• Tidak ada hasil yang ditemukan

Serapan Fosfor, Serapan Kalsium dan Kadar Silikat Kedelai

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.8. Serapan Fosfor, Serapan Kalsium dan Kadar Silikat Kedelai

m e /100 g) Perlakuan 9.8 10.4 10.2 10.4 9.1 9.4 9.3 10.2 9.8 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0 20.0 T0P0 T0P1 T0P2 T1P0 T1P1 T1P2 T2P0 T2P1 T2P2 C a -dd ( m e /1 0 0 g ) Perlakuan (a) (b)

Gambar 6. Perbandingan Kalsium Dapat Ditukar (Ca-dd) Dalam Tanah Setelah Percobaan Pada Kaptan (a) dan Trass (b)

4.1.8. Serapan Fosfor, Serapan Kalsium dan Kadar Silikat Kedelai

Lampiran 23 menunjukkan bahwa fosfor berpengaruh nyata terhadap serapan P oleh tanaman pada kedua perlakuan jenis amelioran, yaitu Kaptan dan Trass. Uji Duncan pengaruh perlakuan fosfor pada serapan P kedelai disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10.Pengaruh Fosfor Terhadap Rata-Rata Serapan P Kedelai

Perlakuan Kaptan (K) Trass (T)

...g/pot... Fosfor

P0 0.027b 0.019b

P1 0.034b 0.046a

P2 0.061a 0.058a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Duncan (DMRT).

Tabel 10 menunjukkan bahwa kenaikan dosis P berpengaruh menaikkan serapan P tanaman. Pada Kaptan dosis P2 nyata lebih tinggi dibandingkan P0 dan P1, namun antara P1 dan P0 tidak berbeda nyata walaupun terjadi kenaikan serapan P oleh tanaman. Pada Trass dosis P1 dan P2 nyata lebih tinggi dibandingkan dosis P0,sedangkan antara P2 dan P1 tidak berbeda nyata walaupun terjadi kenaikan serapan P oleh tanaman.

Lampiran 21 menunjukkan bahwa perlakuab Kaptan berpengaruh nyata terhadap serapan Ca oleh tanaman dan tidak terdapat interaksi antara kaptan dengan pupuk P. Tabel 12 menyajikan uji Duncan rata-rata serapan Ca oleh tanaman.

Tabel 11. Pengaruh Dosis Amelioran Terhadap Rata-Rata Serapan Ca

Dosis Kaptan Kaptan Dosis Trass Trass

...g/pot... ...g/pot...

K0 0.024b T0 0.034

K1 0.055ab T1 0.046

K2 0.065a T2 0.065

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Duncan (DMRT).

Tabel 12 menunjukkan bahwa hanya perlakuan Kaptan yang berpengaruh nyata. Pada percobaan kaptan dosis K2 memiliki serapan Ca nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan K0, sedangkan antara perlakuan K0 dan K1 tidak berbeda nyata walaupun terjadi kenaikan serapan Ca oleh tanaman. Pada percobaan Trass kenaikan dosis meningkatkan serapan Ca oleh tanaman walaupun tidak nyata. 3.08 3.54 3.48 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 K0 K1 K2 SiO 2 ( % ) Perlakuan 3.48 5.27 6.61 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 T0 T1 T2 Si O 2 ( % ) Perlakuan (a) (b)

Gambar 7. Perbandingan Kadar Silikat (SiO2) Tanaman Kedelai Pada Kaptan (a) dan Trass (b)

Gambar 7 menyajikan perbandingan antara pengaruh Kaptan dan Trass terhadap kadar SiO2 oleh tanaman. Trass memberikan efek lebih tinggi terhadap kadar SiO2 pada kedelai dibandingkan dengan Kaptan. Pada percobaan Trass terjadi kenaikan kadar SiO2 pada setiap kenaikan dosis Trass. Pada perubahan dosis dari T0 ke T1 terjadi kenaikan kadar silikat sebesar 51.4%, lalu perubahan dosis dari T0 ke T2 naik sebesar 90%. Pada perlakuan Kaptan, pengaruhnya terhadap kadar silikat relatif kecil. Pada perubahan dosis dari K0 ke K1 terjadi kenaikan sebesar 15% lalu pada perubahan dosis dari K0 ke K2 hanya terjadi kenaikan sebesar 13%.

4.2. Pembahasan

Pertumbuhan kedelai yang baik dapat dicapai dengan ameliorasi daerah perakaran untuk menurunkan kemasaman dan Aluminium dapat ditukar (Al-dd) sehingga tercipta lingkungan tumbuh yang baik bagi kedelai. Terdapat perbedaan hasil dari pelakuan amelioran Kaptan dan Trass. Kaptan memberikan efek yang lebih tinggi dalam menaikkan pH dan menurunkan jumlah Al-dd di dalam tanah dibandingkan dengan perlakuan dengan Trass.

Kenaikan pH tanah pada perlakuan kaptan dipengaruhi oleh karbonat yang terdapat pada kaptan. Senyawa karbonat tersebut dapat menetralkan ion H+ yang terdapat pada larutan tanah, sesuai dengan ilustrasi rekasi kimia CaCO3 dalam air berikut (Coleman et al., 1959a) :

CaCO3 + H2O Ca2+ + HCO3- + OH-

Pada reaksi berlangsung seperti di atas, yaitu bergerak ke kanan maka anion-anion HCO3- dan OH- yang dihasilkan dapat menetralkan ion H+ dalam larutan tanah dan jumlah kalsium dalam larutan meningkat sehingga kemasaman tanah menurun (Soepardi, 1983). Dengan menurunnya ion H+ pada larutan tanah maka terjadi pengendapan ion-ion Al3+ dan Fe3+ menjadi Al(OH)3 dan Fe(OH)3

(Coleman and Thomas., 1964). Lalu posisi mereka pada kompleks jerapan digantikan oleh Ca dan/atau Mg (Tisdale et al., 1985). Namun, pada perlakuan Trass terjadi sebaliknya, yaitu peningkatan dosis Trass relatif tidak signifikan menurunkan Al, meskipun ada kecenderungan demikian. Hal tersebut diduga kalsium silikat yang berasal dari Trass relatif rendah dan adanya kandungan Al dalam Trass relatif tinggi (Tabel 1).

Pada parameter kadar kalsium dapat ditukar (Ca-dd) dalam tanah, percobaan dengan Kaptan menunjukkan kadar Ca-dd makin tinggi dengan makin meningkatnya dosis Kaptan. Pada percobaan dengan Trass walaupun terjadi kenaikan konsentrasi Ca-dd dalam tanah, namun kenaikan tersebut relatif sedikit. Kadar Ca-dd lebih tinggi pada tanah yang diberikan perlakuan kaptan dibandingkan perlakuan yang diberikan Trass. Hal tersebut diduga karena pada Kaptan terjadi penurunan kemasaman tanah dan penurunan Al-dd sehingga Ca lebih tersedia dibandingkan pada Trass. Selain hal tersebut kadar Ca di dalam

kaptan lebih tinggi, yaitu sekitar 17% (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004), dibandingkan kadar Ca dalam Trass yaitu hanya sebesar 2,87% (Lampiran 2).

Fosfor tersedia (P-tersedia) tanah baik pada percobaan Trass maupun Kaptan meningkat sejalan dengan penambahan dosis pupuk fosfor dari dosis P0 hingga ke dosis P2. Kadar P-tersedia perlakuan dengan Trass lebih rendah dibandingkan kadar P-tersedia pada perlakuan kaptan (Gambar 3). Kamprath (1972) menyatakan bahwa pengapuran meningkatkan efisiensi dari pemupukan fosfor pada tanah masam yang memiliki jumlah aluminium yang dapat dipertukarkan (Al-dd) cukup banyak. Dengan demikian peningkatan ketersediaan fosfor berhubungan dengan penetralan jumlah Al-dd. Oleh karena itu dapat diduga bahwa ketersediaan fosfor yang rendah pada tanah yang diberikan perlakuan Trass dipengaruhi oleh jumlah Al-dd pada tanah yang diaplikasikan dengan bahan Trass tersebut.

Pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman dan jumlah daun tidak lepas dari pengaruh ameliorasi yang dilakukan. Pemberian Kaptan menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan Trass. Seperti diungkapkan sebelumnya, pada tanah dengan perlakuan Trass masih mengandung relatif banyak Al-dd sehingga pertumbuhan tanaman pun terganggu. Pemupukan fosfor memberikan efek yang nyata terhadap tinggi tanaman, semakin tinggi dosis yang diberikan maka maka tanaman pun semakin tinggi. Peningkatan dosis fosfor meningkatkan ketersediaan fosfor di tanah sehingga tanaman dapat menyerap lebih banyak fosfor dan dapat tumbuh lebih baik.

Jumlah daun pada minggu ke tujuh pada percobaan Kaptan dipengaruhi oleh kaptan dan fosfor secara tunggal, sedangkan pada Trass hanya dipengaruhi oleh fosfor. Permasalahan Al-dd pada Trass masih menjadi kendala. Rata-rata jumlah daun pada percobaan Trass lebih rendah daripada percobaan kaptan (Lampiran 6). Selain itu pada dosis Kaptan 1x Al-dd dan 2x Al-dd memberikan efek yang nyata lebih tinggi terhadap jumlah daun dibandingkan dengan tanpa kaptan. Walaupun tidak nyata, kenaikan dosis Trass cenderung menaikkan jumlah daun. Hal tersebut diduga karena seiring kenaikan dosis Trass P tersedia cenderung meningkat. Selain itu pupuk fosfor memberikan efek yang nyata

terhadap jumlah daun. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) juga menambahkan bahwa unsur P berperan dalam pembelahan sel. Hal tersebut mencerminkan bahwa ketersediaan fosfor yang cukup dapat menimbulkan efek positif bagi pertumbuhan tanaman.

Pada variabel bobot segar brangkasan dan bobot kering brangkasan perlakuan Kaptan, Trass dan fosfor tidak berpengaruh nyata. Secara umum peningkatan dosis fosfor meningkatkan bobot segar dan bobot kering brangkasan. Namun pada perlakuan Kaptan dan Trass dengan dosis 2x Al-dd terlihat bahwa terjadi peningkatan bobot brangkasan sampai P1 dan kemudian menurun kembali pada P2. Hal tersebut mungkin dapat dikaitkan dengan peluang over liming pada Kaptan dan Al-dd yang tinggi pada perlakuan Trass sehingga ketersediaan P menurun.

Bobot segar dan kering akar pada percobaan Trass dipengaruhi oleh dosis fosfor saja, sedangkan pada percobaan Kaptan tidak ada faktor yang berpengaruh nyata. Rata-rata bobot segar dan bobot kering akar pada percobaan Kaptan lebih tinggi dari Trass. Hal tersebut diduga karena pada percobaan kaptan tercipta lingkungan tumbuh yang baik sehingga akar berkembang dengan baik. Secara umum semakin meningkatnya dosis fosfor yang diberikan bobot segar dan bobot kering akar juga semakin meningkat. Leiwakabessy, Wahjudin dan Suwarno (2003) menyebutkan bahwa fosfat yang cukup akan memperbesar pertumbuhan akar. Peningkatan dosis fosfor meningkatkan P tersedia sehingga perkembangan akar lebih baik.

Perlakuan Kaptan menghasilkan bobot polong dan biji yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan Trass. Hal tersebut diduga karena pada perlakuan Kaptan tercipta lingkungan tumbuh yang lebih baik sehingga unsur P lebih tersedia bagi tanaman dan tanaman dapat tumbuh dengan baik sehingga dapat berproduksi lebih baik pula. Menurut Suprapto (1985) pembentukan polong dan biji kedelai sangat dipengaruhi oleh ketersediaan P pada tanah.

Pengaruh Kaptan terlihat sangat nyata pada kadar Ca tanaman. Peningkatan dosis Kaptan yang diberikan sejalan dengan kenaikan kadar Ca tanaman. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh tingginya Ca dalam tanah yang

diperlakukan dengan Kaptan. Diungkapkan oleh Soepardi (1983) bahwa salah satu efek dari pengapuran adalah meningkatnya Ca dapat ditukar sehingga meningkatkan Ca yang diserap tanaman.

Serapan fosfor tanaman dipengaruhi secara nyata oleh dosis fosfor baik pada percobaan Kaptan maupun Trass. Hal tersebut diduga karena semakin tinggi dosis fosfor yang diberikan maka semakin tinggi pula ketersediaan P pada tanah sehingga tanaman dapat menyerap fosfor lebih banyak. Secara umum serapan P pada perlakuan Kaptan lebih tinggi dibandingkan dengan Trass. Hal tersebut sejalan dengan pola peningkatan kadar P tersedia pada percobaan Kaptan maupun Trass (Gambar 5).

Gambar 7 menunjukkan bahwa kenaikan kadar SiO2 tanaman lebih tinggi terjadi pada percobaan Trass dibandingkan percobaan Kaptan. Hal ini dapat terjadi diduga karena kandungan SiO2 di dalam bahan Trass tinggi sehingga ketersediaan silikat dalam tanah menjadi tinggi pula dan tanaman pun dapat menyerap lebih banyak silikat dari perlakuan Trass dibandingkan Kaptan (Lampiran 2). Pada kaptan kadar SiO2 tanaman cenderung tidak naik.

Dokumen terkait