BELAJAR SANTRI PONDOK PESANTREN
AL FALAH SALATIGA TAHUN 2006
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama dalam Ilmu Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh :
Ahmad Saefullah NIM. 114 04 065
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2006
/V f
CE
Drs. H. M. Zulfa, M. Ag. Salatiga, Agustus 2006
Yth : Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami
kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : Ahmad Saefullah
NIM : 114 04 065
Jurusan : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul : PENGARUH SIKAP OPTIMISME TERHADAP
KEDISIPLINAN BELAJAR SANTRI PONDOK
PESANTREN AL FALAH DUKUH-SALATIGA
TAHUN 2006
Dengan ini kami mohon agar skripsi saudara tersebut diatas agar dapat
dimunaqosahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.
, — BE-M BIMBING
Drs. H. M. Zulfa. M. Ac. NIP. 150 177 821
1. Berusahalah anda seolah-olah anda akan hidup selamanya dan berusahalah
anda seolah-olah anda besok pagi akan mati.
2. Hidup hanya sekali, sekali hidup harus berarti.
3. Allah tidak akan merubah keadaan kaum sehingga kaum merubah keadaan
yang ada pada diri mereka.
4. Hendaklah engkau bertaqwa kepada Allah. Dan jika seseorang mengejekmu
maka janganlah engkau mengejeknya. Dia akan menjadi orang yang gelisah
hatinya, sedangkan engkau akan mendapat pahala. Janganlah engkau mencela
sesuatu.
5. Orang mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar atas perilaku
buruknya lebih baik daripada orang mukmin yang tidak bergaul dan tidak
sabar atas perilaku buruk yang dilakukannya.
Assalamiralaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufiq hidayah
dan inayah-Nya yang selalu diberikan kepada umat manusia menuju kebaikan.
Serta sholawat dan salam penulis tujukan kepada Rasulullah SAW sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul '‘PENGARUH SIKAP
OPTIM ISM E TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR SANTRI
PONDOK PESANTREN AL FALAH SALATIGA TAHUN 2006”
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak baik spiritual maupun material, skripsi ini tidak mungkin akan
selesai sesuai yang ditargetkan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan
penulis menghaturkan terima kasih kepada :
1 Bapak KH. Zumri RWS. selaku pengasuh PPTI Al Falah beserta keluarganya.
2 Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan baik bersifat material
maupun spiritual.
3 Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga
4 Bapak Drs. H. M. Zulfa, M.Ag. selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan kepada penulis sehingga terselesaikan skripsi ini.
5 Bapak dan Ibu Dosen yang banyak memberikan jasanya, mendidik penulis
dalam menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
yang bersifat meterial dan spiritual sehingga dapat selesai dalam penulisan
skripsi ini.
7 Semua pihak yang telah membantu keberhasilan dalam penyelesaian skripsi
ini yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut diatas mendapatkan
imbalan lebih baik dari Allah.
Dengan sedikitnya kemampuan, penulis telah berusaha menyusun
skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun demikian skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita
semua. Amin.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Salatiga. September 2006
Penulis
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEI... xi
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah... 1
B Rumusan Masalah... 3
C Tujuan Penelitian... 3
D Manfaat Hasil Penelitian ... 4
E Hipotesis ... 4
F Metote Penelitian... 5
G Sistematika Penulisan Skripsi... 11
BAB II LANDASAN TEORI A. Masalah Sikap Optimisme... 13
1. Pengertian sikap optimisme... 13
2. faktor-faktor sikap optimisme... 14
3. Ciri-ciri sikap optimisme ... 16
1. Pengertian Disiplin ... 19
2. Pengertian Belajar menurut para tokoh ... 20
3. Pengertian belajar manurut beberapa aliran psikologi 21 4. Ciri-ciri b elajar... 22
5. Unsur-unsur Dinamisme dalam Belajar... 23
6. Dasar-dasar yang Mempengaruhi Siswa dalam Belajar 24 7. Ciri-ciri Siswa yang Disiplin Dalam Belajar... 27
C. Pengaruh Sikap Optimisme terhadap Kedisiplinan Belajar Santri... 33
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Falah Salatiga... 36
B. Letak Geografis Pondok Pesantren Al Falah Salatiga... 37
C. Dasar dan Tujuan ... 37
D. Keadaan Ustadz... 39
E. Keadaan Santri ... 40
F. Struktur Organisasi Kepengurusan... 41
G. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al Falah ... 44
H. Kelembagaan Pondok Pesantren Al Falah... 46
I. Sarana dan Prasarana... 50
J. Data Penelitian ... 52
C. Analisis K etiga... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 71
B. Saran ... 72
C. Penutup ... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tabel Nomor 1 Keadaan U stadz... 39
Tabel Nomor 2 Keadaan Santri ... 40
Tabel Nomor 3 Hasil Angket Sikap Optimisme... 52
Tabel Nomor 4 Hasil Rating Scale Kedisiplinan Belajar Santri ... 54
Tabel Nomor 5 Nama Responden... 56
Tabel Nomor 6 Jawaban Test Sikap Optimisme ... 58
Tabel Nomor 7 Interval Sikap Optimisme ... 60
Tabel Nomor 8 Prosentase Sikap Optimisme ... 60
Tabel Nomor 9 Jawaban Rating Scale Kedisiplinan Belajar Santri... 61
Tabel Nomor 10 Interval Kedisiplinan Belajar Santri ... 64
Tabel Nomor 11 Prosentase Kedisiplinan Belajar Santri ... 64
Tabel Nomor 12 Hubungan Sikap Optimisme dengan Kedisiplinan Belajar Santri... 65
Tabel Nomor 13 Tabel Kerja Product Moment Koefisien Korelasi Hubungan Sikap Optimisme dengan Kedisiplinan Belajar Santri... 67
A. Latar Belakang
Pondok Pesantren merupakan salah satu lembaga Pendidikan dan
sekaligus sebagai lembaga Sosial Kemasyarakatan, artinya keberadaan
Pondok Pesantren dalam lingkungannya bersifat saling mempengaruhi dan
saling membutuhkan. Kemudian dalam hubungannya yang bersifat pendidikan
yang merupakan tujuan didirikannya Pondok Pesantren tersebut, dipihak
warga Pesantren (terutama Kyai dan Mubalighnya) berperan sebagai pemberi
informasi (komunikator), baik yang bersifat agama (melalui Pesantren)
maupun ilmu pengetahuan umum melalui lembaga-lembaga pendidikan
formal yang ada di lingkungan Pesantren. Sedangkan warga masyarakat dalam
hal ini berperan sebagai penerima informasi.
Disamping itu juga Pondok Pesantren merupakan lembaga yang amat
penting dalam pembinaan umat Islam. Lembaga ini berdiri sejak agama Islam
tersebar di Indonesia, dan dewasa ini tetap bertahan dan berkembang luas di
seluruh pelosok tanah air. Dari pondok Pesantren dan Madrasah inilah para
santri dididik selama 24 jam dan setiap hari hidup bersama-sama seasrama
atau sepondok. Mereka dididik dan berwatak bebas dan tidak tergantung pada
orang lain. Dalam Pondok Pesantren para santri dididik disiplin, mereka
dibiasakan taat dan patuh terhadap aturan yang ada.
Betapa pentingnya sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari, sikap
disiplin ini merupakan salah satu dasar untuk mencapai kesuksesan. Akan
*
tetapi sulitnya untuk membiasakan sikap disiplin ini pada anak didik bila tidak
melatihnya sejak awal sebelum padanya tertanam sifat-sifat buruk. Oleh
karena itu sukar bagi anak untuk melepas kebiasaan-kebiasaan yang telah
tertanam dalam jiwanya.
Pendidikan agama Islam bukan hanya sekedar memberi pengetahuan
tentang beragama, akan tetapi justru yang lebih utama adalah membiasakan
anak untuk taat dan patuh menjalankan ibadah dan berbuat serta bertingkah
laku dalam kehidupannya sesuai dengan norma-norma yang telah ditetapkan
dalam agama.
Sikap disiplin harus ditanamkan kepada anak didik mulai kecil. Anak
harus didik mengenal hak-hak orang lain didalam lingkungan sosial. Anak
didik harus dilatih menguasai diri. Hal semacam itu termasuk pembentukan
kebiasaan tingkah laku seseorang yang membantunya di dalam pergaulan
nanti dengan orang lain.'
Oleh karena itu sikap disiplin ini harus dimiliki oleh setiap anak dalam
aktivitas hidupnya, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal.
Sikap optimisme dalam kaitannya dengan kedisiplinan merupakan komponen
yang sangat penting, karena sikap optimisme akan memberikan motif bagi
setiap anak untuk mengembangkan sikap selalu mempunyai harapan yang
baik dalam segala hal. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
Artinya : “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu umat, sehingga
mereka sendiri mengubahnya.” (QS. Ar-Ra'du : 11)
Firman Allah ini menjelaskan bahwa setiap manusia diharuskan untuk
mempunyai sikap optimisme dan sikap kedisiplinan agar dapat menjalankan
kehidupan dengan baik. Dari fenomena tersebut, penulis terdorong untuk meneliti
seberapa jauh kebenaran konsep dimuka dengan melakukan penelitian di Pondok
Pesantren Al Falah Salatiga, dengan menggunakan judul : "PENGARUH SIKAP
OPTIMISME TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR SANTRI PONDOK
PESANTREN AL FALAH DUKUH-SALATIGA TAHUN 2006".
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan pokok-pokok
masalah penelitian, yaitu :
1 Bagaimana sikap optimisme santri di Pondok Pesantren Al Falah Salatiga?
2 Bagaimana tingkat kedisiplinan belajar di Pondok Pesantren Al Falah
Salatiga?
3 Apakah ada pengaruh sikap optimisme terhadap kedisiplinan belajar santri
di Pondok Pesantren Al Falah Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sikap optimisme santri di Pondok Pesantren Al Falah
Artinya : "sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu umat, sehingga
mereka sendiri mengubahnya.” (QS. Ar-Ra’du : 11)
Firman Allah ini menjelaskan bahwa setiap manusia diharuskan untuk
mempunyai sikap optimisme dan sikap kedisiplinan agar dapat menjalankan
kehidupan dengan baik. Dari fenomena tersebut, penulis terdorong untuk meneliti
seberapa jauh kebenaran konsep dimuka dengan melakukan penelitian di Pondok
Pesantren Al Falah Salatiga, dengan menggunakan judul : 'PENGARUH SIKAP
OPTIMISME TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR SANTRI PONDOK
PESANTREN AL FALAH DUKUH-SALATIGa TAHUN 2006”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan pokok-pokok
masalah penelitian, yaitu :
1 Bagaimana sikap optimisme santri di Pondok Pesantren Al Falah Salatiga?
2 Bagaimana tingkat kedisiplinan belajar di Pondok Pesantren Al Falah
Salatiga?
3 Apakah ada pengaruh sikap optimisme terhadap kedisiplinan belajar santri
di Pondok Pesantren Al Falah Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
L Mengetahui sikap optimisme santri di Pondok Pesantren Al Falah
2. Mengetahui tingkat kedisiplinan belajar santri di Pondok Pesantren Al
Falah Salatiga.
3. Mengetahui ada tidaknya pengaruh sikap optimisme terhadap kedisiplinan
belajar santri di Pondok Pesantren Al Falah Salatiga.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang
ada tidaknya pengaruh antara sikap optimisme terhadap kedisiplinan belajar
santri di Pondok Pesantren. Dari informasi tersebut diharapkan dapat
memberikan manfaat secara teoritik, yaitu :
1. Secara praktis, bagi pesantren khususnya Pesantren Al Falah dapat
memperoleh pemahaman tentang arti pentingnya sikap optimisme
terhadap kedisiplinan belajar santri.
2. Secara teoritik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pesantren
khususnya Pesantren Al Falah yang diperoleh dari penelitian lapangan.
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara, terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.2
Berdasarkan asumsi ini serta pengamatan empiris, maka hipotesis
yang penulis ajukan adalah : “Ada pengaruh yang signifikan antara sikap
optimisme terhadap kedisiplinan belajar santri di Pondok Pesantren Al Falah
Salatiga.**
F. Metode Penelitian
Untuk memporoleh hasil penelitian yang bervaliditas tinggi, maka
kesesuaian metode merupakan salah satu sistem penentu terhadap
keberhasilan suatu penelitian, karena dengan cara itu penelitian akan diperoleh
secara tepat.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dari proses penelitian
ini, maka akan penulis kemukakan tentang :
1. Populasi dan Sampel
Adalah keseluruhan subyek penelitan. Adapun populasi dalam
peneelitian ini adalah 100 santri, yang terdiri dari 60 santri putri dan 40
santri putra. Sedangkan sampel adalah sebagian atau populasi yang diteliti.
4. Sesuai apa yang dikatakan Sutrisna Hadi, bahwa tidak ada suatu
ketetapan yang mutlak berapa persen suatu sampel harus diambil dari
populasi, ketiadaan ketetapan yang mutlek itu dapat menimbulkan
keraguan pada penyelidikan/
5. Namun menurut Suharsimi Arikunto bahwa : “ Untuk sekedar ancer-
ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil
semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi.3 4
3 Prof. Dr. Sutrisna Hadi. M.A., M etodologi Research, Jilid I, Yasbit. Fak. Psikologi UGM. Yogyakarta. Get. XII, 1981. him. 73
Seningga besar sampel yang penulis ambil adalah 50% dengan
menggunakan tekhnik random sampling, yaitu pengambilan sampelnya,
peneliti mencampur subyek - subyek di dalam populasi, sehingga semua
subyek dianggap sama. Dalam hal ini penulis tentukan dari populasi
sejumlah 100 santri sebanyak 50 responden ( 50 % dari 100 santri ) yaitu
30 santri putri dan 20 santri putra.
2. Variabel Penelitian
Ada dua variable yang menjadi fokus penelitian yaitu pengaruh
sikap optimisme sebagai variable pertama dan kedisiplinan belajar santri di
pesantren Al Falah Salatiga sebagai variable kedua.
3. Definisi Operasional
Untuk mendapatkan pengertian dan mudah pemahaman serta
untuk menentukan arah yang jelas dalam menyusun ini, maka penulis
memandang perlu memberi penegasan dan maksud judul tersebut.
Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagaimana berikut in i:
a. Sikap
Sikap yang didalam Bahasa Inggris disebut Attitude adalah suatu
kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap sesuatu
perangsang atau situasi yang dihadapi.5
b. Optimisme
Optimisme adalah paham keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang
baik dalam mengembangkan sikap selalu mempunyai harapan yang
baik dalam segala hal.6
c. Kedisiplinan
Pengertian dasar disiplin adalah kontrol terhadap kelakuan baik oleh
suatu kekuasaan luar, ataupun oleh individu sendiri.6 7
d. Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baik untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baik secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya.8
Indikator sikap optimisme, penulis ambil dari pendapat D.H. Gulo.9
1) Mempunyai harapan yang positif
2) Bersikap gembira dalam menjalankan tugas
3) Mempunyai pandangan yang positif terhadap kehidupan
4) Tidak mudah putus asa
5) Mempunyai rasa percaya diri
6) Meniru keberhasilan orang lain
7) Kegagalan sebagai pemupuk motivasi yang akan datang
8) Meyakini bahwa setiap usaha manusia kadang berhasil dan kadang
gagal
9) Berani berkompetisi dengan temannya
6 W.J.S. Poenvadarminto, op.cit., him. 732
James Draver (ditcijemahkan Nancy Simanjuntak), Kamus Psikologi. Bina Aksara. Jakarta. 1986.h im .110
8 Drs. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta. FKIP UKS W, Salatiga. 1970, him. 2
a. Kedisiplinan Administrasi
1) Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan Kyai.
2) Merencanakan program dengan baik.
3) Mematuhi kewajiban meembayar administrasi dan biava yang
telah ditentukan oleh lembaga
4) Membayar syariah tepat pada waktunya.
b. Kedisiplinan Akademik
1) Menyelesaikan apa yang diperintah oleh Kyai.
2) Menguasai bahan pelajaran
3) Patuh terhadap peraturan
4) Menggunakan waktu kosong untuk belajar
5) Bertanya apabila mengalami kesulitan
6) Mengikuti pelajaran dari awal hingga akhir
c. Sosial Kelembagaan
1) Sikap hormat pada Kyai
2) Menerima nasihat dari Kyai
3) Tidak mengganggu teman
4) Tidak membuat keributan di kelas
5) Berpakaian rapi dan sopan
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengetahui kepastian disuatu penelitian, penggunaan
metode pengumpulan data adalah hal yang penulis gunakan dalam
pengumpulan data santri Pondok Pesantren Al Falah sebagai berikut:
a. Metode Tes
Metode tes yang penulis gunakan adalah tes kepribadian D. H.
Gulo.10 Tes disini digunakan sebagai metode pokok untuk
memperoleh informasi tentang sikap optimisme santri.
b. Metode Observasi
Yaitu metode penelitian yang digunakam dengan jalan
pengamatan terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indra.
Jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, pendengaran,
peraba, dan pengecap.11 Dalam penulisan ini penulis menggunakan
observasi partisipatif yaitu peneliti ikut ambil bagian lapangan yang
diteliti, untuk memperoleh data santri secara langsung dengan
pengamatan langsung.
c. Metode Interview
Metode interview Yaitu kegiatan pengumpulan data dengan
jalan komunikasi dengan sumber data, yaitu tanya jawab secara lisan,
baik langsung, maupun tidak langsung. Metode ini digunaan untuk
pengumpulan data tentang pendidikan, Kyai, Ustadz, Pengurus, Santri
Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Dukuh Salatiga.
10 Ibid., him. 31
5. Tehnik Analisis Data
Analisis data dapat dilakukan apabila data-data uyang dikehendaki
dalam penelitian ini. telah terpenuhi sehingga tidak akan terjadi kesulitan
dalam menggunakan data penelitian, namun sebelum data-data itu
dianalisis, maka perlu diolah terlebih dahulu melalui editing dengan
maksud untuk mengetahui apakah jawaban dalam kuesioner dalam
keadaan baik sehingga dapat diolah lebih lanjut.
Adapun tehnik analisis data yang penulis gunakan adalah :
a. Tehnik Deskripsi
/> = - - * 100% N
Keterangan :
P = Proporsi individu dalam golongan
F = Frekuensi
N = Jumlah subyek dalam golongan
b. Tehnik Analisis Korelasi
Tehnik korelasi yaitu metode statistik yang digunakan untuk
mencari ada tidaknya korelasi antara satu gejala dengan gejala yang
lain atau gejala yang diselidikinya.
Dalam hal ini penulis menggunakan tehnik korelasi Product
Moment dengan rumus sebagai berikut:
x y
Ixy-
(Ix)(Ey)
Keterangan :
rxy = Koefisiensi korelasi antara variabel x dan variabel y
xy = Product dari x dan y
x = Variabel dipenden (sikap optimisme)
y = Variabel independen (kedisiplinan belajar santri)
N = Jumlah responden
G. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, hipotesis, mnetode penelitian dan sistematika penulisan
skripsi.
BABU KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang teori yang menjadi landasan teoritik
penelitian, khususnya yang berkaitan dengan variabel penelitian
yaitu teori-teori tentang sikap optimisme, pengertian sikap optimis
pengertian, disiplin, pengertian belajar, dasar-dasar yang
mempengaruhi dalam belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar dan tujuan belajar serta pengaruh sikap optimisme terhadap
kedisiplinan belajar santri.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
Memuat : Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Falah. letak
Pesantren Al Faiah, Keadaan Ustadz, keadaan santr, iStruktur
organisasi, sistem pendidikan, kelembagaan dan sarana prasarana
serta data penelitian.
BAB IV ANALISIS DATA
Yaitu berisi tentang analisis data sesuai dengan data yang diperoleh
dengan menggunakan data analisis statistik deskriptif, yaitu
prosentase dan analisis data inferensial dengan rumus Chi kuadrat.
BAB V PENUTUP
LAND ASAN TEORI
A. Masalah Sikap Optimisme
1. Pengertian sikap optimisme
Sikap optimisme adalah bertingkah laku atau pandangan hidup yang
dalam segala hal dipandang kebaikannya saja.1 Yusuf Luxori menyatakan
bahwa optimisme adalah suatu sikap dari semua yang ada dalam diri
manusia, yang terseleksi oleh akal.2
Sikap optimisme ini diadopsi oleh ambisi yang diimbangi oleh sikap
disiplin dan percaya diri sehingga hubungan antara optimisme dan sikap
disiplin sangat erat (seimbang).
Sikap optimisme mempunyai kepribadian yang terbuka, hari depan
cemerlang memanggil dan menjadi tantangan yang dapat dikuasai, segala
hal yang baik masih akan dialami dengan suatu kedisiplinan yang disertai
keinginan dan harapan. Seseorang yang optimis akan selalu
mempertimbangkan segala sesuatu yang dihadapinya dari sisi baik dan
buruk. Dengan cermat ia memposisikan hal yang baik dan yang buruk
secara proporsional, baik dalam menentukan sikap menilai orang lain
maupun dalam menetapkan sesuatu, namun semua perilakunya
didedikasikan untuk menghasilkan manfaat sebanyak-banyaknya.
WJS. Punvadaminta, Kamus Umum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982. Him. 120 ‘ Y usuf Luxori. Percaya Diri, Khalifah Pustaka al Kautsar group, Jakarta, 2001.
Dengan demikian optimisme diri sikap yang melekat pada pribadi
seseorang memancarkan sikap keterbukaan, percaya diri, keuletan dalam
menghadapi segala hal. Kehidupan optimisme memunculkan
kecenderungan untuk menyenangi, mendekati, menerima atau bahkan
mengharap kehadiran objek tertentu. Berlaku optimisme adalah jurus yang
paling jitu bagi yang merasakan sempitnya jalan, tempat menggelantung
dia saat tali taufiq yang dipegang putus di perjalanan. Optimisme bisa
menguatkan tekad, pemicu kesungguhan dan semangat beramal,
melanggengkan jiwa dan meningkatkan kepekaan indra.3
2. Faktor-faktor sikap optimisme
a. Percaya diri
Kepercayaan terhadap diri sendiri adalah salah satu faktor
keberhasilan dimana diri sendiri mempunyai sikap keteguhan hati
dalam usaha meraih sasaran yang telah ditetapkan. Dengan kata lain
kepercayaan adalah keberanian, yakni keberanian usaha dan keteguhan
hati terhadap maksud yang dituju.4 5
b. Berfikir positif'
Cara berfikir positif ialah menanggapi segala kejadian dengan
menyadari bahwa ada segi baik dan segi buruk dalam kehidupan ini.3
Selalu berfikir positif dalam menghadapi suatu masalah. Memang alam
bawah sadar dapat digunakan untuk mendorong diri anda dengan
memperkembangkan sikap yang benar dan perangai yang positif.
Dengan pemakaian yang benar atas sikap mental positif dan dapat
menghasilkan khayalan yang kemungkinan anda akan menjadi pemicu
alam bawah sadar anda sendiri. Alam bawah sadar ini akan membantu
dan menolong anda dalam mencapai kepuasan diri.
c. Disiplin diri
Segala pekerjaan baik belajar maupun bekeija harus
mempunyai rasa disiplin. Tanpa disiplin seseorang tidak akan pernah
mencapai hasil yang maksimal. Sikap disiplin diri ini hams diletakkan
dimana kita berada.
d. Kegembiraan
Kegembiraan adalah milik yang terindah diatas dunia ini.
Apabila seseorang melakukan sesuatu yang baik dalam proses biji
dengan menunjukkan suasana yang penuh kegembiraan maka ia dapat
memberi inspirasi yang baik.6
e. Memegang prinsip
Di dalam segala sesuatu ada hal-hal yang prinsipil dan ada hal-
hal yang bisa ditoleransi. Sikap optimisme memang penting, namun
janganlah sampai mengorbankan hal-hal yang prinsip. Kebiasaan
memegang teguh hal-hal yang prinsipil merupakan kebiasaan baik
yang dapat menuntun seseorang menuju keberhasilan.7
f. Cara menanggapi suatu masalah
Cara seseorang menanggapi suatu masalah cermin dari diri
orang itu. Sebenarnya cara menanggapi suatu masalah jangan
mendengar suatu pendapat orang. Dalam belajar pun apabila mendapat
suatu masalah ia akan selalu berusaha meminta bantuan kepada yang
mampu untuk menyelesaikannya.8
3. Ciri-ciri sikap optimisme
Berbicara masalah kepribadian orang optimis, maka tidak akan
terlepas dari sikap yang mewakili kepribadian seseorang, yaitu sikap yang
bersifat positif dan bersifat negatif. Sikap positif akan memunculkan
perilaku optimis. Sedangkan sikap negatif memunculkan sikap pesimis,
bahkan sikap tersebut akan mewarnai kehidupan masa depannya. Orang
yang selalu optimis selalu melihat keatas, sedang orang yang pesimis
selalu melihat kebawah.
Adapun ciri-ciri orang yang optimis adalah sebagai berikut.
a. Orang yang optimis tekun dalam mengejar sasaran kendati banyak
halangan dan kegagalan.
b. Bekerja dengan harapan untuk sukses bukannya takut gagal.
c. Memandang kegagalan atau kemunduran sebagai situasi yang dapat
dikendalikan ketimbang sebagai kekurangan pribadi.9
d. Mempunyai tujuan
Rahasia diri orang yang berhasil adalah terletak pada tujuan yang
luhur, untuk itu tidak henti-hentinya belajar menggunakan waktunya
untuk mewujudkan tujuan mereka.
e. Minat dan Kemauan
Dalam mewujudkan cita-cita memerlukan minat atau kemauar. yang
sungguh-sungguh jika minat itu telah tumbuh maka tidak akan timbul
perasaan menyesal terhadap sesuatu yang sengaja di korbankan demi
tercapainya apa yang di cita-citakan.
f. Motivasi
Motivasi adalah sebab-sebab yang menjadi dorongan bagi seseorang
dalam melaksanakan usaha atau pekerjaan. Motivasi itu sendiri
merupakan dasar dari setiap tindakan, pikiran, pendapat yang ambisi
dilakukan oleh setiap manusia.
g. Ambisi
Adalah sesuatu yang dapat anda capai karena anda mempunyai
kemampuan menempatkan diri anda dalam posisi itu dan
melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan keadaan kewajaran
anda atau pengetahuan anda.
h. Berfikir Kreatif
Berfikir kreatif adalah bagaimana mengarahkan segenap kekuatan
pikiran kepada pokok permasalahan yang menarik perhatian kita.
i. Daya cipta
Daya cipta adalah kesanggupan batin atau pikiran untuk mengadakan
sesuatu.
j. Gagasan atau ide
Gagasan merupakan buah dari hasil pengamatan dan penafsiran
terhadap inspirasi yang ia peroleh.10
k. Tekad dan Perjuangan
Tekad dan perjuangan yang membara adalah cermin dari sesuatu
prinsip yang teguh dan tidak tergoyahkan.
l. Keteguhan hati
Keteguhan hati adalah rahasia dalam diri seseorang untuk terus
mengatakan pergi dan berbuat.
m. Ketabahan
Tidak ada pekerjaan yang tidak akan menguji semangat keberanian,
dan ketabahan. Ketabahan hati untuk bertahan dalam memperjuangkan
sesuatu adalah suatu bukti bahwa keberhasilan akan segera diraih.
n. Keuletan
Keuletan adalah ketahanan dan kekerasan hati seseorang dalam upaya
meraih apa yang telah di targetkan.'1
B. Masalah Kedisiplinan Belajar
Di dalam seluruh pendidikan di sekolah, madrasah dan pesantren
kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasik
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada kedisiplinan
dan proses yang dialami oleh murid sebagai anak didik.
1. Pengertian Disiplin
Disiplin dalam ketaatan terhadap peraturan dan norma-norma
yang berlaku dalam kehidupan beimasyarakat, berbangsa dan bernegara,
yang dilaksanakan secara sadar ikhlas lahir dan bathin sehingga tumbuh
rasa malu untuk melanggar peraturan dan terkena sanksi serta rasa takut
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.12
Menurut Prof. Dr. Soegarda Poerbaka Watja :
Disiplin dalam belajar artinya : suatu tingkat tata tertib tertentu
untuk mencapai kondisi yang baik guna memenuhi fungsi pendidikan.13
Menurut James Drever:
Disiplin dalam pemaknaan modem pengertian dasarnya adalah
kontrol terhadap kelakuan, baik oleh suatu kekuasaan luhur, ataupun oleh
individu sendiri (James Drever, diterjemahkan Nancy Simanjuntak).
Menurut Webster New World Dictionary memberikan sejumlah
definisi kepada kata "‘disiplin’' itu, empat yang pokok diantaranya ialah
sebagai berikut: 11
11 Ibid. him. 180-190
Prof. Dr. Otong Sutrisno, Adm inistrasi Pendidikan Dasar Teoritis antuk Praktek Profesional.
Angkasa. Bandung. 1987. Him. 97
a. Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, karakter atau
keadaan serba teratur dan efisiensi.
b. Hasil latihan serupa dengan pengendalian diri, perilaku yang tertib.
c. Penerimaan atau kepatuhan terhadap kekuasaan dan kontrol.
d. Perilaku yang menghukum atau menyiksa.
Menurut putusan diatas, maka pengertian disiplin ditekan pada
ketaatan peraturan yang berlaku pada tata tertib. Dengan adanya disiplin
maka semua aktifitas akan lancar terutama pada pendidikan dimana setiap
anak didik akan mengerti arti pentingnya belajar dan dalam proses belajar
mengajar disiplin perlu digalakkan agar tercapai apa yang dituju dan
diinginkan.
2. Pengertian Belajar Menurut para Tokoh
Pengertian belajar menurut Dr. Oemar Hamalik14 adalah :
Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman {Learning is defined as the modification or strengthening
behavior through experiencing). Menurut pengertian ini. belajar adalah
merupakan suatu proses, kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya menyangkut, akan tetapi lebih luas daripada itu,
yakni menyelami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil.
Menurut Elizabeth B. Hurlock : “Learning is development that comes from exercise and effort. Through learning children acquire competence in using their herediatery> researches ”'2
Menurut Drs. Slameto belajar adalah suatu proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya.16
Menurut batasan diatas diatas, titik berat adalah terjadinya perubahan
tingkah laku yang perubahan itu terjadi akibat hasil dari pengalaman dan
praktek. Adapun unsur yang menjadi ciri setiap perubahan tingkah laku,
ialah :
a. Tingkah laku yang dimotivasi
Seseorang mau berbuat sesuatu karena adanya tujuan yang hendak
dicapai.
b. Tingkah laku yang bermotivasi adalah tingkah laku yang sedang
terarah pada tujuan.
c. Tujuan yang didasari oleh seseorang mempengaruhi tingkah lakunya
dalam upayanya mencapai tujuan tersebut.
d. Lingkungan menyediakan kesempatan untuk bertingkah laku tertentu
. dan atau membatasi tingkah laku seseorang.
e. Tingkah laku dipengaruhi oleh proses-proses dalam organisme.
f. Tingkah laku ditentukan oleh kapasitas dari organisme manusia.
3. Pengertian Belajar Menurut Beberapa Aliran Psikologi
Dalam sejarah perkembangan psikologi kita mengenal beberapa
aliran psikologi antara lain.
a. Belajar menurut psikologi klasik ialah suatu proses pengembangan dan
latihan jiwa (mind)
b. Belajar menurut psikologi daya ialah melatih daya-daya agar dapat
berfungsi dengan baik
c. Belajar menurut psikologi behaviorisme ialah membentuk hubungan
stimulus-respon dengan latihan-latihan
d. Belajar menurut psikologis kognitif ialah proses-proses pusat otak atau
struktur kognitif (fakta dalam bentuk pemahaman dan pemecahan
masalah)
e. Belajar menurut psikologis gestalt adalah akibat inteiaksi antara
individu dengan lingkungan berdasarkan keseluruhan dan pemahaman
4. Ciri-Ciri Belajar
Adapun ciri-ciri belajar sebagai berikut:
1) Belajar Berbeda dengan Kematangan
Pertumbuhan adalah senyum utama sebagai pengubah tingkah laku.
Bila serangkaian tingkah laku melalui secara wajar tanpa adanya
pengaruh dari latihan, maka dikatakan bahwa perkembangan itu adalah
berkat kematangan (maturation) dan bukan karena belajar.
2) Belajar Dibedakan dari Perubahan Fisik dan Mental
Perubahan tingkah laku juga dapat terjadi disebabkan oleh terjadinya
perubahan pada fisik dan mental karena melakukan suatu perbuatan
3) Ciri Belajar yang Hasilnya Relatif Menetap
Hasil belajar dalam bentuk perubahan tingkah laku. Belajar
berlangsung dalam bentuk latihan (practise) dan pengalaman
(experience).
5. Unsur-Unsur Dinamis Dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam proses belajar antara lain.
a. Motivasi Siswa
Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu
perbuatan atau tindakan tertentu. Perbuatan beiajar terjadi karena
adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan
perbuatan belajar.
b. Bahan Belajar
Bahan belajar merupakan suatu unsur belajar yang paling
penting mendapat perhatian guru. Dengan bahan itu para siswa dapat
mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya menempuh tujuan
belajar.
c. Alat Bantu Belajar
Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan
untuk membantu siswa melakukan perbuatan belajar, sehingga
kegiatan belajar menjadi lebih efektif dan efisien.
d. Suasana Belajar
Suasana yang menyenangkan dapat menumbuhkan kegairahan
banyak gangguan sudah tentu tidak menunjang kegiatan belajar yang
efektif.
e. Kondisi Subyek yang Belajar
Kondisi subyek belajar turut menentukan kegiatan dan
keberhasilan belajar. Siswa dapat belajar secara efektif dan efisien
apabila berbadan sehat, memiliki intelegensi yang memadai, siap untuk
melakukan kegiatan yang bertalian dengan kegiatan belajar, serta
memiliki minar untuk belajar. Siswa yang sakit atau kurang sehat,
intelegensi rendah, belum siap belajar, tidak berbakat untuk
mempelajari sesuatu dan tidak memiliki pengalaman apersepsi yang
memadai, kiranya akan mempengaruhi kelancaran kegiatan dan mutu
hasil belajarnya.
6. Dasar-Dasar Yang Mempengaruhi Siswa Dalam Belajar
Agar siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajar, maka ia
haruslah bersungguh-sungguh dan tekun dalam belajarnya, apabila siswa
atau anak didik telah mampu menerapkan cara-cara belajar yang baik,
maka sudah tentu ia dikatakan tekun.
Sebelum siswa dapat menerapkan cara-cara belajar yang baik,
terlebih dahulu harus bisa mengembangkan sikap yang baik dalam
belajarnya, sedangkan landasan utama dalam pembentukan cara belajar
yang baik bagi siswa atau anak didik adalah memiliki sikap mental dan
tidak akan mampu untuk dapat bertahan terhadap berbagai kesukaran-
kesukaran dan jerih payah di dalam usaha belajarnya.
Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Cara Belajar yang
Efisien”, menyatakan bahwa sikap mental yang perlu diusahakan oleh
setiap siswa sekurang-kurangnya empat segi.
a. Tujuan Belajar
Belajar harus diarahkan kepada suatu cita-cita tertentu, cita-cita
yang diperjuangkan dengan berbagai kegiatan belajar itu lalu menjadi
tujuan belajar dari setiap siswa. Maka setiap siswa harus mengenal
tujuan dan yakin akan manfaat tujuan itu baginya, sehingga ada pada
dirinya keinginan serta dorongan dalam belajarnya.
Dalam hal ini, The Liang Gie mengatakan bahwa : tujuan
belajar yang tersambung dengan cita-cita di masa depan itu merupakan
suatu pendorong belajar dengan sungguh-sungguh, tanpa motif tertentu
semangat belajar seorang siswa akan mudah padam karena tidak
mempunyai suatu kepentingan yang harus di perjuangkan dengan
belajar tersebut.17
b. Minat Terhadap Pelajaran
Suatu proses belajar dapat terlaksana dengan baik dan lancar
bila ada minat, anak yang malas dalam belajar akan menimbulkan
kegagalan karena tidak adanya minat dalam belajar. Karena itu
17
pengaruh dari minat sangat besar terhadap keberhasilan belajar yang
diminatinya.
Minat selain memungkinkan pemusatan pikiran, juga akan
menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar, keriangan hati akan
memperbesar daya kemampuan belajar seseorang dan juga
membantunya untuk tidak mudah melupakan apa yang dipelajarinya
itu. Belajar dengan perasaan tidak gembira akan membuat pelajaran itu
sangat besar.18
c. Kepercayaan Terhadap Diri Sendiri
Setiap siswa harus yakin bahwa ia mempunyai kemampuan
untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam usaha belajarnya. Dengan
kepercayaan yang tinggi ini. ia akan dapat mengikuti dan memahami
pelajaran lebih optimal. Kepercayaan pada diri sendiri sangatlah
diperlukan untuk dikembangkan sebagai kesiapan mental dalam proses
belajar anak.
d. Keuletan
Kehidupan seorang siswa dalam belajar, tidak selamanya
mendapatkan kemudahan atau menyenangkan, akan tetapi sering
dihadapkan pada kesulitan-kesulitan. Disinilah dibutuhkan adanya
perjuangan dan keuletan seorang siswa untuk menghadapi kesulitan
dan problema tersebut.
Ibid, him. 12
Kesulitan seorang siswa ini dapat dikembangkan dengan
menanamkan pengertian dan kesadaran bahwa problema atau
hambatan yang ditemuinya adalah sebagai suatu tantangan.
Kemampuan siswa untuk memecahkan problema akan memberikan
suatu pelajaran tersendiri bagi siswa untuk memcahkan persoalan-
persoalan yang akan muncul.
7. Ciri-Ciri Siswa Yang Disiplin Dalam Belajar
Belajar merupakan kegiatan siswa dalam menerima, menanggapi
serta memahami bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh guru. Dalam
kaitannya pembahasan penulisan mengenai ciri-ciri siswa yang disiplin
dalam belajarhendaknya selalu melakukan kewajiban sebagai siswa
dengan penuh tanggung jawab. Dalam hal ini penulis sebutkan hal-hal
yang perlu diusahakan oleh siswa dalam belajarnya, sebagai berikut,
a. Memperhatikan dan Mendengarkan Keterangan Guru
Memperhatikan dan mendengarkan terhadap pelajaran adalah
unsur yang sangat penting dalam proses belajar, yang dimaksud
dengan memperhatikan disini adalah memusatkan dan menyalurkan
kemampuan belajar pada suatu soal. Dalam proses belajar-mengajar di
sekolah sering ada ceramah dari guru, dalam hal ini tugas siswa adalah
memperhatikan, bahkan seorang siswa yang diam memperhatikan dan
mendengarkan ceramah ia tidak mesti belajar, bila dalam
Oleh karena itu seorang siswa hendaknya selalu menaruh
perhatian yang memusat pada pelajaran yang sedang berlangsung.
b. Rajin Mencatat Hal-Hal Penting
Persoalan mencatat adalah hal yang sangat penting dalam
proses belajar-mengajar, karena sudah diketahui bahwa kemampuan
mengingat seseorang adalah sangat terbatas, maka suatu hal yang
mustahil apabila yang diucapkan guru akan senantiasa diingat.
Begitu pula, mencatat semua keterangan guna merupakan yang
tidak mungkin, oleh karena itu seorang siswa yang baik harus bisa
memisahkan dan memilih mana yang perlu dicatat, seperti yang
disebutkan Drs. Slameto, "Dalam membuat catatan sebaiknya tidak
semua data yang dikatakan guru ditulis, tetapi diambil intinya saja".19
Sebagaimana telah penulis sampaikan diatas, bahwa seorang
seseorang hendaknya mencatat hal-hal yang penting saja, hal ini dapat
dilakukan siswa, bila siswa tersebut telah menyiapkan diridengan
gambaran kasar apa yang akan dipersoalkan dalam pelajaran di
sekolah. Dengan demikian siswa akan mampu membuat catatan yang
baik.
c. Rajin Mengikuti Pelajaran
Untuk menumbuhkan semangat agar siswa dapat belajar
dengan giat dan sungguh-sungguh, maka siswa hendaknya rajin
mengikuti pelajaran secara aktif serta siswa mengikuti sendiri
pelajaran dari gurunya, tidak menggantungkan catatan atau diktat
temannya. Karena kalau siswa dengan mengikuti dan hanya
menggantungkan temannya maka dapat merugikan siswa itu sendiri,
menambah beban bagi dirinya dikarenakan siswa malas dan enggan
belajar.
Untuk menghindari hal itu, seorang siswa harus aktif dan rajin
mengikuti pelajaran, dalam arti bukan semata-mata datang ke sekolah,
duduk di3m tetapi di sekolah harus mendengarkan dam memahami
pembahasan guru terhadap pelajaran.
d. Mengadakan Latihan dan Praktek
Dalam aktifitas belajar, latihan atau praktek merupakan satu
penentu keberhasilan belajar. Kalau anak atau siswa banyak
melaksanakan latihan atau praktek maka ia akan cepat menguasai apa
yang dipelajari. Sebaliknya seorang siswa yang enggan latihan atau
praktek maka belajarnya akan tersendat-sendat.
Hasil dari pada latihan atau praktek itu sendiri merupakan
pengalaman yang dapat mengubah diri siswa dan dapat memperdalam
materi yang dipelajari.
e. Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggarisbawahi
Dengan membuat ringkasan ini dapat membantu siswa dalam
hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-
penting diberi garis bawah (underlining) hal ini dimaksudkan untuk
membantu siswa dalam usaha menemukan materi itu di kemudian hari.
f. Memiliki Kelengkapan Buku
Kekurangan buku adalah salah satu sebab kesulitan belajar
siswa, karena buku merupakan sumber informasi yang sangat penting
di dalam belajar, dimana segala ilmu pengetahuan bersumber padanya.
Sebab itu kelengkapan buku sangat menunjang keberhasilan belajar
terutama buku yang harus dimiliki adalah buku wajib dan bilamana
siswa masih merasa belum cukup, hendaknya membaca buku-buku
lainnya yang berkaitan.
g. Menanyakan Sesuatu yang Belum Jelas
Pertanyaan merupakan stimulus yang dapat mendorong anak
untuk berfikir lebih dalam, lebih meresapkan apa yang telah dipelajari
serta dapat mengkombinasikan apa yang telah dipelajari dengan orang
lain.
Seringkah orang beranggapan bahwa yang terpenting sebagai
bukti orang telah belajar dengan baik, apabila ia bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya. Hal ini memang
benar tetapi akan lebih sempurna lagi apabila orang belajar itu juga
mampu memunculkan implikasi adanya sikap ilmiah pada diri
h. Mempelajari Kembali Keterangan Guru/ Mengulang Kembali
Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran atau keterangan guru tidak mungkin dikuasai
oleh seseorang dengan hanya sekali membaca atau sekali belajar, akan
tetapi memerlukan pengulangan kembali untuk mempelajari kembali
palajaran yang telah diterima itu.
Dalam hal ini Drs. Slameto mengatakan :”Mengulang besar
pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan
(review) bahan yang beum bagitu dikuasai serta mudah terlupakan
akan tetap tertanam dalam otak seseorang”"0
i. Mengerjakan Tugas
Mengerjakan tugas mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa,
agar siswa tersebut berhasil dalam belajarnya maka perlu sekali
mengerjakan tugas sebaik-baiknya. Tugas mencakup mengerjakan PR,
menjawab soal latihan, menjawab soal dalam buku pegangan, test
harian, ulangan umum dan ujian.
j. Mentaati Peraturan Pondok Pesantren
Santri yang rajin adalah santri yang memiliki kemampuan
untuk mentaati peraturan pesantren, mentaati peraturan pesantren juga
mempengauhi terhadap keberhasilan belajar, sebab dengan mentaati
peraturan tersebut maka belajar siswa akan lebih tenang, lancar tanpa
ada ganjalan yang mengganggu proses belajar.
20
Santri yang terbiasa melanggar peraturan-peraturan di
pesantren seperti : merokok di pesantren, rambut panjang, sering
terlambat dan sebagainya, secara psikologis konsentrasi mereka akan
terganggu yang akhirnya akan menghambat proses belajarnya. Oleh
karena itu sikap taat pada peraturan pesantren ini perlu perlu
ditanamkan pada siswa agar belajarnya lebih tenang.
Dari berbagai uraian diatas, dapat diambil suatu pengertian bahwa
siswa yang termasuk pada ketentuan-ketentuan tersebut diatas adalah
termasuk siswa yang disiplin dalam belajarnya.
Dalam ha! ini, sebagai akhir pembahasan penulis mengenai ciri-ciri
siswa yang disiplin dalam belajar, disini akan penulis sampaikan mengenai
prinsip-prinsip belajar yang dikutip dari buku “Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya'’ karangan Drs. Slameto, sebagai berikut:
1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan aktif meningkatkan minat
dan bimbingan untuk mencapai tujuan instruksional.
2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi harus memiliki struktur, penyajian
yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
3) Belajar harus bisa menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat
pada siswa untuk mencapai tujuan.
4) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya.
6) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan
tujuan instruksional yang harus dicapainya.
7) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar
dengan tenang.
8) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.
9) Belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya.
10) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu
dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang
diharapkan.
C. Pengaruh Sikap Optimisme Terhadap Kedisiplinan Belajar Santri
Sikap optimisme adalah bertingkah laku atau pandangan hidup yang
dalam segala hal dipandang kebaikannya saja, dan kitapun mengubah pola
pikir dari “aku tidak bisa” menjadi “aku bisa” untuk dapat berpikir “aku bisa”
ada beberapa hambatan baik hambatan dari dalam maupun dari luar. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap optimisme adalah percaya pada diri
sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, selain berpikir positif
dalam menghadapi masalah, disiplin diri atau perbuatan sesuai dengan jadwal
yang kita buat. Kegembiraan dalam menghadapi masalah karena dengan rasa
gembira apa yang kita keijakan akan memuaskan. Memang prinsip adalah
selalu memegang teguh yang di yakini, dan juga bagaimana cara menghadapi
Adapun ciri-ciri siswa yang bersikap optimisme adalah santri tersebut
mempunyai tujuan atau cita-cita yang diinginkan, minat kemauan santri yang
ada dalam diri santri yang sangat kuat, disiplin dan motivasi yang ada dalam
diri santri yang besar, ambisi santri yang kuat untuk mencapai keinginannya
mendaya gunakan otak santri yang dimilikinya, santri juga berfikir kreatif
untuk menemukan gagasan baru, yang tidak kalah penting santri
membutuhkan tekad dan perjuangan, keberanian, keteguhan hati, ketabahan
serta keuletan dalam menghadapi masalah.
Disiplin belajar dalam ketaatan terhadap peraturan dan norma-norma
yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang
dilaksanakan secara sadar ikhlas lahir dan batin sehingga tumbuh rasa malu
untuk melanggar peraturan dan terkena sanksi serta rasa takut terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
Macam-macam disiplin antara lain disiplin dalam belajar, disiplin dalam
mengatur waktu, disiplin dalam mengerjakan tugas, dan lain-lain.
Dan adapun ciri-ciri santri yang belajar disiplin adalah memperhatikan
dan mendengarkan keterangan guru, rajin mencatat hal-hal penting, rajin
mengikuti pelajaran, membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi,
memiliki kelengkapan buku, menanyakan sesuatu yang belum jelas, latihan
atau praktek, mempelajari kembali keterangan guru atau mengulangi kembali
Dalam diri manusia atau dalam hal ini santri, harus mempunyai sikap
optimisme yang berkeyakinan “saya pasti bisa” dan disertai dengan sikap
disiplin yang sangat kuat, pasti tujuannya akan tercapai dengan memuaskan.
Dengan demikian penulis bisa menyimpulkan secara signifikan bahwa
A Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam “Al Falah”
Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah. berdiri pada tahun
1986. pendirinya adalah KH. Zoemri RWS bersama istri beliau yang bernama
Hj. Nyai Latitfah. Pondok pesantren tersebut berdiri diatas tanah milik pribadi
yang mendapat doronngan dari masyarakat sekitar dan pemerintah kota
setempat. KH. Zoemri RWS pada mulanya pertama kali menerima dan
menampung para santri putra dan putri dari lingkungan sekitar dan diikuti
oleh santri putra dan putri dari daerah lainnya. Seiring dengan perkembangan
jaman Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah dituntut pula untuk
menampung aspirasi masyarakat yang membutuhkan pendidikan lebih mapan
lagi. Untuk itu pada tahun 1990 KH. Zoemri RWS mendirikan Madrasah
Diniyah dengan materi pelajaran khusus pelajaran agama. Adapun lama
belajar adalah 6 tahun pendidikan ir.i diwajibkan bagi santri putra maupun
putri. Melihat keadaan santri pesantren Al Falah kebanyakan sekolah umum
diluar maka pengajian madrasah diniyah dimulai ba'da Ashar (15.30 WIB)
kemudian dilanjutkan ba'da Magrib sampai ba’da Isya’ (+ jam 21.00)
kemudian dilanjutkan lagi ba'da subuh sampai jam 6 pagi.
Selang lima tahun berikutnya tepatnya pada tahun 1995 maka
terjadi penambahan kurikulum pembelajaran berupa ekstra pesantren antara
lain : kursus bahasa Inggris, Kaligrafi, Khitobiyah, Qiro’atul Qur'an. Bahasa
Arab dan menjahit.
Kemudian selang 10 tahun berikutnya tepatnya pada tahun 2005
karena melihat tantangan jaman yang semakin menggejolak dan bahkan santri
dituntut untuk bisa mensikapinya maka pada tahun tersebut didirikan
SMK Al Falah dengan dua jurusan Otomotif dan Tata Busana.
B Letak Geografis Fpti Ai Falah
Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah terletak di Jl. Bima
No. 2 Dukuh Salatiga terletak di ujung barat Kota Salatiga yang berdekatan
dengan Kabupaten Semarang.
C Dasar Dan Tujuan
1. Dasar
Al Qur’an dan As Sunnah merupakan landasan dasar yang dipakai
oleh pondok Pesantren Al Falah dalam menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran sehingga hasilnya akan lebih terarah, dan fitrah yang
dimilikinya akan lebih terjaga dari berbagai kpmungkinan dalam
perjalanan peradaban umat manusia dewasa ini. Pemahaman terhadap Al
Qur'an dan As Sunnah tersebut dijabarkan dalam sikap dan perilaku santri
maka dasar tersebut adalah sebagai berkut:
a. Dasar atau asas yang akan memberi ruh di Pondok Pesantren Al Falah
b. Al Qur’an dan As Sunnah digunakan sebagai neraca dan ukuran dalam
segala pelaksanaan pendidikan dan pengajaran.
c. Dengan dasar dan pengertian tersebut diatas maka sikap dan perilaku
sehari-hari yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam
Al Falah Salatiga harus mencerminkan suatu pelaksanaan disiplin
yaitu disiplin terhadap diri sendiri dan disiplin terhadap Allah SWT.
2. Tujuan
Pada dasarnya tujuan Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) Al Falah
mempunyai tujuan yang sangat signifikan..
a. Tujuan umum
Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian
Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam
dalam masyarakat melalui ilmu agama.
b. Tujuan khusus
1) Pembinaan suasana dalam Pondok Pesantren sebaik mungkin
sehingga berkesan pada jiwa anak didiknya (santri).
2) Memberikan pengertian keagamaan melalui pengajaran Ilmu
Agama Islam
3) Mengembangkan sikap beragama praktek-prektek beribadah
4) Mewujudkan ukhuwah Islamiyah dalam Pondok Pesantren dan
sekitarnya.
5) Memberikan pendidikan dan keterampilan civil dan kesehatan
6) Mengusahakan perwujudan segala aktifitas dalam pesantren yang
memungkinkan pencapaian tujuan umum tersebut.
7) Membantu sumber daya santri yang memiliki nilai sikap
agamawan, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan
komunikasi dan kesadaran akan ekologi lingkungan
8) Melahirkan dan menciptakan alumni pesantren yang figure
keilmuwan yang begitu tangguh dan mampu memainkan
propertinya pada masyarakat secara umum.
9) Menciptakan santri yang berbasi^ IMTAQ dan IPTEK
D Keadaan Ustadz (Pengajar)
Adapun tenaga pendidik (Ustadz) Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al
Falah terdiri dari lulusan pesantren.
Adapun nama-nama pengajar Al Falah dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel Nomor 1 Keadaan Ustadz
N o
N a m a
Pendidikan
Mata Pelajaran
1
K H . Zoeinri R W S
Pon. Pes Tegalrejo
4
Ust. A h m a d
8
Ustadzah lilik
Pondok pesantren
Al Falah
Keadaan santri Al Falah Dukuh Salatiga periode 2005/2006 dengan jumlah
120 santri yang terperinci sebagai berikut:
F Struktur Organisasi Kepengurusan
Lembaga Pondok Pesantren dan lembaga madrasah yang ada di
Dukuh Salatiga dibawah naungan Pondok Pesantren Al Falah yang di ketuai
Bapak KH. Zoemri RWS.
Adapun struktur organisasi Pondok Pesantren Al Falah terdiri dari
pengasuh atau pelindung yang membawahi secara langsung pengurus harian.
Pengurus harian ini bertugas melaksanakan kebijaksanaan yang
digariskan oleh pengasuhnya masing-masing tentang pengelolaan pondok baik
masalah pendidikan maupun masalah rumah tangganya.
Personalia pengurus dipilih melalui rapat tahunan oleh wakil-wakil
santri untuk kemudian di minta persetujuan dan pengesahan dari pengasuh /
pelindung. Pengurus tersebut terdiri dari ketua umum, sekretaris, bendahara
dan wakil-wakil ketua pembantu umum serta di lengkapi dengan departemen-
departemen.
Wilayah pondok pesantren dibagi kepada komplek-komplek (unit
bangunan asrama) yang setiap kompleknya dipimpin oleh seorang ra'is khos
Skema
1. Pengasuh/pelindung :
13. Departemen Pendidikan &
16. Ketua Komplek B (Putri)
17. Ketua Komplek C (putri)
18. Ketua Komplek C (putri)
19. Ketua Komplek D (putri)
Munas iroh
Yunita Sakawati
Khusnur Rofiq
Qibtiyah
G Sistem Penndidikan Pondok Pesantren Al Falah
Adapun sistem yang digunakan untuk mendalami kitab-kitab kuning
adalah :
a. Sistem sorogan
Adapun istilah sorogan adalah berasal dari kata sorogan (Jawa)
yang berarti menyodorkan sebab setiap santri bergilir menyodorkan
kitabnya dihadapan Kyai atau badai (pembantunya).
Demikian ini dilakukan bergilir-gilir dari pagi sampai petang
yang diikuti oleh murid-murid yang berkepentingan sampai kitab-kitab itu
tamat bacaanya.
Sistem ini tetap dipertahankan oleh pondok-pondok pesantren,
karena banyak manfaat dan faedah yang mendorong santri untuk lebih giat
dalam mengkaji dan memahami kitab-kitab kuning yang mempunyai nilai
tinggi dalam kehidupan manusia. Sistem ini membutuhkan ketekunan,
kesabaran, kerajinan, ketaatan dan kedisiplinan yang tinggi dari santri.
Sistem sorogan amat intensif karena dengan sistem ini seorang
santri dapat menerima pelajaran dan pelimpahan nilai-nilai sebagai proses
Metode ini dalam dunia medem dapat dipersamakan dengan
istilah tutorship atau methorship. Metode pengajaran semacam ini diakui
paling intensif karena dilakukan seorang demi seorang dan ada
kesempatan untuk tanya jawab secara langsung. Tutor adalah guru yang
mengajar di rumah, guru privat atau guru yang mengajar sekelompok
murid di perguruan tinggi atau universitas. Sedangkan tutorship adalah
jabatan atau tugas guru, pembimbing atau wali,
b. Sistem Weton
Sistem weton atau biasa disebut juga bandungan atau halaqah,
yaitu dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling
Kyai atau ruangan (kelas) dan Kyai menerangkan penjelasan secara kuliah.
Para santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan atau
mengesahi (Jawa, mengesahkan) dengan memberi catatan pada kitabnya
untuk mengesahkan bahwa ilmu itu telah diberikan oleh Kyai.
Sistem weton adalah sistem yang tertua di pondok Pesantren
menyertai sorogan dan tentunya merupakan inti dari pengajaran di suatu
pesantren.
Materi (kitab) yang pernah diajarkan kepada santri dahulu
sampai sekarang sama, yaitu meliputi : Nahwu/Sharaf, tauhid, Tasawuf,
dan Hadits.
Tetapi dari satu periode ke periode berikutnya materi tersebut
diatas tidak selalu diikuti oleh para santri adalah kitab-kitab yang berkaitan
Sistem weton merupakan sistem yang banyak di pakai di
berbagai Pondok Pesantren. Hal tersebut secara nyata bila kita lihat dari
tingkat perbandingan Kyai Ustadz yang memakai sistem sorogan dan
sistem weton 5 : 35. Kyai/Ustadz memiliki sejumlah santri dan
kebanyakan pula para santri memiliki sistem Weton.
Sistem weton membutuhkan sarana tetap berupa ruangan
sebagaimana sistem madrasah. Karena jumlah pengikutnya lebih besar dari
sistem sorogan.
H Kelembagaan
Keberadaan Pondok Pesantren Al Falah ditengah-tengah masyarakat
semakin di kenal baik di lingkungan Salatiga. Kenyataan ini mendorong untuk
berupaya melayani seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kebutuhan, mulai
dari masalah sosial, keagamaan/kemasyarakatan, pendidikan dan lainnya.
Upaya-upaya yang telah dilakukan diantaranya Madrasah Diniyah
Pondok Pesantren. Lama pendidikan adalah 5 tahun. Pendidikan Diniyah
tersebut wajib diikuti oleh semua santri tanpa terkecuali. Disamping itu pada
tahun 2005 didirikan SMK Al Falah dengan dua jurusan yaitu jurusan
otomotif dan Tata Busana. SMK ini menggunakan kurikulum Pendidikan
Nasional dan kurikulum pondok pesantren.
1. Materi Kurikulum Pondok Pesantren (Madrasah Diniyah)
Digunakannya materi dan kurikulum ini adalah dengan harapan agar
halnya materi dan kurikulum yang diberikan di Pondok Pesantren (Madrasah
Diniyah) Al Falah adalah sebagai berikut:
a. Tingkat Dasar ( I Ula)
Diberikan kepada santri awal sebagai dasar dalam mempelajari agama di
Pondok Pesantren Al Falah ini. Pada tahap awal materi diajarkan antara
lain :
1) Hidayatus Sibyan
2) Risalatul Quro’
3) Aqidatul Awam
4) Fasholatan
5) Alqur’an
6) Mabadi Fiqih
7) Tuhfatul Atfal
8) Alala(TaTim Muta’alim)
b. Kelas II Ula
Setelah menamatkan tingkat dasar, maka para santri melanjutkan ke
tingkat II, yakni II Ula.
Adapun materi yang diajarkan di Tingkat II Ula ini antara lain:
1) Ta’limul muta’alim
2) Madharijul Su’ud
3) Safinatun Najah
4) Risalatul Makhid
c. Kelas 111 Ula
Setelah menamatkan tingkat II, maka santri melanjutkan ke tingkat
setelahnya, yaitu III Ula. Adapun Materi yang diajarkan di III Ula
tersebut adalah :
1) Aljurumiyah
2) Amsilatut tasrifiyah
3) Sulam Taufiq
4) Hadist Arba'in Nawawi
5) Addurorul Bahiyah
6) Sulam Munajat
d. Kelas I Wustho
Setelah menamatkan 111 Ula, maka santri melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi, yaitu I wustho.
Adapun pelajaran yang diterima santri di I wustho adalah sebagai berikut:
1) Al Imrithi
2) Matnul Ghoyah
3) Tarhib Wa Targhib
4) Qowaidul l'rob
e. Kelas II Wustho
lanjutan setelah I Wustho adalah II Wustho, adapun pelajaranya antara
lain :
I) Al Fiyah I
3) Jawahirul Bukhari
Keterangan :
Dari tingkat I Ula sampai III Wustho tersebut dilaksanakan pada waktu
yang bersamaan yaitu pada :
1. Ba 'da Ashar mulai pukul 15.30 WIB - 17.00 WIB
2. BA'da Isya’ mulai pukul 19.15 WIB-20.30 WIB
3. Ba'da Subuh,mulai pukul 05.00 WIB - 06.00 WIB
2. Materi dan Kurikulum SMK Al Falah
Kurikulum yang ada di SMK Al Falah dengan dua jurusan, yaitu otomotif
dan tata busana yang mengikuti kurikulum Pendidikan Nasional dan
Kurikulum Pondok Pesantren
a. Kurikulum Dasar Otomotif
1. Menggambar teknik dasar
2. Pekerjaan logam dasar
3. Pekerjaan las dasar
4. Perhitungan dasar kontruksi mesin
5. Dasar otomotif
6. Perbaikan motor otomotif
7. Perbaikan chasis dan pemindahan tenaga
8. Perbaikan sistem kelistrikan otomotif
b. Kurikulum Dasar Tata Busana
1. Menggambar busana
2. Mengukur tubuh
3. Membuat pola
4. Melakukan pengepresan
5. Menjahit dengan mesin dan tangan
6. Membuat hiasan busana
7. Memotong banan
8. Melakukan penyelesaian antar busana
9. Memelihara alat jahit
10. Membuat pola busana diatas kain
11. Membuat pola dasar teknik drapping
12. Membuat pola busana teknik kombinasi
I Sarana dan Prasarana
Unit-unit bangunan komplek pondok (Madrasah Diniyah) dan SMK
Al Falah yang terletak di Jl. Bima No. 2 Kelurahan dukuh. Kota Salatiga
berada diatas tanah seluas + 4.000 m2, yang statusnya adalah milik yayasan
Al Falah. Adapun mengenai sarana dan prasarana yang ada di Pondok
Pesantren dan SMK Al Falah adalah sebagai berikut:
1. Musholla. dengan luas bangunan 12 X 12 M : 2 mushola
2. Asrama Komplek A dengan luas bangunan 4 X 9 m : 5 ruang
3. Asrama Komplek B dengan luas bangunan 8 X 24 m : 10 ruang
4. Asrama Komplek C dengan luas bangunan 7x25 m : 8 ruang
5. Asrama Komplek D dengan luas bangunan 7x25 m : 5 ruang besar.
6. Gedung Madrasah :
J Data Penelitian
1. Data Tentang Hasil Jawaban Angket Sikap Optimisme dapat dilihat dari
tabel berikut:
3 Nur Khasanah P 46 (lemah)
4 Ahmadi P 43 (lemah)
5 Abdul Qodir P 71 (kuat)
6 Risqi Utama P 52 (cukup)
7 Lilik Fauziah P 70 (kuat)
8 Alimatunnisak P 58 (cukup)
9 Khussnur Rofiq L 55 (cukup)
10 Agus Hasanudin L 66 (kuat)
11 Asobah L 44 (lemah)
12 Sofa Nurul Huda L 46 (lemah)
13 Novi Yunita P 61 (kuat)
14 Agus Wildan L 44 (lemah)
15 Mudrikah P 75 (kuat)
16 Atiek Robiatun P 41 (lemah)
17 Ainun Jariyah P 46 (lemah)
18 Khusnul Walidah P 50 (lemah)
19 Qibtiyah P 60 (kuat)
20 Herlis P 48 (lemah)
21 Ali Rozak L 52 (cukup)