• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI-IEN KALIBENING SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI-IEN KALIBENING SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA

SANTRI DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL

MUBTADI-IEN KALIBENING SALATIGA

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

DEWI USWATUN KHASANAH

NIM 111-12-073

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

Man jadda wajada

Man shabara zhafira

Man sara ala darbiwashala

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai

dengan do’a, karena sesungguhnya nasib seorang manusia tidak akan berubah

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta yaitu bapak Ngabedi dan ibu Sartinah,

yang senantiasa selalu mencurahkan kasih sayang, mendidik dan membimbingku, dan do‟a restu yang tak pernah putus serta nasihat

-nasihatnya yang selalu ku rindukan.

2. Kedua kakakku tercinta mbak Umi dan Mas Ali yang senantiasa selalu

membuatku semangat dalam belajar dan membuatku lebih

bertanggung jawab dalam segala hal.

3. Keluarga besarku yang tak henti-hentinya memberi semangat dan

bimbingan kepada ku.

4. Keluarga besar pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien yang selalu

mendukung dan menyemangatiku.

5. Kepada beliau Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku pembimbing skripsi

yang senantiasa selalu mengarahkan dan membimbingku dengan

penuh ketulusan dan kesabaran.

6. Sahabat-sahabatku, Ambar, Iik, Anisa, Ariyani, Nurus, Nurul, Arifah

yang selalu menyemangati ku dalam membuat skripsi.

7. Semua teman-teman angkatan 2012 yang sama-sama berjuang dalam

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada

Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat diberi kemudahan dalam menyelesaikan sekripsi yang

berjudul Implementasi Pendidikan Karakter pada Santri di Pondok Pesantren Hiayatul Mubtadi-Ien Kalibening Salatiga Tahun 2016.

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Agung,

Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut-Nya.

Penulis mengakui dan sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai

tanpa motivasi, dukungan, bentuan, dan bimbingan dari berbagai pihak

yang berkait. Sungguh menjadi kebahagiaan yang tiada tara penulis

rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan terima

kasih dengan setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI), pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

(9)
(10)

x

ABSTRAK

Khasanah, Dewi Uswatun. 2016. Implementasi Pendidikan Karakter pada Santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien Kalibening Salatiga Tahun 2016. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

Kata Kunci: Implementasi, Pendidikan Karakter, dan hambatan serta solusi.

Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang dilakukan agar dapat membentuk diri, membina diri, mengarahkan, mendidik sesorang agar menjadi lebih baik dan mempunyai akhlakul karimah yang berdasarkan rukun-rukun Islam dan sesuai ajaran Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)Bagaimana pendidikan karakter di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016? (2) Bagaimana implementasi pendidikan karakter pada santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016? (3) Apa hambatan dan solusi pendidikan karakter pada santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016?.

Untuk menjawab pertanyaan diatas, penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode wawancara, metode observasi, dan metode dokumentasi. Objek peneliti adalah pengasuh pondok pesantren, dewan asatidz, pengurus dan sebagian santri di pondok pesantren hidayatul Mubtadi-Ien Kalibening Salatiga.

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL...i

LEMBAR BERLOGO...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

PENGESAHAN KELULUSAN...iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...v

MOTTO...vi

PERSEMBAHAN...vii

KATA PENGANTAR...viii

ABSTRAK...x

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR TABEL...xvi

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Fokus Masalah...5

C. Tujuan Penelitian...5

D. Kegunaan Penelitian...6

(12)

xii

F. Metode Penelitian ...8

G. Sistematika Penulisan...16

BAB II LANDASAN TEORI...19

A. Pengertian Pendidikan Karakter...19

B. Jenis-Jenis Pendidikan Karakter...23

C. Ciri-Ciri Pendidikan Karakter...23

D. Macam-Macam Metode Pendidikan Karakter...27

1. Macam-Macam Metode Pendidikan Karakter...27

a. Memakai Desain Pembelajaran untuk Pendidikan Karakter....27

b. Model Refleksi...29

c. Medel Pembelajaran pembangun rasional...31

2. Macam-Macam Metode pembelajaran Tradisional di Pondok Pesantren Salafiyah...32

a. Metode Sorogan ...32

b. Metode Wetonan/ Bandongan...32

c. Metode Musyawarah/ Bahtsul Masa‟il...33

d. Metode Pengajian pasaran...34

e. Metode Hafalan/ Muhafazhah...34

f. Metode Demontrasi/ Praktik Ibadah...35

E. Pembelajaran Pendidikan Karakter pada Santri di Pondok Pesantren.36 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN...45

A. Paparan Data...45

(13)

xiii

a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Hidayatul

Mubtadi-Ien...45

b. Letak Geografis...46

c. Kondisi Pondok Pesantren...48

d. Sarana dan Prasarana...49

e. Struktur Organisasi...51

f. Visi, Misi, dan Tujuan...52

g. Keadaan Santri dan Ustadz...55

h. Bentuk-Bentuk Kegiatan...61

i. Kurikulum Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien...65

j. Tata Tertib Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien...69

2. Gambaran Informan...71

B. Temuan Penelitian...73

1. Persepsi pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien...73

2. Implementasi Pendidikan Karakter pada Santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien...76

a. Sistem Pendidikan Karakter pada Santri...78

b. Cara Menerapkan Pendidikan Karakter pada Santri...79

c. Pelaksanaan/ Implementasi Pendidikan Karakter...80

d. Metode Pendidikan Karakter...83

(14)

xiv

f. Sikap Santri dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter...86

3. Hambatan dan Solusi Pendidikan Karakter pada Santri di Pondok

Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien...87

BAB IV PEMBAHASAN...92 A. Persepsi pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Hidayatul

Mubtadi-Ien...92

B. Implementasi Pendidikan Karakter pada Santri di Pondok Pesantren

Hidayatul Mubtadi-Ien...93

1. Sistem Pendidikan Karakter pada Santri di Pondok Pesantren

Hidayatul Mubtadi-Ien...93

2. Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien

Kalibening Salatiga...94

3. Implementasi Pendidikan Karakter pada Santri di pondok

pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien...98

C. Hambatan dan Solusi Pendidikan Karakter pada Santri di pondok

pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien ...99

1. Faktor Penghambat...99

a. Faktor penghambat para ustadz dalam membentuk pendidikan

karakter pada santri di pondok pesantren Hidayatul

Mubtadi-Ien...99

b. Faktor penghambat para pengurus dalam membentuk

pendidikan karakter pada santri di pondok pesantren Hidayatul

(15)

xv

c. Faktor penghambat para santri dalam membentuk pendidikan

karakter...101

2. Solusi yang di tempuh dalam mengatasi faktor penghambat...102

BAB V PENUTUP...105

A. Kesimpulan...105

B. Saran ...107

DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR PUSTAKA. BIOGRAFI PENULIS.

PEDOMAN WAWANCARA. HASIL WAWANCARA.

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI. SURAT IZIN PENELITIAN.

SURAT KETERANGAN PENELITIAN. DAFTAR NILAI SKK.

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Gambaran-gambaran dan lokasi pondok pesantren Hidayatul

Mubtadi-Ien tahun 2016 ...48

Tabel 2 Kondisi pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016 ... 48

Tabel 3 Sarana dan prasarana pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien

tahun 2016...50

Tabel 4 Data jumlah santri madrasah pondok pesantren Hidayatul

Mubtadi-Ien tahun 2016... 57

Tabel 5 Data jumlah santri putra pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien

tahun 2016... 58

Tabel 6 Data jumlah santri putri pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien

tahun 2016... 58

Tabel 7 Keadaan guru/ ustadz pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien

tahun 2016...59

Tabel 8 Kegiatan harian pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun

2016...62

Tabel 9 Kegiatan mingguan pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien

(17)

xvii

Tabel 10 Kegiatan bulanan pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun

2016...63

Tabel 11 Kegiatan tahunan pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun

2016...64

Tabel 12 Jadwal pelajaran tahun 2016 madrasah TPA dan Ibtida‟ pondok

pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien...66

Tabel 13 Jadwal pelajaran tahun 2016 madrasah Tsanawiyah pondok

pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien...67

Tabel 14 Jadwal pelajaran tahun 2016 madrasah Aliyah pondok pesantren

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam

kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Maju

mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya

pendidikan bangsa itu. Pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh

seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai

tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental

( Sudirman, dkk, 1989: 3-4).

Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional

Nomor 20, tahun 2003, pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional

berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Hal ini bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sahertian,

2008:1).

Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi (2004: 95),

sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan

(19)

2

mereka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada

lingkungannya. Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010:1),

sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh

kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam

perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi itu ada tiga ide pikiran

penting yaitu: 1) proses transformasi, 2) ditumbuh kembangkan dalam

kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku. (Kesuma, dkk, 2012: 5).

Karakter juga merupakan sebuah pola, baik itu pikiran, sikap,

maupun tindakan, yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat

dan sulit dihilangkan (Munir, 2010:3). Karakter merupakan bentuk

kegiatan manusia yang bersifat mendidik, yang bertujuan untuk

membentuk penyempurnaan individu dan melatih agar menjadi individu

yang lebih baik.

Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan akan penanaman

pendidikan nilai bagi generasi bangsa mulai nampak dan dirasakan penting

setelah maraknya berbagai bentuk penyimpangan asusila, moral ditengah

masyarakat. Hampir setiap hari ada saja pemberitaan di media cetak dan

elektronik tentang pembunuhan, pemerkosaan, seks bebas diluar nikah,

aborsi, peredaran dan pemakaian narkoba, bahkan kasus pemerasan yang

dilakukan anak usia sekolah dasar.

Hal tersebut tentu membuat gelisah dan cemas orang tua. Apalagi

pihak lembaga pendidikan yang mengemban tugas penting untuk

(20)

3

dan perlu mendapat perhatian ekstra khususnya bagi pelaku-pelaku dunia

pendidikan (Damayanti, 2014:21).

Seiring perkembangan zaman, dan semakin meningkatnya

kebutuhan manusia akan pendidikan maka ada beberapa jenis pendidikan

yang dapat ditempuh guna memenuhi kebutuhan individu akan

pendidikan. Jenis-jenis pendidikan tersebut adalah: 1) Lembaga

pendidikan formal, pendidikan formal adalah pendidikan yang

berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu

secara ketat, pendidikan ini berlangsung di sekolah. 2) lembaga

pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara teratur

dan sadar tetapi tidak perlu mengikuti peraturan yang ketat, dan 3)

lembaga pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang

dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang

hayat, pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, dalam pergaulan

sehari maupun dalam pekerjaan, dan organisasi (Ahmadi, 1991: 97).

Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan yang

mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan

lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi pendidikan islam, dakwah,

pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan yang sejenis. Para peserta

didik pada pesantren disebut santri menetap di pesantren, disebut dengan

santri yang umumnya menetap di pesantren, disebut dengan istilah

pondok. Dari sinilah timbul istilah pondok pesantren (Direktorat Jendral

(21)

4

Sejak zaman penjajahan, pondok pesantren merupakan lembaga

pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Eksistensinya tidak diragukan lagi oleh masyarakat, lembaga itu ikut

menyelenggarakan pendidikan baik dari jalur pendidikan sekolah atau

pendidikan di luar sekolah.

Era globalisasi telah membawa pendidikan ke arah yang lebih maju

dan modern dan terus mengembangkan pembelajaran-pembelajaran yang

modern. Akan tetapi di pondok pesantren juga tak kalah dengan

pendidikan formal, di dalam pondok pesantren juga menerapkan

pendidikkan karakter untuk membangun santri agar menjadi seseorang

yang mampu dan melatih diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik.

Sejak awal pertumbuhannya, tujuan utama pondok pesantren adalah 1)

menyiapkan santri mendalami dan menguasia ilmu agama islam atau yang

lebih dikenal dengan tafaqquh fid-din, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan turut mencerdaskan masyarakat indonesia,

kemudian di ikuti dengan tugas, 2) dakwah menyebarkan agama islam dan

3) benteng umat dalam bidang akhlak.

Materi yang diajarkan di pondok pesantren kebanyakan adalah

kitab-kitab klasik yang berbahasa arab. Kegiatan-kegiatan yang dijalankan

juga membimbing dan mengarahkan santri agar menjadi santri yang

berpendidikan dan berakhlak mulia. Pendidikan di pondok pesantren

sangat berbeda dengan pendidikan formal di sekolah, pembelajaran yang

(22)

5

Dengan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui lebih jauh

bagaimana pendidikan karakter di bentuk di pondok pesantren, maka judul

dalam penelitian ini adalah “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN

KARAKTER PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI-IEN KALIBENING SALATIGA TAHUN 2016”.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah ini maka penulis memiliki

beberapa hal sebagai fokus penelitian dan tujuan dalam penelitian, yang

meliputi:

1. Bagaimana persepsi pendidikan karakter di pondok pesantren

Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016?

2. Bagaimana implementasi pendidikan karakter pada santri di pondok

pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016?

3. Apa hambatan dan solusi pendidikan karakter pada santri di pondok

pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, tujuan yang hendak di capai

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui persepsi pendidikan karakter di pondok pesantren

Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016.

2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter pada santri di

(23)

6

3. Untuk mengetahui hambatan dan solusi pendidikan karakter pada

santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

a. Memberi sumbangan dan memperluas wawasan

pendidikan karakter pada santri di pondok pesantren

Hidayatul Mubtadi-ien.

b. Memberi sumbangan fikiran dan informasi kepada

pengelola pesantren dalam menanamkan pendidikan

karakter.

2. Kegunaan Praktis

a. Menghantarkan dunia pondok pesantren agar dapat

menghadapi persoalan-persoalan perubahan globalisasi.

b. Menghantarkan seorang santri agar menjadi santri yang

lebih baik dan berakhlak mulia yang mampu

menghasilkan generasi yang bermanfaat di masyarakat.

E. Penegasan Istilah

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan supaya terhindar dari

timbulnya kesalah pahaman terhadap apa yang di kandung dalam skripsi

ini, maka perlu kiranya diperjelas dan dibatasi pengertiannya sebagai

(24)

7 1. Implementasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia implementasi berarti

pelaksanaan atau penerapan. Susilo menyatakan bahwa implementasi

merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, inovasi, dan suatu

tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa

perubahan, pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dan

sikap(2007:174).

Jadi , implementasi yang di maksud oleh penulis yaitu suatu

penerapan dan pelaksanaan yang ada di pondok pesantren Hidayatul

Mubtadi-Ien. Seperti penerapan pendidikan karakter, yang mencakup

bagaimana penerapan kurikulum pembelajaran, kegiatan-kegiatan dan

pergaulan santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien.

2. Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan

untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan (Sahertian, 2008:1).

Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa

karakter adalah sifat atau ciri kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dari yang lain, tabiat dan watak. Dengan

demikian karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi

ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam

(25)

8

berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan

bisa mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia

buat (Damayanti, 2014: 11).

Jadi, pendidikaan karakter yang dimaksud penulis yaitu suatu

usaha yang dilakukan agar dapat membentuk diri menjadi baik dan

berakhlak mulia. Seperti yang telah ada pada pribadi Rasullah

tersemai akhlak mulia dan agung. Di sebutkan dalam Al Qur‟an surat Al Ahzab ayat 21 yang artinya: “sesungguhnya telah ada pada (diri)

Rasullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang

mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah”.

Jadi yang dimaksud judul skripsi ini adalah pendidikan karakter

harus dimiliki seorang santri. Setiap santri pasti mempunyai karakter

tersendiri dan memiliki karakter yang berbeda-beda, maka setiap

santri di tanamkan pendidikan karakter agar dapat membentuk diri

menjadi baik dan berakhlak mulia. Di pondok pesantren Hidayatul

Mubtadi-Ien santri di tanami pendidikan karakter. Dengan pendidikan

karakter santri mampu menciptakan generasi pendidik yang berakhlak

mulia.

F. Metode Penelitian

Untuk mencapai penelitian yang failid, maka data harus sesuai dan

harus bisa dipercaya kebenarannya serta menggunakan metode yang sesuai

(26)

9 1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian Lapangan Fieid research. Disini penulis mengumpulkan data dari lapangan dengan mengadakan

penyelidikan secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai

masalah yang ada relevansinya dengan penelitian ini (Moleong, 2009:

hal 3). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Yaitu

penelitian yang tidak menggunakan perhitungan (Moleong, 2009: hal

3).

Secara teknis penelitian kualitatif dapat diartiakan sebagai

penelitian yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada

manusia dalam bahasanaya dan dalam peristilahannya (Moleong, 2009

: hal 3).

Hasil penelitian yang didapat adalah data yang berisi pendidikan

karakter menurut santri, serta bagaimana implementasi pendidikan

karakter pada santri dan hambatan serta solusi pendidikan karakter

pada santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien.

2. Kehadiran penelitian

Peneliti hadir secara langsung pada obyek penelitian dalam rangka

pengumpulan data yang akan diolah menjadi deskripsi. Penelitian

dilaksanakan dalam cara wawancara dan pengamatan aktifitas

sehari-hari, maka peneliti terlibat secara langsung dan aktif dalam rangka

(27)

10 3. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien

yang beralamat di Jl.Raden Patah 20 Kalibening Salatiga.

4. Instrumen penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumbar data, melekukkan pengumpulan data, menilai kualitas

data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

temuannya (Sugiyono, 2009 :222). Begitu pula yang dikatakan oleh

Moleong yaitu, peneliti sebagai instrumen karena ia merupakan

peneliti sekaligus pelaksana, pelaksanaan pengumpulan data analisis

dan penafsiran data dan akhirnya ia menjadi pelopor-pelopor hasil

penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat

karena ia menjadi segalanya dari seluruh proses penelitian (Sugiyono,

2009 :121).

Dalam melakukan instrumen peneliti, peneliti itu sendiri

mencari data dengan memberikan pertanyaan tentang pendidikan

karakter kepada santri. Peneliti melakukan observasi di pondok

pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien secara langsung. Kemudian data dan

(28)

11 5. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

a) Data Primer

Sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009

:225). Adapun yang terlibat secara langsung sebagai sumber

data primer yaitu: Pengasuh Pondok Pesantren, Dewan

Asatidz, Pengurus, serta para Santri.

b) Data Sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data,

misalnya liwat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono,

2009: 225). Adapun sumber data sekunder yaitu

buku-buku, arsip-arsip, dokumen, catatan dan laporan pondok

pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien.

6. Prosedur pengumpulan data a. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari

seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2010:180). Wawancara

merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

(29)

12

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2009:186).

Wawancara ini merupakan bentuk komunikasi langsung

antara peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam

bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka. Dalam

wawancara ini peneliti langsung mewawancarai santri secara

langsung untuk memperoleh informasi dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dengan bertujuan agar santri menyampaikan

pendapatnya mengenai pendidikan karakter.

b. Metode Observasi

Metode observasi adalah melengkapinya dengan format

atau blangko pengamatan atau instrumen. Format yang disusun

berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang di

gambarkan akan terjadi. Dari peneliti berpengalaman diperoleh

suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar

mencatat, tapi juga mengadakan pertimbangan kemudian

mengadakan penilaian kedalam suatu sekala bertingkat (Arikunto,

2010:272).

Adapun cara yang digunakan dalam observasi adalah

mengadakan pengamatan langsung di Pondok Pesantren Hidayatul

Mubtadi-Ien dengan cara melihat dan mengindrakan lainnya.

Observasi secara langsung mempunyai maksud untuk mengamati

(30)

13

pesantren. Dalam observasi ini yang menjadi objeknya adalah

santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat ,lengger, agenda dan sebagainya

(Arikunto, 2010:274). Dokumentasi dalam penelitian ini

diperlukan untuk memperkuat data-data yang diperoleh dari

lapangan yaitu dengan cara mengumpulkan data yang berupa

catatan tertulis dari Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien.

7. Analisis data

Analisis data adalah upaya yang di lakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi

satuan yang dapat di kelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menempatkan apa yang penting dan apa yang di

pelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang

lain (Moleong, 2009:248).

Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan di lapangan adalah:

a. Pengumpulan data

Merupakan hasil dari data informasi yang diperoleh dari

pengumpulan data baik menggunakan metode wawancara,

(31)

14

berupa data mentah yang belum di olah, sehingga masih perlu

dipilih data yang penting dan tidak

b. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari pola dan temanya (Muhadjir, 2002:6). Reduksi data

merupakan penyederhanaan yang di peroleh dari catatan

lapangan sebagai upaya untuk mengorganisasikan data dan

memudahkan penarikan kesimpulan.

c. Penyajian data

Penyajian data disini dibatasi sebagai sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan (Miles,

1992:16). Penyajian data dilakukan supaya data dapat

terorganisasikan dan mudah dipahami.

d. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah

ada (Sugiyono, 2009: 253). Dari hasil pengumpulan data

kemudian direduksi dan diverifikasi. Kesimpulan yang di

verifikasi selama penelitian berlangsung untuk mencari

(32)

15 8. Pengecekan keabsahan data

Dalam memperoleh keabsahan data, maka peneliti menggunakan

teknik trianggulasi. Teknik tringgulasi adalah teknik pemerisaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong,

2009:331). Ada dua macam trianggulasi yang digunakan, yaitu:

a. Trianggulasi sumber data

Trianggulasi sumber berarti, untuk mendapatkan

data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang

sama (Sugiyono, 2011:241). Teknik ini dilakukan dengan

menggali data yang berbeda-beda tetapi metodenya sama.

b. Trianggulasi metode

Trianggulasi metode dilakukan dengan cara

mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan

derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode

yang sama (Moleong, 2009:331). Teknik ini dilakukan

dengan menggali data yang sama tetapi metodenya yang

berbeda.

9. Tahap-tahap penelitian

Menurut moleong (2009, 127-148) tahap-tahap penelitian kualitatif

(33)

16 a. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan yaitu memperhatikan segala

macam persoalan dan segala macam persiapan sebelum

penelitian terjun kedalam kegiatan penelitian berupa:

menyusun rancangan penelitian, mengurus perizinan

kepada pihak Pondok Pesantran Hidayatul Mubtadi-Ien,

menjajaki dan menilai keadaan, memilih dan

memanfaatkan informan, serta menyiapkan

perlengkapan penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini peneliti harus bersungguh-sungguh

dalam memahami latar penelitian dan mempersiapkan

diri dengan segala daya dan upayanya, memasuki

lapangan dengan berperan serta sambil mengumpulkan

data.

c. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini di kemukakan konse analisis data

juga di persoalkan bahwa analisis data itu di bimbing

oleh usaha untuk menemukan data dan kesimpulan.

G. Sistematika penulisan

Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat di

(34)

17 BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, fokus penelitian,tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode

penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : LANDASAN TEORITIS

Meliputi: pengertian pendidikan karakter, jenis-jenis

pendidikan karakter, ciri-ciri pendidikan karakter, macam-macam

metode pendidikan karakter, dan pembelajaran pendidikan karakter

pada santri di pondok pesantren.

BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan data

1. Gambaran lokasi penelitian.

2. Gambaran informan.

B. Temuan penelitian

1. Persepsi pendidikan karakter di pondok pesantren

Hidayatul Mubtadi-Ien.

2. Implementasi pendidikan karakter pada santri di

pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien.

3. Hambatan dan solusi pendidikan karakter pada

santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien.

BAB IV : PEMBAHASAN

Meliputi: persepsi pendidikan karakter di pondok pesantren

(35)

18

santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien, hambatan dan

solusi pendidikan karakter pada santri di pondok pesantren

Hidayatul Mubtadi-Ien.

BAB V : PENUTUP

(36)

19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian pendidikan karakter

Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadiannya

sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam

perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan

yang di berikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi

dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan

oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti

mental.

Pengertian pendidikan menurut para ahli (pendidikan) yaitu:

1. John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan

kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke

arah alam dan sesama manusia (Hisbullah, 2009: 2).

2. Langeveld

Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan

bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada

pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar

cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri (Maunah,

(37)

20 3. Ki Hajar Dewantara

Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya

anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala

kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka

sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah

mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya (Hisbullah, 2009: 4)

Dari beberapa pendapat tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa

pendidikan yaitu sebuah usaha yang disengaja yang diberikan kepada

seseorang agar menjadi dewasa dan upaya untuk mencerdaskan anak

bangsa dengan berbagai cara agar menjadi anak yang memiliki

kepribadian utama, berpendidikan dan berakhlak mulia melalui

bimbingan, pengajaran, pelatihan, dan pengembangan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa karakter

adalah sifat atau ciri kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dari yang lain, tabiat dan watak. Dengan demikian karakter

adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu

untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat

bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang

bisa membuat keputusan dan bisa mempertanggungjawabkan tiap akibat

(38)

21

Definisi karakter menurut para ahli :

1. Thomas Lickona

Karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi

secara bermoral (Wibowo, 2012:32).

2. Prof Suyanto

Karakter adalah cara berfikir dan perilaku yang menjadi ciri khas

tiap individu untuk hidup dan bekerjasama baik dalam lingkungan

keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Muslich, 2011:70)

Dari pengertian di atas karakter adalah sifat-sifat yang dimiliki

seseorang yang melekat dalam diri dan menjadi ciri khas tersendiri seperti

budi pekerti, akhlak, watak, yang membedakan seseorang dengan orang

lain, seperti karakter santri yang berbeda-beda antara santri satu dengan

santri lainnya. Setiap santri memiliki karakter yang berbeda dalam

kegiatan sehari-hari misalnya: disiplin beribadah, disiplin belajar dan

disiplin waktu.

Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi (2004: 95),

sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan

dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

mereka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada

lingkungannya. Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010:1),

sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh

kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam

(39)

22

penting yaitu: 1). proses transformasi, 2) ditumbuh kembangkan dalam

kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku.

Adapun definisi pendidikan karakter sebagai pembelajaran yang

mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh

yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang di rujuk oleh sekolah.

Definisi ini mengandung makna:

1. pendidikan karakter merupaka pendidikan yang terintegrasi dengan

pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran.

2. Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara

utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang

memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan.

3. Panguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang di

rujuk sekolah atau lembaga (Kesuma,dkk, 2012:5-6).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penidikan

karakter adalah segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi

karakter seseorang, sehingga ia dapat memahami, memperhatikan,

melakukan nilai etika yang baik dan dapat berfikir dan berperilaku yang

menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalam

lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara.

Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan islam.

Tempat untuk mengembangkan dan membentuk karakter. Di pondok

pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien menerapkan pendidikan karakter supaya

(40)

23

di ajarkan ilmu-ilmu keagamaan dan melaksanakan berbagai kegiatan di

bawah bimbingan Kyai, ustad atau ustadzah.

B. Jenis- jenis pendidikan karakter

Ada 4 jenis pendidikan karakter yang selama ini di kenal dan di

laksanakan antara lain:

1. Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran

wahyu Tuhan (konservasi moral).

2. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antaralain yang berupa budi

pekerti, pancasila, apresiasi sastra, serta keteladanan tokoh-tokoh

sejarah dan para pemimpin bangsa (konsevarsi budaya)

3. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan)

4. Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil

meningkatkan pendidikan (konsevarsi humans) (Triananurhidayati,

2013).

Dalam jenis pendidikan karakter ini dapat menjadikan pendidikan

senantiasa hidup secara individu, sosial, peradaban dan agama. Pendidikan

karakter ini untuk mengarahkan individu agar mereka mampu mengatasi

diri dan mampu mengembangkan potensi diri. Keempat jenis pendidikan

karakter diatas akan menyempurnakan individu akan hidup sejahtera.

C. Ciri-ciri pendidikan karakter

Sebagian besar para pendidik berpendapat bahwa karakter peserta

didik dapat dibentuk melalui proses pembelajaran formal di sekolah, tetapi

(41)

24

Pendidikan karakter di luar sekolah adalah pendidikan nonformal. Misal

pendidikan nonformal yaitu pendidikan di pondok pesantren dll.

Ada 4 (empat) ciri dasar pendidikan karakter yang di rumuskan

oleh seorang pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang bernama

Foerster yaitu:

1. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan

hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.

2. Koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh

pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru

atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun

rasa percaya satu sama lain.tidak adanya koherensi meruntuhkan

kredibilitas seseorang.

3. Otonomi, seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai

menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian

atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain.

4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan

seseorang guna menginginkan apa yang di pandang baik dan

kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang

dipilih (Muslich, 2011:127-128).

Dari keempat ciri dasar pendidikan karakter di atas setiap individu

sebaiknya mengamalkannya, agar senantiasa memiliki kepribadian yang

(42)

25

juga memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosional,

spiritual, dan kepribadian seseorang.

Pendidikan karakter penting bagi pendidik di pondok pesantren.

Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan

karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial

seperti toleransi, kebersamaan, gotong royong, saling membantu,

menghormati dll. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi santri yang

tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter

yang mampu mewujudkan kesuksesan.

Prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif menurut

Lickona dkk sebagai berikut:

1. Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja

pendukungnya sebagai pondasi karakter yang baik.

2. Devinisikan karakter secara komprehensif yang mencakup

pikiran, perasaan, dan perilaku.

3. Gunakan pendekatan yang komperehensif, disengaja dan

proaktif dalam pengembangan karakter.

4. Ciptakan komunikasi sekolah yang penuh perhatian.

5. Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral.

6. Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang

menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter,

dan membantu siswa untuk berhasil.

(43)

26

8. Libatkan staf sekolah sebagai komunikasi pembelajaran dan

moral yang berbagai tanggung jawab dalam pendidikan

karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai yang sama yang

membimbing pendidikan siswa.

9. Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan

dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter.

10. Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dan

upaya pembangunan karakter.

11.Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik

karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter

yang baik. (Muslich,2011: 129).

Dengan melakukan prinsip di atas pendidikan karakter akan

berjalan dengan lancar. Sebuah prinsip itu sebuah pendukung untuk

keberhasilan. Peserta didik juga harus giat dan sungguh-sungguh dalam

pembelajaran, supaya peserta didik mencapai pembelajaran yang maksimal

dan mendapat hasil yang memuaskan sesuai yang di inginkan.

Dalam pendidikan karakter di pondok pesantren sangat penting

dikembangkan nilai-nilai etikanya seperti: kepedulian, kejujuran, keadilan,

tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain. Dan juga

ada nilai- nilai pendukung seperti: ketekunan, kerja etos yang tinggi, dan

kegigihan sebagai basis karakter yang baik. Di sini pondok pesantren harus

(44)

27

yang mendinifisikan perilakunya dalam bentuk perilaku yang dapat di

amati dalam kehidupan di pondok sehari-hari.

D. Macam- macam metode pendidikan karakter.

1. Macam-macam metode pendidikan karakter secara umum

a. Memakai desain pembelajaran untuk pendidikan karakter.

Desain pembelajaran dalam pendidikan karakter perlu

dipahami terlebih dahulu. Pemahaman akan hal ini amat penting

untuk memberikan dasar pemikiran mengenai bagaimana

seharusnya pembelajaran desain. Beberapa teori yang ada pada saat

ini yang dikemukakan oleh Hergenhahn dan Olson untuk

memahami makna belajar sebagai berikut :

1) Belajar diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku.

Hasil belajar harus selalu diterjemahkan kedalam perilaku

atau tindakan yang dapat diamati.

2) Perubahan behavioral ini relatif permanen. Artinya hanya

sementara dan tidak menetap (relatif).

3) Perubahan perilaku itu tidak selalu terjadi secara langsung

setelah proses belajar selesai. Potensi untuk bertindak ini

mungkin tidak akan di terjemahkan ke dalam bentuk

perilaku secara langsung .

4) Perubahan perilaku (potensi behavioral) berasal dari

(45)

28

5) Pengalaman atau praktik harus di perkuat. Hanya

respon-respon yang menyebabkan penguatanlah yang akan di

pelajari.

Dari memahami makna belajar di atas dapat di simpulkan bahwa

belajar itu diukur berdasarkan perubahan perilaku yang bersifat relatif

permanen dan perubahan itu berasal dari pengalaman dan praktik. Ini

merupakan salah satu desain pembelajaran pendidikan karakter.

Dalam proses belajar harus di sertai niat dan do‟a. Agar tidak ada

pengaruh gangguan dari setan. Gambaran pengaruh ini dalam di kaji

dalam surat An-Nas sebagai berikut.



4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, 5. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, 6. Dari (golongan) jin dan manusia (Qur‟an terjemah, 2007: 112)

Berdasarkan surat An-Nas di atas maka pendidik perlu untuk

membentengi perilaku diri dan anak didiknya melalui do‟a kepada Allah

(46)

29

setan dan berharap mendapat ilmu yang bermanfaat serta mendapat ridho

dari Allah.

Bentuk-bentuk pembelajaran dalam pendidikan karakter sebagai

berikut:

a) Pembelajaran substantif

Pembelajaran substantif adalah pembelajaran yang

substansi materinya terkait langsung dengan suatu nilai seperti

pada mata pelajaran agama dan Pendidikan Kewarga Negaraan.

Proses pembelajaran substantif dilakukan dengan mengkaji

suatu nilai yang dibahas, mengkaitkannya dengan

kemaslahatan(untuk kebaikan) kehidupan anak dan kehidupan

manusia, baik di dunia maupun di akhirat.

b) Pembelajaran reflektif

Pembelajaran reflektif adalah pendidikan karakter yang

terintregrasi melekat pada semua pembelajaran /bidang studi di

semua jenjang dan jenis pendidikan. Proses pembelajaran

dilakukan oleh semua guru mata pelajaran seperti guru

Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan

Sosial, Bahasa Indonesia, dan mata pelajaran lainnya.

b. Model refleksi

Manusia memiliki sisi religi/ keagamaan yang tidak dapat

dipungkiri kebenarannya. Ketika manusia dilahirkan ke dunia dan

(47)

30

dalam dirinya yang menunjukkan bahwa manusia akan selalu berfikir

mengenai kondisi spiritual /batiniah di balik materi/keduniaan.

Dalam agama islam, pemenuhan kebutuhan batiniyah banyak

terpenuhi melalui praktik ibadah ritual, baik ibadah yang langsung

berhubungan dengan Allah Swt, seperti shalat, puasa, ibadah haji dan

sebagainya, maupun ibadah yang berhubungan dengan makhluk Allah

seperti zakat, shodaqah, infaq,dan lain sebagainya.

Pengalaman nabi Ibrahim a.s dalam proses pencarian Tuhannya

yang di ceritakan secara langsung oleh Allah Swt pada surat Al Anam

ayat 76-78. berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."

(48)

31

78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekut (Qur‟an terjemah, 2007: 137).

Dari ayat di atas menunjukkan secara nyata, bahwa manusia

memang di karuniai rasa untuk mengabdi pada Tuhan. Tuhan dengan

makna Dzat yang Maha Kuasa yang menciptakan segala sesuatu.

Model reflektif dalam bagian ini adalah model pembelajaran

pendidikan karakter yang diarahkan pada pemahaman terhadap makna

dan nilai yang terkandung di balik teori, fakta, fenomena, informasi,

atau benda yang menjadi bahan ajar dalam suatu mata pelajaran.

c. Model pembelajaran pembangun rasional

Pada hakikatnya manusia memiliki kelebihan dibanding

dengan makhluk Tuhan lainnya, salah satunya karena manusia

diberikan akal pikiran. Dengan akal pikiran ia menjalani kehidupan

yang lebih baik. Akal pikiran merupakan karunia yang patut disyukuri

keberadaannya dengan cara digunakan sebaik-baiknya untuk menjalani

kehidupan ini menjadi lebih baik, baik saat ini di dunia maupun nanti

di akhirat (Kesuma dkk,2012:91-126).

Dari model-model pembelajaran di atas merupakan model

pembelajaran secara umum. Model-model sangat penting dalam

pembelajaran, karena untuk sebuah kreasi untuk pembelajaran. Adanya

model-model pembelajaran untuk mempermudah proses pembelajaran,

(49)

32

2. Macam-macam metode pembelajaran tradisional di Pondok Pesantren

Salafiyah

a. Metode sorogan

Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang berarti

menyodorkan kitabnya di hadapan kyai. Sistem sorogan ini

termasuk belajar secara individual, dimana seorang santri

berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling

mengenal diantara keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat

efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita

menjadi seorang alim (Depag RI, 2003:38). Metode ini dilakukan

para santri Hidayatul Mubtadi-ien ketika mengaji diniyyah.

b. Metode wetonan/ Bandongan

Wetonan adalah sistem pengajaran dengan jalan, wetonan

dilaksanakan dengan cara kyai/ustadz dan ustadzah membaca suatu

kitab dalam waktu tertentu dan santri dengan membawa kitab yang

sama mendengarkan dan menyimak bacaan kyai

(Mafruah:2007:262-263). Mengaji wetonan dilaksanakan para

santri untuk menimba ilmu dan mengharap barokah kyai agar

ilmunya bermanfaat.

Bandongan dilakukan dengan cara kyai/ guru membaca

teks-teks kitab yang berbahasa arab, menerjemahkan ke dalam

bahasa lokal, dan sekaligus menjelaskan maksud yang terkandung

(50)

33

terjadi diskusi antara kyai dan para santri (Nafi‟ dkk,2007:67).

Seperti yang dilaksanakan di pondok pesantren Hidayatul

Mubtadi-Ien ketika mengaji kitab tafsir setelah shalat ashar dan mengaji

diniyah.

c. Metode musyawarah/ Bahtsul masa‟il

Metode musyawarah atau dalam istilah lain Bahtsul masa‟il

merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode

diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah tertentu

membentuk halaqoh yang dipimpin langsung oleh kyai atau ustadz,

atau juga santri senior, untuk membahas atau mengkaji suatu

persoalan yang telah ditentukan sebelumnya dalam

pelaksanaannya, para santri dengan bebas mengajukan

pertanyaan-pertanyaan atau pendapat.

Metode ini lebih menitik beratkan pada kemampuan

perseorangan di dalam menganalisis dan memecahkan suatu

masalah dengan argumen logika yang mengacu pada kitab-kitab

tertentu. Musyawarah dilakukan juga untuk membahas

materi-materi tertentu dari sebuah kitab yang dianggap rumit untuk

memahaminya (Faiqoh, 2003:43).

Di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien metode

musyawarah ini sudah menjadi tradisi kegiatan santri. Para santri

musyawarah membahas suatu permasalahan yang belum di fahami

(51)

34

Metode musyawarah ini di laksanakan pada sore hari jam 5 sampai

menjelang maghrib.

d. Metode pengajian pasaran

Metode pengajian pasaran adalah kegiatan belajar para

santri melalui pengkajian materi (kitab) tertentu pada seseorang

kyai/ustadz yang dilakukan oleh sekelompok santri dalam kegiatan

yang terus menerus, selama tenggang waktu tertentu. Pada

umumnya dilakukan pada bulan Ramadhan selama setengah bulan,

duapuluh hari, atau terkadang satu bulan penuh tergantung pada

besarnya kitab yang dikaji.

Dalam persepektif lebih luas, pengajian ini dapat dimaknai

sebagai proses pembentukan jaringan kitab-kitab tertentu diantara

pesantren-pesantren yang ada. Mereka yang mengikuti pengajian

pasaran ditempat tertentu akan menjadi bagian atau jaringan

pengajian pesantren itu. Dalam konteks pesantren hal ini amat

penting karena akan memperkuat keabsahan pengajian di

pesantren-pesantren para kyai yang telah mengikuti pengajian

pesantren itu (Faiqah, 2003:45)

e. Metode hafalan (muhafazhah)

Metode hafalan atau kegiatan belajar santri dengan cara

hafalan suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan

kyai atau ustadz. Para santri diberi tugas untuk menghafal

(52)

35

ini kemudian dihafalkan dihadapan kyai atau ustadz secara

periodik atau insidental tergantung kepada petunjuk kyai atau

ustadz yang bersangkutan.

Dalam metode pembelajaran ini seorang santri di tugasi

oleh kyai untuk menghafal suatu bagian tertentu atau keseluruhan

dari suatu kitab. Titik tekan metode ini santri mampu mengucap

atau menghafal kalimat-kalimat tertentu secara lancar tanpa teks.

Pengucapan tersebut dapat dilakukan secara perorangan atau

kelompok. Metode ini dapat juga di gunakan dengan metode

bandongan atau sorogan (Faiqoh,2003:46-47).

f. Metode demontrasi/ praktik ibadah

Metode ini adalah cara pembelajaran yang dilakukan

dengan memperagakan (mendemontrasikan) suatu ketrampilan

dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara

perseorangan atau kelompok dibawah petunjuk dan bimbingan

kyai atau ustadz, dengan kegiatan sebagai berikut:

1). Para santri mendapat pelajaran / teori tentang tata cara

pelaksanaan ibadah yang akan di praktikkan sampai mereka

betul-betul memahaminya.

2). Para santri berdasar bimbingan kyai/ ustadz mempersiapkan

segala peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk

(53)

36

3). Setelah menentukan waktu dan tempat para santri berkumpul

untuk menerima penjelasan singkat berkenaan dengan urutan

kegiatan yang akan dilakukan serta berbagai tugas kepada para

santri berkenaan dengan pelaksanaan praktik.

4). Para santri bergilir atau bergantian memperagakan pelaksanaan

praktik ibadah tertentu dengan di bimbing dan di arahkan oleh

kyai atau ustadz sampai benar-benar sesuai kaifiat ( tata cara

pelaksanaan beribadah sesungguhnya) (Faiqah,2003: 47-48)

Dari beberapa metode diatas merupakan metode pembelajaran

dipondok-pondok pesantren salafiyah yang masih tradisional. Metode yang

di gunakan yaitu: metode sorogan, bandongan, musyawarah, pengajian

pasaran, muhafazhah, dan praktik ibadah. Pengajarannya disampaikan

Kyai, ustadz ataupun ustadzah.

E. Pembelajaran pendidikan karakter pada santri di pondok pesantren Pendidikan karakter disini meniru pendidikan model Rasulullah,

tidak hanya membentuk akal yang cerdas, namun juga membentuk

kepribadian yang cemerlang, kepribadian yang mengasah kepekaan jiwa

untuk bisa menjadi pribadi yang memberikan manfaat bagi sekitarnya,

bukan pribadi sekedar cerdas secara intelektual, namun tidak peka

terhadap persoalan-persoalan sosial yang ada di masyarakat.

Penelitian dan pengembangan pusat kurikulum kemendiknas RI

(54)

37 1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan

hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur

Perilaku yang di dasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan

pekerjaan.

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etis,

pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya.

4. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh kepada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas dengan

sebaik-baiknya.

6. Kreatif

Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil

(55)

38 7. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari suatu yang dipelajarinya, dilihat dan

didengar.

10.Semangat kebangsaan

Cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan

kelompoknya.

11.Cinta tanah air

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan

fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan bangsa.

12.Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan

sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta

(56)

39 13.Bersahabat / komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan senang berbicara, bergaul, dan

bekerja sama dengan orang lain.

14.Cinta damai

Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain

merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15.Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu membaca berbagai bacaan yang

memberikan kebijakan bagi dirinya.

16.Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu ingin berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan

upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17.Peduli sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang

lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18.Tanggung jawab (Syafri, 2014:xi-xiii)

Pembelajaran pendidikan karakter pada santri di pondok pesantren

Hidayatul Mubtadi-Ien sama dengan pondok-pondok salafiyah lainnya . di

pondok di ajarkan kitab kuning. Kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa arab atau berhuruf arab karya ulama‟ salaf, ulama‟

(57)

40

Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat

digolongkan kedalam 8 kelompok yaitu:

1. Nahwu (syantax) .

2. Shorof (morfologi).

3. Fiqih.

4. Usul fiqih.

5. Tafsir.

6. Tauhid.

7. Tasawuf dan etika.

8. Cabang-cabang lainnya seperti tarikh dan balagoh.

Kesemua yang diatas dapat digolongkan kedalam 3 kelompok yaitu:

1. Kitab-kitab dasar.

2. Kitab-kitab tingkat menengah.

3. Kitab-kitab besar.

Sistem pembelajarannya pun yaitu sistem wetonan, sorogan dan

bandongan demikian pula bahasa jawa (yang spesifik pesantren) yang di

pakai sebagai bahasa penerjemah. Sistem pengajaran ini di sampaikan oleh

kyai, ustadz atau ustadzah (Dhofier, 1980:50-51). Di pondok pesantren

Hidayatul Mubtadi-Ien menerapkan juga sistem pembelajaran seperti di

atas, karena pondok pesantren ini berbasis salafiyah.

Untuk mencapai Pembelajaran pendidikan karakter pada santri

pesantren merinci mata pelajaran yang masing-masing menguatkan

(58)

41

Tekanan pada masing-masing mata pelajaran dan sub-mata pelajaran

disesuaikan dengan misi dan kekhasan pesantern. Sekedar sebagai

gambaran, rincian berikut memuat 32 mata pelajaran dan sub-mata

pelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Al Qur‟an.

a. Tahfidh (hafalan al-Qur‟an).

b. Tajwid (tata baca al Qur‟an).

c. Qir‟at (ragam bacaan al-Qur‟an).

d. Ulum al-Qur‟an (teori al Qur‟an).

e. Al-Adab Hamalatl Al-Qur‟an (kode perilaku bagi

pengamal/penghafal al-Qur‟an).

2. Tafsir.

a. „ilmu Tafsir (teori tafsir/penjelasan al-Qur‟an).

b. Matan tafsir (teks tafsir al-Qur‟an).

3. Hadits.

a. Matan hadits (teks hadits).

b. Musthalah al-Hadits (teori hadits).

c. Fiqh al-hadits (rincian penjelasan hadits).

4. Aqidah.

a. Tauhid (dasar-dasar aqidah islam, terutama keesaan Allah

SWT).

(59)

42

c. Al-Firaq al-Kalamiyah al-Islamiyah (aliran-aliran teologi

islam).

5. Fiqih.

a. Matan fiqh dan Syarah-syarahnya (teks yurisprudensi islam).

b. Fiqh Muqaran (fiqh perbandinag).

c. Ushul fiqh (teori fiqih).

d. Qawa‟id al-Fiqhiyah (kaidah-kaidah fiqh).

e. Tarikh at-Tasyri‟ (sejarah penetapan syari‟ah islam).

6. Akhlaq.

a. Ta‟lim al-Muta‟alim (kode perilaku penuntut ilmu).

b. Tashawwuf (esoterisme islam).

7. Bahasa arab.

a. Nahwu (gramatika).

b. Sharaf (morfologi).

c. Muthala‟ah (membaca dan memahami ).

d. Muhadatsah ( percakapan).

e. Insya‟ (mengarang).

f. Mahfudhat (kata-kata mutiara).

g. Balaghah (sastra).

h. Mantiq (logika).

i. „Arudl (irama bahasa).

j. Khath (kaligrafi).

(60)

43 8. Tarikh.

a. Sirah nabawiyah (sejarah Nabi Muhammad SAW).

b. Tarikh tsaqafi ( sejarah peradaban).(Nafi‟ dkk,2007: 57-58).

Semua mata pelajaran itu tidak kesemuanya di ajarkan dalam satu

jenjang dan sepanjang masa belajar santri, melainkan disebar kedalam

struktur program pelajaran yang menyesuaikan jenjang

madrasah/pengajian kitab yang di selenggarakan oleh pesantren. Masa

belajar masing-masing jenjang di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-ien ada tiga tingkatan yaitu ibtida‟iyah, tsanawiyah dan aliyah.

Dalam mekanisme kerjanya, sistem yang ditampilkan pondok

pesantren mempunyai keunikan dibandingkan dengan sistem yang

diterapkan dalam pendidikan pada umumnya yaitu:

1. Memakai sistem tradisional yang mempunyai kebebasan penuh

dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan

dua arah antara santri dan kyai.

2. Kehidupan di pesantren menampilkan semangat demokrasi karana

mereka praktis bekerja sama mengatasi problema nonkurikuler

mereka.

3. Para santri tidak mengidap penyakit simbiolis, yaitu perolehan gelar

dami ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan

ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya untuk masuk

(61)

44

4. Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme,

persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri dan keberanian diri.

5. Alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan

pemerintahan, sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh

pemerintahan.

Apa yang dikemukakan oleh Amin Rais tersebut diatas

tidak sepenuhnya benar, karena ada beberapa hal yang perlu di

kritis, seperti semangat demokrasi yang terjadi hanya sebatas antara

santri dan tidak antara santri dengan kyai. Setiap pondok pesantren

mempunyai karakter pembelajaran tersendiri dan mempunyai khas

sendiri-sendiri. Tergantung kyai yang mengajar karena kyai

(62)

45

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan data

1. Gambaran lokasi penelitian

a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien

Keunikan pondok pesantren dibandingkan lembaga formal

salah satunya dapat dilihat dari sejarah berdirinya, dimana

pada waktu itu datang sejumlah santri untuk menyantri kepada

kyai. Dalam proses perkembangannya, santri benar-benar

merasa memiliki tali persaudaraan dan adanya ikatan

emosional yang kuat antara santri dan kyai. Kita sering

menjumpai bagaimana seorang santri alumni yang sering

silaturahim kepada kyainya, sehingga pondok pesantren

mempunyai jaringan yang luas di berbagai lapisan masyarakat.

Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien sudah berdiri

sejak tahun 1926 M di bawah naungan ulama besar yang

bernama KH. Ismail, saat itu pesantren masih terbuat dari

bambu. Pesantren tersebut bermula dari kelompok pengajian

Al-Qur‟an yang santrinya adalah kalong yang berdatangan

untuk mengaji dengan K.H. Ismail.

Sepeninggal K.H. Ismail yaitu pada tahun 1940

(63)

46

diteruskan oleh putranya yaitu K.H. Abdul Halim. Pada masa

kepemimpinan K.H. Abdul Halim Pondok Pesantren Hidayatul

Mubtadi-Ien sudah mulai berkembang yaitu sistem

pengajiannya tidak hanya Al-Qur‟an saja melainkan

mempelajari kitab-kitab kuning yang sistem pengajiannya

menggunakan sistem bandongan.

Setelah K.H. Abdul Halim wafat, yaitu pada tahun 1979

Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien mengalami masa

fatroh (kekosongan) selama satu tahun. Kemudian pada tahun

1980 Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tumbuh

kembali dengan kepemimpinan KH. Abda‟ Abdul Malik yang

letak perkembanganya tepat di sebuah perkampungan di Desa

Kalibening Kec. Tingkir Kota Salatiga. Pondok Pesantren dan

Madrasah Salafiyah "Hidayatul Mubtadi-Ien" sampai sekarang

mengajarkan kitab-kitab kuning, Falaqiyah, Faroid, ilmu

Nahwu-Shorof mulai dari Al Imrithi sampai Jauharul Maknun

dan lain-lainnya. Sistem pembelajaran itu berkembang di

pesantren dan madrasah. Untuk madrasah dibagi menjadi tiga

tahap yaitu tingkat TPA dan Ibtida'iyah, tingkat Tsanawiyah

dan tingkat Aliyah.

b. Letak Geografis

Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien Berada di Jl.

Gambar

Gambaran-gambaran dan lokasi
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Studi ini bertujuan untuk mengungkap makna yang terkandung di dalam media berita bernama Daily Mail dan The New York Times terhadap suatu pemberitaan mengenai penyerangan di

Pada tahun 2007, prevalensi merokok usia 15 tahun ke atas adalah sebesar 34,2% (lebih dari 50 juta orang dewasa), meningkat dari 31,5 % tahun 2001 dan tidak menunjukkan

Pekerjaan : Pengadaan Bahan Suku Cadang/Spare Part dan perbaikan untuk keperluan perawatan Ranmor ddinas Roda 4 Sat Lantas Polresta Palembang Tahun Anggaran 2017.

Hubungan sebab akibat distribusi dan produksi beras dalam mendukung ketahanan pangan di Jawa Timur pada Gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwa jumlah produksi padi

Konsep natural tradisional dipilih sebagai konsep dasar perancangan promosi produk Ananta Bali Aromatic, dimana ilustrasi fotografi dan ornamen yang diproses dengan digital

Objek yang ditampilkan yaitu berupa hasil-hasil buruan yang sudah mati sehingga pencipta lebih nyaman dan terkonsentrasi dalam melukisnya meskipun disisi lain

Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada peneliti dalam pembuatan skripsi ini yang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi serta tambahan informasi bagi pihak kampus untuk dijadikan dasar atau bahan masukkan dalam