.
5. Tafsir.
6. Tauhid.
7. Tasawuf dan etika.
8. Cabang-cabang lainnya seperti tarikh dan balagoh.
Kesemua yang diatas dapat digolongkan kedalam 3 kelompok yaitu:
1. Kitab-kitab dasar.
2. Kitab-kitab tingkat menengah.
3. Kitab-kitab besar.
Sistem pembelajarannya pun yaitu sistem wetonan, sorogan dan
bandongan demikian pula bahasa jawa (yang spesifik pesantren) yang di
pakai sebagai bahasa penerjemah. Sistem pengajaran ini di sampaikan oleh
kyai, ustadz atau ustadzah (Dhofier, 1980:50-51). Di pondok pesantren
Hidayatul Mubtadi-Ien menerapkan juga sistem pembelajaran seperti di
atas, karena pondok pesantren ini berbasis salafiyah.
Untuk mencapai Pembelajaran pendidikan karakter pada santri
pesantren merinci mata pelajaran yang masing-masing menguatkan
41
Tekanan pada masing-masing mata pelajaran dan sub-mata pelajaran
disesuaikan dengan misi dan kekhasan pesantern. Sekedar sebagai
gambaran, rincian berikut memuat 32 mata pelajaran dan sub-mata
pelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Al Qur‟an.
a. Tahfidh (hafalan al-Qur‟an).
b. Tajwid (tata baca al Qur‟an).
c. Qir‟at (ragam bacaan al-Qur‟an).
d. Ulum al-Qur‟an (teori al Qur‟an).
e. Al-Adab Hamalatl Al-Qur‟an (kode perilaku bagi
pengamal/penghafal al-Qur‟an).
2. Tafsir.
a. „ilmu Tafsir (teori tafsir/penjelasan al-Qur‟an).
b. Matan tafsir (teks tafsir al-Qur‟an).
3. Hadits.
a. Matan hadits (teks hadits).
b. Musthalah al-Hadits (teori hadits).
c. Fiqh al-hadits (rincian penjelasan hadits).
4. Aqidah.
a. Tauhid (dasar-dasar aqidah islam, terutama keesaan Allah
SWT).
42
c. Al-Firaq al-Kalamiyah al-Islamiyah (aliran-aliran teologi
islam).
5. Fiqih.
a. Matan fiqh dan Syarah-syarahnya (teks yurisprudensi islam).
b. Fiqh Muqaran (fiqh perbandinag).
c. Ushul fiqh (teori fiqih).
d. Qawa‟id al-Fiqhiyah (kaidah-kaidah fiqh).
e. Tarikh at-Tasyri‟ (sejarah penetapan syari‟ah islam).
6. Akhlaq.
a. Ta‟lim al-Muta‟alim (kode perilaku penuntut ilmu).
b. Tashawwuf (esoterisme islam).
7. Bahasa arab.
a. Nahwu (gramatika).
b. Sharaf (morfologi).
c. Muthala‟ah (membaca dan memahami ).
d. Muhadatsah ( percakapan).
e. Insya‟ (mengarang).
f. Mahfudhat (kata-kata mutiara).
g. Balaghah (sastra).
h. Mantiq (logika).
i. „Arudl (irama bahasa).
j. Khath (kaligrafi).
43 8. Tarikh.
a. Sirah nabawiyah (sejarah Nabi Muhammad SAW).
b. Tarikh tsaqafi ( sejarah peradaban).(Nafi‟ dkk,2007: 57-58).
Semua mata pelajaran itu tidak kesemuanya di ajarkan dalam satu
jenjang dan sepanjang masa belajar santri, melainkan disebar kedalam
struktur program pelajaran yang menyesuaikan jenjang
madrasah/pengajian kitab yang di selenggarakan oleh pesantren. Masa
belajar masing-masing jenjang di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-ien ada tiga tingkatan yaitu ibtida‟iyah, tsanawiyah dan aliyah.
Dalam mekanisme kerjanya, sistem yang ditampilkan pondok
pesantren mempunyai keunikan dibandingkan dengan sistem yang
diterapkan dalam pendidikan pada umumnya yaitu:
1. Memakai sistem tradisional yang mempunyai kebebasan penuh
dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan
dua arah antara santri dan kyai.
2. Kehidupan di pesantren menampilkan semangat demokrasi karana
mereka praktis bekerja sama mengatasi problema nonkurikuler
mereka.
3. Para santri tidak mengidap penyakit simbiolis, yaitu perolehan gelar
dami ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan
ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya untuk masuk
44
4. Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme,
persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri dan keberanian diri.
5. Alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan
pemerintahan, sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh
pemerintahan.
Apa yang dikemukakan oleh Amin Rais tersebut diatas
tidak sepenuhnya benar, karena ada beberapa hal yang perlu di
kritis, seperti semangat demokrasi yang terjadi hanya sebatas antara
santri dan tidak antara santri dengan kyai. Setiap pondok pesantren
mempunyai karakter pembelajaran tersendiri dan mempunyai khas
sendiri-sendiri. Tergantung kyai yang mengajar karena kyai
45
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan data
1. Gambaran lokasi penelitian
a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien
Keunikan pondok pesantren dibandingkan lembaga formal
salah satunya dapat dilihat dari sejarah berdirinya, dimana
pada waktu itu datang sejumlah santri untuk menyantri kepada
kyai. Dalam proses perkembangannya, santri benar-benar
merasa memiliki tali persaudaraan dan adanya ikatan
emosional yang kuat antara santri dan kyai. Kita sering
menjumpai bagaimana seorang santri alumni yang sering
silaturahim kepada kyainya, sehingga pondok pesantren
mempunyai jaringan yang luas di berbagai lapisan masyarakat.
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien sudah berdiri
sejak tahun 1926 M di bawah naungan ulama besar yang
bernama KH. Ismail, saat itu pesantren masih terbuat dari
bambu. Pesantren tersebut bermula dari kelompok pengajian
Al-Qur‟an yang santrinya adalah kalong yang berdatangan
untuk mengaji dengan K.H. Ismail.
Sepeninggal K.H. Ismail yaitu pada tahun 1940
46
diteruskan oleh putranya yaitu K.H. Abdul Halim. Pada masa
kepemimpinan K.H. Abdul Halim Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi-Ien sudah mulai berkembang yaitu sistem
pengajiannya tidak hanya Al-Qur‟an saja melainkan
mempelajari kitab-kitab kuning yang sistem pengajiannya
menggunakan sistem bandongan.
Setelah K.H. Abdul Halim wafat, yaitu pada tahun 1979
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien mengalami masa
fatroh (kekosongan) selama satu tahun. Kemudian pada tahun
1980 Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tumbuh
kembali dengan kepemimpinan KH. Abda‟ Abdul Malik yang
letak perkembanganya tepat di sebuah perkampungan di Desa
Kalibening Kec. Tingkir Kota Salatiga. Pondok Pesantren dan
Madrasah Salafiyah "Hidayatul Mubtadi-Ien" sampai sekarang
mengajarkan kitab-kitab kuning, Falaqiyah, Faroid, ilmu
Nahwu-Shorof mulai dari Al Imrithi sampai Jauharul Maknun
dan lain-lainnya. Sistem pembelajaran itu berkembang di
pesantren dan madrasah. Untuk madrasah dibagi menjadi tiga
tahap yaitu tingkat TPA dan Ibtida'iyah, tingkat Tsanawiyah
dan tingkat Aliyah.
b. Letak Geografis
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien Berada di Jl.