BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hati yang merupakan organ terbesar dalam tubuhmelangsungkan sebagian
besar reaksi metabolik dan menjalankan detoksifikasi dengan membuang banyak
zat eksogen dan endogen terhadap tubuh yang akan membahayakan jika
berakumulasi. Reaksi detoksifikasi dibagi menjadi fase I (oksidasi, hidroksilasi,
dan reaksi lain yang diperantarai oleh sitokrom P450) dan fase II
(esterifikasi)(Barret, et al.,2010).
Fungsi hati sebagai pusat metabolisme obat menyebabkan hati paling
berisiko mengalami toksisitas. Berdasarkan laporan FDA di Amerika Serikat,
terdapat lebih dari 900 jenis obat, toksin dan sediaan herbal yang berpotensi
mencederai hati dan 20-40% kasus gagal hati disebabkan oleh obat (Nirmala et
al., 2012).Penyakit hati yang diinduksi obat dapat bersifat intrinsik dan
idiosinkratik.Reaksi intrinsik terjadi jika obat atau metabolitnya yang merusak
hati dapat diprediksi, dapat direproduksi dan bergantung pada dosis, sedangkan
reaksiidiosinkratik tidak dapat diprediksi dan tidak dapat direproduksi, serta
memiliki angka kejadian yang rendah terhadap individu yang menggunakan
obat.Reaksi idiosinkratik dapat berasal dari idiosinkrasi metabolik atau reaksi
imunoalergi (Lewis, 2008).
Efek toksik yang dapat merusak hati dapat berasal dari senyawa induk obat
maupun hasil metabolismenya. Parasetamol merupakan contoh obat yang mampu
memetabolisme parasetamol dan menghasilkan metabolitN-acetyl-p-benzo quinoneimine (NAPQI) yang bersifat elektrofilik dan toksikdengan menyebabkan penurunan kadar glutation yang berfungsi mengkonjugasi metabolit toksik.
Kekurangan glutation akan mendorong ikatan NAPQI dengan protein
hepatosit.Selain itu reaksi oksidatif sitokrom P450 juga meningkatkan jumlah
radikal bebas yang akan menganggu keseimbangan ion kalsium dan cairan di
sitosolserta depresi fungsi mitokondria, sehingga berakhir dengan kematian
hepatosit atau nekrosis (Adlia, 2014).
Menurut Wijayakusuma, dkk., (1996), pemanfaatan bahan-bahan alam
sebagai obat tradisional telah lama dikembangkan.Hal ini disebabkan masyarakat
menyadari efek samping akibat penggunaan oleh obat-obat sintetik lebih besar
dibandingkan obat tradisional, selain itu obat tradional mempunyai kemudahan
dalam perolehan dan pembuatannya.Oleh karena itu, Armansyah, dkk., (2010)
berpendapat obat tradisional merupakan bidang yang masih banyak diminati untuk
diteliti.Hal ini didasari beberapa hal seperti diperlukannya senyawa-senyawa
antioksidan untuk mengatasi berbagai penyakit seperti AIDS, kanker termasuk
hepatoprotektif (Adlia, 2014).Dengan demikian, penting secara global
mengembangkan obat hepatoprotektif herbal yang efektif menghambat berbagai
jenis gangguan hati (Venkatesh,et al., 2011).
Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan tanaman yang umum digunakan sebagai makanan dan kaya akan beberapa nutrisi terkait dengan penyembuhan
dan pencegahan sejumlah penyakit. Sebuah tinjuan megenai senyawa volatil dan
non-volatil dari bawang merah, metode identifikasi dan studi terhadap efek
bawang merah kaya akan senyawa fenolik yang menunjukkan aktivitas
antiproliferasi agen antimutagenik, antikanker, antiradang pada lambung,
antispasme dan antidiare. Ekstrak bawang merah juga menunjukkan aktivitas
antioksidan, pengikat radikal bebas dan antibakteri.Bawang merah dilaporkan
sebagai sumber terbesar flavonoid untuk konsumsi manusia.Kuersetin merupakan
flavonoid yang terkadapat paling banyak dengan bentuk bebas dan terikat dengan
glikosida (3’,4’-di- dan 4’-glukosida), selain beberapa flavonoid lainnya. Bawang
merah merupakan sumber kuersetin terbanyak dari 28 jenis sayuran dan 9 jenis
buah (Skerget, et al., 2009).
Studi tentang kemampuan hepatoprotektif umbi bawang merah
menunjukkan bahwa ekstrak metanol umbi bawang merah dengan dosis 200, 300
dan 450 mg/kg menunjukkan penurunan yang signifikan (p < 0,05) terhadap
parameter fungsi hatitikus albino jantan galur Wistar yang diinduksi parasetamol
dengan dosis 750 mg/kg, yaitu alanin transferase (ALT) dan serum bilirubin total
(TBS) yang penurunannya bergantung pada kenaikan dosis pemberian, serta
aspartat transferase (AST), alkalin fosfatase (ALP) dan laktat dehidrogenase
(LDH) yang penurunannya tidak bergantung pada kenaikan dosis pemberian.
Studi juga dilakukan terhadap histopatologi jaringan, berdasarkan efek
antioksidannya melawan spesies oksigen reaktif yang menjembatani kerusakan
jaringan (Ozougwu dan Eyo, 2014).
Aktivitas antioksidan bawang merah secara signifikan menurun dari lapisan
terluar hingga lapisan terdalam. Kulit bawang merah secara signifikan
mengandung flavonoid yang kadarnya lebih tinggi dibandingkan umbinya yang
dibuang dalam proses pengolahan tentunya menarik sebagai sumber komersial
senyawa fenolik. Jumlah senyawa fenolik dan kuersetin yang terdapat dalam kulit
kira-kira 3-5 kali lebih tinggi dari umbinya, mengindikasikan bahwa kulit bawang
merah memiliki potensi untuk digunakan sebagai antioksidan dan agen
antimikroba dalam makanan, kosmetik dan industri farmasi (Skerget, et al., 2009).
Meski begitu, sejauh ini belum ada penelitian tentang aktivitas hepatoprotektor
dari kulit bawang merah, sehingga peneliti ingin meneliti aktivitas
hepatoprotektor ekstrak etanol kulit bawang merah (EEKBM) terhadap mencit
jantan yang diinduksi parasetamol.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah
sebagai berikut:
a. apakah EEKBM memiliki aktivitas sebagai hepatoprotektor?
b. apakah EEKBM dapat menurunkan ALT dan AST pada mencit jantan yang
diinduksi parasetamol?
c. apakah EEKBM dapat menunjukkan perbaikan pada gambaran histopatologi
hati mencit jantan yang diinduksi parasetamol?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalahdi atas maka hipotesispenelitian sebagai
berikut:
a. EEKBM memiliki aktivitas sebagai hepatoprotektor.
b. EEKBM dapat menurunkan ALT dan AST pada mencit jantan yang diinduksi
c. EEKBM dapat menunjukkan perbaikan pada gambaran histopatologi hati
mencit jantan yang diinduksi parasetamol.
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian sebagai
berikut:
a. aktivitas hepatoprotektor EEKBMterhadap mencit jantan yang diinduksi
parasetamol.
b. pengaruh pemberianEEKBMterhadap ALT dan AST mencit jantanyang
diinduksi parasetamol.
c. pengaruh pemberian EEKBM terhadap gambaran histopalogi hati mencit
jantan yang diinduksi parasetamol.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas maka manfaat penelitian
sebagai berikut:
a. pengembangan kulit bawang merah menjadi salah satu sediaan herbal
terstandar dengan efek hepatoprotektor.
b. menambah inventaris tanaman obat yang berkhasiat sebagai hepatoprotektor.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Subjek dalam penelitian adalah mencit jantan. Untuk menginduksi
kerusakan hepar diberikan parasetamol dengan dosis 1 g/kg bb, terdapat 6 variabel
sebagaikontrol negatif; rutin 20 mg/kg bb sebagai kontrol positif dan normal atau
tanpa perlakuan. Variabel terikat dalam penelitian adalahALT dan AST serta
gambaran histopatologi mencit jantan (Gambar 1.1).
Variabel bebas Variabel terikat Parameter