• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAMAL FALAH SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAMAL FALAH SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

i

SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN

DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SANTRI DI PONDOK

PESANTREN TARBIYATUL ISLAMAL FALAH SALATIGA

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

RIYANA

NIM III II 023

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA

(2)

ii

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

قلخ مهنسحا اناميا نينمؤملا لمكا

)دمحا هاور( ا

Artinya: “Orang Mukmin yang paling sempurna

imannya ialah orang yang paling baik budi pekertinya”. (HR. Ahmad)

PERSEMBAHAN

Dengan segala rasa syukur kepada Allah SWT

Penulis persembahkan skripsi ini, teruntuk kedua orang tuaku

tercinta Bapak Romdloni dan Ibu Sunarti atas segala do’a, restu dan

pengorbanannya yang tak putus sampai akhir masa, serta yang

tercinta Mas Syafi’i yang telah memberikan motivasidan semangat

saat mulai rapuh dengan secercah seyum dan lantunan do’a, dan

dukungan dari teman-teman seperjuanganku di Pondok Pesantren Al

Falah, IAIN Salatiga serta teman-teman PAI A terima kasih atas

(7)

vii

KEMENTRIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website:www. iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis lantunkan dalam lisan dan hati atas segala ni’mat

dzohir dan bathin yang telah Allah berikan. Shalawat serta salam penulis penulis sanjungkan kepada manusia sempurna dan penyempurna segala kejahiliyahan Nabi Muhammad SAW,

sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam

membentuk kepribadian Santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga Tahun

2015” dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak berbagai pihak yang turut serta membantu kelancaran proses pembuatan skripsi, baik secara material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd.Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Program Studi PAI

4. Drs. Abdul Syukur, M.Si. Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

(8)

viii

6. Seluruh Dosen IAIN Salatiga dan para stafnya yang telah memberikan ilmu dan bantuannya bagi penulis, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

7. Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Ibu Hj. Nyai Latifah dan almaghfurlah Bapak KH. M. Zoemri RWS beserta keluarga yang telah membina, mendidik, selama menuntut ilmu di pesantren dan telah memberikan izin untuk penelitian. 8. Seluruh asatidz/asatidzah PPTI Al Falah, yang telah memberikan ilmunya.

9. Bapakku Romdloni dan Ibuku tercinta Sunarti, yang telah berkorban dalam segala hal

demi kebahagiaan putra putrinya serta terima kasih atas ridho, do’a, dan kasih sayangnya

sehingga anakmu bisa menyelesaikan studi S1.

10. Adik-adikku tercinta Isnaini dan Muhammad Mustofa, terima kasih atas canda tawa kalian dan motivasinya.

11. Yang tersayang Mas Syafi’i, yang telah membangkitkan semangat penulis ketika lelah

dengan lantunan do’a dan cinta yang tulus.

12. Sahabat-sahabatku di Al Falah terima kasih atas segala pengalaman hidup kalian, penulis belajar memahami kehidupan ini dari kalian.

13. Kekasih hatiku mbak astri, mbak chusna, mbak umi, mbk evi, dek uzie, dek hajar, mbak shopi, mbak fitroh, dek Laela, dek ida, dek nur, dan teman-teman Al Falah Graduate “11” serta mas-mas kantor C19.

14. Teman-temanku seluruh PAI angkatan 2011 khususnya PAI A.

15. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

(9)

ix

Salatiga, 08 Januari 2016 Penulis

ABSTRAK

Riyana. 2015. 11111023. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren dalam Membentuk Kepribadian Santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga Tahun 2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si

Kata Kunci: Sistem Pendidikan, Pondok Pesantren, Kepribadian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sistem pendidikan di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah. (2) upaya yang dilakukan dalam membentuk kepribadian santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah. (3) faktor pendukung sistem pendidikan ponpes dalam membentuk kepribadian santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah. (4) faktor penghambat sistem pendidikan ponpes dalam membentuk kepribadian santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menitik beratkan pada data kualitatif yaitu data hasil wawancara, observasi, dokumentasi. Sampel penelitian diambil dari santri putra-putri Al Falah.Pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian berupa daftar pertannyaan yang terangkum dalam pedoman wawancara. Pedoman wawancara menggunakan triangulasi yang ditujukan kepada pengasuh, pengurus dan santri. Metode dokumentasi digunakan untuk mengambil data mengenai hal-hal yang berupa transkrip, catatan, buku, dan lain sebagainya dan melengkapi data yang diperoleh dari hasil wawancara atau observasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan hasil wawancara yang menunjukkan bahwa:

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

PENGESAHAN KELULUSAN...iv

DEKLARASI...v

MOTO DAN PERSEMBAHAN...vi

KATA PENGANTAR...vii

ABSTRAK...viii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Fokus Penelitian...4

C. Tujuan Penelitian...4

D. Kegunaan Penelitian ...5

E. Penegasan Istilah...6

F. Metode Penelitian...7

G. Sistematika Penulisan...14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendidikan...17

1. Pengertian Sistem Pendidikan...17

2. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren...18

B. Pondok Pesantren...26

(11)

xi

2. Unsur-unsur Pondok Pesantren...27

C. Kepribadian Santri...28

1. Definisi Kepribadian...28

2. Perubahan Kepribadian...29

3. Karakteristik Kepribadian...30

4. Aspek-aspek Kepribadian...32

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Santri...33

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data...43

1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren...43

2. Letak Geografis Pondok Pesantren...44

3. Dasar dan Tujuan...44

4. Visi dan Misi...46

5. Keadaan Asatidz/Asatidzah...47

6. Tata Tertib...48

7. Sarana Prasarana...48

8. Mekanisme Pengelolaan Pesantren...50

9. Latar Belakang Keberadaan Santri...53

10. Kelembagaan...55

11. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren...58

B. Temuan Penelitian...61

BAB IV PEMBAHASAN A. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al Falah...72

(12)

xii

C. Faktor-faktor yangMendukung Sistem Pendidikan Pondok Pesantren dalam Membentuk Kepribadian Santri PPTI Al Falah...81 D. Faktor-faktor yang Menghambat Sistem Pendidikan Pondok Pesantren dalam

Membentuk Kepribadian Santri PPTI Al Falah...83 BAB V PENUTUP

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

I. TABEL NAMA PENGAJAR PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL FALAH...47 II. TABEL STRUKTUR ORGANISASI KEPENGURUSAN MASA KHIDMAT

2015/2016 PPTI AL FALAH SALATIGA...51 III. TABEL JUMLAH SANTRI PUTRA PUTRI PONDOK PESANTREN

(14)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang religius Islami dan merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Pada awal didirikannya, pesantren tidak semata-mata ditujukan untuk memperkaya pikiran santri (murid) tetapi meningkatkan moral (akhlaq), memotivasi, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan tingkah laku dan bermoral serta mempersiapkan para santri untuk hidupsederhana dan bersih hati. Menurut Dhofier (1994:50), “tujuan utama pengajaran ialah untuk mendidik calon-calon ulama”.

Pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan yang tumbuh berkembang di tengah-tengah masyarakat sekaligus memadukan tiga hasil pendidikan yang amat penting yaitu: Ibadah untuk menanamkan Iman, tabligh untuk penyebaran ilmu dan amal untuk mewujudkan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari (Shaleh, 1978:8).

Pondok pesantren memiliki karakteristik unik dari lembaga-lembaga pendidikan lainnya, dan karakter ini tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain selain pesantren. Salah satu keunikan yang dimiliki pesantren adalah dalam sistem pembelajaranya yang masih tetap mempertahankan sistem pendidikan tradisional

(salaf). Walaupun keberadaan pesantren pada saat ini telah mengalami perubahan. Namun sistem pendidikan tidak serta merta dihapuskan, paling tidak ditambah.

Penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajaran ini berbeda-beda antara pondok pesantren satu dengan pondok pesantren lainya, dalam arti tidak ada keseragaman sistem dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaranya. Pada

(15)

2

sebagian pondok, sistem penyelenggaraan pendidikan dan pengajarannya makin lama semakin berubah karena dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan di tanah air serta tuntutan dari masyarakat di lingkungan pondok pesantren itu sendiri dan sebagian pondok lagi tetap mempertahankan sistem pendidikan yang lama.

Realita di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah. Mayoritas, para santri sambil belajar di pendidikan umum. Sehingga sistem pembelajaran antara di pondok pesantren dengan di sekolah umum sangat berbeda. Kemampuan dari masing-masing santri juga berbeda-beda, karena tidak semua santri yang masuk itu sudah pernah belajar dari pondok lain (pindahan). Karena secara tidak langsung santri yang sudah pernah belajar di pondok lain, kemungkinan besar sudah menguasai ilmu kitab kuning

daripada santri yang belum pernah belajar di pondok sama sekali, akan tetapi itupun tidak menjamin.

Betapa pentingnya peran pondok pesantren dalam menentukan keberhasilan di masyarakat, maka dalam menjalankan tugasnya setiap pesantren harus memperhatikan sistem pendidikan bagi anak didik, karena sistem pendidikan akan mempengaruhi proses pembelajaran anak didik, baik dari segi fisik maupun emosional.

(16)

3

Sedangkan Maslowberpendapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian yang sehat, apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasikan dirinya secara penuh. Jadi seseorang yang mampu mengaktualisasikan dirinya tidak termotivasi untuk mengejar sesuatu yang khusus maka dia akan berusaha untuk mengembangkan potensinya secara maksimal.

Tradisi pesantren merupakan kerangka sistem pendidikan Islam tradisional yang merupakan suatu bentuk lembaga agama yang spesifik khas Indonesia, Pondok Pesantren adalah menyiapkan santri untuk menghadapi masa depan yang penuh dengan perubahan dan tantangan maka watak pendidikan harus dinamik. Disamping itu mengingat bahwa pondok pesantren selalu berada di tengah-tengah lingkungan sosio-kultural yang terus berubah dan berkembang dengan berbagai macam tuntunan, maka pondok pesantren harus relevan dengan realitas lingkungan dan tingkat kebutuhan yang dihadapi (Dhofier, 1983:16).

Pendidikan di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah ini tidak khusus untuk santri yang belajar kitab kuning tetapi ada juga pelajar setingkat SD, SMP, dan SMA. Oleh karena itu pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah sesuai dengan kelas masing-masing atau berdasarkan kemampuan peserta didik, di sela-sela waktu selain belajar di kelas masing-masing, para santri juga diajarkan untuk membaca Al-qur’an (binnadzor) ada juga yang tahfidzul Qur’an dan kegiatan

lainnya seperti khitobah, qiro‟ah, rebana, mujahadah, diba‟iyah, sholat jenazah. Semua kegiatan yang ada di pondok tersebut untuk bisa mencapai keberhasilan para santri belajar.

(17)

4

Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk meneliti secara lebih mendalam tentang sistem pendidikan di pondok pesantren dengan judul “Sistem Pendidikan Pondok Pesantren dalam Membentuk Kepribadian Santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga

Tahun 2015”.

B. Fokus Penelitian

Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem pendidikan di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah? 2. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam membentuk kepribadian santri Pondok

Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah?

3. Apa faktor pendukung sistem pendidikan pondok pesantren dalam membentuk kepribadian santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah?

4. Apa faktor penghambat sistem pendidikan pondok pesantren dalam membentuk kepribadian santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah.

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam membentuk kepribadian santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah.

(18)

5

4. Untuk mengetahui faktor penghambat sistem pendidikan ponpes dalam membentuk kepribadian santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah

.

D. Kegunaan Penelitian

Dari penulisan ini diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi semua kalangan pendidik di lembaga sekolah pada umumnya dan khususnya bagi dewan asatidz Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah. Adapun berbagai manfaat yang diharapkan antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan berupa hasil penelitian ilmiah sebagai bahan kajian dunia pendidikan Islam.

b. Memberikan sumbangan pemikiran sebagai solusi atas masalah yang dihadapi lembaga pendidikan Islam khususnya pondok pesantren.

c. Dapat menambah khasanah temuan penelitian khususnya pada fakultas tarbiyah tentang sistem pendidikan pondok pesantren dalam membentuk kepribadian santri.

2. Manfaat Praktis

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dari pihak pengasuh, dewan asatidz, dan pengurus lebih memperhatikan santri Al Falah dalam bertingkah laku dan bertutur kata.

(19)

6

c. Penelitian ini diharapkan hasilnya dapat menjadikan masukan bagi pengasuh, dewan asatidz dan pengurus agar lebih memperhatikan akan pentingnya sistem pendidikan pondok pesantren dalam membentuk kepribadian santri.

E. Penegasan Istilah

Untuk mengetahui secara jelas dan untuk menghindari kesalahpahaman pengertian terhadap judul skripsi yang penulis bahas, maka akan penulis sampaikan batasan-batasan istilah yang terdapat pada judul, yaitu:

1. Sistem Pendidikan

Menurut Nasir, (2005:28) “Sistem merupakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai

tujuan”.

Menurut Islamuddin, (2012:3-4) dalam bahasa inggris pendidikan adalah

education dan kata education berasal dari kata educate berarti memberi peningkatan, dan mengembangkan. Jadi pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha pengajaran dan pelatihan.

Menurut Nasir, (2005:28) yang dimaksud dengan “sistem pendidikan yaitu suatu keseluruhan dari unsur-unsur pendidikan yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain serta saling mempengaruhi, dalam satu kesatuan”.

(20)

7 2. Pondok Pesantren

Menurut Steenbrink, (1986:22) “Pondok berasal dari bahasa Arab funduk

yang berarti pesanggrahan atau penginapanorang yang berpergian”.

Pondok merupakan sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau

lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan “kyai”. Sedangkan pesantren barasal dari kata santri, dengan awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti tempat

tinggal para santri (Dhofier, 1994:18).

Sedangkan yang dimaksud peneliti disini yaitu pondok pesantren Al Falah yang mempunyai sistem pendidikan tersendiri dalam menghantarkan peserta didik khususnya untuk belajar membaca kitab kuning dengan baik dan benar, serta mengetahui isi kandungannya. Semua santri mendapatkan peraturan dan perhatian yang lebih baik dari pengurus maupun pengasuh, karena pengasuh (kyai) tinggal bersama-sama di asrama dengan santri.

3. Kepribadian

Dalam studi keislaman, Kepribadian disebut dengan syakhshiyah.

Syakhshiyah berasal dari kata syakhshun yang berarti pribadi. Kata ini kemudian

diberi ya’ nisbat sehingga menjadi kata benda buatan syakhshiyat yang berarti kepribadian (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 212)

Abdul Mujib (1999:133) menjelaskan bahwa “kepribadian adalah integrasi sistem kalbu, akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku”.

F. Metode Penelitian

(21)

8 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. .... (Moleong, 1989:6).

Metode penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu suatu penelitian yang melibatkan data untuk menguji hipotesis yang berkaitan dengan status atau kondisi objek yang diteliti pada saat dilakukan penelitian (Sumanto, 2014:179).

Sedangkan tujuan dari penelitian deskriptif ialah untuk mengetahui gambaran tentang situasi secara rinci dan akurat mengenai sistem pendidikan pondok pesantren, upaya yang dilakukan dalam membentuk kepribadian santri, dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan tersebut. 2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpulan data. Hal ini dimaksudkan untuk mempertegas peran peneliti sebagai instrumen aktif dalam rangka mengumpulkan data-data yang ada dilapangan.

3. Lokasi Penelitian

(22)

9

merupakan salahsatu pondok pesantren salafi dan mayoritas santrinya berpendidikan formal.

4. Sumber Data

Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari sumber, diantaranya:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan langsung dari tangan pertama, yaitu kata-kata dan tindakan subyek serta gambaran dan pemahan dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data. Data tersebut diperoleh langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data yang diperlukan. Pada penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah bapak pengasuh dan ustad-ustadzah.

Peneliti menggunakan data ini untuk memperoleh langsung data tentang sistem pendidikan pondok pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, data tentang upaya yang dilakukan dalam membentuk kepribadian santri, dan data tentang faktor pendukung dan faktor penghambat realisasi sistem pendidikan pondok pesantren dalam membentuk kepribadian santri.

b. Sumber Data Sekunder

(23)

10

melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara sebelumnya.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat serta memperhatikan relevansi data dengan tujuan yang dimaksud, maka dalam pengumpulan data menggunakan beberapa teknik yaitu:

a. Metode Observasi atau Pengamatan

Menurut Arikunto, (2010:199) “Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra”.

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data keadaan lokasi penelitian, keadaan santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah sehingga dapat diperoleh deskripsi umum mengenai keadaan lembaga pendidikan tersebut dan sistem pendidikan-nya.

b. Metode Interview atau wawancara

Menurut Arikunto, (2010:198) Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara.

(24)

11

Wawancara dilakukan dalam bentuk percakapan informal dengan menggunakan lembaran wawancara yang berisi tentang gambaran umum sistem pendidikan pondok pesantren, upaya yang dilakukan dalam membentuk kepribadian santri, faktor pendukung dan penghambat sistem pendidikan dalam membentuk kepribadian santri.

c. Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran sistem pendidikan yang diterapkan dan proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Arikunto, metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, trankrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Dokumentasi yang penulis gunakan adalah rekaman hasil wawancara. Rekaman wawancara digunakanuntuk menelaah lebih detail informasi-informasi yang disampaikan.

6. Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 1989:248)

(25)

12 7. Pengecekan keabsahan Data

Menurut Moleong, (1989:324) untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

Sedangkan yang berkaitan dengan penelitian ini hanya menggunakan tiga unsur, yaitu:

a. Kepercayaan(credibility)

Kredibilitas dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. Ada beberapa teknik untuk mencapai

kreadibilitas ini antara lain: sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan referensi.

b. Kebergantungan (dependability)

Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Lebih jelasnya adalah dikarenakan keterbatasan pengalaman, waktu dan pengetahuan dari penulis maka cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dependability oleh dosen pembimbing.

(26)

13

Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.

8. Tahap-tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian ada 4 tahap yaitu tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Tahap Pra Lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma, dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian dan penyusunan usulan penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan sistem pendidikan Pondok Pesantren Al Falah, upaya yang dilakukan dalam membentuk kepribadian santri, dan faktor-faktor pendukung dan penghambat sistem pendidikan di pondok pesantren dalam membentuk kepribadian santri di Ponpes Al Falah Salatiga.

(27)

14 c. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data meliputi analisis data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi, maupun wawancara mendalam dengan pengasuh, ustadz, dan santri. Kemudian dilakukan penafsiran data yang sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti. Selanjutnya pengecekan keabsahan dengan mengecek sumber data yang diperoleh dan metode perolehan data yang benar-benar valid. Data yang valid adalah dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.

d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap ini meliputi: kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu dilakukan konsultasi hasil penelitin dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan dan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

(28)

15 1. Bagian Awal

Bagian awal meliputi: Sampul, lembar berlogo, judul (sama dengan sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, moto dan persembahan,kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.

2. Bagian Inti

BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi: latar belakang masalah, fokus Penelitian, tujuan penelitian, kegunaanPenelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Meliputi: a. Sistem Pendidikan, yang membahas tentang Definisi Sistem Pendidikan,Sistem Pendidikan Pondok Pesantren. b.Pondok Pesantren, yang membahas tentang Definisi Pondok Pesatren, Unsur-unsur Pondok Pesantren. c. Kepribadian Santri, yang mebahas tentang Definisi Kepribadian Santri, Perubahan Kepribadian, Karakteristik Kepribadian, Aspek-aspek Kepribadian, faktor-faktor yang mempengaruhi Kepribadian Santri.

BAB III :PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Meliputi: merupakan hasil penelitian yang meliputi gambaran umum lokasi dan subjek penelitian serta penyajian data hasil penelitian.

BAB IV : PEMBAHASAN

(29)

16 Bab V : PENUTUP

Meliputi: Kesimpulan, saran dan kalimat penutup. 3. Bagian Akhir

(30)

17 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sistem Pendidikan

1. Pengertian Sistem Pendidikan

“Sistem adalah kumpulan berbagai komponen yang berinteraksi satu dengan lainnya membentuk satu kesatuan dengan tujuan yang jelas” (Nasir,

2005:27).

Sedangkan pendidikan menurut pandangan Islam adalah tindakan yang sadar tujuan untuk memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya insani) menuju kesempurnaan insani (insan kamil).

Menurut Achmadi, (1987:5) Pendidikan adalah proses kegiatan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, seirama dengan perkembangan anak. Seperti firman Allah dalam Q.S Al-Insyqoq ayat 19 :

Artinya:

“Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)”. Menurut Nasir, (2005:28) “Sistem pendidikan merupakan suatu keseluruhan dari unsur-unsur pendidikan yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain dan saling mempengaruhi, dalam satu kesatuan”.

Sehingga sistem yang dimaksudkan disini yaitu memadukan berbagai macam bahan seperti santri, kurikulum, sarana prasarana, dan sebagainya untuk mencapai sesuatu yang berharga atau bernilai.

(31)

18

Pengertian ini berkaitan dengan sistem pendidikan pondok pesantren, dimana para pengasuh pesantren memandang bahwa belajar mengajar merupakan kesatupaduan atau lebur dalam totalitas kegiatan hidup sehari-hari. Bagi warga pesantren, belajar di pesantren tidak mengenal perhitungan waktu, kapan harus mulai dan harus selesai, dan terget apa yang harus dicapai.

2. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

a. Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren

Menurut Halim dkk, (2005:70-72) secara etimologi, manajemen berasal dari kata manage atau manus (latin) yang berarti memimpin, menangani, mengatur atau membimbing.

Berkaitan dengan hal tersebut, di dalam buku Halim dkk, (2005:70-72) seorang ilmuwan yaitu George R Terry, (1972) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan manajemen yaitu sebuah proses khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan; perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, dan pengawasan. Ini semua dilakukan untuk menentukan atau mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan SDM, dan juga sumber daya lainnya.

Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa manajemen adalah

applied science (ilmu aplikatif), dimana jika dijabarkan menjadi sebuah proses tindakan meliputi beberapa hal:

1) Perencanaan(Planning)

Fungsi perencanaan mencakup penetapan tujuan, standart, penentuan aturan prosedur, pembuatan recana serta ramalan (prediksi) apa yang diperkirakan terjadi.

(32)

19

Fungsi pengorganisasian ini meliputi: pemberian tugas yang terpisah kepada masing-masing pihak, membentuk bagian, mendelagasikan, atau menetapkan jalur wewenang/tanggung jawab dan sistem komunikasi, serta mengkoordinir kerja setiap bawahan dalam suatu tim kerja yang solid dan terorganisir.

3) Penggerakan (Actuating)

Setelah kegiatan perencanaan/pengorganisasian, pimpinan perlu dapat menggerakkan kelompok secara efisien dan efektif ke arah pencapaian tujuan. Dalam menggerakkan kelompok ini pimpinan menggunakan berbagai sarana meliputi: komunikasi, kepemimpinan, perundingan-perundingan, pemberian instruksi, dan lain-lain. Dengan

actuating ini, pimpinan berusaha menjadikan organisasi bergerak dan berjalan secara aktif dan dinamis.

4) Pengawasan (Controlling)

Fungsi ini bisa juga disebut dengan pengendalian/evaluasi.Ketika organisasi telah bergerak dan berjalan, pimpinan harus selalu mengadakan pengawasan atau pengendalian agar gerakan atau jalannya organisasi benar-benar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan baik mengenai arahnya maupun caranya.

Melalui empat tahapan itulah manajemen dapat bergerak, tentunya hal itu juga bergantung tingkat kepemimpinan seorang manajer. Artinnya adalah proses manajerial sebuah organisasi akan bergerak apabila para manajernya mengerti dan paham secara benar akan apa yang dilakukannya

(33)

20

Satu hal yang harus diperhatikan seorang manajer adalah penetapan tujuan. Tujuan hakikatnya merupakan pedoman dan landasan bagi segenap tindakan dalam proses manajerial. Sebagai faktor yang penting, paling tidak perumusan tujuan manajerial akan memiliki fungsi:

a) Menjadi dasar bagi penentuan sasaran, strategi, kebijakan, dan langkaah-langkah operasional organisasi (pesantren)

b) Untuk memberikan inspirasi dan motivasi bagi pelaksana

c) Untuk dijadikan standar evaluasi/pengawasan terhadap pelaksanaan rencana organisasi.

Dengan demikian, tujuan yang hendak dirumuskan haruslah memenuhi sifat-sifat: jelas dan tegas,spesifik dan diupayakan terukur, realistis dan ekonomis.

b. Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren

Menurut Ajaran Islam, semua yang ada diciptakan oleh Allah SWT, dengan sengaja dan penuh makna atau tujuan. Tidak satupun dari yang ada ini diciptakan dengan sia-sia atau tanpa tujuan. Manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya, yaitu mengabdi kepada-Nya dengan jalan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Secara umum, tujuan pesantren adalah membina kepribadian santri agar menjadi seorang muslim, mengamalkan ajaran-ajaran Islam serta menanamkan rasa keagamaan pada semua segi kehidupannya dan menjadikan santri sebagai manusia yang berguna bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara. (Haryanto, 2012:47)

(34)

21

tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan.

Jadi tujuan pendidikan tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran murid dengan penjelasan-penjelasan, tetapi untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral, dan menyiapkan para murid untuk hidup sederhana dan bersih hati. Setiap murid diajarkan agar menerima etik agama di atas etik-etik yang lain.

Salah satu cita-cita pendidikan pesantren yaitu latihan untuk dapat berdiri sendiri dan membina diri agar tidak menggantungkan sesuatu kepada orang lain kecuali kepada Tuhan.

Menurut Manfred & Karcher, (1988:276) dalam sebuah buku terjemahannya ada seorang tokoh yang bernama Mastuhu berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan perilaku membangun, yaitu perilaku maju, modern, produktif, efektif dan efisien; tetapi juga mengembangkan perilaku yang arif bijaksana, yaitu perilaku yang mampu memehami makna kehidupan dan menyadari peranan dirinya di tengah kehidupan bersama untuk membangun masyarakatnya, sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan.

Perilaku manusia dalam kehidupan bersama ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

(35)

22

2) Perilaku normatif, yaitu perilaku yang mengutamakan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dengan norma-norma atau tradisi masyarakat.

3) Perilaku realistis, yaitu perilaku yang sesuai dengan kenyataan hidup sehari-hari. Perilaku ini mengutamakan kemampuan mengatasi masalah kahidupan yang nyata secara efektif, efisien, dan produktif.

Sementara itu tujuan pendidikan dalam Islam secara garis besarnya adalah untuk membina manusia agar menjadi hamba Allah yang saleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan, pikiran dan perasaanya. Allah berfirman:















Artinya:

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan

orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa”. (Al Baqarah:21) c. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren

Dian Nafi’ dkk, (2007:85) berpendapat bahwa, prinsip-prinsip kurikulum di pesantren adalah sebagai berikut:

1) Kurikulum Bertujuan Untuk Mencetak Ulama/Generasi Baru.

(36)

23

mungkin hanya akan dilahirkan lulusan yang berkapasitas sebagai ulama satu dua orang saja. Itu dipandang cukup. Banyaknya santri yang diterima setiap tahun pelajaran adalah untuk memperbesar kemungkinan lahirnya seorang ulama dan menjadi pendukung tugas-tugas para ulama.

2) Struktur Dasar Kurikulum Adalah Pengajaran Ilmu Agama.

Pengajaran pengetahuan agama dalam segenap tingkatan dan layanan pandidikan dalam bentuk bimbingan kepada santri secara pribadi dan kelompok. Bimbingan ini bersifat menyeluruh, tidak hanya di kelas atau menyangkut penguasaan materi pelajaran, melainkan juga di luar kelas dan menyangkut pembentukan karakter, peningkatan kapasitas, pemberian kesempatan, dan tanggung jawab yang dipandang memadai bagi lahirnya lulusan yang dapat mengembangkan diri.

3) Kurikulumnya bersifat fleksibel.

Secara keseluruhan kurikulumnya bersifat fleksibel; setiap santri berkesempatan menyusun kurikulumnya sendiri sepenuhnya; paling tidak

(37)

24

d. Proses Belajar Mengajar Pondok Pesantren

Proses belajar mengajar di pondok pesantren menurut Nafi’ dkk,

(2007) biasanya menggunakan metode bandongan atau wetonan dan sorogan.

Bandongan dilakukan dengan cara kyai/guru membacakan teks-teks kitab yang berbahasa Arab, menerjemahkannya ke dalam bahasa lokal, dan sekaligus menjelaskan maksud yang terkandung di dalam kitab tersebut. Metode ini dilakukan dalam rangka memenuhi kompetensi kognitif santri dan memperluas referensi keilmuan bagi mereka. Memang di dalam bandongan, hampir tidak pernah terjadi diskusi antara kyai dan para santrinya, tetapi teknik ini tidak berdiri sendiri, melainkan diimbangi juga dengan sorogan dan teknik lain yang para santrinya lebih aktif.

Selain bandongan atau cawisan, banyak pesantren yang juga menerapkan model kelas sebagaimana madrasah atau sekolah. Dalam model ini santri dikelompokkan menurut tingkat penguasaan ilmunya. Pada umumnya, model kelas yang ada di pesantren adalah dalam bentukmadrasah

diniyah, yaitu madrasah yang mengkhususkan diri pada penyelenggaraan pembelajaran ilmu-ilmu agama. Penjenjangan yang dilakukan oleh madrasah/ sekolah yang diterapkan di pesantren yaitu diniyah ula‟ (tingkat dasar),

wustha‟ (tingkat menengah), dan „ulya‟ (tingkat atas). Meskipun demikian, kurikulum yang digunakan pada madrasah diniyah merupakan kurikulum yang dikembangkan sendiri oleh pesantren sesuai dengan kemampuan santri dan karakteristik masing-masing pesantren.

(38)

25

untuk belajar di pesantren dan agar selalu termotivasi dapat selalu ditumbuhkan jika santri ikut merasa memiliki rancangan kurikulum bagi dirinya sendiri. Aspek afektif santri di pesantren juga ditingkatkan melalui pembinaan akhlaq/kepribadian. Konsep barakah yang ada di pesantren, menjadi keyakinan seorang santri, apabila ia bersungguh-sungguh dalam belajar maka akan mendapatkan barakah dari kyai. Hal ini juga ikut andil dalam meningkatkan minat dan semangat para santri untuk belajar.

Selain itu, Kyai di pesantren juga sering menganjurkan kepada para santrinya untuk melakukan riyadhah(spiritual exercise), semisal puasa sunnah yang dianjurkan oleh agama seperti pada hari senin dan kamis, i‟tikaf, salat tahajud, dan lain sebagainya agar santri tetap terkondisi dalam semangat mencapai tujuan mulia yaitu ilmu yang bermanfaat.

Pada dasarnya hampir seluruh aktivitas di pesantren iru mencerminkan prinsip belajar melalui praktik. Prinsip ini efektif untuk melihat dan mengukur kompetensi psikomotorik santri. Aktivitas learning by doing (belajar sambil melakukan), ini seperti ikut terlibat dalam pembangunan fisik pesantren seperti pembangunan kamar mandi dan masjid, maupun non fisik seperti pemilihan dan pembentukan kepengurusan pesantren.

Aspek kognitif yang semua santri menjadi aktif adalah metode pengajaran yang menjadi ciri khas pesantren yaitu sorogan. Metode sorogan

(39)

26

melihat kompetensi psikomotorik santri. Di dalam membaca dan menerjemahkan kitab para santri diharapkan dapat menerapkan ilmu alat, seperti nahwu (gramatika Bahasa Arab), sharaf(morfologi) dan lain-lain, yang selama ini telah mereka pelajari secara teoretis.

Penguasaan kitab kuning juga diasah melalui forum yang biasa disebut

bathsu al-masail, musyawarah atau munadharah. Di dalam forum itu, para santri biasanya mulai santri pada jenjang menengah, membahas atau mendiskusikan suatu kasus di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari untuk kemudian dicari pemecahannya secara fiqh (yurisprudensi Islam).

Pengabdian para santri senior dengan menjadi badal atau asisten kyai, dengan tugas utama menjadi asisten kyai di dalam proses belajar mengajar (PBM), merupakan usaha pesantren di dalam meningkatkan kompetensi afektif dan psikomotorik santri. Yang menjadi badal kyai ini beberapa santri senior yang dianggap mampu mewakili kyai baik di dalam pesantren maupun di luar pesantren.

B. Pondok Pesantren

1. Definisi Pondok Pesantren

Menurut Steenbrink, (1991:22) “Secara istilah pondok berasal dari bahasa

Arab fundukyang berarti pesanggrahan atau penginapan bagi orang yang

bepergian”.

(40)

27

Jadi, pondok pesantren adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seseorang

(atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan “kyai” (Dhofier, 1994:44).

2. Unsur-Unsur Pondok Pesantren

Menurut Dhofier (1994), elemen-elemen pesantren yang paling pokok yaitu: a. Pondok

Merupakan sebuah asrama pendidikan islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau lebih)

guru yang lebih dikenal dengan sebutan “kyai”.

b. Masjid

Merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sholat lima waktu, khutbah dan sholat jum’ah, dan pengajaran kitab-kitab islam klasik.

c. Santri

Santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga pesantren. Menurut tradisi pesantren, terdapat 2 kelompok santri :

1) Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren.

2) Santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa disekeliling

pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka bolak-balik(nglajo) dari rumah sendiri. d. Pengajaran Kitab-Kitab Klasik

(41)

satu-28

satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan utama pengajaran ini ialah untuk mendidik calon-calon ulama. Keseluruhan kitab-kitab yang diajarkan di pesantren yaitu: nahwu dan saraf, fiqh, usul fiqh,hadist,tafsir, tauhid, tasawuf, cabang-cabang lain separti tarikh dan balaghah.

e. Kyai

Merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren.Ia seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi kyainya. Dengan kaitan yang sangat kuat dengan tradisi pesantren, gelar kyai biasanya dipakai untuk menunjuk para ulama dari kelompok Islam tradisional.

C. Kepribadian Santri

1. Definisi Kepribadian

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Kepribadian adalah keadaan manusia sebagai perseorangan/keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak orang.

Kebribadian secara etimologi berasal dari kata personality. Kata

personality berasal dari bahasa Latin person (kedok) dan personare (menembus).

(42)

29

periang, peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya (Yusuf,2000:126).

Sedangkan secara terminologis, menurut Allport, Personality is dynamic organization within the individual of those psychophysical system, that determines his unique adjustment to his environment (Simandjuntak, 1984:95). (Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisis dalam individu yang menentukan keunikan penyesuaian diri terhadap lingkungan )

2. Perubahan Kepribadian

Menurut Yusuf dan Nurihsan, (2007:11) meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun kenyataan sering ditemukan adanya perubahan kepribadian. Perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian diantaranya sebagai berikut :

a. Faktor fisik, seperti gangguan otak, kurang gizi, mengkonsumsi obat-obat terlarang (NAPZA atau NARKOBA), minuman keras, dan gangguan organik (sakit atau kecelakaan).

b. Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi (stres, depresi) dan masalah sosial (pengangguran, premanisme, dan kriminalitas).

(43)

30 3. Karakteristik Kepribadian

Dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah yang dihadapi, ternyata tidak semua individu mampu menampilkannya secara wajar, normal atau sehat, di antara mereka banyak juga yang mengalaminya secara tidak sehat.

Dalam buku Yusuf dan Nurihsan, (2007) ada seorang ahli psikologi yaitu E.B. Hurlock (1986) yang mengemukakan bahwa karakteristik kepribadian yang sehat adalah sebagai berikut:

a. Mampu menilai diri secara realistik. Individu yang mempunyai kepribadian sehat mampu menilai diri apa adanya, baik kelebihan maupun kekuranganya. b. Mampu menilai situasi secara realistik. Individu dapat menghadapi situasi atau

kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerimanya secara wajar. Dia tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang harus sempurna.

c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik. Individu dapat menilai prestasinya secara realistik dan mereaksikanya secara rasional. Dia tidak sombong, angkuh apabila memperoleh prestasi yang tinggi dan tetap optimis apabila mengalami kegagalan.

d. Menerima tanggung jawab. Individu yang sehat adalah individu yang bertanggung jawab. Dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.

(44)

31

f. Dapat mengontrol emosi. Individu merasa nyaman dengan emosinya. Dia dapat menghadapi situasi frustasi, depresi, atau stres secara positif dan

konstruktif, tidak destruktif (merusak).

g. Berorientasi tujuan. Setiap orang mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Namun individu yang sehat kepribadiannya dapat merumuskan tujuannya secara matang, tidak atas paksaan dari luar.

h. Berorientasi keluar. Individu yang sehat memiliki orientasi keluar. Dia bersifat

respek (hormat), empati terhadap orang lain mempunyai kepedulian terhadap situasi, atau masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berpikir. i. Penerimaan sosial. Individu dinilai positif oleh orang lain, mau berpartisipasi

aktif dalam kegiatan sosial, dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.

j. Memiliki filsafat hidup. Dia mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.

k. Berbahagia. Individu yang sehat, situasi kehiupannya diwarnai kebahagiaan. Kebahagian ini didukung oleh faktor-faktor pencapaian prestasi, penerimaan dari orang lain, dan perasaan dicintai atau disayangi orang lain.

Adapun kperibadian yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik seperti berikut:

a. Mudah marah (mudah tersinggung)

b. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan c. Sering merasa tertekan (stres dan depresi)

(45)

32

e. Ketidak mampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum

f. Mempunyai kebiasaan berbohong g. Hiperaktif

h. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas i. Senang mengkritik atau mencemooh orang lain j. Sulit tidur

k. Kurang memiliki rasa tanggung jawab

l. Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan bersifat organis)

m. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama n. Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan

o. Kurang bergairah dalam menjalani kehidupan

4. Aspek-aspek Kepribadian

Para ahli psikologi memberikan penekanan bahwa yang dipelajari oleh psikologi bukanlah jiwa, tetapi tingkah laku manusia, baik perilaku yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.

Menurut Ahmad & Sholeh, (2005:169) tingkah laku manusia dianalisis kedalam tiga aspek atau fungsi, yaitu:

(46)

33

b. Aspek Afektif, yaitu bagian kejiwaan yang yang berhubungan dengan kehidupan alam perasaan atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan dan elemen motivasi lainnya disebut aspek konatif atau psiko-motorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak dapat dipisahkan dengan aspek afektif. Kedua aspek itu sering disebut aspek finalis yang berfungsi sebagai energi atau tenaga mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku.

c. Aspek Motorik, yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti perbuatan dan gerakan jasmaniah lainnya.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Santri

Menurut Yusuf & Nurihsan, (2007) bahwa secara garis besar ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, yaitu faktor

hereditas (genetika) dan faktor lingkungan (environment). a. Faktor Genetika (Pembawaan)

Masa dalam kandungan dipandang sebagai saat (periode) yang kritis dalam perkembangan kepribadian, sebab tidak hanya saat pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga sebagai masa pembentukan kemempuan-kemampuan yang menentukan jenis penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah kelahiran.

(47)

34

Fungsi hereditas dalam kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah (1) sebagai sumber bahan mentah kepribadian, seperti fisik, inteligensi temperamen; (2) membatasi perkembangan kepribadian dan mempengaruhi keunikan kepribadian.

Buku Yusuf dan Nurihsan (2007:21) kaitannyadengan ini, Cattell

dkk., mengemukakan bahwa “kemampuan belajar dan penyesuaian diri individu dibatasi oleh sifat-sifat yang inheren dalam organisme individu itu

sendiri”. Misalnya kapasitas fisik dan kapasitas intelektual. Maskipun begitu,

batas-batas perkembangan kepribadian, bagaimanapun lebih besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

b. Faktor Lingkungan (Environment)

Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepribadian adalah keluarga, kebudayaan, dan sekolah.

1) Keluarga

Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian anak. Karena keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak, kemudian anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, dan para anggota keluarga merupakan “significant people” bagi pembentukan kepribadian anak.

(48)

35

perlakuan dan perawatan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik-biologis, maupun kebutuhan sosio-psikologisnya. Apabila anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, maka dia cenderung berkembang menjadi seorang pribadi yang sehat.

Pendidikan anak pada dasarnya adalah tanggung jawab orang tua. Hanya karena keterbatasan kemampuan orang tua, maka perlu adanya bantuan dari orang yang mampu dan mau membantu orang tua dalam pendidikan anak-anaknya, terutama dalam mengajarkan berbagai ilmu dan keterampilan yang selalu berkembang dan dituntut pengembangannya bagi kepentingan manusia.

Pada umumnya para pendidik muslim menjadikan Luqmanul Hakim sebagai contoh dalam pendidikan, dimana nasihatnya kepada anaknya terdapat dalam surat Luqman ayat 13-19. Allah mengatakan Luqman dikaruniai-Nya hikmah dan kebijaksanaan.









Artinya: “Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah

(49)

36

Daradjat, (1994:54)Proses pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi manusiaberiman, bertaqwa dan berakhlaq terpuji, dengan berpangkal tolak dari ayat-ayat yang terdapat di dalam surat Luqman ayat 12-19 yaitu sebagai berikut:

a) Pembinaan Iman Dan Tauhid

Dalam ayat 13, Luqman menggunakan kata pencegahan dalam menasihati anaknya agar ia tidak menyekutukan Allah.















Artinya: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika memberi pelajaran kepadanya: “Wahai anakku janganlah engkau menyekutukan Allah, karena syirik itu adalah

kezaliman yang besar”.

Secara sederhana ayat tersebut mengandung pendidikan tauhit yang dilakukan dengan kata-kata (ucapan).

(50)

37

mempunyai pengaruh terhadap kesehatan mental si janin di kemudian hari.

b) Pembinaan Akhlaq

Akhlaq adalah implementasi dari iman yang dalam segala bentuk perilaku. Diantara contoh akhlaq yang diajarkan oleh Luqman kepada anaknya adalah:

(1) Akhlak Anak Kepada Kedua Orang Tua

















Artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat

baik) terhadap dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada Akulah kamu

kembali”. (Surat Luqman:14)

Ayat tersebut mengandung arti bahwa kita sebagai seorang anak harus berbakti kepada kedua orang tua, dengan berbuat baik dan berterima kasih kepada keduanya. Dan diingatkan Allah, bagaimana susah dan payahnya ibu mengandung dan menyusukan anak sampai umur dua tahun.

(51)

38

Akhlaq terhadap orang lain adalah adap, sopan santun dalam bergaul, tidak sombong dan tidak angkuh, serta berjalan sederhana dan bersuara lembut. Seperti yang terkandung dalam surat Luqman ayat 18-19 yaitu:























Artinya: “Dan janganlah kamu palingkan mukamu dari

manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi membanggakan diri dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara, adalah suara keledai. . . .”.

Pendidikan akhlaq di dalam keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua. Perilaku dan sopan santun orang dalam hubungan dan pergaulan antara ibu dan bapak, perlakuan orang tua terhadap anak-anak mereka, perlakuan orang tua terhadap orang lain di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat akan menjadi teladan bagi anak-anak.

c) Pembinaan Ibadah dan Agama Pada Umumnya

(52)

ibadah-39

ibadah yang mengandung unsur gerak, seperti sholat dari pada tentang ajaran agama yang belum bisa ia pahami karena masih terlalu kecil. Kita bisa melihat dalam surat Luqman ayat 17 yang menggambarkan Luqman menyuruh anaknya untuk melakukan shalat yaitu













Artinya:

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mugkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”

d) Pembinaan Kepribadian dan Sosial Anak

Pembentukan kepribadian terjadi dalam masa yang panjang, mulai sejak dalam kandungan sampai umur lk. 21 tahun. Pembentukan kepribadian berkaitan erat dengan pembinaan iman dan akhlaq. Kepribadian terbentuk melalui semua pengalaman dan nilai-nilai yang diserapnya dalam pertumbuhan dan perkembangannya, terutama pada tahun-tahun pertama dari umurnya.

(53)

40

Dalam buku Yusuf dan Nurihsan (2007:30) terdapat seorang ilmuwan yaitu Kluckhohnyang berpendapat bahwa kebudayaan meregulasi

(mengatur) kehidupan kita dari mulai lahir sampai mati, baik disadari maupun tidak disadari. Kebudayaan mempengaruhi kita untuk mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain untuk kita.

Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku) memiliki tradisi, adat atau kebudayaan yang khas. Kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap setiap warganya, baik yang menyangkut cara berpikir, cara bersikap, atau cara berperilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian ini dapat dilihat dari perbedaan antara masyarakat modern, yang budayanya maju dengan masyarakat primitif, yang budayanya masih sederhana. Perbedaan itu tampak dalam gaya hidupnya

(life style), seperti dalam cara makan, berpakaian, memelihara kesehatan, berinteraksi, pencaharian, dan cara berpikir (cara memandang sesuatu).

3) Sekolah

Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian anak. Faktor-faktor yang dipandang berpengaruh itu diantaranya sebagai berikut:

a) Iklim Emosional Kelas

(54)

41

emosinya tidak sehat (guru bersikap otoriter, dan tidak menghargai siswa) berdampak kurang baik bagi anak, seperti merasa tegang,

nerveus, sangat kritis, mudah marah, malas untuk belajar, dan berperilaku yang mengganggu ketertiban.

b) Sikap dan Perilaku Guru

Sikap dan perilaku guru, secara langsung mempengaruhi “self -concept” siswa, melalui sikap-sikapnya terhadap tugas akademik (kesungguhan dalam mengajar), kedisiplinan dalam menaati peraturan sekolah, dan perhatiannya terhadap siswa. Secara tidak langsung, pengaruh guru ini terkait dengan upaya membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan penyesuaian sosialnya.

c) Disiplin (Tata-Tertib)

Tata tertib ini ditujukan untuk membentuk sikap dan tingkah laku siswa. Disiplin yang otoriter cenderung mengembangkan sifat-sifat pribadi siswa yang tegang, cemas, dan antagonistik. Disiplin yang

(55)

42 d) Prestasi Belajar

Perolehan prestasi belajar, atau peringkat kelas dapat mempengaruhi peningkatan harga diri, dan sikap percaya diri siswa.

e) Penerimaan Teman Sebaya

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3

Referensi

Dokumen terkait

diri dalam mengambil inisiatif dengan menjadi orang yang dapat memulai sendiri. dan mendorong diri sendiri sehingga dapat memberikan pelayanan

Pola lagu kalimat terdiri dari tiga nada suara dalam BMU yang terdapat dalam tiap unit jeda dengan satu tekanan kalimat. Satu kalimat dapat ter- diri dari

Berdasarkan data tabel di atas dapat disimpukan bahwa telah terjadi perubahan positif atau dampak positif terhadap kompetensi keterampilan siswa sebagai berikut: a)

2) Modal Keuangan (Financial Capital), dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi kesuksesan karena dapat dipastikan bahwa suatu usaha jika akan mejalankan usahanya akan

Ciri khas dari lagu ini adalah menggunakan 1 buah kendang yaitu kendang cedugan, sebuah kendang yang menggunakan panggul (Jawa : tabuh) kendang sebagai alat

Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada peneliti dalam pembuatan skripsi ini yang

Hal-hal yang diobservasi mengenai Perubahan Sosial Ekonomi industri sarung tenun di Desa beji baik itu dilihat dari jumlah pengrajin, cara memproduksi dan memasarkan Kain Tenun,

Menurut Hsu dan Teng (2000) dalam pembuatan karbon aktif dengan aktivasi kimia, aktivator yang lebih baik digunakan untuk bahan baku yang memiliki kandungan karbon yang